PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERSEPSI TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA AIR TERJUN SELENDANG ARUM, SONGGON - BANYUWANGI
on
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERSEPSI TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
DAYA TARIK WISATA AIR TERJUN SELENDANG ARUM, SONGGON -
BANYUWANGI
Adetiya Prananda Putra
Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata Politeknik Negeri Banyuwangi
Email: adit.prananda@gmail.com
ABSTRACT
The development of tourism sector by involving the community will result in a success that suitable with the aspirations and needs of the community itself. The aim of this research is to identify the level of community participation, the affect of the level of education and the perception on community participation in managing Selendang Arum Waterfall as a tourist attraction. This research uses survey method. The samples of this research are 136 people of Sumber Arum Villager. The result of this research shows that level of Sumberarum villager participation in managing Selendang Arum Waterfall is 83%, it implies highly positive (active community participation). Based on the results of the analysis, the perception has a significant affect on community participation, however the level of education does not have a significant affect on community participation and simultaneously the level of education and the perception have a significant affect on the community participation.
Keywords: Education Level, Selendang Arum Waterfall, Participation, and Perception.
Pendahuluan
Pengembangan dan pengelolaan pariwisata di suatu daerah harus dapat mencerminkan peranan masyarakat
lokal yang ikut terlibat didalam proses pengembangan dan pengelolaan pariwisata tersebut sehingga terjadi sinergi dan menciptakan kesesuaian program dengan aspirasi dan keinginan dari masyarakat. Pengelolaan destinasi wisata juga memerlukan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat untuk mengembangkan daya tarik wisata tersebut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar destinasi wisata.
Banyuwangi adalah salah satu kabupaten pada wilayah barat Indonesia yang penuh potensi budaya dan pariwisata yang terletak diujung pulau jawa. Kunjungan wisata ke Banyuwangi dari 2010 ke 2013 mengalami peningkatan kunjungan wisata sebesar 22,9 % untuk wisatawan domestik (nusantara) yaitu sebanyak 1.057.952 wisatawan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi 2014). Kunjungan wisata ke Banyuwangi tidak hanya dilakukan oleh wisatawan domestik saja, tetapi wisatawan asing juga banyak melakukan kunjungan ke kabupaten ini meskipun kunjungan wisatawan asing dari tahun ke tahun bersifat fluktuatif. Peningkatan kunjungan wisatawan menjadi faktor penting sebagai pertimbangan pengembangan atraksi wisata dan salah satunya daya tarik wisata alam air terjun Selendang Arum.
Air Terjun Selendang Arum merupakan daya tarik wisata air terjun yang terletak di desa Sumber Arum Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi. Air terjun Selendang Arum memiliki tinggi 20 meter dengan kolam yang dangkal dan dasar kolam berupa kumpulan batu berbentuk lempengan dan dapat memantulkan sinar matahari. Air Terjun Selendang Arum dikelilingi tebing yang menjulang tinggi dan ditumbuhi pohon-pohon yang rindang serta tumbuhan rambat yang lebat. Monyet cokelat dan berbagai macam jenis burung banyak dijumpai di sekitar daya tarik wisata ini. Air Terjun Selendang Arum dan sekitarnya mempunyai suhu yang dingin dan aliran airnya tetap deras meskipun di musim kemarau. Air Terjun ini juga memiliki batuan yang berukuran besar hingga sedang yang biasanya digunakan para wisatawan untuk sekedar duduk dan beristirahat sembari menikmati pemandangan Air Terjun Selendang Arum.
Keberadaan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan daya tarik wisata. Permasalahan yang kerap dialami oleh pengembangan daya tarik wisata adalah keterlibatan masyarakat sekitar daya tarik wisata. Pengembangan daya tarik wisata yang tidak berbasis masyarakat lokal seringkali tidak memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan perekonomian masyarakat sekitar sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat sehingga pengembangan daya tarik wisata berbasis masyarakat lokal dapat dirumuskan dengan baik.
Penelitian terdahulu mengenai partisipasi masyarakat daerah dalam program pariwisata telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Partisipasi masyarakat yang diteliti oleh Andriyani dan Elida (2008) yang mengangkat judul “Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Keberlangsungan Kegiatan Ekonomi Dari Pinjaman Dana Bergulir (Studi Kasus Pada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok). Melalui analisis deskriptif dan teknik pengumpulan menggunakan kuesioner memperoleh hasil bahwa besarnya tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Pancoran Mas adalah cukup aktif dengan persentase sebesar 72,89%. Lutpi (2016) melakukan penelitian “Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Pantai di Kecamatan Jerowaru”. Melalui analisis rating/peringkat dan teknik analisis induktif menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat Kecamatan Jerowaru dalam pengembangan pariwisata masih rendah terlihat dari nilai/skor terhadap keseluruhan dari empat indikator yang digunakan yaitu sebesar 0,89. “Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Desa Vokasi Di Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri” oleh Pratiwi (2015) melalui metode sensus dan penilaian skoring pada tiap-tiap parameter kuesioner menghasilkan 50% kategori partisipasi tinggi pada budidaya sayur, 60% partisipasi pada kegiatan program desa, 40% partisipasi partisipasi usaha jamu
gendong dan 65% untuk usaha budidaya kambing.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum; menganalisa pengaruh persepsi terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum; serta menganalisa pengaruh tingkat pendidikan dan persepsi secara simultan terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi
Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seseorang warga negara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok, sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya (Rizqina 2010). Pengertian lain menurut Ars (2013) partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan merupakan salah satu wujud kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan. Nasrudin (2009) mengemukakan bahwa masyarakat desa adalah potensi sumber daya manusia utama dalam suatu pembangunan desa. Tanpa peran dan partisipasi dari seluruh masyarakat desa, pembangunan desa mustahil terlaksana dengan baik.
Partisipasi masyarakat desa adalah hal dan kewajiban seseorang warga desa untuk memberikan kontribusi, menyalurkan aspirasi, pemikiran dan kepentingannya dalam penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai salah satu wujud kepedulian masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya tarik wisata sangat dibutuhkan. Sektor pariwisata tidak akan dapat berjalan dan berkembang bila tidak ada peran serta masyarakat dalam mengelola sektor pariwisata karena masyarakat merupakan pelaku utama dalam pengelolaan suatu destinasi wisata. Masyarakat harus selalu ikut aktif dalam pengelolaan pariwisata
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Persepsi Terhadap Partisipasi Masyarakat ... supaya masyarakat dapat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sektor pariwisata.
Berikut Jenis-jenis partisipasi menurut Ripai (2013) yang sekaligus menjadi indikator partisipasi masyarakat dalam penelitian ini antaralainpartisipasi denganpemikiran (psychological participation), partisipasi dengan tenaga (physical participation), partisipasi dengan pikiran dan tenaga atau partisipasi aktif (active participation), partisipasi dengan keahlian (with skill participation), partisipasi dengan barang (material participation), partisipasi dengan uang (money participation).
Pratiwi (2015) dalam penelitiannya juga menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain: a. Tingkat Pendidikan: semakin tinggi tingkat pendidikan yang telah ditempuh masyarakat, semakin tinggi pula kemampuan masyarakat menerima, menyaring, ilmu program desa. b. Tingkat Pendapatan: variabel lain yang menjadi faktor mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah pendapatan. Seseorang yang berpenghasilan rendah justru ingin sekali untuk mendapatkan hal yang baru berupa keterampilan dan pengetahuan untuk menambah kemampuan mendapatkan sesuatu selain pekerjaan tetap. c. Jenis Pekerjaan: pekerjaan yang cenderung tidak menghabiskan waktu dan lebih leluasa untuk mengikuti suatu program akan memiliki partisipasi lebih tinggi dibanding dengan seseorang yang memiliki pekerjaan yang menyita waktu seharian. d. Persepsi Anggota Masyarakat: persepsi merupakan suatu proses penyaringan, pengorganisasian, pengaturan, penginterpretasian dan penafsiran informasi dari luar atau lingkungan. Persepsi yang positif akan memberikan dampak partisipasi yang positif namun jika memiliki persepsi yang buruk maka tidak akan memicu keinginan untuk berpartisipasi dalam suatu program. e. Motivasi Anggota Masyarakat: motivasi bisa meliputi niat, kehadiran, pengaruh anggota keluarga, bentuk sumbangan serta jarak tempuh lokasi dan tentunya tanpa adanya paksaan maupun tekanan. Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi yang dihasilkan oleh penelitian dari Pratiwi (2015),
peneliti meneliti pengaruh pendidikan dan persepsi terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Pendidikan
Menurut Fitriyya (2012) pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuannya dan semakin tinggi daya analisisnya, sehingga pada akhirnya akan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, dengan kata lain pendidikan memberikan prasyarat bagi kemampuan seseorang untuk memperbaiki kualitasnya yaitu kualitas untuk menjalankan tugas yang diembannya tersebut. Pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan kecakapan tertentu guna pembentukan sikap atau kepribadian seseorang dalam jangka waktu yang relatif lama baik secara formal maupun nonformal.
Terdapat tiga hal pokok pendidikan (Fitriyya 2012) yaitu merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode, sebagai suatu proses yaitu pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan yang formal dan structured artinya pendidikan diselenggarakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dipandang menguasai materi melalui serangkaian kegiatan baik sifatnya kurikuler maupun ekstrakurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, dan standar pengetahuan tertentu artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan dan akademik tertentu.
Fitriyya (2012) juga merumuskan terdapat tiga cara seseorang memperoleh pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 menjelaskan bahwa: a. Pendidikan formal pada pasal 1 ayat 6 adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pasal 1 ayat 7 menjelaskan pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah tertuang pada pasal 1 ayat 12 adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat dan Pendidikan Tinggi pada pasal 1 ayat 17 adalah jenjang pendidikan menengah yang dapat berupa program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. b. Pendidikan nonformal pada pasal 1 ayat 31 adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada pasal 100 ayat 2 meliputi lembaga kursus dan lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar mengajar masyarakat, majelis taklim dan pendidikan anak usia dini jalur nonformal. c. Pendidikan informal berdasarkan Pasal 116 dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Contohnya pendidikan yang dilakukan oleh keluarga yang akan membentuk watak, kebiasaan dan perilaku anak.
Pendidikan formal tersebut menjadi indikator penelitian ini untuk variabel pendidikan yaitu terdiri dari Belum Pernah Sekolah, Tidak Tamat Sekolah Dasar (SD), Tamat Sekolah Dasar (SD), Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Tamat Perguruan Tinggi.
Persepsi
Kreitner dan Kinicki (2014) menguraikan persepsi (perception) adalah proses kognitif yang memungkinkan kita
Adetiya Prananda Putra menginterpretasikan dan memahami lingkungan di sekitar kita. Pengenalan atas hal-hal adalah salah satu fungsi utama proses ini. Badeni (2013) menambahkan persepsi adalah proses pemberian arti oleh seorang individu terhadap lingkungannya namun sesuatu yang perlu kita catat persepsi seseorang dapat sangat berbeda dari kenyataan objektif. Persepsi merupakan serangkaian proses membedakan serta memfokuskan perhatian pada suatu objek yang diperoleh dari informasi indrawi (Prasetyo 2014). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, inti dari persepsi (perception) adalah proses seseorang dalam memberikan arti dan memahami lingkungan disekitarnya melalui panca indra.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yang dikutip dari Badeni (2013) terdiri dari a. Situasi suatu objek yang dipersepsi senantiasa berada dalam situasi waktu (time), dan lingkungan sosial (environmental setting) yang mencakup lingkungan kerja (work setting) dan lingkungan sosial (social setting). Contoh persepsi situasi waktu yaitu ketika melihat wanita yang pergi bekerja pada malam hari menimbulkan persepsi bahwa wanita tersebut tidak benar. b. Orang yang memersepsi (perceiver) Faktor yang ada dalam diri yang memersepsi meliputi attitude (sikap), motive (motif), interest (minat), experience (pengalaman), dan expectation (harapan). Contoh faktor motif dalam diri seorang yang memersepsi adalah seseorang yang memiliki motif kekuasaan yang tinggi memersepsi jabatan kepemimpinan yang dia emban untuk memaksa bawahan untuk berperilaku sesuai dengan yang diinginkan. c. Target Faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi terdiri dari novelty (kebaruan), motion (gerak), sound (suara), size (ukuran), background (latar belakang), dan proximity (kedekatan). Faktor objek kebaruan yaitu sesuatu yang baru dapat dipersepsi lebih bagus daripada sesuatu yang lama misalnya sebuah sistem baru dipersepsi lebih efektif dari pada yang lama.
Persepsi terbagi menjadi dua macam (Prasetyo 2014) yaitu: a. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Contohnya masyarakat mengikuti seminar dari mahasiswa tentang peluang
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Persepsi Terhadap Partisipasi Masyarakat ... potensi pariwisata desa yang akan merubah mindset mereka tentang pariwisata. b. Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Contohnya motivasi untuk merubah keadaan perekonomian hidup membuat masyarakat semangat dalam kegiatan pengelolaan daya tarik wisata karena akan menambah penghasilan masyarakat.
Persepsi masyarakat terhadap pengembangan daya tarik wisata dibagi menjadi tujuh menurut Hariyana dan Mahagangga (2015): a. Persepsi masyarakat dengan dikembangkannya daya tarik wisata. b. Persepsi masyarakat terhadap peraturan dan larangan saat memasuki area wisata. c. Persepsi masyarakat terhadap akses jalan menuju daya tarik wisata. d. Persepsi masyarakat dengan dikembangnya wisata dapat membuka kesempatan dan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. e. Persepsi masyarakat dengan akan dibangunnya art shop, restaurant, stage pementasan daerah. f. Persepsi masyarakat dengan dikembangkannya wisata outbound yang akan dilaksanakan di sekitar area wisata g. Persepsi masyarakat dengan dipromosikannya kebudayaan kesenian daerah setempat Berdasarkan macam-macam persepsi yang diuraikan Hariyana dan Mahagangga (2015), lima dari macam persepsi tersebut akan menjadi acuan indikator untuk variabel persepsi dalam penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh persepsi terhadap partisipasi masyarakat Dusun Mangaran, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
METODE PENELITIAN
Penelitian dibagi menjadi dua berdasarkan metode yang digunakan seperti Wardiyanta (2010) uraikan yaitu terdiri dari penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif yaitu berupa uraian kalimat dengan analisis deskriptif sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif. Sugiyono (2014) menyatakan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan (skoring). Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu dengan metode survey. Utama dan Mahadewi (2012) mengemukakan bahwa metode survey atau questionire method merupakan metode untuk memperoleh data dengan mengajukan serentetan pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar yang disebut dengan kuisioner. Metode kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan beberapa pertanyaan yang mewakili permasalahan atau bidang yang diteliti. Tujuan dilakukan kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dan memperoleh informasi secara serentak. Menjawab perumusan masalah pengaruh masing-masing variabel tingkat pendidikan dan persepsi terhadap variabel partisipasi masyarakat melalui teknik analisis regresi linier berganda, koefisien determinasi, uji F dan uji t disertai dengan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
-
1. . Analisis Regresi Linier Berganda
Model regresi adalah model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh dari beberapa variabel independen terhadap variabel dependen (Ferdinand 2014). Model regresi dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) terhadap partisipasi masyarakat (Y).
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients*
|
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t Sig. | |
|
B |
Std. Error |
Beta | ||
|
(Constant) |
17,743 |
2,907 |
6,103 .000 | |
|
1 Xl |
317 |
,167 |
,161 |
1.897 .060 |
|
229 |
.109 |
.178 |
2.103 .037 | |
a. Dependent Variable: Y Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan model rumus regresi linier berganda, dapat disimpulkan bahwa variabel partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Partisipasi Masyarakat = 17,743 + 0,317 X1 + 0,229 X2 + 1,819
Persamaan tersebut menjelaskan bahwa:
-
a. Nilai Konstanta sebesar 17,743, yaitu nilai positif menunjukkan adanya pengaruh positif variabel tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2). Apabila variabel tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) naik atau berpengaruh dalam satu satuan, maka variabel partisipasi masyarakat (Y) akan naik atau terpenuhi sebesar 17,743 dan jika variabel tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) bernilai 0 (nol), maka partisipasi masyarakat (Y) sebesar 17,743.
-
b. Nilai koefisien regresi variabel tingkat pendidikan (X1) sebesar menyatakan bahwa setiap peningkatan variabel tingkat pendidikan (X1) satu satuan akan meningkatkan variabel partisipasi masyarakat (Y) sebesar 31,7%.
-
c. Nilai koefisien regresi variabel persepsi (X2) sebesar 0,229 Koefisien regresi variabel persepsi (X2) sebesar 0,229 menyatakan bahwa setiap peningkatan variabel persepsi (X2) sebesar satu satuan akan meningkatkan variabel partisipasi masyarakat (Y) sebesar 22,9%.
-
d. Nilai koefisien error sebesar 1,819 Koefisien error sebesar 1,819 menjelaskan tingkat taraf kesalahan penelitian ini yaitu 5% diperoleh angka kesalahan sebesar 1,819 atau 18,19%.
Koefisien korelasi diperoleh dari hasil analisis korelasi ganda (multiple correlation) yang merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel dependen partisipasi masyarakat (Y). Besarnya hubungan antara tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) terhadap partisipasi dapat diketahui dari koefisien korelasi R2 pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Koefisien Korelasi
|
Model Summan | ||||
|
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
|
I |
,256* |
,065 |
.051 |
1.81945 |
a. Pπxhctors: (Constant), X?, X∣ Sumber: Data Pnmcr Diolah, 2017
Tabel 2 menunjukkan bahwa korelasi antara variabel tingkat pendidikan (X1) dan variabel persepsi (X2) terhadap partisipasi masyarakat (Y) sebesar 0,256. Hal ini mengartikan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan (X1), persepsi (X2) terhadap partisipasi masyarakat (Y) dalam kategori rendah karena pada
tingkatan 0,20 – 0,399 adalah kategori “rendah”.
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat presentase (%) besarnya kontribusi atau pengaruh variabel tingkat pendidikan (X1), persepsi (X2) terhadap variabel partisipasi masyarakat (Y). Koefisien determinasi ditunjukkan oleh angka Adjusted R2 (koefisien determinasi yang telah disesuaikan) dalam model summary pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Mι∣dl ∣ StiminaiA
|
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std- Error of Ihe Eslinule |
|
1 |
JS^ |
.065 |
.051 |
JlSlW |
a. Prediclon; (ConstantK X?- ×∣
Sumber: Data Ptimcr Diolahl 2017
Tabel 3 menunjukkan koefisien determinasi diperoleh sebesar 0,051. Koefisien determinasi tersebut mengartikan bahwa prosentase kontribusi variabel tingkat pendidikan (X1) dan variabel persepsi (X2) terhadap partisipasi masyarakat (Y) hanya sebesar 5,1 % sedangkan 0,945 atau 94,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh Tingkat Pendidikan (X1) dan Persepsi (X2) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Partisipasi Masyarakat (Y). Uji F dapat dilihat pada hasil ANOVA (Analysis Of Variance) pada Tabel 4. Uji signifikansi Simultan (Uji statistik F) digunakan untuk menguji hipotesis penelitian berikut ini:
Ho : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan dan persepsi secara simultan terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Ha : Adanya pengaruh tingkat pendidikan dan persepsi secara simultan terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Tabel 4. Hasil Uji F
|
ANOVA' | |||||
|
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sip. |
|
Regression |
30,826 |
2 |
15,413 |
4,656 |
.OlP |
|
I Residual |
440,2X4 |
133 |
3310 | ||
|
Total |
471,110 |
135 | |||
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant). X2. Xl Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Sig.< 0,05 yaitu sebesar 0,011 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengartikan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) secara simultan terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh Tingkat Pendidikan (X1) dan Persepsi (X2) secara terpisah (parsial) terhadap variabel terikat Partisipasi Masyarakat (Y). Menginterpretasikan koefisien variabel bebas (Independen) dapat menggunakan hasil output unstandarized coefficients. Uji signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) digunakan untuk menguji hipotesis penelitian berikut ini:
Ho1 : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Ha1 : Adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Ho2 : Tidak ada pengaruh persepsi terhadap partisipasi masyarakat
Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Ha2 : Adanya pengaruh persepsi terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Tabel 5. Hasil Uji t
|
CoefficienU* | ||||
|
Model |
Unstandardized |
Standardized |
t |
S∣g. |
|
Coefficients |
Coefiicicnts | |||
|
B Std. Error |
Beta | |||
|
(Constant) |
17,743 2.907 |
6.103 |
.000 | |
|
I Xi |
,317 ,167 |
.161 |
I.X97 |
,060 |
|
Xi |
229 ,109 |
.178 |
2.103 |
.037 |
|
a. Dependent Variable. |
Y | |||
Sumber; Data Primer Diolah. 2017
Menurut Tabel 5 diperoleh bahwa variabel tingkat pendidikan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum, karena telah dibuktikan dari hasil analisis regresi linier berganda yaitu diperoleh thitung sebesar 1,897 ini lalu dibandingkan dengan ttabel untuk probabilitas 0,025 dan 0,05 dan df 133, hasilnya adalah ttabel 1,97796 dan terlihat bahwa 1,897< 1,97796 atau thitung< ttabel, hasil ini juga sesuai dengan tingkat signifikansinya yaitu Sig.> 0,05 yaitu sebesar 0,06 , maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh signifikan tingkat pendidikan (X1) terhadap partisipasi masyarakat (Y) dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum. Hal ini bisa diambil kesimpulan juga bahwa partisipasi masyarakat (Y) dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum tidak dipengaruhi secara langsung oleh tingkat pendidikan masyarakat namun ada faktor lain yang mempengaruhi mereka dalam berpartisipasi.
Hasil pengujian hipotesis yang diperoleh juga menunjukkan bahwa variabel persepsi (X2) yang diukur berpengaruh signifikan terhadap variabel partisipasi masyarakat (Y), hasil ini dibuktikan dari hasil perhitungan regresi linier berganda Tabel 6 diperoleh
hasil yaitu nilai thitung sebesar 2,103 ini lalu dibandingkan dengan ttabel untuk probabilitas 0,025 dan 0,05 dan df 133, hasilnya adalah ttabel 1,97796 dan terlihat bahwa 2,103> 1,97796 sama dengan thitung> ttabel atau hasil signifikansi menyatakan < 0,05 yaitu sebesar 0,037 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada pengaruh signifikan persepsi (X2) terhadap partisipasi masyarakat (Y) Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Pembahasan
Hasil koefisien korelasi seperti pada Tabel 2, menunjukkan bahwa korelasi antara variabel tingkat pendidikan (X1) dan variabel persepsi (X2) terhadap partisipasi masyarakat (Y) sebesar 0,256. Hal ini mengartikan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan (X1), persepsi (X2) terhadap partisipasi masyarakat (Y) dalam kategori “rendah” dengan prosentase kontribusi hanya sebesar 5,1 % sedangkan 0,945 atau 94,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sesuai dengan hasil koefisien determinasi.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui uji F, telah diketahui bahwa Sig.< 0,05 yaitu 0,011 atau Fhitung> Ftabel yaitu 4, 656 > 3,06. Hasil tersebut mengungkapkan bahwa secara bersama-sama variabel bebas yaitu tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) memiliki pengaruh terhadap partisipasi masyarakat Dusun Mangaran Desa Sumberarum dengan tingkat signifikansi 0,011. Melihat nilai signifikansi tersebut, menunjukkan bahwa pentingnya tingkat pendidikan (X1) dan persepsi (X2) untuk tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum. Menurut Fitriyya (2012) pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Hasil Uji F penelitian ini membuktikan bahwa meskipun tingkat pendidikan masyarakat Dusun Sumberasih Desa Sumberarum cukup rendah namun tetap menyebabkan timbulnya pola pikir yang baik yang mengarah pada persepsi yang positif terhadap sektor pariwisata dan akhirnya menimbulkan
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Persepsi Terhadap Partisipasi Masyarakat ... adanya semangat untuk meningkatkan kemajuan daerah dengan ikut berpartisipasi dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum.
Variabel tingkat pendidikan (X1) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap partisipasi masyarakat sesuai dengan hasil yang diperoleh yaitu 1,897< 1,97796 atau thitung< ttabel, hasil ini juga sesuai dengan tingkat signifikansinya yaitu Sig.> 0,05 yaitu sebesar 0,06. Berdasarkan hasil uji t yang menyatakan tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan mengartikan bahwa masyarakat Dusun Sumberasih terdorong untuk berpartisipasi tanpa melihat latar belakang pendidikan masing-masing atau tingkat pendidikan bukanlah faktor yang mempengaruhi/ menyebabkan masyarakat Dusun Sumberasih berpartisipasi secara aktif dan mereka memang memiliki semangat diri yang tinggi meskipun tingkat pendidikan mereka masih rendah. Pendidikan mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seseorang agar menjadi manusia yang berilmu, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan bertanggung jawab (Setiawan 2015), namun jika terdapat semangat yang tinggi dalam diri masyarakat tingkat pendidikan rendahpun tidak akan menjadi penghalang untuk masyarakat dalam ikut berpartisipasi karena belajar untuk menjadikan manusia berilmu, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan bertanggung jawab tidak hanya didapat dari pendidikan formal namun juga bisa didapatkan dari pendidikan informal dan nonformal.
Hal ini sama dengan pendapat Pratama (2014) menyatakan bahwa berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap partisipasi nelayan dalam pelestarian mangrove di Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo dan Kalurahan Gunungannyar tambak Kecamatan Gununganyar. Penelitian lain dari Marpaung (2016) juga menyatakan bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang rendah terhadap partisipasi politik yaitu hanya sebesar 19,71%. Melihat dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi masyarakat yang dalam kasus ini dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum, Songgon-Banyuwangi.
Variabel persepsi (X2) secara parsial berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Hasilnya adalah ttabel 1,97796 dan terlihat bahwa 2,103> 1,97796 sama dengan thitung> ttabel atau hasil signifikansi menyatakan < 0,05 yaitu sebesar 0,037 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil tersebut sesuai dengan pengertian persepsi dari Stephanus dan Susanto (2014) yaitu persepsi masyarakat terhadap program tertentu adalah dasar utama sebagai alasan mereka terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan. Persepsi positif dan negatif terhadap suatu program akan menjadi kunci dorongan atau menjadi kunci hambatan bagi mereka untuk berperan dalam kegiatannya. Apapun latar belakang dari masyarakat baik tingkat pendidikan yang rendah, keadaan ekonomi yang rendah, maupun keadaan fisik yang kurang jika persepsi masyarakat positif maka masyarakat akan mendukung setiap kegiatan dari program tersebut. Hal ini terjadi pada masyarakat Dusun Sumberasih yaitu meskipun mayoritas berpendidikan rendah dan hidup di lingkungan pedesaan yang sederhana tidak menyurutkan niat mereka untuk berpartisipasi dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum karena mereka memiliki persepsi yang positif tentang pariwisata di daerah mereka. Potensi pariwisata daerah jika dikembangkan akan mampu memajukan daerah itu sendiri.
Kesimpulan ini dialami juga oleh Ardhian dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa partisipasi nelayan dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah Ujung Roban Kabupaten Batang sedang yaitu sebesar 61,07% hal ini diiringi juga dengan persepsi masyarakat yang sedang pula yaitu sebesar 61,84%. Safitri dkk. (2014) menyatakan dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh positif di sejumlah persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik pada
siswa SMA Taman Siswa Teluk Betung tahun ajaran 2013/2014 dan Muningah (2011) juga menegaskan bahwa persepsi berpengaruh signifikan terhadap partisipasi mahasiswa pendidikan geografi dalam program UNNES sebagai Universitas Konservasi dengan hasil persepsi termasuk dalam kategori tinggi yaitu 77,23% yang diiringi juga dengan partisipasi yang tinggi pula yaitu sebesar 69,92%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
-
1. Hasil uji t menghasilkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum dilihat dari Sig.> 0,05 yaitu sebesar 0,06 atau dari thitung 1,897 sedangkan ttabel 1,97796 sehingga terlihat bahwa 1,897< 1,97796 atau thitung< ttabel.
-
2. Hasil uji t menghasilkan bahwa ada pengaruh persepsi terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum dilihat dari Sig.< 0,05 yaitu sebesar 0,037 atau dilihat dari thitung 2,103 sedangkan ttabel 1,97796 dan terlihat bahwa 2,103> 1,97796 atau thitung> ttabel.
-
3. Hasil uji F menyatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan dan persepsi secara simultan terhadap partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih, Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum. Hal ini dapat diketahui dari Sig.< 0,05 yaitu sebesar 0,011 atau dari Fhitung 4,656 sedangkan F tabel 3,06 dan terlihat bahwa 4,656 > 3,06 atau Fhitung> Ftabel.
Saran
-
1. Apabila ada pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, maka untuk mendukung peneltian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penelitian lain untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
Dusun Sumberasih Desa Sumberarum dan untuk melanjutkan penelitian yang dilakukan sebaiknya penelitian mencakup perbandingan tingkat partisipasi masyarakat di daerah yang berbeda.
-
2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, meskipun hasil menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat Dusun Sumberasih Desa Sumberarum namun penulis menyarankan agar pendidikan tetap ditingkatkan untuk mewujudkan sumber daya manusia pariwisata yang mampu mengembangkan potensi wisata desa khususnya Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum agar selalu diminati wisatawan.
-
3. Penulis juga menyarankan untuk stakeholder lain khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi untuk lebih memberikan kontribusi baik berupa material maupun non material untuk masyarakat khususnya Dusun Sumberasih Desa Sumberarum dalam pengelolaan Daya tarik Wisata Air Terjun Selendang Arum karena hingga sekarang belum ada kontribusi nyata dari pemerintah daerah dan juga hal ini bertujuan untuk mempertahankan persepsi masyarakat yang berdasarkan hasil, menimbulkan partisipasi yang aktif dari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, A. dan Elida, T. 2008. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Ekonomi (Studi Kasus Pada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok). Jurnal Ekonomi Bisnis.13(3): 214-223.
Ardhian.,Suprapto, D. dan Purwanti, F. (2014), “Persepsi dan Partisipasi Nelayan Dalam Pengelolaan Kwasan Konservasi Laut Daerah Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang”, Diponegoro. Journal Of Maquares. Vol. 3, No. 3, hal. 28-39.
Ars, R.I. (2013), Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat Tembilahan Hulu Kabupaten Indragiri Hilir, Skripsi., Universitas Terbuka, Jakarta.
Badeni, (2013). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, CV Alfabeta, Bandung
Fitriyya, M. (2012), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Inisiasi Menyusu Dini Melalui Kombinasi Metode Ceramah-Tanya Jawab-Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di RB An-Nisa Surakarta, Tesis., Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hariyana, I.K. dan Mahagangga, I.G.A.O. (2015), “Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Goa Peteng Sebagai Daya Tarik Wisata di Desa 68 Jimbaran Kuta Selatan Kabupaten Badung”, Jurnal Destinasi Pariwisata, Vol.3, No. 1, hal. 24-34.
Kreitner, R. dan Kinicki, A, (2014), Perilaku Organisasi, Edisi ke-9, Salemba Empat, Jakarta Selatan.
Lutpi, H. 2016. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Pantai di Kecamatan Jerowaru. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi. 8(3):1-10.
Marpaung, F. (2016), Pengaruh Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Walikota 2012 (Studi Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjungpinang Timur RT 004/RW 003 Tanjungpinang), Naskah Publikasi Ilmiah, Universitas Maritim Raja Haji, Tanjungpinang.
Muningah, Y., 2011. Pengaruh Persepsi Terhadap Partisipasi Mahasiswa Pendidikan Geografi Dalam Program Universitas Negeri Semarang Sebagai Universitas Konservasi (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Nasrudin, D, 2009, Melirik Potensi Desa Menuju Masyarakat Sejahtera, CV Karya Mandiri Pratama, Jakarta Pusat.
Prasetyo, T.H. (2014), Pengaruh Motivasi, Persepsi Biaya Pendidikan dan Persepsi Masa Studi Terhadap Minat Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi, Skripsi., Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Pratama, R.R. 2014, Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan Dan Pengetahuan Terhadap Partisipasi Nelayan Dalam Pelestarian Mangrove Di Pantai Timur Surabaya, Swara Bhumi, UNESSA, Surabaya.
Pratiwi, M.R. (2015), Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Desa Vokasi di Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri, Naskah Publikasi Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ripai, A. (2013), Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Kecamatan Bontomene Kabupaten Kepulauan Selayar, Skripsi., Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rizqina, F. (2010), Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Kalideres Kotamadya Jakarta Barat, Tesis., Universitas Indonesia, Jakarta.
Safitri, M., Suntoro, I. and Yanzi, H., 2013. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Demonstrasi Sebagai Saluran Aspirasi Politik Terhadap Tingkat Partisipasi. Jurnal Kultur Demokrasi, 1(9).
Setiawan, A.Y. 2015, Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Disiplin Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Pakem Tahun Ajaran 2013/2014, Skripsi Sarjana Pendidikan., Universitas Negeri Yogyakarta,Yogyakarta.
Stephanus. dan Susanto. (2014), “ Persepsi Masyarakat Terhadap Partisipasi Mereka Dalam Program CSR PT Holcim IndonesiaTbk-Cilacap Plant, Jurnal Sosial, hal. 3-15.
Sugiyono. (2014), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Utama, I.G.B.R. dan Mahadewi, N.M.E, (2012). Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan, CV Andi Offset.,Yogyakarta.
Wardiyanta. (2010), Metode Penelitian Pariwisata, CV Andi Offset,Yogyakarta.
PROFIL PENULIS
Adetiya Prananda Putra adalah seorang dosen tetap pada Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata di Politeknik Negeri Banyuwangi. Beliau menempuh pendidikan Sarjana pada Politeknik Negeri Jember dan menamatkan jenjang magister pada Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012.
192
JUMPA Volume 05, Nomor 01, Juli 2018
Discussion and feedback