JUMPA 1 [2] : 57 - 66

ISSN 2406-9116

MEMPERKUAT CITRA PARIWISATA BUDAYA: DENPASAR SEBAGAI NOMINASI JARINGAN KOTA KREATIF UNESCO

Febianti

Email : [email protected]

Abstract

UNESCO has long been known as one of the elements that support cultural heritage conservation. In 2004, UNESCO began to build and trigger the birth of a new creativity by developing concept of creative city network which is divided into several themes, such as design, music, literature, film, media art, gastronomy, crafts and folk art. In line with the concept of tourism and creative economy that is actively promoted by Indonesian Ministry of Tourism, several cities in Indonesia have been trying to join the network, one of them is Denpasar. With all the cultural potencies owned, in 2014 Denpasar governments proposed to join UNESCO creative city network as a ‘Creative City of Crafts and Folk Art’, where it can provide an opportunity for artist and crafters of Denpasar to introduce and interact with other creative city, notably in terms on how to develop local culture in globalization. This study contributes on evaluating strengths, weakness, challenges and opportunities as well as discovering efforts which should be obtained by Denpasar based on the criteria and characteristics served as a guide to join UNESCO creative cities network.

Keywords : UNESCO creative cities network, Denpasar city, creative tourism, Bali

  • 1.    Pendahuluan

UNESCO telah lama dikenal sebagai salah satu elemen yang mendukung konservasi warisan budaya dunia. Pada tahun 2004, UNESCO merancang dan memicu kelahiran suatu bentuk kreativitas baru dengan mengembangkan konsep kota kreatif yang terbagi dalam beberapa tema, yaitu desain, musik, literatur, film, media art, gastronomi, serta kerajinan dan kesenian rakyat. Diambil dari website resmi UNESCO, saat ini terdapat 41 kota anggota dari berbagai benua yang telah bergabung dalam jaringan kota kreatif ini.1

Bertujuan untuk mendorong pertukaran informasi, pengetahuan serta pengalaman dalam mempromosikan industri kreatif yang berbasis lokal dan memperkuat kerjasama dunia dalam hal budaya, sosial, dan pengembangan ekonomi kemasyarakatan, UNESCO memberikan berbagai manfaat bagi kota yang tergabung dalam jaringan kota kreatif untuk memperluas kerjasama global antar-anggota, mengapresiasi kreativitas sebagai pemicu perkembangan yang berkelanjutan dan mendorong kerjasama dunia dalam hal budaya dan sektor kreatif.2

  • 2.    Konsep Kota Kreatif UNESCO

Sejalan dengan konsep pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangat aktif dipromosikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf yang sejak Oktober 2014 menjadi Kementerian Pariwisata), beberapa kota di Indonesia berusaha untuk bergabung dalam jaringan kota kreatif UNESCO. Salah satunya adalah Denpasar. Didukung oleh berbagai potensi kultural yang dimiliki, pada tahun Maret 2014 pemerintah Kota Denpasar mengajukan permohonan untuk bergabung dalam jaringan Kota Kreatif UNESCO dalam bidang kerajinan dan kesenian rakyat, di mana hal ini dipandang dapat memberikan kesempatan bagi para seniman dan pengrajin di Denpasar untuk memperkenalkan hasil karyanya dan berinteraksi dengan komunitas kota kreatif dunia, utamanya dalam hal mengembangkan budaya lokal dalam era globalisasi. Untuk dapat bergabung dalam jaringan Kota Kreatif UNESCO, Denpasar harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Sebagai ibukota Provinsi Bali, Denpasar merupakan tempat bertemunya berbagai kebudayaan dari seluruh penjuru Bali, nasional, dan bahkan global. Akan tetapi, masih terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh Denpasar, salah satunya adalah tentang regenerasi. Walaupun popularitas kain endek dan kipas semakin menjadi trend dalam beberapa tahun terakhir, tetapi dalam hal pembuatan tenun dan kerajinan kipasnya, kaum muda Bali cenderung kurang tertarik untuk belajar dalam pembuatannya. Dalam hal pembuatan penjor dan ogoh-ogoh, kaum muda Bali secara langsung terlibat dalam proses pembuatannya sehingga keberlanjutannya masih terjaga (lihat Gambar 1 s.d. 4) Penjor merupakan hiasan yang terbuat dari lonjoran bambu melengkung, digunakan sebagai bagian dari perlengkapan ritual, dan belakangan juga sebagai dekorasi semata. Beda fungsi ditentukan oleh saranan hiasannya. Ogoh-ogoh merupakan patung besar (semacam ondel-ondel) simbol kekuatan jahat yang diarak dalam ritual mengusir roh jahat desa sehari sebelum Hari Raya Nyepi, tahun baru Caka. Arak-arakan biasanya dimeriahkan dengan gamelan dan obor. Dalam penggarapan, penjor dan ogoh-ogoh membutuhkan nilai kreativitas yang tinggi.

Daftar Kriteria

Potensi Kota Denpasar

1. Adanya tradisi turun temurun dalam hal kerajinan dan kesenian rakyat

  • -    Kerajinan kipas tangan

  • -    Ogoh-Ogoh

  • -    Layang - layang

  • -    Penjor

  • -    Tenun Ikat Endek

  • -    Tari-tarian tradisional Bali

  • -    Musik tradisional Bali Gamelan

2. Produksi kontemporer dalam hal kerajinan dan kesenian rakyat

  • -    Kerajinan kipas tangan

  • -    Ogoh-Ogoh

  • -    Layang - layang

  • -    Penjor

  • -    Tenun Ikat Endek

  • -    Tari-tarian tradisional Bali

  • -    Musik tradisional Bali Gamelan

3. Kehadiran nyata para pengrajin dan seniman lokal

- Para pengrajin dengan mudah ditemui di seluruh penjuru kota

4. Adanya pusat pelatihan khusus kerajinan dan kesenian rakyat

  • -    Institut Seni Indonesia (ISI)

  • -    Universitas Udayana dalam hal kajian budaya (UNUD)

  • -    Sekolah Menengah Kejuruan yang berkonsentrasi pada kesenian musik tradisional (SMK 5)

  • -    Kegiatan ekstrakurikuler di SMP & SMA

5. Usaha dalam mempromosikan kerajinan dan kesenian rakyat (festival, pameran, pasar, dll)

  • -    Berbagai festival diselenggarakan setiap tahunnya

  • -    Pasar Seni Kumbasari

  • -    Pemerintah secara aktif memfasilitasi para pengrajin dalam mengikuti pameran nasional dan internasional.

6. Infrastruktur yang relevan dalam hal kerajinan dan kesenian rakyat (museum, festival kesenian rakyat, dll)

  • -    Museum Bali

  • -    Berbagai festival tahunan

  • -    Art Centre

  • -    Taman kota

  • -    Berbagai panggung yang dimiliki hotel hotel dan berbagai komunitas di

Denpasar

  • -    Media penyiaran lokal (TV & radio)

Terlepas dari unsur kreativitas, sebagai ibukota dari destinasi pariwisata yang mendunia, masalah promosional dan aksesibilitas masih menjadi hal yang harus terus dikembangkan. Denpasar selama ini dikenal sebagai kota administratif, di mana masyarakat setempat bertempat tinggal dan bekerja. Untuk itu, menjadi sebuah kota kreatif UNESCO merupakan suatu langkah yang baik dalam mendukung usaha promosional Denpasar sebagai destinasi wisata, yang tentunya sejalan dengan city branding kota Denpasar. Selain mendapatkan keanggotaan dengan waktu yang tidak terbatas dalam penggunaan logo UNESCO dalam sarana promosional, standarisasi yang ditetapkan UNESCO akan mendorong calon wisatawan untuk datang ke

destinasi karena UNESCO dipercaya memiliki kriteria tertentu dalam proses kualifikasi.3

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki oleh kota Denpasar, beserta kelemahan, tantangan dan peluangnya, melalui analisis SWOT. Selain itu, studi ini juga akan menganalisa usaha-usaha yang bisa dilakukan oleh Denpasar untuk dipandang sebagai “Kota Kreatif”. Data penelitian diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap masyarakat lokal dan wisatawan, serta wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan, observasi langsung, dan referensi literatur.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah kota Denpasar dalam menyusun strategi pengembangan kota kreatif. Terlihat dari tabel SWOT di atas, adalah paling baik jika Denpasar mengembangkan kota berdasarkan Strength-Threat Strategy, di mana pengembangan tersebut berfokus pada pengembangan sumber daya manusia, terutama dalam inovasi produk dan promosi.

Denpasar telah melakukan langkah yang baik dengan pengajuan diri sebagai Kota Kreatif UNESCO. Akan tetapi, hal ini tentunya harus didukung dengan komitmen generasi muda untuk terus bersemangat dalam menjaga kelestarian budayanya. Dalam hal ogoh-ogoh, penjor dan festival layang-layang, kehadiran generasi muda sangat terlihat. Akan tetapi dalam hal pembuatan tenun ikat endek dan pembuatan kipas tangan, generasi muda Denpasar seringkali terlihat hanya sebagai pengguna/konsumen.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan memberikan beasiswa dalam pembelajaran budaya lokal, penyelenggaraan workshop kesenian dan kebudayaan terutama dalam hal pembuatan kerajinan, serta membangun koneksi antara dunia pembelajaran dengan dunia pekerjaan. Sebagai destinasi wisata, Denpasar sebagai ibukota memiliki keterbatasan dalam hal aksesibilitas. Kemacetan atau kepadatan lalu-lintas dan peningkatan mutu transportasi umum harus terus diperbaiki.

Selain itu, langkah lain yang bisa ditempuh adalah dengan menyelenggarakan “Hari Warisan Budaya” atau “Heritage Day”. Denpasar bisa mencontoh kota-kota di Eropa di mana ada hari-hari tertentu yang membebaskan biaya tiket untuk masuk ke museum,dan di berbagai kesempatan juga sering diadakan festival di lokasi warisan budaya.

Bersama sekitar delapan kota di Indonesia yang dinominasi oleh Kemen-terian Pariwisata sebagai Kota Kreatif UNESCO, hanya satu kota yang berhasil dinobatkan yaitu Pekalongan untuk kategori “Craft and Folk Arts” atau kota kerajinan dan kesenian rakyat. Sisanya termasuk Kota Denpasar belum berhasil dalam putaran kali ini. Persoalannya bukan karena Denpasar tidak memiliki kekuatan tetapi karena memang usulan ke UNESCO banyak sekali

ANALISIS SWOT

INTERNAL

KEKUATAN

  • 1.    Memiliki potensi yang kuat karena budaya dan seni telah menjadi unsur keseharian yang menjamin unsur keberlanjutan.

  • 2.    Pengrajin dan seniman rakyat sangat mudah ditemui di seputar kota Denpasar.

  • 3.    Memiliki banyak kegiatan kebudayaan yang diselenggarakan setiap tahun.

  • 4.    Pemerintah kota yang mendukung kegiatan kebudayaan

  • 5.    Kota unik yang mengkombinasikan budaya tradisional dan budaya modern.

  • 6.    Memiliki beberapa institusi pendidikan yang berbasis kebudayaan.

  • 7.    Keberagaman penduduk

  • 8.    Memiliki pasar tersendiri dalam penjualan produk keseniannya.

KELEMAHAN

  • 1.    Kurangnya aksesibilitas internal (transportasi publik kurang memadai)

  • 2.    Kurangnya semangat generasi muda untuk secara langsung terlibat dalam kesenian tradisional.

  • 3.    Kurangnya sistem informasi bagi para wisatawan.

  • 4.    Pengembangan kota yang kurang dikelola secara baik.

EKSTERNAL

PELUANG

  • 1.    Melihat seluruh potensi yang dimiliki, Denpasar bisa dikategorikan sebagai kota kreatif

  • 2.    Berlokasi di destinasi pariwisata yang popular (Bali)

TANTANGAN

  • 1.    Kompetitor dalam destinasi pariwisata (Bangkok, Kuala Lumpur)

  • 2.    Hadirnya teknologi modern dalam pembuatan kerajinan

  • 3.    Kompetisi dengan tenaga kerja asing

  • 4.    Kompetisi dengan produk non lokal

Tabel: Analisis SWOT

dan jarang sekali sebuah kota yang sekali maju sudah bisa mendapatkan gelar Jaringan Kota Kreatif, artinya UNESCO memperhatikan kesungguhan. Untuk itu, ada baiknya Denpasar mengevaluasi usulan sebelumnya untuk disempurnakan dan diajukan lagi.

Meski belum berhasil mendapat predikat sebagai Jaringan Kora Kreatif, Kota Denpasar tetap aktif mengembangkan seni budaya dna kerajinan yang hidup di kota ini. Komitmen Pemkot adalah menggali dan mengembangkan berbagai bentuk kerajinan dan kesenian rakyat baik untuk kepentingan pelesterian dan dientitas budaya maupun untuk keuntungan ekonomi dan daya tarik wisata.

Foto 1. Penjor (Foto Darma Putra)

  • 3.    Simpulan dan Saran

Dilihat dari kriteria yang diberikan UNESCO, hasil dari evaluasi penelitian ini adalah bahwa Denpasar memiliki posisi yang bagus untuk dapat menjadi sebuah Kota Kreatif. Hal ini tentunya didukung dengan keberadaan kerajinan dan kesenian rakyat tersebut tidak hanya ada saat festival-festival tertentu, tetapi sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat di kota ini. Saling keterkaitan antara budaya, seni dan keagamaan menjadi landasan

Foto 2. Kerajinan Kipas Wiracana (Foto Anton Muhajir, Balebengong)

Foto 3. Ogoh-Ogoh (Foto Darma Putra)

Foto 4. Denpasar Festival sebagai kota kreatif. (Foto Darma Putra)

kuat akan keberlangsungan budaya di kota Denpasar, yang memberikannya potensi yang kuat untuk dapat menjadi sebagai kota kreatif yang diakui oleh UNESCO.

Walaupun belum berhasil dalam meraih predikat Jaringan Kota Kreatif UNESCO, Denpasar seperti yang sudah-sudah disarankan tetap untuk mengembangkan kesenian dan kerajinan rakyat. Hal ini perlu untuk memperteguh identitas budaya dan menjadikannya sebagai daya tarik wisata dan sumber daya ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

  • 4.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. Madame Maria Gravari-Barbas dan Monsieur François-Xavier Decelle sebagai penanggung jawab akademik program DDIP bagi mahasiswa Indonesia di L’Université Paris 1 Panthéon Sorbonne, Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS., sebagai pendahulu Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra sebagai Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana saat ini. Penulis juga menyampaikan apresiasi kepada Bapak Nyoman Sunarta M.Si sebagai pendahulu Sekretaris Program Studi Kajian Pariwisata Universitas Udayana dan Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP sebagai Sekretaris Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana saat ini, serta para penguji. Apresiasi dan ucapan terimakasih juga penulis

sampaikan kepada delegasi Indonesia di UNESCO – Paris, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris, dan tim Kota Kreatif Denpasar terutama Bapak Marlowe Bandem B.bus atas kesediaannya sebagai narasumber dan segenap responden dalam penelitian ini.

  • 5.    Daftar Pustaka

Bappeda Kota Denpasar. 2013. Guide to Culture

Bappeda Kota Denpasar. 2012. Guide to Culture.

Bappeda Kota Denpasar. 2012. Membangun Denpasar Melalui City Branding. Preview Visual Brand Guideline.

Bappeda Kota Denpasar. 2011. Event Management Kota Denpasar.

Damanik, Janianton & Teguh, Frans. 2013. Manajemen Destinasi Pariwisata : Sebuah Pengantar Ringkas. Yogyakarta: Kepel Press.

Keane, Michael. 2013. Creative Industries in China: Art, Design, Media. UK: Polity Press.

McKercher, Bob & du Cros, Hillary. 2003. Cultural Tourism: The Partnership Between Tourism and Cultural Heritage Management. London: The Haworth Hospitality Press

Nadeau, Raymond A. 2007. Living Brands. New York: Mc Graw Hill

Page, Stephen J. 2009. Tourism Management: Managing for Change. UK: ELSEVIER

Perrey & Spillecke. 2011. Retail Marketing and Branding. UK: Wiley: A John Wiley and Sons,Ltd Publication

Richards, Greg. 2013. “Creativity and Tourism in the City”, Current Issues in Tourism, 2013 http://dx.doi.org/10.1080/13683500.2013.783794

Robinson, Peter. 2012. Tourism. The Key Concept. London: Routledge

Scott, Allen J. 2005. Creative Cities: Conceptual Issues and Policy Questions. Los Angeles: University of California.

Ville de Saint-Etienne. 2013. Saint-Etienne Ville-Laboratoire du design: Saint-Etienne City as a Laboratory of Design.

Weaver, David & Lawton, Laura. 2006. Tourism Management. Milton, QLD: Wiley Australia Tourism Series

Sumber Internet:

http://www.unesco.org

http://creativecity.denpasarkota.go.id/

http://www.denpasarkota.go.id/

http://charleslandry.com/themes/creative-cities-index/

http://news.indonesiakreatif.net/denpasar-kota-kreatif-berbasis-budaya-unggulan/ http://www.wiracana-handfan.com/

http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2358

http://wartaekonomi.co.id/read/2014/08/25/34127/bangkitnya-ekonomi-kreatif.html

http://news.indonesiakreatif.net/kota-kreatif-katalis/

http://travel.kompas.com/read/2014/05/07/1751339/Menemukan.Kembali.

Tenun.yang.Hilang?utm_campaign=related&utm_medium=bp&utm_ source=travel&

http://travel.kompas.com/read/2014/02/27/0945361/Pembuatan.Tenun.Grinsing.

Perlu.Empat.Tahun.?utm_campaign=related&utm_medium=bp&utm_ source=travel&

http://travel.kompas.com/read/2012/05/02/11394959/Ikat.Bali.Nan.Memikathttp://www.thejakartapost.com/news/2013/10/27/endek-an-almost-forgotten-cloth.html

http://www.fabrianoboutique.com/page.asp/Pagina/Storia

http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/CLT/pdf/comunicato_ Fabriano_EN.pdf

Profil Penulis

Lahir di Denpasar tanggal 20 Februari 1987, Febianti telah menyelesaikan studi magisternya di program Double Degree Indonesia Prancis (DDIP) Universitas Udayana Denpasar, Bali dan Gestion des Activités Touristiques et Hôtelières (GATH) di L’Université Paris 1 Panthéon Sorbonne, Prancis tahun 2014. Dia memiliki latar belakang sebagai Sarjana Ekonomi dari program International Business Management Program (IBMP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Sejak di bangku perkuliahan, penulis aktif mengikuti program kepanitiaan dan kegiatan multikultural di kampusnya. Ia memiliki passion terhadap dunia travelling. Pengalamannya bekerja di Pacto Bali tour & travel dan internship training programme di Panorama Leisure France / Eka Voyages telah mengantarkannnya ke berbagai tempat di Eropa.

66

JUMPA Volume 1 Nomor 2, Januari 2015