JUMPA 4 [1] : 62 - 77

p-ISSN 2406-9116 e-ISSN 2502-8022

PENGEMBANGAN PUSAT KOTA DENPASAR SEBAGAI ‘HERITAGE TOURISM’

I Wayan Restu Suarmana1, I Wayan Ardika2, I Nyoman Darma Putra3 1,2,3 UniversitasUdayana

E-mail: restubalitex@yahoo.com

Abstract

Heritage tourism is a tourism that utilizes heritage or historical heritage as tourist attractions. The existence of heritage for Denpasar is regarded as the theme of tourism development in the future. Nowadays, the existence of heritage sites are more neglected and abandoned due to the modernization effect. In fact, if it is managed and organized properly, it will contribute many positive benefits. This research analyses two research problems focusing on the existing condition of Denpasar city as heritage tourism. Besides, it is by planning the heritage tourism model in Denpasar city. The method used in this research is descriptive qualitative. The informants were chosen by base informants and snowball technique. Concepts used in discussing this research are the development model of tourism concept, urban tourism concept, and the heritage tourism concept. The theories used for this research is destination area life cycle. According to the results of the discussion, it can be concluded that, the existence of cultural heritage in Denpasar city is started to be explored and improved along with the objective and benefits owned by each heritage. The development model of heritage tourism which is now planned in Denpasar city comprises daily activity heritage tour.

Keywords:   Development Model, Denpasar City, and Heritage

Tourism

Abstrak

Pariwisata warisan budaya (heritage tourism) merupakan pariwisata yang memanfaatkan warisan atau peninggalan sejarah sebagai daya tarik wisata. Keberadaan warisan budaya (heritage) bagi Kota Denpasar dipandang sebagai sebuah tema pembangunan pariwisata pada masa mendatang. Pada saat ini keberadaan warisan budaya semakin tersingkir dan terlupakan akibat moderenisasi yang terjadi. Padahal apabila dikelola dan dimanfaatkan secara tepat, banyak manfaat yang

akan dihasilkan. Penelitian ini mengkaji dua persoalan yang berfokus pada bagaimana kondisi eksisting Kota Denpasar sebagai heritage tourism. Selain itu merencanakan sebuah model pengembangan heritage tourism di pusat Kota Denpasar. Penentuan informan yang digunakan adalah informan pangkal dan snowball technique. Konsep yang digunakan dalam membahas penelitian ini adalah konsep model pengembangan pariwisata, konsep pariwisata perkotaan, dan konsep Pariwisata Warisan Budaya (heritage tourism). Teori yang digunakan yaitu teori destination area life cycle. Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa, eksistensi warisan budaya di Pusat Kota Denpasar mulai digali dan dibenahi sesuai dengan tujuan manfaat yang dimiliki dari masin-masing warisan tersebut. Model pengembangan heritage tourism yang di rencanakan saat ini di Pusat Kota Denpasar yaitu daily activity heritage tour.

Kata kunci: model pengembangan, kota Denpasar, dan pariwisata pusaka

  • I.    Pendahuluan

Heritage tourism merupakan sebuah pariwisata alternatif guna mengurangi mass tourism yang cenderung lebih kapitalis dalam mengembangkan industri pariwisata.Menurut hasil studi, pariwisata warisan budaya kini ditengarai sebagai salah satu segmen industri pariwisata yang perkembangannya paling cepat. Hal ini dilandasi oleh adanya kecenderungan atau trend baru bagi wisatawan untuk mencari suatu yang unik dan autentik dari suatu kebudayaan (Ardika, 2015). Heritage Tourism merupakan wisata yang memanfaatkan warisan dan peninggalan sejarah sebagai daya tarik wisata. Heritage tourism berorientasi pada daya tarik tertentu seperti, sosial budaya, puri (kerajaan), ziarah, situs arkeologi dan bersejarah penting (Inskeep, 1991).

Keberadaan heritage saat ini semakin tersingkir dan terlupakan akibat modernisasi yang terjadi. Padahal apabila dikelola dan dimanfaatkan secara tepat, tidak menutup kemungkinan heritage tourism dapat menjadi sumber pendapatan daerah yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian kota. Wisata warisan budaya (heritage tourism) memanfaatkan potensi peninggalan sejarah, budaya dan purbakala yang terdapat di pusat Kota Denpasar. Keberadaan warisan budaya ini merupakan sebuah hasil evolusi sejarah Kota Denpasar yang cukup panjang (Darma, Syamsul Alam, Widiastuti, 2016). Namun pengembangan heritage tourism di Kota Denpasar belum maksimal, hampir sama halnya dengan program city tour.

Kota merupakan jenis destinasi pariwisata yang paling penting di dunia sejak tahun 1980-an (Law, 1996). Pada saat ini Kota Denpasar mulai meningkatkan upaya untuk mencari dan menemukan kembali identitasnya sebagai sebuah kota yang terbentuk dari wilayah Kerajaan Badung. Keberadaan heritage di Kota Denpasar ini sudah sangat lama sekali, namun pengembangan terhadap potensi tersebut belum maksimal dilakukan oleh pemerintah. Potensi tersebut mestinya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin khususnya dalam bidang pariwisata. Selain untuk melestarikan keberadaanya juga dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kecil menengah. Griya, (2006) dalam (Mardika, dan Laksmi, 2008) menyatakan bahwa secara umum tinggalan sejarah di Kota Denpasar meliputi: pura, arca, candi, puri, museum, hotel, balai banjar, pasar, dan kompleks pertokoan.

Keberadaan warisan (heritage) bagi Kota Denpasar dipandang sebagai sebuah tema pembangunan pada masa mendatang. Potensi ini dapat membantu mengendalikan berbagai pengaruh negatif. Pengembangan warisan (heritage) juga bertujuan untuk pelestarian, mengembangkan ekonomi kreatif, pariwisata, pendidikan, tentunya juga rasa kebanggaan dan menumbuhkan rasa nasionalisme (Murjana, 2011). Model pengembangan heritage tourism merupakan sebuah pengembangan pariwisata alternatif di Kota Denpasar. Model ini merupakan sebuah pariwisata yang memanfaatkan dan memberdayakan peninggalan-peninggalan sejarah baik yang bersifat tangible dan intangible termasuk masyarakatnya sendiri sebagai daya tarik wisata. Seperti di ketahui, keberadaan masyarakat Kota Denpasar sangat beragam, berbagai etnis dan ras terdapat di dalamnya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Kota Denpasar sangat multikultur (Murjana, 2011).

Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pariwisata Kota Denpasar membuat sebuah program city tour dengan mengunjungi situs-situs sejarah di Pusat Kota Denpasar. Pengembangan program city tour ini belum berjalan secara optimal, bahkan sarana dan prasarana yang mendukung program ini belum terealisasi dengan baik seperti; sarana transportasi, pemandu wisata, dan pusat informasi tentang daya tarik wisata yang ada di Kota Denpasar.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka dilakukan penelitian untuk dapat merumuskan dan memformulasikan sebuah pengembangan yang relevan. Adapun fokus dalam penelitian ini yaitu tentang eksistensi heritage tourism di pusat Kota Denpasar dan pengembangan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengkaji mengenai potensi, kondisi eksisting, dan pengembangan heritage tourism di pusat Kota Denpasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta referensi bagi pemerintah ataupun pihak terkait dalam mengembangkan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism.

  • 2.    Teori dan Metode

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori siklus hidup destinasi (tourism area life cycle) (Butler, 1980). Dalam mengembangkan pariwisata baik pengembangan destinasi, kawasan pariwisata, maupun daya tarik wisata pada umumnya mengikuti alur atau siklus hidup pariwisata. Adapun tujuannya adalah untuk menentukan posisi pariwisata yang akan dikembangkan. Tahapan yang dipaparkan dalam teori ini mulai dari tahap eksplorasi (exploration) tahapan ini menggali potensi yang dimiliki oleh suatu destinasi. Tahap keterlibatan (involvement) tahapan ini mengajak semua elemen (masyarakat, pemerintah dan swasta) untuk bersama merancang sebuah strategi guna membangun dan mengkonstruksi potensi yang dimiliki. Tahap pengembangan (development) tahap ini mulai para investor melihat peluang dengan cara berinvestasi membangun segala fasilitas penunjang kegiatan pariwisata, dengan harapan wisatawan akan banyak berkunjung. Tahap konsolidasi (consolidation) pada fase ini sudah banyak di dominasi berbagai jenis perusahaan. Fasilitas yang tersedia semakin banyak dan modern, sehingga fasilitas yang terdahulu mulai ditinggalkan. Tahap kestabilan (stagnation) pada fase ini kapasitas daya dukung sudah melebihi, sehingga berbagai dampak banyak ditimbulkan. Citra awal pada suatu destinasi pada fase ini sudah mulai tergantikan dengan adanya atraksi wisata buatan dan sudah mulai ditinggalkan oleh wisatawan. Tahap penurunan kualitas (decline) pada fase ini suatu destinasi mengalami titik kejenuhan, wisatawan mulai mengalihkan kunjungannya ke destinasi lain. Beberapa fasilitas pariwisata telah diubah bentuk dan fungsinya menjadi tujuan lain.Tahap peremajaan kembali (rejuvenate), pada fase ini suatu destinasi perlu adanya peremajaan seperti pembenahan fasilitas, sarana dan prasarana, menciptakan atraksi baru, memberikan pelayanan yang terbaik untuk setiap wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi tersebut.

Metode dan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara mendalam (in-depth interview), dan studi kepustakaan. Observasi dilakukan pada lokasi penelitian yaitu pada Museum Bali, Pura Jagatnatha, Pura Maospahit, Pasar Badung, dan Pasar Kumbasari. Wawancara dilakukan menggunakan 2 teknik diantaranya penentuan informan pangkal (Koentjaraningrat, 1993), dan snowball sampling (Sugiyono, 2008). Studi kepustakaan berupa penelitian sebelumnya yang masih relevan dengan penelitian ini, landasan teori dan konsep yang diperoleh dari buku, jurnal maupun artikel yang masih relevan dengan penelitian ini.

  • 3.    Potensi Kota Denpasar Sebagai Heritage Tourism

Denpasar memiliki warisan budaya yang cukup banyak. Berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia seperti Jakarta dan Semarang yang memiliki

DARMA PUTRA

Foto 1. Denpasar Festival merupakan perayaan atas usaha pelestarian budaya kota Denpasar

warisan budaya berupa arsitektur kolonial, Denpasar memiliki warisan budaya arsitektur lokal. Ini terjadi karena Denpasar tidak mengalami masa penjajahan Belanda yang lama. Warisan budaya Kota Denpasar berupa pura, puri, dan museum. Ada juga beberapa monumen seperti Monumen Puputan Badung dan Bajra Sandhi di Renon. Pemerintah Kota Denpasar sudah dan terus merawat warisan budaya tersebut dan mempromosikannya sebagai daya tarik wisata. Kesungguhan pemerinta melestarikan warisna budaya itu bisa dilihat dari program Pemkot menjadikan Denpasar sebagai Kota Kreatif Berwawasan Budaya dan tahun 2017 membentuk Dewa Kota Pusaka Denpasar yang bertugas untuk melakukan kajian dan memberikan masukan kepada Pemkot untuk pelestarian pusaka budaya.

Kegiatan penting Pemkot untuk melestarikan warisan budaya tak benda adalah dengan menggelar Denpasar Festival, sejak 2008. Acara yang digelar pada akhir tahun itu, untuk menyambut datangnya Tahun Baru, merupakan perayaan atas kekayaan warisan budaya Kota Denpasar. Masyarakat senantiasa berlimpah menyaksikan Denpasar Festival yang pelaksanaannya dipusatkan di titik nol Denpasar, Patung Catur Muka.

Warisan budaya memiliki nilai yang sangat signifikan terhadap industri pariwisata. Pariwisata budaya merupakan industri pariwisata terbesar di dunia, dan pariwisata pusaka (heritage tourism) merupakan sektor yang paling pesat perkembangannya pada dewasa ini (Ardika, 2015). Dalam Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia, telah disepakati bahwa Pusaka Indonesia terdiri atas pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana (Salain, 2011). Pusaka alam di pusat Kota Denpasar yaitu lapangan Puputan Badung, dan Sungai Badung (Tukad Badung). Keberadaan puri seperti Puri Pemecutan, Puri Denpasar (Puri Satria), Puri Jero Kuta, Pura Maospahit, dan Puri Tainsiat merupakan bentuk pusaka budaya tangible yaitu warisan

budaya fisik yang mudah diamati dan di observasi (Gelebet, 1986). Pusaka saujana yang dimiliki Kota Denpasar saat ini yaitu Pasar Badung, Pasar Kumbasari, Museum Bali dan Hotel Inna Bali.

  • 4.    Kondisi Eksisting Heritage Tourism di Pusat Kota Denpasar

Kunjungan wisatawan ke Kota Denpasar khususnya ke pusat Kota Denpasar perlahan-lahan mengalami peningkatan. Setiap hari bisa dijumpai wisatawan mancanegara berlalu lalang di jalan Gajah Mada, dan jalan Sulawesi. Khususnya pada high season kunjungan wisatawan pada masing-masing daya tarik di pusat Kota Denpasar mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa potensi dan keberadaan daya tarik wisata di pusat Kota Denpasar memiliki magnet yang sangat kuat dalam menarik jumlah kunjungan wisatawan dan perlu dikembangkan kembali dengan baik. Keberadaan heritage site ini sudah mulai pada tahap keterlibatan (involvement). Pada tahapan ini Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pariwisata Kota Denpasar mengajak semua elemen untuk terlibat (pemerintah, masyarakat, dan investor) dalam merencanakan sebuah model pengembangan yang tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga menjadi sebuah daya tarik heritage tourism. Tabel 1 menunjukkan data kunjungan wisatawan pada daya tarik wisata di pusat Kota Denpasar dari tahun 2011-2015.

Tabel 1 Kunjungan Wisatawan ke Daya Tarik Wisata di Pusat Kota Denpasar Tahun

2011-2015

No

Nama DayaTraikWisata

Tahun

2011

2012

2013

2014

2015

1

Museum Bali

31.578

29.197

26.215

42.988

43.458

2

Pasar Badung

11.254

17.074

18.395

16.190

17.135

3

Pasar Kumbasari

37.350

20.675

13.279

13.117

13.899

4

Pura Maospahit

79

100

93

120

240

5

Pura Jagatnatha

50

75

85

95

150

Sumber: Data Pariwisata Kota Denpasar, 2015

Pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa kunjungan wisatawan ke masing-masing daya tarik wisata mengalami fluktuasi. Sebagai sebuah daya tarik dengan jumlah kunjungan wisatawan seperti pada tabel di atas, hendaknya perlu lagi ditingkatkan dengan memberikan inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan daya tarik ini menjadi lebih menarik. Seperti halnya yang terjadi pada Pura Maospahit dan Pura Jagatnatha, kunjungan wisatawan pada daya tarik ini jauh berbeda dengan Museum Bali, Pasar Badung, dan Pasar Kumbasari. Melihat ketimpangan ini perlu dibuatkan sebuah solusi yang inovatif agar supaya kunjungan wisatawan pada masing-masing daya tarik tersebut dapat terintegrasi. Melalui model pengembagan ini nantinya

akan mampu mengatasi ketimpangan ini sehingga kunjungan wisatawan dapat meningkat dan terintegrasi.

Langkah-langkah yang sudah dilakukan pemerintah saat ini yaitu dengan menentukan beberapa daya tarik wisata dalam kegiatan heritage tourism. Mulai melakukan sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat yang terdapat pada masing-masing daya tarik wisata tersebut. Namun dalam pelaksanaan dilapangan, sosialisasi ini belum seluruhnya diselenggarakan, sosialisasi ini baru hanya pada lingkup pengelola daya tarik wisata tersebut. Sedangkan dari pihak pengelola belum mengkomunikasikan kepada anggota masyarakat lainnya.

Kondisi eksisting kawasan heritage saat ini yaitu tahap peremajaan. Berbagai potensi heritage saat ini sedang gencar digali dijadikan sebuah daya tarik wisata. Kawasan heritage Jalan Gajah Mada mulai dipercantik dengan menambahkan beberapa aksen tempo dulu seperti penambahan lampu taman, pohon perindang, jalan dan trotoar di paving. Akses untuk memasuki Pura Maospahit juga di paving, penambahn fasilitas pendukung kepariwisataan di Pura Maospahit seperti: loket pendaftaran, buku kunjungan wisatawan, selendang, dan buku panduan Pura Maospahit. Patung Catur Muka di cat kembali untuk memberikan warna yang menarik, serta ditambahkan air mancur disekeliling Patung Catur Muka. Lapangan Puputan Badung selain dijadikan ruang terbuka hijau, lapangan ini juga dijadikan tempat rekreasi keluarga dan olahraga. Fasilitas pendukung rekreasi dan olah raga telah disiapkan seperti: arena bermain anak, panggung terbuka, arena sarana olahraga (gym), tempat sampah, dan tempat air bersih yang dapat langsung diminum oleh pengunjung.

  • 5.    Pengembangan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism

Melihat beragam jenis pariwisata yang berkembang pada saat ini, pariwisata pusaka (heritage tourism) merupakan jenis pariwisata yang semakin populer dan semakin banyak diminati (Amor, 2015).Warisan budaya memiliki berbagai jenis mulai dari yang tangible (kebendaan) atau pun intangible (tak benda).Menurut Lipe (dalam Ardika, 2015) warisan budaya atau tinggalan masa lalu memiliki nilai, makna informatif, simbolik, estetis, dan ekonomis. Hal ini disebabkan warisan budaya merupakan sarana penghubung pada masa lalu, selain itu media informasi dalam mengetahui sejarah dari warisan budaya yang ada.

  • 5.1    Model Pengembangan yang Sudah Berjalan

Dalam upaya pengembangan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pariwisata Kota mulai membuat beberapa strategi salah satunya dengan membuat program city tour di pusat Kota Denpasar. Hal ini dilakukan pertama untuk mengkonservasi

serta menjaga keberadaan warisan-warisan budaya dan peninggalan masa lalu. Kedua, membuatkan jalur tur bagi wisatawan, dan yang ketiga untuk membuatkan akses bagi masyarakat lokal untuk berwirausaha dengan memanfaatkan akses yang dilewati oleh wisatawan.

Program city tour yang dicanangkan oleh Dinas Pariwisata Kota Denpasar dari pengelolaan belum berjalan optimal. Sarana dan prasarana kegiatan city tour ini belum tersedia. Menurut Bapak Moga, pada saat ini program city tour masih dikelola oleh Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) dengan mempromosikannya ke beberapa travel agent yang ada di Bali. Pelibatan masyarakatpun masih belum optimal, masyarakat belum dilibatkan pada setiap kegiatan city tour yang ada di Pusat Kota Denpasar. Pada saat ini travel agent yang terjun langsung dalam mengorganisir perjalanan wisatawan yang mengunjungi heritage site di Kota Denpasar. Wisatawan yang berkunjung ke Kota Denpasar melalui travel agent, kebanyakan mereka tidak melakukan city tour. Wisatawan hanya dipilihkan tempat wisata yang paling populer seperti Museum Bali. Kunjungan yang mereka lakukan hanya sebatas di Museum Bali.

Hal ini karena dilatarbelakangi oleh beberapa kendala yang dialami oleh travel agent. Pertama, masalah terhadap rute, selama ini rute yang ditawarkan oleh pemerintah pada program city tour ini masih belum efektif. Kedua, masalah kemacetan, kebanyakan travel agent enggan melakukan city tour di Pusat Kota Denpasar karena masalah kemacetan ini, jadi waktu yang dihabiskan sangat banyak. Ketiga, area parkir yang kurang memadai pada beberapa daya tarik di Pusat Kota Denpasar. Kebanyakan travel agent membawa wisatawan ke tempat yang memang sudah populer seperti Museum Bali. Wisatawan yang melakukan city tour ini biasanya wisatawan yang perjalannya tidak di organisir oleh travel agent.

  • 5.2    Model Pengembangan yang Belum Berjalan

Pada era global saat ini banyak orang kurang memperhatikan peninggalan masa lalu, mereka lebih terlena akan gemerlap moderenisasi yang ada saat ini (Ardika, 2015). Kecenderungan mengembangkan model pariwisata warisan budaya pada era global saat ini adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat khususnya wisatawan untuk memahami keberadaan warisan budaya masa lalu (Ardika, 2015). Pengembangan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism lebih cenderung mengacu kepada pelibatan masyarakat lokal. Heritage tourism ini hadir sebagai mata pencaharian baru bagi masyarakat lokal khususnya di bidang pariwista. Moga menyatakan lapangan kerja yang akan timbul dari pengembangan pariwisata ini ada beberapa sektor meliputi transportasi (tradisional), kerajinan, seni dan budaya. Untuk menyediakan transportasi khususnya transportasi tradisional, Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pariwisata Kota Denpasar akan bekerja sama

dengan kelompok sepeda ontel dan Perkumpulan Dokar Denpasar (PERDO-DEN). Selain transportasi tersebut, masyarakat lokal juga dapat membuka usaha penyewaan atribut kolonial ataupun atribut pejuang kemerdekaan di Lapangan Puputan Badung.

Pengembangan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism berupa aktivitas yang dapat dinikmati dan dilakukan wisatawan pada setiap heritage sites atau di setiap daya tarik wisata di pusat Kota Denpasar. Adapun denah dari lokasi dan rute dari Daily Activities Heritage Tour dapat dilihat pada Gambar 1.

GOOGLE MAP, 2016

Foto 2. Denah dan Rute Daily Activities Heritage Tour

Rute dari Daily Activities Heritage Tourini dimulai dari jalan Mayor Wisnu yaitu di Musem Bali dan Pura Jagatnatha. Berangkat dari jalan Mayor Wisnu kemudian wisatawan diarahkan menuju jalan Beliton dimana jalan ini terletak sebelah selatan dari lapangan Puputan Badung. Kemudian wisatawan diarahkan menuju jalan Hasanudin. Kemudian dari jalan Hasanudin berbelok kekanan menuju jalan Thamrin. Sepanjang jalan Thamrin, wisatawan akan melewati beberapa heritage sites salah satunya Puri Pemecutan, yang dahulu merupakan kerajaan terbesar yang terdapat di Denpasar. Tujuan pertama yaitu menuju ke Pura Maospahit. Beranjak dari Pura Maospahit, wisatawan akan diarahkan menuju ke jalan Gajah Mada yang letaknya tidak jauh dari Pura Maospahit. Setelah dari jalan Gajah Mada wisatawan akan kembali ke Lapangan Puputan Badung di jalan Mayor Wisnu.

DARMA PUTRA

Foto 3. Heritage Gajah Mada, Denpasar

Daily activities heritage tour di pusat Kota Denpasar ini menawarkan kegiatan pariwisata dengan memanfaatkan potensi situs warisan budaya dan kegiatan tradisional masyarakat sebagai daya tarik wisata. Ada beberapa jenis situs warisan budaya yang terdapat di pusat Kota Denpasar seperti; Museum Bali, Pura Jagatnatha, Pura Maospahit, Pasar Tradisional, Kawasan Heritage Jalan Gajah Mada, Patung Catur Muka, dan Monumen Puputan Badung. Aktivitas tur ini dimulai dari Museum Bali. Tur ini akan mengelilingi pusat Kota Denpasar dengan menggunakan transportasi tradisional seperti: sepeda ontel dan dokar.

Kegiatan yang dilakukan dalam daily activities heritage tour ini mengelilingi daya tarik wisata warisan dan melakukan beberapa aktifitas tradisional. Wisatawan akan diajak mengelilingi Museum Bali dengan mengunjungi setiap gedung yang terdapat di dalamnya. Melalui Museum Bali, wisatawan diberikan pemahaman secara singkat tentang Bali secara umum. Sebelum berangkat menuju daya tarik wisata heritage berikutnya, wisatawan akan diajak mengunjungi Pura Jagatnatha. Pura Jagatnatha merupakan salah satu pura terbesar di Pusat Kota Denpasar. Keunikan dari pura ini memiliki bangunan suci (padmasana) yang sangat tinggi. Nantinya wisatawan akan dijelaskan tentang keberadaan Pura Jagatnatha ini.

Tur berikutnya wisatawan akan diajak berkeliling menuju Puri Jro Kuta, Puri ini juga merupakan tempat tinggal keturunan Kerajaan Badung. Keunikan dari puri ini yaitu keberadaan bangunan Puri yang masih terawat dan terjaga dengan baik, selain itu fungsi dari masing-masing bangunan ini masih dijaga dengan baik. Keunikan lainnya yaitu, wisatawan dapat melihat proses menenun. Karena di Puri ini terdapat aktivitas menenun yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Wisatawan juga dapat mencoba dan belajar tentang tata cara menenun.

Selanjutnya wisatawan akan diajak menuju ke Pura Maospahit, wisatawan

nantinya akan dijelaskan tentang setiap bangunan yang terdapat di dalam Pura Maospahit ini. Selain itu wisatawan akan dilibatkan untuk mengikuti kegiatan membuat canang (sesajen) yang biasanya dilakukan oleh juru canang di Pura Maospahit. Wisatawan akan diajarkan tentang tata cara pembuatan canang. Nantinya canang ini akan digunakan sebagai sarana persembahyangan sehari-hari. Kegiatan berikutnya wisatawan akan menuju ke kawasan heritage jalan Gajah mada. Kawasan heritage jalan Gajah Mada, wistawan bisa melihat bangunan-bangunan pada masa kolonial yang arsitekturnya masih terjaga hingga sekarang. Wisatawan bisa berfoto-foto dengan latar bangunan-bangunan tempo dulu dan mengunjungi pedagang-pedagang.

Berikutnya wisatawan akan diajak mengunjungi pasar tradisional terbesar di Bali khususnya di Kota Denpasar yaitu Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Pasar Badung menawarkan berbagai macam kebutuhan sehari-hari masyarakat Kota Denpasar. Pada Pasar Badung, wisatawan bisa melihat aktivitas penjual dan pembeli. Bahkan wisatawan bisa ikut terlibat dalam transaksi jual beli tersebut. Keunikan lain dari Pasar Badung ini yaitu keberadaan masyarakat lokal yang menjual berbagai kuliner tradisional. Kuliner ini dapat dijadikan sebagai welcoming food (makanan dan minuman pembuka) untuk wisatawan. Wisatawan dapat mencicipi berbagai macam makanan dan minuman lokal seperti es daluman, es cendol, bubur sumsum, nasi sela, tipat cantok, dan rujak. Bahkan wisatawan juga akan diajak dalam proses pembuatan dan penyajian kuliner tradisional tersebut. Pasar Kumbasari ini lebih dominan menjual hasil kerajinan, oleh-oleh, dan kain. Semua ini memang ditujukan untuk wisatawan sebagai suvenir dan sebagai sarana pendukung pariwisata di Pusat Kota Denpasar.

Sebelum pada akhir tur, wisatawan juga akan diajak mengelilingi Puri Denpasar dan Puri Satria. Puri ini dahulunya merupakan kantor pemerintahan Belanda yang berhasil dikuasai pada masa perang kedua. Namun setelah perang berakhir, fungsi Puri dikembalikan lagi sebagai tempat tinggal keturunan raja. Hampir sama dengan Puri Pemecutan dan Puri Jro Kuta, Puri Denpasar dan Puri Satria memiliki bangunan arsitektur Bali yang masih terjaga hingga saat ini. Namun Puri Denpasar saat ini digunakan sebagai rumah jabatan Gubernur yang letaknya di sebelah utara Lapangan Puputan Badung.

Kemudian, wisatawan akan diajak mengunjungi Taman Budaya Art Centre. Taman budaya ini yang lebih dikenal dengan nama Art Centre digunakan sebagai gelanggang pagelaran kesenian Bali. Pada Taman Budaya Art Centre ini memiliki banyak panggung dan gedung yang digunakan sebagai tempat pagelaran kesenian. Pesta Kesenian Bali yang diadakan disini biasanya dilakukan setahun sekali bertepatan dengan liburan sekolah antara bulan Juni hingga bulan Juli. Wisatawan dapat melihat-lihat dan melakukan sesi foto pada daya tarik Taman Budaya Art Centre ini.

Kegiatan terakhir wisatawan akan diajak menuju ke Monumen Puputan

DARMA PUTRA

Foto 4. Art Centre Denpasar

Badung. Wisatawanakan dijelaskan mengenaikeberadaan Lapangan Puputan Badung dan Monumen Puputan Badung. Jika wisatawan berkunjung dan melakukan tur pada setiap hari sabtu dan minggu, mereka bisa menyaksikan pegelaran tari di lapangan Puputan Badung yang di bawakan oleh sanggar yang terdapat di Kota Denpasar. Namun biasanya dilapangan jarang para agent yang mengajak wisatawan mereka untuk tur di masing-masing daya tarik yang ada di Kota Denpasar. Menurut Ibu Putri salah satu guide yang dijumpai di lapangan mengatakan bahwa:

“Kebanyakan wisatawan yang saya bawa ke sini itu turnya saya hanya bawa ke Museum Bali, Pasar Badung, dan Pasar Kumbasari. Kebetulan tamu yang saya bawa kesini semua brasal dari China, mereka lebih suka mengunjungi museum ataupun pasar”.

Selain memang pilihan dari wisatawan, fasilitas pendukung seperti area parkir masih sangat minim, informasi tentang daya tarik yang ada di pusat

DARMA PUTRA

Foto 5. Monumen perjuangan rakyat Bali Bajra Sandhi.

Kota Denpasar juga kurang memadai. Untuk paket tur di Kota Denpasar biasanya para agen memberikan harga yang bervariasi antara Rp 500.00-Rp 700.00/pax. Harga ini tergantung lama tur yang di pesan oleh wisatawan.

Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau Bajra Sandhi di lapangan Renon juga menjadi daya tarik wisata heritage. Letaknya yang dekat dengan kawasan wisata Sanur banyak dikunjungi wisatawan. Selain melihat monumen yang artsitik,,menjulang tinggi, di Bajra Sandhi juga terdapat diorama perjuangan rakyat yang menyajikan wisata sejarah. Pemandangan di tempat ini cukup indah, hijau, dan lapang karena luas. Sore dan pagi hari di lapangan Renon ramai masarakat melakukan olah raga terutama pada saat akhir pekan. Setiuap tahun, tepatnya awal Oktober, di depan Bajra Sandhi dilaksanakan kegiatan Gema Perdamaian Dunia, yang awalnya merupakan gerapan spontan pasca-bom Bali 2002. Dewasa ini, kegiatan multikultur itu dilaksanakan secara reguler tiap tahun untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian dan antikekerasan (Hitchcock dan Putra 2007; Yamashita 20 )

  • 6.    Simpulan dan Saran

Kondisi eksisting kawasan heritage saat ini yaitu dalam tahap peremajaan terutama dalam bidang fisik. Berbagai potensi heritage saat ini sedang gencar digali dijadikan sebuah daya tarik wisata. Beberapa tempat yang masuk sebagai warisan budaya, dibuatkan sebuah papan nama cagar budaya seperti Pura Maospahit. Jalan menuju Pura Maospahit telah di paving, seputaran Jalan Gajah Mada diberikan aksen lampu jalan yang bergaya vintage. tempat parkir di Pasar Badung dan di Pasar Kumbasari telah ditata kembali. Namun, trotoar di sepanjang jalan Gajah Mada masih belum bisa

ditanganai, masih banyak para pengunjung dan pegawai toko yang parkir sembarangan. Dalam upaya pengembangan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pariwisata Kota mulai membuat beberapa strategi salah satunya dengan membuat model city tour di pusat Kota Denpasar.

Model berikutnya yaitu Denpasar Festival, memamerkan berbagai kerajinan, kesenian, dan beberapa UMKM lokal. Berikutnya program pemerintah dalam mendukung heritage tourism di Pusat Kota Denpasar yang belum berjalan (belum terealisasi). Salah satunya pembuatan Museum Puputan Badung di lapangan Puputan Badung, mengoperasikan Sungai Badung menjadi wisata air di Pusat Kota Denpasar. Model pengembangan pusat Kota Denpasar sebagai heritage tourism berupa daily activities heritage tour. Model daily activities heritage tour ini menawarkan keberadaan heritage site dan aktivitas sehari-hari masyarakat setempat di pusat Kota Denpasar (di seputaran Pura Maospahit, Jalan Gajah Mada, Pasar Badung, Pasar Kumbasari) sebagai daya tarik wisata.

Perlunya pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan sebagai pemegang regulasi melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap peraturan atau kebijakan yang nantinya akan direalisasikan khususnya dalam bidang pariwisata. Perlunya para investor memahami setiap peraturan yang berlaku pada setiap wilayah, kota maupun desa. Agar jika investor ingin melakukan investasi berupa sarana dan prasarana di bidang pariwisata khususnya di Kota Denpasar supaya tidak terjadi tumpang tindih dengan peraturan kebijakan tersebut. Perlunya kesadaran masyarakat terhadap setiap peraturan dan kebijakan pemerintah. Perangkat desa khususnya di Pusat Kota Denpasar harus lebih aktif dalam menggali informasi tentang kebijakan pro rakyat dari pemerintah.

Selain itu masyarakat harus ikut mengawasi para investor yang melakukan investasi, agar tidak terjadi kecurangan dan ketumpang tindihan dalam setiap kegiatan yang dilakukan khususnya dalam bidang pariwisata.

UcapanTerima Kasih

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt, selaku Ketua Program Studi Kajian Pariwisata. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. selaku pembimbing I, Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc. (Alm) yang dahulu sebelumnya sempat menjadi pembimbing II dan kemudian diganti oleh Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penelitian ini. Ucapan terimakasi juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi kepercayan untuk menyelesaikan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Amor, Teguh Patria. 2015. ‘Dinamika Perkembangan Pariwisata Pusaka: Tinjauan dari Sisi Penawaran dan Permintaan di Kota Bandung’. Binus Business Review Vol. 6, No. 2, pp.169-183

Ardika, I Wayan. 2015. Warisan Budaya Perspektif Masa Kini.Denpasar: Udayana University Press.

Butler, R.W. 1980. ‘The Concept of Tourism Area Life Cycle of Evolution: Implications for the Management of resources’. TheCanadian Geographer. Vol. 24, No. 1, pp 5-12.

Gelebet, I Nyoman. 1986. Asitektur Tradisional Daerah Bali. Jakarta: Depdikbud.

Hitchcock, Michael dan I Nyoman Darma Putra. 2007. Tourism Development and Terrorism in Bali. UK: Ashgate.

Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning- An Integrated Sustainable Approach. New York:Van Nostrand Reinhold.

Koentjaraingrat, 1993.MetodemetodePenelitianMasyarakat. Jakarta: PT Alvabeta.

Law, Christopher M. 1996. Tourism in Major Cities. London: International Thomson Business Press.

Mahardika, I Nyoman, dan Sita Laksmi.2008. Warisan Budaya (Cultural Heritage) di Kota Denpasar: Perspektif Historis. Bappeda Kota Denpasar.

Murjana, I Gusti Wayan. 2011. ‘Simpul-simpul Ekonomi Penunjang Pelestarian Pusaka Kota Denpasar Pada Kawasan ‘Zona Z’ ‘.BAPPEDA Kota Denpasar. Pelawa Sari Denpasar. pp 71-82.

Moleong, Lexy. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Bandung: PT Remaja Rodakarya.

Namawi, H. Hadiri.1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Nasir, Mohammad. 1988. MetodePenelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Page, Stephen. 1995.Urban Tourism. London: Routledge.

Putra, I Nyoman Darma, Syamsul Alam Paturusi, dan Widiastuti. 2016. Titik-titik Simpul Potensi “Heritage Tourism” Kota Denpasar. Hibah Penelitian Unggul Program Studi. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.

Salain, Rumawan. 2011. ‘Representasi Arsitektur Kota Denpasar Sebagai Kota Pusaka’.BAPPEDA Kota Denpasar.Pelawa Sari Denpasar. pp 23-54

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Yamshita, Shinji. 2012. “Gema Perdamaian: Tourism, Religion and Peace in Multicultural Bali”, Jurnal Kajian Bali Vol. 2, No. 2, Oktober 2012, hlm. 165181.

Profil Penulis

I Wayan Restu Suarmana adalah mahasiswa Program Magister Kajian Pariwisata di Universitas Udayana. Ia menyelesaikan pendidikan S1 Destinasi Pariwisata di Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tahun 2010-2014. Kemudian melanjutkan pendidikannya pada jenjang S2 di Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana. Pengalaman yang dimiliki adalah pernah menjabat sebagai wakil I BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Pariwisata Universitas Udayana periode 2011/2012. Pernah bekerja di Hotel Neo Kuta Jelantik sebagai FO (Front Office), dan pernah bekerja pada EO (Event Organizer) sebagai coordinator product. E-mail: restubalitex@yahoo.com.

I Wayan Ardika dilahirkan di Tabanan, Bali 18 Februari 1952, adalah Guru Besar bidang arkeologi pada Fakultas Sastra. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M. A. menduduki jabatan Dekan Fakultas Pariwisata (1999-2001), kemudian menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra Unud (dalam dua kali jabatan 2003-2011). Lulusan Sarjana Arkeologi Universitas Udayana (1979), Master Prehistory, Canberra, Australia National University (1987), dan Doktor Prehistory di tempat yang sama tahun (1992). Kelompok Ahli Pembangunan Provinsi Bali Bidang Sosial Budaya (20002009). Tim ahli Nasional Cagar Budaya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013-sekarang. E-mail: ardika52@yahoo.co.id.

I Nyoman Darma Putra adalah guru besar Fakultas Ilmu Budaya dan Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata, Universitas Udayana. Menulis beberapa buku biografi tokoh pariwisata Bali dan menyunting beberapa buku, termasuk Pariwisata Berbasis Masyarakat Model Bali (2015) dan bersama Siobhan Campbell mengedit buku Recent Developments in Bali Tourism: Culture, Heritage, and Landscape in an Open Fortress (2015). Bersama Diah Sastri Pitanatri, Darma menulis buku Wisata Kuliner, Atribut Baru Destinasi Ubud (2016). Email: idarmaputra@yahoo.com

JUMPA Volume 4 Nomor 1 Juli 2017

77