Wisatawan Paruh Waktu: Identifikasi Perilaku dan Motivasi Berwisata Mahasiswa Asing yang Menempuh Semester Pendek di Universitas Udayana
on
WISATAWAN PARUH WAKTU: IDENTIFIKASI PERILAKU DAN MOTIVASI BERWISATA MAHASISWA ASING YANG
MENEMPUH SEMESTER PENDEK DI UNIVERSITAS UDAYANA
Ida Ayu Suryasih
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Email: idaayusuryasih@unud.ac.id
Gde Indra Bhaskara
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Email: gbhaskara@unud.ac.id
ABSTRACT
This research is conducted to determine the behavior and motivation of foreign students traveling in Bali, especially those studying at Udayana University. Samples taken are foreign students who join short semesters in the GoBali International Program, IBSN and BIPAS. This research is important since foreign student market is being underestimated because it is considered to have low purchasing power, however tourism stakeholders seem to forget that they spend more time in the place where they study. By staying longer in Bali, there are two benefits to be gained. The first benefit is to support the local economy, because these foreign students stay for 20 weeks, it means they will rent a place to live, transport and spend their money. The second benefit is that foreign students will most likely explore places that hold the potential to become tourist attractions in the future. Indirectly, this foreign student will help stakeholders in tourism in identifying appropriate places to be made as tourist destinations. The methodology used to obtain data is preceded by a focus group to identify what factors need to be explored more in relation to their behavior and motivations in Bali. Then, after the factors are obtained, data collection through questionnaires is conducted to then use factor analysis, cluster analysis and compile the highest average values based on cluster groups, so that answers will be obtained on the degree of interests and behavioral tendencies of foreign students traveling in Bali.
Keywords: foreign students, behavior, motivation, travel, short semester, udayana.
Pendahuluan
Penyediaan pelayanan pendidikan untuk mahasiswa asing telah menjadi sebuah trend yang bertumbuhkembang di berbagai negara di dunia. Ini disebabkan banyaknya mahasiswa asing yang mengambil semester pendek maupun keseluruhan pendidikannya di luar negara mereka. Fenomena mahasiswa asing dari negara maju yang menempuh pendidikan di negara berkembang seperti Indonesia sangat menarik, karena pada umumnya yang terjadi adalah sebaliknya. Sejak tahun 1960an sampai sekarang, mahasiswa dari negara berkembang belajar ke negara maju. Faktor utama penyebabnya adalah standar hidup di negara maju lebih tinggi dari negara berkembang dimana secara langsung menyebabkan kualitas proses belajar mengajar di negara maju lebih bagus dan lengkap (Mazzarol dan Soutar 2002). Setiap tahun, banyak mahasiswa dari negara berkembang yang kuliah di universitas di Eropa dan Amerika Utara dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan menjadi tenaga ahli professional dimana pada akhirnya akan membantu negara mereka untuk mengejar ketertingggalan dari negara maju (Baruch dkk. 2007).
Meski mempunyai perkembangan yang pesat, pasar mahasiswa asing masih sering dipandang sebelah mata. Pandangan ini disebabkan karena mahasiswa asing ini dianggap sebagai wisatawan yang mempunyai daya beli rendah (Babin and Kim, 2001; Ritchie, 2003; Richards and Wilson, 2004). Meskipun dianggap sebagai wisatawan dengan daya beli lemah, perlu untuk diketahui bahwa mahasiswa-mahasiswa asing ini menghabiskan waktu tinggal yang lebih lama dibandingkan dengan wisatawan biasa di negara tempat mereka belajar. Ambil contoh: untuk yang mengambil semester pendek, seorang mahasiswa asing paling tidak, dia harus tinggal dan menghabiskan waktu di Bali selama 20 minggu. Selama 20 minggu itu, waktu luang mereka cukup banyak sehingga memungkinkan mereka untuk berwisata lebih sering, tidak hanya di Bali tapi juga daerah lainnya di Indonesia.
Seperti yang dikatakan oleh Babin dan Kim (2001) dan Teichler (2004), selama menempuh pendidikan di luar negeranya, mahasiswa asing ini cenderung untuk berwisata sesering mungkin di negara tempat mereka menuntut ilmu dalam upaya untuk lebih mengenal budaya dan orang-orang di negara tersebut. Para mahasiswa ini secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu perekonomian di tempat mereka menempuh kuliah (Weaver, 2003; Townsend and Lee, 2004). Kontribusi langsung mereka adalah ketika waktu senggang atau libur kuliah, mereka berwisata dan bertamsya ke tempat wisata (ibid). Kontribusi tidak langsung adalah, ketika mereka kuliah, tidak jarang para orangtua, kakak adik dan juga kekasih mereka dating mengunjungi negara tempat mereka belajar (ibid). Kontribusi secara tidak langsung lainnya adalah mereka pada umunya merekomendasikan tempat kuliah mereka untuk adik kelas mereka di negara mereka berasal (Weaver, 2003; Townsend and Lee, 2004). Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa keberadaan mahasiswa asing ini memberikan kontribusi eknomi yang signifikan untuk tempat mereka belajar dan tinggal.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui alasan mahasiswa asing memilih Universitas Udayana dan Bali sebagai tempat menempuh semester pendek. Mengidentifikasi perilaku dan motivasi berwisata mahasiswa asing selama menempuh pendidikan di Bali. Mengidentifikasi tempat-tempat di Bali yang berpotensi dijadikan atraksi wisata (tourist attraction) baru berdasarkan perilaku dan motivasi mahasiswa asing. Mengetahui jenis interaksi antara mahasiswa asing dan penduduk lokal Memberikan rekomendasi kepada pemangku kepentingan di bidang pariwisata tentang pasar mahasiswa asing di Bali.
Penelitian ini memiliki urgensi yang tinggi karena sampai saat ini, penelitian perilaku dan motivasi berwisata tentang mahasiswa asing dari negara maju yang belajar ke negara berkembang adalah sangat sedikit sekali. Penelitian selama ini
yang ada hanya perilaku dan motivasi berwisata mahasiswa asing dari negara berkembang selama menempuh studi di negara maju seperti Australia ( Mazarol dan Soutar 2002; Glover 2011); Selandia Baru (Ryan dan Zhang 2007) serta Amerika Serikat dan Inggris (Baruch dkk. 2007). Bahkan, penelitian tentang mahasiswa asing di Indonesia pada umumnya terbatas pada bagaimana mahasiswa asing mempelajari budaya dan bahasa Indonesia (Hidayat 1998; Saddhono 2012; Anjasari dkk. 2013) dan membaur serta menyesuaikan kehidupan mereka di Indonesia (Shaifa 2013; Amanah 2015). Sampai saat ini belum ada satupun penelitian tentang perilaku dan motivasi berwisata mahasiswa asing di Indonesia atau di Bali khususnya. Oleh sebab itu, penelitian ini menawarakan begitu banyak potensi serta kontribusi terhadap kemajuan pariwisata di Bali, karena selama ini mahasiswa asing sebagai wisatawan paruh waktu (istilah ini digunakan, karena tujuan utama mereka datang ke tempat tujuan, bukanlah berwisata tapi belajar) dianggap sebelah mata dibandingkan dengan wisatawan biasa pada umumnya. Pada kenyataannya di lapangan, justru mahasiswa asing ini cukup berkontribusi banyak terhadap ekonomi dan masyarakat lokal karena waktu tinggal mereka yang lebih lama dan interkasi dengan penduduk lokal yang lebih dalam (terutama bersangkutan dengan penyewaan sepeda motor, warung makan dan tempat tinggal).
Tinjauan Pustaka
Mahasiswa Asing
Kata mahasiswa internasional (international), mahasiswa luar negeri (overeseas) dan mahasiswa asing (foreign) seringkali dipakai bergantian untuk mengacu kepada mahasiswa yang bukan berasal dari Indonesia. Di Amerika, kata ‘internasional’ sering digunakan, sedangkan di Inggis kata ‘luar negeri’ lebih umum digunakan dan kata ‘asing’ lebih sering dijumpai pada literature-literatur dari Australia (Huang 2008).
Untuk tujuan penelitian ini kata ‘asing’ digunakan untuk mengacu pada mahasiswa yang berasal bukan dari Indonesia. Menurut Huang (2008), karakteristik mahasiswa asing adalah mereka yang pada umumnya berasal dari latar belakang budaya, bahasa dan agama yang berbeda dari negara tempat mereka menuntut ilmu. Huang (2008) menambahkan bahwa mahasiswa asing ini adalah orang-orang yang berada dalam masa transisi yang akan kembali pulang ke negaranya setelah menyelesaikan tujuan pendidikannya.
Mahasiswa Asing sebagai Wisatawan
Berkembangnya ilmu pariwisata sejak tahun 1970an telah menghasilkan berbagai macam teori tentang wisatawan. Apabila dilihat dari perilaku/kegiatan keseluruhan mahasiswa asing, terlepas dari kegiatan akademiknya, dan membandingkannya dengan karakateristik wisatawan pada umunya, mahasiswa asing ini dapat dikategorikan sebagai wisatawan (Huang 2008).
Glover (2011) menemukan fakta bahwa dua pertiga dari mahasiswa asing yang melakukan perjalanan wisata saat menempuh pendidikan di Australia, hampir seluruhnya memang merencanakan dan mempunyai keinginan untuk berlibur di Australia sebelum mereka berada di negara tersebut. Menurut Stronkhorst (2005, hal 304), dorongan utama mahasiswa untuk belajar di luar negeri adalah untuk bersenang-senang, berwisata dan berpetualang, dan sedikit untuk tujuan akademik atau pengembangan kompetensinya. Saat belajar di luar negeri, mahasiswa asing dan pertukaran termotivasi untuk bepergian sebanyak mungkin di negara tempat mereka menuntut ilmu dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang budaya dan orang-orangnya di tempat mereka menempuh pendidikan (Babin dan Kim, 2001;Teichler, 2004).
Beberapa peneliti menemukan hubungan antara berwisata dan menempuh pendidikan di luar negeri. Wiers-Jenssen (2003, hal 396), menemukan bahwa dua faktor - "tertarik untuk belajar di negara dan lingkungan asing" dan "menyukai petualangan" adalah dua alasan utama mahasiswa untuk belajar di luar negeri.
Nyaupane dkk. (2010, hal 263) mengidentifikasi empat dimensi motivasi belajar di luar negeri, yang utama adalah menjadi turis internasional, diikuti oleh motivasi akademis, sosial, dan juga pelarian . Stone dan Petrick (2013) mengklaim bahwa mahasiswa termotivasi untuk belajar di luar negeri untuk pengembangan keterampilan pribadi, profesional, karir, peluang, rekreasi, relaksasi dan manfaat lainnya.
Waters dkk. (2011) berpendapat bahwa beberapa mahasiswa cukup jelas mengemukakan alasan tentang apa yang mereka harapkan ketika mereka pergi ke luar negeri untuk belajar (yaitu pendidikan yang lebih fleksibel dan kurangnya tekanan dalam menempuh pendidikan), yang lain memiliki tujuan yang lebih sentimental dan emosional, bahwa mereka akan merasa 'lebih bahagia' tinggal di luar negeri.
Richards dan Wilson (2003, hal 17) mengungkapkan empat faktor pendorong mahasiswa untuk belajar ke luar negeri: mencari pengalaman, relaksasi, bersosialisasi dan berkontribusi di tempat tujuan. Menurut Richards dan Wilson (2004, hal 57), termotivasi untuk memperoleh pengalaman lazim terjadi di kalangan pelajar, khususnya untuk melihat budaya lain. Jarvis dan Peal (2008, hal 164) menyebutkan bahwa Umpan balik positif dari teman, pembuktian, kesempatan untuk memperluas wawasan mereka terhadap negara yang dituju, untuk bertemu orang baru, untuk istirahat dari rutinitas, mendapatkan pengalaman tentang budaya asing, dan kesempatan untuk peningkatan karir. Kitsantas (2004) menunjukkan keinginan untuk meningkatkan pemahaman tentang negara tempat mereka belajar; keinginan untuk menguasai suatu subjek ilmu yang mereka pelajari di luar negeri dan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan keluarga atau marga mereka di luar negeri.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ada hubungan antara belajar ke luar negeri dan berwisata ke luar negeri bagi mahasiswa asing (Jarvis dan Peel, 2008; Llewellyn-Smith dan McCabe, 2008; Peel, 2004). Dimana hasil survey menunjukkan
bahwa citra suatu negara memiliki banyak pengaruh terhadap keputusan mahasiswa asing untuk belajar di Australia.
Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang akan dipakai adalah wawancara berkelompok dan kuisioner. Wawancara berkelompok didasarkan pada literatur yang digunakan pada penelitian ini. Kemudian, hasil wawancara berkelompok akan dipakai sebagai dasar untuk membuat daftar pertanyaan dari kuisioner. Dari kuisoner, hasil yang diharapkan adalah data statistik yang lengkap tentang perilaku beriwisata mahasiswa asing di Bali. Tujuan dari digunakannya wawancara berkelompok adalah, agar daftar pertanyaan disusun pada kusioner nantinya benar-benar berdasarkan pengalaman dari mahasiwa asing, bukan dari keinginan peneliti agar jawaban yang diterima sesuai dengan keinginan peneliti (research led).
Perbedaan antara wawancara berkelompok dengan fokus grup adalah wawancara berkelompok menggunakan mekanisme yang sama dengan wawacara perorangan akan tetapi peserta yang diwawancarai lebih dari satu orang (Parker dan Tritter 2006). Skenario yang ada pada wawancara berkelompok adalah peneliti mengajukan pertanyaan, peserta menyampaikan jawaban ke peneliti, seperti itu seterusnya (ibid). Sedangkan dalam metode fokus grup, peneliti memainkan peran 'fasilitator' atau 'moderator'; yaitu fasilitator / moderator diskusi kelompok antara peserta, bukan antara dirinya dan peserta. Disini, peneliti mengambil peran sampingan, bukan utama dalam suatu fokus grup. Maksud dari peran sampingan adalah, peneliti tidak banyak menginterupsi suatu diskusi dalam fokus grup, karena yang terpenting dari metode fokus group adalah interaksi antara peserta dan dinamika yang ditimbulkan dari interaksi tersebut (ibid).
Sample Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data berupa wawancara berkelompok dan kuisioner, maka sample yang akan diambil dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama menggunakan purposive sampling, teknik sample yang menurut Bryman (2008) adalah menentukan informan/responden berdasarkan pertanyaan dari penelitian. Akan tetapi menurut Bryman (2008) , kelemahan teknik sampling ini adalah menentukan berapa banyak informan yang akan dicari pada awal penelitian dan apakah sample ini akan representatif. Menurut Warren (2002 dalam Bryman 2008), syarat untuk sebuah penelitian kualitatif dapat dipublikasikan adalah membutuhkan minimal 20-30 jumlah wawancara.
Oleh karena itu, wawancara berkelompok akan dilakukan ke paling sedikit 20 orang mahasiswa asing. Wawancara ini untuk mengetahui jenis variable-variable yang akan ditanyakan pada saat menyebarkan kuisioner. Kuisioner akan disebarkan ke ketiga program studi internasional yaitu BIPAS, IBSN dan GOBALI. Masing masing program studi akan disebarkan sebanyak maksimum 50 buah kusioner. Maka dari itu total 150 Kuisioner akan disebar pada tiga program studi tersebut untuk mendapatkan jawaban tentang derajat kepentingan dan kecenderungan perilaku berwisata mahasiswa asing di Bali.
Analisa Data
Hasil wawancara dan data yang di dapat melalui wawancara berkelompok kemudian dianalisis menggunakan Nvivo9. Semua wawancara akan direkam dan kemudian diketik menggunakan Microsoft Word sebelum dipindahkan ke NVivo 9 untuk dianalisa. Menurut Edhulnd (2011), NVivo adalah sebuah perangkat lunak (software) untuk menganalisis data kuslitstif dengan bantuan komputer (CAQDAS) yang diciptakan khusus untuk para peneliti kualitatif yang pada umumnya mengolah data berupa teks/tulisan dan multimedia. Penggunan Nvivo sangat membantu peneliti untuk mencoding hasil wawancara, baik individu maupun berkelompok. Nvivo memudahkan untuk mengeksplorasi word frequency, attributes
dari yang diwawancara dan juga menuliskan memo sebagai refleksi dari setiap wawancara berkelompok.
Olahan data yang didapatkan dari Nvivo, akan menghasilkan beberapa kategori dan subkategori. Kategori-kategori dan subkategori-subkategori inilah yang nanti akan dijadikan faktor dan sub faktor yang akan diteliti menggunakan kusioner. Pada Kusioner, SPSS 22 akan digunakan untuk menyusun dan mengurutkan derajat kepentingan berdasarkan nilai rata-rata dari beberapa sub faktor yang berhubungan dengan perilaku beriwisata. SPSS 22 juga akan digunakan untuk melakukan analisis faktor, analisis cluster dan menyusun nilai rata –rata tertinggi berdasarkan grup cluster, sehingga akan didapatkan jawaban atas derajat kepentingan dan kecenderungan perilaku berwisata mahasiswa asing di Bali.
Hasil Dan Pembahasan
Dari Wawancara ini kegiatan yang mereka pada umumnya lakukan adalah: snorkeling, belajar surfing, diving, mengunjungi air terjun, mendaki gunung, cooking class, berjemur (sunbathing), menyaksikan sunset, mengunjungi sawah, mengunjungi pura, menyaksikan lumba-lumba. Tempat favourite untuk mereka kunjungi selama di Bali adalah sebagai berikut:
- Kabupaten Gianyar |
: Ceking Rice Terrace, Tirta Empul, Air Terjun Goa Rang Reng, Monkey Forrest |
-Kabupaten Klungkung |
: Nusa Lembongan, Pantai Kelingking Nusa Penida, |
- Kabupaten Badung |
: Pantai Balangan, Pantai Padang-Padang, Pura Uluwatu, Pura Taman Ayun, Pantai Karma |
- Kabupaten Bangli |
: Gunung Batur |
- Kabupaten Karangasem |
: Tirta Ganga, Pura Lempuyang, |
- Kabupaten Buleleng |
: Air Terjun Banyumala, Air Terjun Aling-Aling, Pantai lovina, Banjar Hotspring. |
i£M
meverest×
Banyumala Twin Waterfalls
Gambar 1. Mahasiswa GoBali yang berfoto di Depan air terjun Banyumala Sumber: Laman Instagram Marina Markovic
Dari wawancara ini juga didapatkan berbagai informsi yang akan ditanyakan pada kuisioner diantaranya adalah: jenis transportasi apa yang mereka gunakan selama berwisata; apakah mereka berwisata berkelompok; berapa jumlah kelompoknya; dengan siapa mereka biasanya berwisata; apa kegiatan berwisata yang paling digemari di Bali; dan apa tempat favourite yang dikunjungi. Keseluruhan jawaban dari wawancara ini dipakai untuk menyusun kuisioner yang diedarkan pada pertengahn Bulan Juli 2018, sebanyak 50 buah kuisioner. Rangkuman pertanyaan dari kusioner dapat dilihat pada table 1 dan table 2 tentang perilaku berwisata mereka selama di Bali.
Wawancara kedua dilakukan pada awal Juli, pada kesempatan ini, para peneliti lebih memfokuskan faktor motivasi mereka berwisata selama di Bali dan memilih Bali sebagai tempat mereka kuliah. Dari wawancara ini peneliti menemukan berbagai motivasi antara lain: untuk relaksasi dan bersenang-senang;
melihat-lihat; mengunjungi tempat wisata yang sebelumnya mereka baca atau lihat di media cetak maupun elektronik; untuk berfoto-foto; agar mereka bisa ceritakan dan perlihatkan ke teman dan saudara; untuk mendapatkan pengalaman tentang Bali; untuk mempelajari budaya Bali; mencari pengalaman untuk hidup di negara asing; mempunyai kenalan baru; mempunyai penglaaman belajar di negara asing; untuk bebas berpetualang; kesempatan untuk beriteraksi dengan orang lokal; menjadi mandiri dan tinggal jauh dari orang tua; untuk meningkatkan prospek kerja. Jawaban yang diperoleh digunakan untuk menyusun kuisioner yang didistribusikan pada pertengahan Juli 2018. Rangkuman jawaban tentang motivasi dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Tabel 1. Perilaku mahasiwa asing ketika berwisata di Bali
Jenis Pertanyaan |
Jawaban |
Berapa besar anda menghabiskan uang untuk berwisata di Bali dalam 3- 4 bulan anda tinggal |
Lebih dari 1200 Euro (35) 600-800 Euro (10) 900-1200 Euro (9) |
Berapa jumlah Trip (perjalanan berwisata) selama di Bali (termasuk Nusa Lembongan dan Penida), harap diingat bahwa Gilis dan Lombok bukan mereka bagian dari Bali |
1-3 trip (32) , 4-6 trip ( 10), 7-10 (12), lebih dari 10 (0) |
Jenis Moda transportsi apa yang anda pakai selama berwisata di Bali |
Sepeda Motor (45), Mobil sewa (0), Mini Van (12),Angkutan umum (2) |
Apakah anda berwisata berkelompok |
Ya (54) Tidak (0) |
Jumlah orang dalam grup anda |
2 (20), 3-5 (18), 6-9 (16), lebih dari 10 (0) |
Dengan siapa anda berwisata di bali |
Teman (54) , Pacar (8), Keluarga (10), lain-lain (0) |
Aktivitas wisata yang anda suka di Bali |
Diving (32), Snorkeling (24), Hiking (16), Cooking Class (8), Surfing (32), Rafting (8), Trekking (12), Other (2) |
Tempat wisata favourite di Bali |
Air terjun (17), Gunung (18), Pantai (54), Danau (6), Pura (10) Sawah (6), Sungai () |
Sumber: Hasil olahan penelitian (2018)
Tabel 2. Perilaku mahasiwa asing ketika berwisata di Bali dalam persen
Jenis Pertanyaan |
Jawaban |
Berapa besar anda menghabiskan uang untuk berwisata di Bali dalam 3- 4 bulan anda tinggal |
Lebih dari 1200 Euro (64,8%) 600-800 Euro (18,5%) 900-1200 Euro (16,6%) |
Berapa jumlah Trip (perjalanan berwisata) selama di Bali (termasuk Nusa Lembongan dan Penida), harap diingat bahwa Gilis dan Lombok bukan mereka bagian dari Bali |
1-3 trip (59,2%) , 4-6 trip ( 18,5%), 7-10 (22,2%), lebih dari 10 (0) |
Jenis Moda transportsi apa yang anda pakai selama berwisata di Bali |
Sepeda Motor (100%), Mobil sewa (0), Mini Van (22,2%),Angkutan umum (3,7%) |
Apakah anda berwisata berkelompok |
Ya (100) Tidak (0) |
Jumlah orang dalam grup anda |
2 (37%), 3-5 (33,3%), 6-9 (29,6%), lebih dari 10 (0) |
Dengan siapa anda berwisata di bali |
Teman (100%) , Pacar (14,8%), Keluarga (18,5%), lain-lain (0) |
Aktivitas wisata yang anda suka di Bali |
Diving (59,2%), Snorkeling (44,4%), Hiking (29,6%), Cooking Class (14,8%), Surfing (59,2%), Rafting (14,8%), Trekking (22,2%), Other (3,7%) |
Tempat wisata favourite di Bali |
Air terjun (31,4%), Gunung (33,3%), Pantai (100%), Danau (11,1%), Pura (18,5%) Sawah (11,1%), Sungai () |
Sumber: Hasil olahan penelitian (2018)
Pendapat para mahasiswa asing ketika ditanyakan seberapa besar mereka menghabiskan biaya untuk berwisata di Bali dalam semester pendek di Universitas Udayana adalah 64,8% mengatakan mereka menghabiskan lebih dari 1200 Euro, ini artinya mereka menghabiskan sekitar kurang lebih 20 juta Rupiah selama mereka menempuh pendidikan di Bali . Sisanya adalah rata rata mereka menghabiskan 600
sampai 800 Euro sebesar 18,5% dari jumlah mahasiswa asing dan 900 sampai 1200 Euro sebesar 16,6% dari jumlah total mahasiswa. Untuk pertanyaan jumlah perjalanan wisata yang mereka lakukan selama berada di Bali (tidak termasuk Gili Terawangan, Gili Meno maupun Gili lainnya) mereka pada umumnya menjawab bahwa perjalanan atau trip yang mereka lakukan berkisar antara 1-3 kali ketika berada di Bali (59,2%), kemudian 4-6 kali perjalanan wisata dimana ada sekitar 18,5% mahasiswa mengatakan tersebut dan 22,2% mengatakan 7-10 kali perjalanan wisata selama di Bali. Lebih dari 10 kali tidak ada yang menyebutkan.
Ketika ditanyakan jenis transportasi yang mereka gunakan selama berwisata di Bali jawabannya adalah 100% dari mereka menggunakan sepeda motor. Ini tidak mengherankan karena dalam kesehariannya para mahasiswa ini pada umumnya menggunakan sepeda motor atau dalam bahasa Inggrisnya mereka sebut Scooter. Penggunaan sepeda motor ini tentu saja hal yang lumrah karena kebiasaan mereka dalam bepergian di Bali adalah menggunakan sepeda motor dari tempat tinggal menuju ke kampus. Kemudian jenis transportasi terbanyak kedua di sini adalah Minivan sebanyak 22, 2% dari total jumlah mahasiswa yang ada. Penggunaan Minivan ini cenderung dilakukan ketika mahasiswa tersebut berwisata secara berkelompok, khususnya ketika membeli satu paket wisata misalnya paket wisata mendaki Gunung Batur di mana pada umumnya mereka dijemput pada villa tempat tinggal mereka masing masing oleh penyedia wisata Pendakian Gunung Batur. Itu hanya salah satu contoh dimana para mahasiswa ini biasanya menggunakan jenis transportasi Minivan tersebut. Angkutan umum menempati urutan ketiga sebesar 3,7% dipakai mahasiswa asing ini ketika berwisata di Bali. Pertanyaan berikut adalah apakah mereka berwisata berkelompok, jawaban yang peneliti dapatkan adalah sebesar 100% mengatakan mereka berwisata dalam bentuk grup. Ini menunjukkan bahwa ketika mereka berwisata mereka cenderung mengajak teman dan tidak pernah sendirian. Melanjutkan dari pertanyaan sebelumnya tentang apakah mereka berwisata dengan cara berkelompok , adalah pertanyaan dengan
siapa mereka berwisata. Sebanyak 100% menjawab dengan teman. Ada sebesar 14,8% menjawab dengan pacar, dimana jawaban dengan pacar ini biasanya terjadi karena ketika mereka menempuh semester pendek di Bali, pacar mereka yang berada di negara asal umumnya mengunjungi mereka dalam waktu kurang lebih satu sampai dua minggu. Selama waktu tersebut mahasiswa asing ini akan berpergian selama di Bali dan Indonesia dengan pacarnya tersebut. Di lain hal, keluarga juga merupakan jawaban yang diberikan oleh para mahasiswa ini dimana terdapat sebesar 18,5% dari mereka mengatakan berwisata dengan keluarganya. Ini tidak mengherankan karena peneliti sempat mewawancarai para mahasiswa dan mereka mengatakan bahwa orang tua mereka datang untuk mengunjungi mereka selama satu sampai dua minggu di Bali. Selama di Bali para masiswa ini menjadi pemandu wisata untuk kedua orang tua mereka pada umumnya. Perlu diingat bahwa mahasiswa ini berumur di antara 21 sampai dengan 25 tahun, oleh karena itu berwisata dengan keluarga merupakan hal yang lumrah bagi mereka.
Pertanyaan mengenai aktivitas wisata yang mereka gemari selama di Bali, jawaban yang didapat adalah surfing dan diving menjadi dua besar pilihan mereka ketika beraktivitas di Bali. Surfing dan diving menempati 59,2% dari total jumlah aktivitas yang disukai oleh para mahasiswa asing di Bali kemudian diikuti oleh snorkeling sebanyak 40,4% hiking 29,6%, trekking 22,2% serta cooking class dan rafting masing masing 14,8%, ada 3,7% yang menjawab dan lain-lain. Kategori dan lain-lain yang mereka maksudkan adalah bersantai dan berjemur di pantai. Pertanyaan terakhir tentang perilaku ketika berwisata di Bali adalah apa tempat wisata favorit mereka, jawaban yang paling banyak didapat adalah 100% dari mereka mengatakan bahwa pantai adalah tempat wisata favorit mereka di Bali. Gunung menempati posisi kedua dengan 33,3% ini artinya gunung yang dalam bahasa Inggrisnya lebih tepatnya disebut volcano (gunung berapi) menjadi primadona bagi mahasiswa asing di Bali. Sebesar 33,3% mahasiswa asing memilih untuk mengunjungi gunung berapi selama mereka melakukan semester pendek di Bali. Kemudian diikuti oleh air terjun
sebesar 31,4%. Ini tidak mengherankan karena ketika ditanya dalam wawancara mereka menyebutkan beberapa nama air terjun yang ada di Bali, khususnya air terjun yang terletak di Bali Utara. Tempat suci agama Hindu, Pura menjadi tempat favorit mereka berikutnya dengan angka 18,5% ini juga tidak mengherankan karena pura dianggap eksotis dibandingkan dengan bangunan di Eropa yang dominan didominasi oleh bangunan gereja. Sawah menempati sebesar 11,1% dan tidak ada satupun yang memilih sungai atau river sebagai tempat wisata favorit di Bali.
Tabel 3. Motivasi mahasiswa asing berwisata di Bali dan memilih bali sebagai tempat untuk kuliah (N=54)
Jenis Motivasi |
Sangat Tidak Penting |
Tidak Penting |
Biasa/ Netral |
Penting |
Sangat Penting |
Untuk bersantai dan bersenang-senang |
8 |
6 |
40 | ||
Untuk Jalan-Jalan/melihat2 |
34 |
20 | |||
Untuk mengunjungi tempat yang anda baca di buku maupun unternet |
2 |
24 |
28 | ||
Untuk mengambil banyak foto |
1 |
11 |
19 |
22 |
1 |
Untuk melakukan sesuatu yang nanti dapat diceritakan ke teman dan keluarga |
1 |
26 |
27 | ||
Untuk mencari universitas lain dan kursus lain |
35 |
18 |
1 | ||
Untuk belajar tentang Budaya Bali |
7 |
19 |
19 |
9 | |
Untuk pengalaman hidup di negara berbeda |
6 |
20 |
28 | ||
Bertemu dan berkenalan dan mendapatkan teman baru |
8 |
24 |
22 | ||
Pengalaman pendidikan di negara lain |
29 |
25 | |||
Mendapatkan tantangan hidup di negeri orang |
6 |
15 |
8 |
25 | |
Kebebasan dan Petualangan |
8 |
46 | |||
Kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lokal |
29 |
11 |
14 | ||
Menjadi mandiri dan jauh dari orang tua |
6 |
8 |
40 | ||
Meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan |
17 |
13 |
7 |
6 |
11 |
Sumber: Hasil olahan data (2018)
Tabel 4. Motivasi mahasiswa Asing berwisata di Bali dan memilih Bali sebagai tempat untuk kuliah dalam persen (N=54)
Sangat Tidak Penting |
Tidak Penting |
Biasa/Netral |
Penting |
Sangat Penting | |
Untuk bersantai dan bersenang-senang |
0 |
0 |
14.8% |
11.1% |
74% |
Untuk jalan-jalan/melihat2 |
0 |
0 |
0 |
62.9% |
37% |
Untuk mengunjungi tempat yang anda baca di buku maupun internet |
0 |
0 |
3.7% |
44.4% |
51% |
Untuk mengambil banyak foto |
1,85% |
20,3% |
35.1% |
40.7% |
1.8% |
Untuk melakukan sesuatu yang nanti dapat diceritakan ke teman dan keluarga |
1,85% |
0 |
48.1% |
50% |
0 |
Untuk mencari universitas lain dan kursus lain |
64,8% |
33,3% |
0 |
1.8% |
0 |
Untuk belajar tentang Budaya Bali |
0 |
12,9% |
35.1% |
35.1% |
16.6% |
Untuk pengalaman hidup di negara berbeda |
0 |
0 |
11.1% |
37% |
51.8% |
Bertemu dan berkenalan dan mendapatkan teman baru |
0 |
0 |
14.8% |
44.4% |
40.7% |
Pengalaman pendidikan di negara lain |
0 |
53,7% |
0 |
0 |
46.2% |
Mendapatkan tantangan hidup di negeri orang |
0 |
11,1% |
27.7% |
14.8% |
46.2% |
Kebebasan dan Petualangan |
0 |
0 |
0 |
14.8% |
85.1% |
Kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lokal |
0 |
0 |
53.7% |
20.3% |
25.9% |
Menjadi mandiri dan jauh dari orang tua |
0 |
0 |
11.1% |
14.8% |
74% |
Meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan |
31,48% |
24% |
12.9% |
11.1% |
20.3% |
Sumber: Hasil olahan data (2018)
Didapatkan 15 jenis pertanyaan tentang motivasi mahasiswa asing untuk berwisata selama di Bali dan motivasi mereka dalam mengambil kuliah di Bali. Kusioner ini menunjukkan bahwa 85% dari total mahasiswa asing ini mengatakan bahwa kebebasan dan petualangan adalah faktor yang sangat penting yang menjadi alasan mereka untuk mengambil kuliah di Univerisitas Udayana dan Bali. Disusul
oleh faktor untuk menjadi mandiri dan jauh dari orang tua. Memilih berkuliah di Bali , khususnya universitas Udayana adalah juga untuk mendapatkan pengalaman hidup di negara berbeda dan tantanganhidup di negara yang budayanya sangat berbeda. Ketika dminta peendapat tentang pengalaman pendidikan di negara lain, dua jawaban yang sangat berbeda didapatkan, ada 53% mahasiswa mengatakan bahwa itu tidak penting sedangkan 46,2% mengatakan kuliah di Bali sangat penting. Ini kemungkinan dipengaruhi oleh jadwal kuliah mereka yang hanya tiga hari kuliah penuh dan empat hari libur. Kemungkinan kedua adalah mereka dari negara maju, yang tentunya sistem pendidikan dan pengajaran di negara asal mereka, lebih maju daripada di Bali. Oleh sebab itu mereka lebih menekankan petualangan dan pengalaman hidup di Bali daripada menempuh pendidikan. Tambahan pula ketika mereka datang ke Bali, sangat sedikit yang berkeinginan untuk mencari universitas lain atau bergabung dengan institusi pendidikan lain. Meskipun ada beberapa mahasiswa yang setelah selesai semester pendek di GoBali meneruskan kuliah di BIPAS.
Pendapat mereka tentang peluang untuk mendapat pekerjan di masa depan setelah menempuh kuliah semester pendek di Bali sangat bervariasi. 31,48% menganggap semester pendek ini tidak akan mempunyai pengaruh yang besar dalam usaha mereka mendapatkan pekerjaan di masa yang akan datang. Namun, 20,3% melihat bahwa kuliah di Bali memungkinkan mereka untuk mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan kesempatan untuk bekerja di benua asia karena mereka selama semester pendek ini juga mendapatkan pelajaran cross culture dan Asian economy untuk mengetahui keadaan ekonomi negara-negara di Asia dan juga budaya orang asia pada umumnya. Contoh nyata bahwa kuliah di Bali membuat peluang mereka mendapatkan pekerjaan di masa depan adalah dua orang pendiri GoBali. Dua pendiri GoBali pada tahun 2011 adalah mahasiswa IBSN, program Internasilan di bawah naungan Fakultas Ekonomi. Mereka sekarang sukses dalam menjalankan bisnis semester pendek di Bali berkat pengalaman mereka menjadi
mahasiswa. Contoh lain adalah beberapa mahasiswa yang mencoba melamar kerja p[ada perusahaan Jerman yang berbasis di Asia dan Indonesia.
Bertemu dan berkenalan dengan orang baru adalah salah satu motivasi mereka dalam menempuh kuliah di Udayana. Dimana selama berkuliah di Udayana, para mahasiswa asing ini akan berinterkasi juga dengan mahasiswa asing pada programlain. Pertemanan mereka tidak hanya sebatas dengan sesama mahasiswa GoBali. Mereka pada umumnya juga berteman dengan ekspatriat dan komunitas dari negara mereka. Setengah lebih mahasiswa asing mengagggap bahwa beriteraksi dengan masyarakat lokal adalah normal/biasa,kemungkinan ini disebabkan karena dalam kesehariannya mereka bertemu dengan pemilik sepeda motor, membeli keperluan sehari-hari di warung lokal dan perlu untuk diingt mereka tinggal lebih dari tiga bulan lamanya di Bali. Sisanya mengatakan sangat penting untuk berinteraksi. Ketika diminta pendapat tentang belajar kebudayaan Bali, pendapat yang cukup bervairasi didapatkan disini. Kemungkinan mereka ingin mempelajari kebudayaan Bali akan tetapi waktu mereka yang cukup terbatas. Mereka tentu saja ingin menggunakan waktu mereka sebaik-baiknya untuk mengesplorasi tidak hanya Bali akan tetapi juga pulau-pulau tetangga seperti Lombok, Sumbawa bahkan yang paling jauh adalah pulau We di Aceh. Disamping itu mereka juga harus membagi waktu untuk tujuan utama mereka datang ke Bali yaitu mengikuti kuliah.
Dalam upaya untuk mengetahui motivasi mereka berwisata di Bali, sebagian besar mereka mengatakan adalah bersantai dan bersenang-senang adalah faktor yang sangat penting. Kemudian, motivasi terpenting mereka dalam berwisata di Bali adalah untuk melihat Bali itu sendiri melalui kegiatan jalan-jalan. Faktor lain yang mendasari mereka untuk berwisata di Bali adalah untuk mengunjungi tempat wisata yang mereka baca di media cetak maupun elektronik (internet). Mengambil banyak foto mendapatkan jawaban yang bervariasi pada kusioner yang diedarkan ke mahasiswa, ini artinya sebagaian mahasiswa mengaggap mengambil foto
dirasakan sebagai bonus dari kegiatan berwisata tersebut dan bukan merupakan motivasi utama mereka untuk berwisata. Untuk melakukan sesuatu yang nanti dapat diceritakan ke teman dan keluarga dirasa sesuatu yang penting oleh mahasiswa akan tetapi tidak merupakan motivasi yang sangat penting. Ini mungkin disebabkan karena, tujuan utama dari berwisata di Bali adalah untuk pengalaman yang mereka alami sendiri pada umumnya, menceritakan kembali ke teman dan keluarga adalah sekembalinya mereka ke negara asalanya. Kemungkinan jika kuisioner ini diedarkan di negara asal mereka, sekembali mereka dari Bali, jawaban yang akan diperoleh menjadi beda.
Kesimpulan
Melalui penelitian ini diketahui bahwa pelajar asing yang menempuh kuliah semester pendek mempunyai beberapa motivasi dalam memilih Bali sebagai tempat mereka menempuh kuliah. Motivasi yang paling tinggi adalah untuk kebebasan dan petualangan dan jauh dari orang tua serta untuk belajar hidup mandiri. Sedangkan perilaku mereka pada saat berada di Bali adalah menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi dan hampir keseluruhan dari mereka memilih bepergian ke pantai sebagai aktivitas favorit mereka selama berada di Bali. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan penyedia jasa pariwisata dalam memahami keinginan para turis paruh waktu ini dan untuk kemudian membuat suatu paket wisata yang menyasar jenis wisatawan ini.
Daftar Pustaka
Amanah, S., 2015. Pola Komunikasi dan Proses Akulturasi Mahasiswa Asing di
STAIN Kediri. REALITA, 13(1).
Anjarsari, N., Suwandi, S. and Mulyono, S., 2013. Analisis Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karangan Mahasiswa Penutur Bahasa Asing di Universitas Sebelas Maret. BASASTRA, 1(2), pp.250-262.
Babin, B.J. and Kim, K., 2001. International students' travel behavior: a model of the travel-related consumer/dissatisfaction process. Journal of Travel & Tourism Marketing, 10(1), pp.93-106.
Baruch, Y., Budhwar, P.S. and Khatri, N., 2007. Brain drain: Inclination to stay abroad after studies. Journal of world business, 42(1), pp.99-112.
Bryman, A., 2008. Social research method. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press.
Edhulnd, B., 2011. Nvivo 9 Essential. London: Lulu.
Glover, P., 2011. International students: Linking education and travel. Journal of Travel & Tourism Marketing, 28(2), pp.180-195.
Hidayat, S.K., 1998. Kemampuan Mahasiswa Asing pada Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Membaca Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: UPI.
Huang, R., 2008. Mapping Educational Tourists' Experience in the UK:
understanding international students. Third World Quarterly, 29(5), pp.10031020.
Kitsantas, A., 2004. Studying Abroad: The Role OF College Students’ goals on The Development Of Cross-Cultural Skills and Global Understanding. College Student Journal, 38(3).
Mazzarol, T. and Soutar, G.N., 2002. “Push-pull” factors influencing international student destination choice. International Journal of Educational Management, 16(2), pp.82-90.
Nyaupane, G.P., Paris, C.M. and Teye, V., 2010. Why do students study abroad? Exploring motivations beyond earning academic credits. Tourism Analysis, 15(2), pp.263-267.
Jarvis, J. and Peel, V., 2008. Study backpackers: Australia's short-stay international student travellers. Backpacker tourism: Concepts and profiles, pp.157-173.
Llewellyn‐Smith, C. and McCABE, V.S., 2008. What is the attraction for exchange students: the host destination or host university? Empirical evidence from a study of an Australian university. International Journal of Tourism Research, 10(6), pp.593-607.
Parker, A. and Tritter, J., 2006. Focus group method and methodology: current practice and recent debate. International Journal of Research & Method in Education, 29(1), pp.23-37.
Peel, V., 2004. Classroom tourists: Study-abroad students and Australian
studies. Thinking Australian Studies: Teaching Across Cultures. Queensland: UQP.
Ritchie, B.W., Carr, N. and Cooper, C.P., 2003. Managing educational tourism (Vol. 10). Channel View Publications.
Richards, G. and Wilson, J., 2003. New horizons in independent youth and student travel. A report to the international student travel confederation (ISTC) and the association of tourism and leisure education (ATLAS). Amsterdam: International Student Travel Confederation.
Richards, G. and Wilson, J., 2004. The international student travel market:
Travelstyle, motivations, and activities. Tourism Review International, 8(2), pp.57-67.
Ryan, C. and Zhang, Z., 2007. Chinese students: holiday behaviours in New Zealand. Journal of Vacation Marketing, 13(2), pp.91-105.
Saddhono, K., 2012. Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra, 24(2), pp.176-186.
Shaifa, D., 2013. Supriyadi.(2013). Hubungan dimensi kepribadian the big five personality dengan penyesuaian diri mahasiswa asing di Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), pp.72-83.
Stone, M.J. and Petrick, J.F., 2013. The educational benefits of travel experiences: A literature review. Journal of Travel Research, 52(6), pp.731-744.
Stronkhorst, R., 2005. Learning outcomes of international mobility at two Dutch institutions of higher education. Journal of Studies in International Education, 9(4), pp.292-315.
Teichler, U., 2004. Temporary study abroad: the life of ERASMUS students. European Journal of Education, 39(4), pp.395-408.
Townsend, P. and Lee, C., 2004. Research Note Cultural Adaptation: A Comparative Analysis OF Tertiary Students 'International Education Experience . Tourism Review International, 8(2), pp.143-152.
Waters, J., Brooks, R. and Pimlott-Wilson, H., 2011. Youthful escapes? British students, overseas education and the pursuit of happiness. Social & Cultural Geography, 12(5), pp.455-469.
Weaver, D.B., 2003. The contribution of international students to tourism beyond the core educational experience: evidence from Australia. Tourism Review International, 7(2), pp.95-105.
Wiers-Jenssen, J., 2003. Norwegian students abroad: Experiences of students from a linguistically and geographically peripheral European country. Studies in Higher education, 28(4), pp.391-411.
Profil Penulis
Dra. Ida Ayu Suryasih, M. Par dilahirkan di Tabanan pada tanggal 15 Agustus 1961. Beliau adalah pengajar tetap di Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Beliau aktif di Yayasan Tri Hita Karana dan menjadi konsultan untuk sertifikasi Tri Hita Karana pada hotel-hotel di Bali. Bidang studi yang beliau gemari adalah pariwisata berbasis masyarkat, pengembangan destinasi wisata dan sumber daya manusia.
Gde Indra Bhaskara SST. Par, MSc., Ph.D adalah dosen tetapUniversitas Udayana kelahiran 19 Desember 1978. Beliau menamatkan sekolahnya di STP Nusa dua Bali pada tahun 2001 dan untuk kemudian melanjutkan program Master ke Bournemouth University pada tahun 2002-2004. Sekembalinya dari Inggris, beliau bekerja pada HES Global, sebuah perusahaan terkemuka yang memfokuskan dalam mencari dan menempatkan eksekutif/pemimpin-pemimpin perusahaan di seluruh dunia pada industri Perhotelan dan jasa, pada kurun waktu 2004-2006. Pada periode berikutnya, beliau mengajar di Manajemen Perhotelan Indonesia yang dikenal dengan nama MAPINDO. Menghabiskan waktu dua tahun disana, pada tahun 2008 diterima di Universitas Udayana sebagai dosen tetap. Hanya berkesempatan mengajar selama dua semester setelah diangkat menjadi dosen tetap di Universitas Udayana, beliau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 ke Bournemouth University di tahun 2010.
240
JUMPA Volume 6, Nomor 1, Juli 2019
Discussion and feedback