PENGEMBANGAN POTENSI DAYA TARIK WISATA PULAU ATAURO DI DISTRIK DILI, TIMOR-LESTE

Miguel Da Costa Gomes

Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana

Email: [email protected]

Abstract

The island of Atauro is a tourist destination located in Dili District of East Timor. The island has big potential for tourist attractions that deserves to be further developed to be tourist destinations. This study aims to investigate the potential tourist attractions, the internal and external environmental conditions as well as to formulate strategies and programs for sustainable tourism development. This study used IFAS (Internal Factor Analysis System) and EFAS (External Factor Analysis System) are used. This study applies planning theory, tourism area life cycle by Butler, planning and Participation Theory. Data are collected through observation, interviews, and questionnaires.The results showed that there is potential to further develop some tourist attractions in Atauro to be sustainable tourism. Unspoiled natural view, underwater panoramic, extended coral-reef with varieties of fishes, forest with various birds, unique social and cultural life are some of the potential areas for development. The analysis on internal and external environment showed that Atauro is categorized into cell I Grow and Development (the concentration is via vertical integration). The potential for tourism in Atauro Island mainly lays in marine, culture, beaches, history, biking, spring water, seaweed cultivation, cave, spirituality, and sightseeing adventure. The strongest factor of internal environmental condition is the panoramic view, while the weakest factor is the inadequate facilities and infrastructure.

Key words: Atauro Island, Pulau Kambing, Timor Leste, tourist attractions, destination development.

  • 1.    Pendahuluan

Pariwisata dapat diharapkan menjadi penentu dan katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor lainnya secara bertahap (Yoeti, 2000). Banyak negara berkembang menaruh perhatian khusus terhadap industri pariwisata belakangan ini yang dapat dilihat dari banyaknya program pengembangan di negara masing-masing atau dari slogan yang dibuat oleh masing-masing negara, misalnya Malaysia dengan slogannya “Malaysia Truly Asia”, Philippines “It’s More Fun in The Philippines”, dan Indonesia “Wonderful Indonesia”. Adanya program pengembangan secamam itu tentu mangakibatkan industri pariwisata semakin kompetitif sehingga sangat penting untuk merencanakan pariwisata agar dapat bersaing dengan negara-negara lainnya (Zahari, 2012).

Timor-Leste adalah sebuah negara kecil yang secara Uniteral memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 28 Nopember 1975 dan secara internasional diakui oleh dunia internasional pada tanggal 20 Mei 2002, yaitu bertepatan pada peringatan pertama Restorasi Kemerdekaan Timor-Leste. Timor-Leste sepenuhnya memperoleh kemerdekaan setelah mayoritas masyarakat di negara tersebut memilih kemerdekaan pada Referendum yg dilakukan pada tanggal 30 Agustus 1999. Jika dibandingkan dengan negara-negara yang sudah berkembang dalam industri pariwisata, Timor-Leste masih kurang dilihat oleh masyarakat internasional sebagai salah satu tujuan wisata di dunia, padahal Timor-Leste memiliki potensi daya tarik wisata yang tidak kalah besar dibandingkan dengan negara yang sudah berkembang industri pariwisatanya.

Salah satu wilayah yang memiliki potensi daya tarik wisata yang cukup besar di Timor-Leste adalah Pulau Atauro atau yang biasa disebut dengan Pulau Kambing yang terletak di Sub-Distrik Atauro Distrik Dili, Timor-Leste. Pengembangan kawasan Pulau Atauro berawal sejak Timor-Leste masih menjadi bagian dari Republik Indonesia sebagai Provinsi yang ke-27. Pada tahun 1999, seorang wanita yang bernama Gabrielle Samsons berasal dari Australia membangun sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) di Pulau Atauro bernama Roman Luan. Gabrielle bekerja sama dengan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Indonesia untuk membangun sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak dan menjalankan Non Government Organization (NGO) Roman Luan. Roman Luan telah banyak melakukan pengembangan di bidang sekolah Taman kanak-kanak, perpustakaan, proyek konservasi, dan membentuk sebuah komunitas kecil untuk menjalankan proyek ekowisata.Salah satu yang menjadi dasar berkembangnya potensi daya tarik wisata di Pulau Atauro adalah dengan dibangunnya tempat penginapan bernama Tua Koin Eco-Village. Sejak itulah kawasan Pulau Atauro mulai dilirik dan dikembangkan menjadi kawasan wisata.

Pulau Atauro atau yang dikenal dengan Pulau Kambing adalah sebuah pulau yang merupakan bagian dari Negara Timor-Leste dan satu satunya pulau yang terpisah dari pulau induk Timor-Leste. Dikatakan Pulau Kambing karena pada masa penjajahan Bangsa Portugis, terdapat banyak kambing di pulau ini. Jarak antara Kapital Dili ke pulau ini sekitar 22 mil di laut sebelah utara Dili. Potensi daya tarik wisata di Pulau Atauro tidak hanya didapat dari potensi alam yang ada di pulau tersebut, tetapi juga didukung oleh budaya dan sejarah dari Pulau Atauro yang bisa dipromosikan atau dikembangkan sebagai daya tarik wisata.

Pulau Atauro memiliki lima desa yang masing–masing mempunyai potensi objek dan daya tarik wisata tersendiri. Kelima desa yang terdapat di Pulau Atauro adalah Desa Maquili, Desa Vila, Desa Beloi, Desa Biqueli, dan Macadade. Desa Maquili, Vila, Beloi, dan Biqueli berada di sepanjang pantai timur Pulau Atauro yang mempunyai objek wisata seperti pantai yang indah, batu karang yang unik, taman laut dan bermacam-macam ikan berwarna warni yang bisa menarik wistawan ke pulau tersebut untuk menikmati keindahan wisata yang dimiliki oleh Pulau Atauro. Sementara Desa Macadade berada di pegunungan yang juga mempunyai objek wisata seperti hutan yang yang masih asri serta flora dan fauna yang bisa menarik wisatawan mengunjungi

Pulau Atauro.

Objek-objek wisata yang ada di Pulau Atauro tentunya harus dikembangkan karena pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik secara lokal maupun regional atau ruang lingkup nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya dengan majunya pembangunan di daerah tersebut. Berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah tersebut yakni secara ekonomi, sosial dan budaya. Namum, jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola secara maksimal, akan menimbulkan berbagai permasalahan yang akan menyulitkan atau bahkan merugikan masyarakat di daerah tesebut. Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama para stakeholders kepariwisataan, masyarakat dan pemerintah.

Artikel membahas beberapa masalah di antaranya. Pertama, apa saja potensi wisata yang dimiliki Pulau Atauro untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata? Kedua, bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Pulau Atauro sebagai daya tarik wisata? Ketiga, bagaimana strategi pengembangan potensi daya tarik wisata di Pulau Atauro? Secara praktis, kajian ini diharapkan memunculkan produk wisata baru khususnya di Pulau Atauro dan menambah verifikasi daya tarik wisata. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait, khususnya Kementerian Pariwisata Republik Demokratik Timor-Leste dalam menentukan kebijakan untuk mengembangkan potensi daya tarik wisata di Kawasan Wisata Pulau Atauro.

  • 2.    Teori Dan Metode

Konsep yang digunakan dalam analisi ini adalah: Potensi dan Daya Tarik Wisata, Daya Tarik Wisata, Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata, dan Partisipasi Masyarakat. Teori yang digunakan antara lain: Teori Siklus Hidup Area Wisata (Tourism

Area Life Cycle), Teori Perencanaan Pengembangan Pariwisata, Teori Perencanaan, dan Teori Partisipasi.

Teknikpengumpulandatadilakukandenganmenggunakan observasi, wawancara, dokumen/kepustakaan, dan penyebaran Kuisioner (Angket). Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang dibantu dengan matriks IFAS-EFAS, IE dan analisis SWOT.

  • 3.    Potensi Wisata Atauro dan Strategi Pengembangan

Pulau Atauro memiliki luas wilayah 105 km2 dengan panjang 25 km, lebar 9 km dengan lima buah Desa administrasi, yaitu Desa Beloi, Desa Vila, Desa Makili, Desa Biqueli, dan Desa Macadade dengan jumlah dusun sebanyak 19 aldeia dan 2178 Kepala Keluarga.

Secara geografis kawasan Pulau Atauro berada terpisah dari Distrik Dili dengan jarak 42 km. Pulau Atauro terletak pada 8o16’0” Lintang Selatan dan 125o36’5” Bujur Timur dengan Batas-batas wilayah, yaitu: sebelah utara dibatasi oleh Pulau Wetar, sebelah timur dan selatan dibatasi oleh Kepulauan Timor-Leste, dan sebelah barat dibatasi oleh Pulau Alor.

Dari pengamatan, potensi daya tarik wisata yang terdapat di Pulau Atauro cukup banyak, baik potensi alam maupun budaya. Potensi-potensi daya tarik wisata tersebut tersebar di lima Desa yang ada di Pulau Atauro, yaitu: Desa Beloi, Desa Vila, Desa Biqueli, Desa Makili, dan Desa Macadade. Keberadaan potensi-potensi daya tarik wisata yang ada di Kawasan Wisata Pulau Atauro berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan telah dipetakan dalam sebuah peta potensi wisata. Selanjutnya dari peta potensi tersebut dijabarkan potensi dari masing-masing daya tarik wisata yang ada di setiap Desa di Pulau Atauro.

Peta Pulau Atauro

(Sumber: Peneliti, 2014)

Aturan adat Pulau Atauro pada umumnya dituangkan dalam Hukum Adat yang dikenal oleh masyarakat lokal sebagai Tara Bando. Tara bando dihasilkan oleh kesepakatan masyarakat di seluruh desa yang ada di Pulau Atauro. Peraturan adat di pulau ini masih kuat dan mengikat, di antaranya adalah aturan adat yang melarang masyarakatnya untuk menebang pohon, membakar rumput/semak, dan mencuri. Pelanggaran atas hukum adat ini akan dikenakan sanksi berupa memotong hewan ternak sesuai dengan jumlah yang disepakati dan dibagikan kepada warga di desa tersebut untuk dimakan bersama-sama. Tujuan dari adanya

Tara Bando ini adalah untuk menjaga kelestarian dan keamanan lingkungan di Pulau Atauro.

Akses untuk menuju kawasan Pulau Atauro adalah dengan menggunakan alat transportasi laut, seperti: ferry Nakroma, kapal wisata, speed boat, dan perahu tradisional. Pulau Atauro dapat dicapai melalui pelabuhan Dili (Dili Seaport) dengan menggunakan kapal wisata dan speed boat, sedangkan dengan perahu tradisional dapat diakses melalui sepanjang pesisir utara Timor-Leste. Kawasan Pulau Atauro memiliki satu pelabuhan di Desa Beloi, sedangkan di daerah pesisir Pulau Atauro lainnya dapat diakses dengan speed boat dan perahu tradisional.

Pulau Atauro adalah sebuah pulau yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Timor-Leste (Constitução da RDTL, 2002), untuk dikembangkan menjadi Zona Spesial Ekonomi. Dengan dasar dari undang-undang dasar pasal 5 maka Pemerintah membuat suatu Rencana Strategi Pengembangan Jangka panjang yang dalam rencana tersebut menetapkan Pulau Atauro untuk dijadikan Zona Spesial Pariwisata atau daerah tujuan wisata. Pengelolaan dan peningkatan program pariwisata Pulau Atauro telah menjadi prioritas dan program utama dalam strategi pembangunan nasional Timor-Leste (Plano Estrategico De Desenvolvimento, 2011-2030:179). Penetapan Pulau Atauro menjadi zona spesial pariwisata di perkuat oleh pernyataan Perdana Menteri Timor-Leste Bapak Kay Rala Xanana Gusmão pada tanggal 16 Mei 2014 saat diwawancarai oleh penulis sebagai berikut:

PulauAtauro adalah sebuah pulau yang keciltapi memilikibanyak potensi daya tarik wisata, untuk menjual atau memanfaatkan potensi daya tarik wisata yang ada di Pulau Atauro pemerintah sudah merencanakan suatu rencana strategi spesial untuk mengembangkan Kawasan Wisata Pulau Atauro sebagai Daya Tarik wisata untuk menarik para wisatawan Domestik maupun manca Negara datang ke Pulau Atauro.

Atraksi wisata yang menarik di Pulau Atauro adalah wisata bahari.Wisata ini dapat dilakukan di pantai Desa Beloi, Desa Vila, Desa Biqueli dan Desa Makili. Kawasan pantai ini memiliki kekayaan alam laut yang indah. Budaya yang masih kental terdapat di Desa Beloi, Desa Vila, Desa Makili, dan Desa Macadade membuat daya tarik wisata di Desa ini semakin besar. Berbagai jenis kesenian tradisional seperti musik dan tari-tarian sering dipertunjukkan di Desa ini. Selain itu, masyarakat Desa juga membuat seni kerajinan tangan seperti aksesoris, patung kayu dan kerajinan tangan lainnya.

Selain itu, masyarakat di salah satu Desa yakni Desa Makili juga masih menjalankan tradisi leluhur, salah satunya adalah melakukan penyembahan terhadap patung yang terbuat dari kayu, dimana patung tersebut merupakan patung peninggalan sejarah. Menurut Tokoh Adat Desa Makili Domingos Xavio, bahwa di Desa Makili terdapat sebuah sejarah Budaya yang bisa dikembangkan untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata. Sejarah budaya tersebut adalah sebuah Patung Kayu yang sangat sakral pada jaman dahulu dan disembah oleh masyarakat di Desa Makili sebagai Tuhan mereka, ritual untuk menyembah patung tersebut dilakukan setiap tahun dan dihadiri oleh seluruh masyarakat di Desa tersebut. Namun, setelah Agama masuk ke Timor-Leste, budaya tersebut sudah ditinggalkan dan tidak disembah lagi sampai saat ini. Setelah Timor-Leste merestorasikan kemerdekaan pada 22 Mei 2002 penduduk setempat sudah sependapat untuk mengembangkan kembali Budaya tersebut untuk menarik wisatawan datang ke Pulau Atauro umumnya dan Desa Makili khususnya. Tempat sakral tersebut saat ini dilindunggi oleh hukum adat yang mana tempat itu tidak bisa diakses oleh siapapun.

Selain wisata alamnya yang indah dan alami, di Pulau Atauro juga terdapat tempat-tempat bersejarah.Tempat-tempat bersejarah ini berada di Desa Beloi, Desa Vila dan Desa Macadade. Tempat bersejarah di Desa Beloi adalah sebuah kuburan massal. Kuburan ini digunakan untuk mengubur orang-orang yang

meninggal pada saat diasingkan pada jaman Portugis dan Indonesia.Tempat lainnya yang menarik di Desa Beloi adalah terdapat goa yang merupakan peninggalan masa sejarah saat diduduki oleh Jepang pada Perang Dunia II.

Tempat bersejarah di Desa Macadade berupa sebuah tembok pertahanan yang sudah berdiri sejak jaman sebelum bangsa portugis. Tembok ini dikenal dengan nama Tembok Pertahanan Ainara. Menurut Tokah Adat Desa Macadade Agusto Soares, pada zaman dahulu ada dua suku atau kelompok di Pulau Atauro (Desa Macadade) yang menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal di Pulau Atauro dan Mesa Macadade, dua suku tersebut adalah suku Bignutu dan suku Tegnan, suku Bignutu adalah sebuah suku atau kelompok yang membunuh dan memakan manusia sedangkan suku Tegnan adalah suku yang tidak memakan manusia namun dia membunuh manusia dan meletakkan mayat tersebut di jurang dan lubang yang dalam sehingga pada saat mayat ditemukan, masyarakat mengira orang tersebut meninggal karena jatuh sendiri dan bukan dibunuh oleh orang lain.

Wisata budidaya rumput laut di Pulau Atauro terdapat di dua desa, yakni Desa Vila dan Desa Biqueli. Hasil budidaya rumput laut masyarakat akan dijual ke Distrik Dili melalui pasar tradisional di Desa Beloi setiap hari sabtu. Atraksi wisata lainnya yang dapat dinikmati oleh para wisatawan di Pulau Atauro adalah wisata air panas yang terdapat di Desa Biqueli dan Desa Makili. Wisata air panas di Desa Biqueli terdapat di dua lokasi yaitu Uaroana dan Vatu’u. Lokasi air panas di daerah Vatu’u ini masih alami dan daerah disekitar air panas ini tidak dihuni oleh penduduk sehingga tidak banyak wisatawan yang mengetahui keberadaan dari air panas ini. Air panas di Desa Biqueli dapat di akses apabila air laut sedang surut. Sedangkan pada saat kondisi air laut pasang, air panas tidak akan terlihat karena ditutupi oleh air laut. Wisata air panas di Desa Makili satu-satunya terdapat di Aldeia Maumeta. Lokasi air panas ini masih alami dan daerah di sekitar air panas ini tidak dihuni oleh penduduk sehingga tidak

banyak wisatawan yang mengetahui keberadaan dari air panas ini, air panas di desa Biqueli.

Wisata Goa di Pulau Atauro dapat dilihat di Desa Biqueli, dimana di sini terdapat satu buah goa peninggalan bangsa Jepang. Goa ini menghubungkan Desa Beloi dengan Desa Biqueli.Lokasi goa ini terdapat di atas gunung Desa Beloi dan ujung akhirnya berada di tebing pantai Desa Biqueli. Namun hingga saat ini keberadaan Goa ini belum dikembangkan secara maksimal. Bila dilihat dari potensinya, keberadaan goa ini sangat unik dan dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Atauro.

Air Panas di Desa Biqueli (Sumber: Peneliti, 2014)

Sedangkan di Desa Macadade tepatnya di Gunung Manucoco, terdapat satu buah Goa yang sangat besar. Goa tersebut merupakan tempat berkumpulnya para burung wallet untuk membuat sarang.Namun keberadaan gunung dengan sarang burung wallet ini belum banyak diketahui oleh para wisatawan.

Bila dikembangkan lebih lanjut, keberadaan goa ini dapat menjadi satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung untuk melihat sarang burung wallet ini.

Satu-satunya wisata spiritual yang dapat dilihat di Pulau Atauro berada di Desa Makili. Wisata spiritual ini dikenal dengan nama Festival Saint Petrus. Festival ini biasa dilaksanakan setiap tanggal 29 Juni setiap tahunnya. Pada festival ini masyarakat di Desa Makili membuat sebuah misa dan dihadiri oleh pemuka agama/uskup. Dalam festival ini masyarakat Desa Makili melarung makanan ke laut dan menangkap ikan. Ikan hasil tangkapan ini dibakar dan dimakan bersama-sama oleh masyarakat Desa Makili atau pun wisatawan dan masyarakat di seluruh desa yang ada di Pulau Atauro.

Tabel 1

Daftar Tarif Hotel, Ekowisata dan Penginapan di Pulau Atauro

Nama

Tarif (USD)

Ket.

Hotel Beloi

100 Tarif/kamar/malam

(include breakfast)

Barry’s Ekowisata

45 Tarif/bungalow/malam

termasuk makan pagi, makan siang dan makan malam

Trisan House

15 Tarif/tempat tidur/malam

Manucoco Rek

15 Tarif/tempat tidur/malam

Mario’s Place

20 Tarif/kamar/malam

Tua Klungo Ekowisata

20 Tarif/tenda/malam

Sumber, Peneliti, 2014

Desa Macadade adalah satu-satunya wilayah di Pulau Atauro yang sebagian besar daerahnya berupa pegunungan. Salah satu gunung yang terkenal di Desa Macadade adalah Gunung Manucoco dengan tinggi 995 m (3,264 ft). Gunung Manucoco

merupakan gunung tertinggi yang ada di Pulau Atauro. Gunung Manucoco terdapat banyak bunga anggrek dan beberapa jenis burung yang telah diidentifikasi oleh peneliti sebelumnya. Menurut tokoh adat Desa Macadade empat belas jenis burung yang ada di Desa Macadade mempunyai nama dan tugas yang berbeda-beda, dua di antara keempat belas jenis burung tersebut satu bernama Manginu Hilik dan yang kedua Tu Pipi. Tugas burung Manginu Hilik menurut kepercayaan masyarakat di Desa Macadade adalah burung yang menciptakan Pulau Atauro dan mencari makanan untuk masyarakat di Pulau Atauro sedangkan Tu Pipi tugasnya adalah menjadi raja untuk orang yang hidup dan yang telah meningal di Pulau Atauro.

Ada beberapa fasilitas umum yang terdapat di Pulau Atauro dan tersebar disetiap desa yang ada. Satu-satunya transportasi penghubung distrik Dili dengan Pulau Atauro adalah kapal ferry dan speed boat yang terdapat di Desa Beloi. Kapal ferry ini beroperasi setiap hari sabtu, akan tetapi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Beloi atau Pulau Atauro dapat menggunakan speedboat dan kapal tradisional yang beroperasi setiap hari.

Tabel 2

Daftar Tarif Masing-masing Moda Transportasi Pulau Atauro

Jenis ModaTransportasi

Tarif (USD)

Ket.

Ferry Nakroman

8 Tarif

Pulang-Pergi/ Orang

Speed Boat

80 Tarif

Pulang-Pergi/Orang

Kapal Tradisional

20 Tarif

Pulang-Pergi/Orang

Tiga Roda (Dayun)

2 Tarif

PP Beloi-Vila/Orang

Sepeda (Bycicle)

4 Tarif

Orang/Hari

Sumber: Peneliti, 2014

Setibanya para wisatawan di Desa Beloi, mereka bisa mengakses daerah Desa Beloi dengan menggunakan transportasi darat berupa becak motor yang disebut dengan dayun. Transportasi darat ini biasa digunakan untuk mengangkut barang maupun orang menuju kebeberapa Aldeia di Desa Beloi. Transportasi dayun ini juga digunakan oleh para wisatawan dan masyarakat lokal untuk menuju ke Desa Vila, karena ini merupakan satu-satunya transportasi yang ada dan dapat digunakan untuk mengangkut orang dan juga barang dalam waktu yang bersamaan dan dalam jumlah yang cukup banyak.

Burung Manginu Hilik (kiri) dan Tu Pipi (kanan) di Pulau Atauro

(Sumber: Trainor and Thomas, 2004)

Dalam teori Tourism Area Life Cycle (Butler, 2006:5-8) dipaparkan tujuh fase dalam pengembangan destinasi wisata. Pulau Atauro berada pada fase Involvement. Hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan terhadap kunjungan wisatawan ke Pulau Atauro setiap tahunnya. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Pulau Atauro mendorong masyarakat lokal untuk menawarkan fasilitas secara eksklusif kepada pengunjung. Keberadaan ekowisata yang mulai berkembang di Pulau Atauro dapat memberikan dukungan akomodasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke KWPA. Kontak antara penduduk lokal dengan wisatawan masih tinggi yang dapat dilihat dengan bergabungnya

para wisatawan lokal maupun asing dalam acara-acara yang diadakan oleh masyarakat lokal. Para wisatawan diajak besama-sama menikmati tari-tarian dan musik tradisional Pulau Atauro. Menyediakan makanan dalam bentuk restaurant kecil di Pulau Atauro merupakan salah satu cara meningkatkan kontak antara wisatawan dengan penduduk lokal. Dalam fase ini juga Pulau Atauro akan mengalami promosi yang cukup besar baik dari pihak swasta maupun pemerintah. Fasilitas penunjang pariwisata sudah mulai dibangun oleh pemerintah, seperti perbaikan jalan-jalan rusak ataupun pembuatan jalan baru guna melancarkan akses wisatawan menuju desa-desa yang ada di Pulau Atauro. Selain itu, pemerintah Timor-Leste juga akan merenovasi pelabuhan yang berada di Desa Beloi. Selain itu, saat ini pemerintah Timor-Leste juga sedang membangun sebuah Bandar Udara di Desa Vila. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Perdana Menteri Timor-Leste yang menyatakan bahwa:

Untuk mengembangkan pariwisata di Pulau Atauro, ada tiga infrastruktur dasar yang perlu dibangun pertama yaitu: prasarana transportasi (baik darat, laut maupun udara), listrik dan air bersih.

Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor internal dan eksternal kawasan wisata Pulau Atauro, maka diperoleh total skor faktor internal kawasan wisata Pulau Atauro 3,337 dan total skor faktor eksternal 3,471. Selanjutnya total skor yang diperoleh dimasukkan ke dalam Matrik Internal Eksternal (IE) berupa diagram Sembilan sel sehingga dapat ditentukan strategi umum (Grand Strategy) pengembangan daya tarik wisata di kawasan wisata Pulau Atauro.

Matriks Internal-Eksternal

Kawasan Wisata Pulau Atauro

TOTAL XTI AI ITF

•100



4 00 Kuat


34.37 500


2,0 2,99


2.00


1.0 1,99


1.00


1


II


III


3.0 4.0

3,471


_ .Iymbyktdar^bina (Konsentrasi via integrasi vertikal)


Tumbuh dan bina (konsentrasi via integrasi h orisontaJ)


Prrtahankan dan Prhhara (pertumbuhan berputar)


JflO


Sedang

2.0 - 2.99


2.00


iv


Tutnbuh dan hιna

(Rrrhrtili sejenak)


Pletlahankan dsn Prlihisa (Stiategi tidak Iierubeh)


VU


VIU


Vi


Panen dan Divestasi (kawasan habis atau dijual habis)


IX


Lcmah

1.0 1,99


Pertahankan dan Pelihara (Diversifikasi konsentrasi)


Panen atau divectaci (diversifikasi konglomerat)


Panen atau Divestasi

(Iikuidasa)


LUO

(Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2014)

Matriks Internal Eksternal (IE) menunjukkan bahwa pertemuan antara nilai lingkungan internal dan lingkungan eksternal berada pada sel I yakni strategi tumbuh dan bina (grow and build) melalui konsentrasi via integrasi vertikal, yaitu mengintegrasikan aktivitas hulu dan aktivitas hilir. Aktivitas hulu terkait dengan segala sesuatu yang diperlukan untuk memudahkan wisatawan dalam mengunjungi kawasan wisata Pulau Atauro. Aktivitas hilir adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk memasarkan produk pariwisata kawasan wisata Pulau Atauro (Umar, 2005).

Peningkatan dan pengembangan produk dengan tujuan agar dapat meningkatkan penjualan merupakan cirri khas dari strategi pengembangan produk (product development strategy). Penjualan dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki atau

memodifikasi produk-produk wisata atau jasa-jasa wisata yang sudah ada sekarang, maupun mengembangkan produk wisata baru yang berkaitan dengan produk wisata inti. Kawasan wisata Pulau Atauro yang memiliki panorama yang indah dan beberapa tempat peninggalan sejarah seperti goa dan penjara bawah tanah yang dapat dijadikan sebagai produk wisata. Diperlukan pengembangan terhadap produk wisata ini agar dapat menarik wisatawan. Pengembangan produk wisata dapat dilakukan dengan mengembangkan atraksi wisata baru yang memiliki kesamaan jenis wisata, yaitu wisata alam.

Strategi pengembangan pasar (market development strategy). Strategi ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk wisata yang sudah ada sekarang ke daerah-daerah baru dalam upaya memperluas pangsa pasar. Hal ini penting karena Pulau Atauro setiap hari sabtu dikunjungi oleh orangorang dari berbagai daerah di Timor-Leste maupun wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahan panorama di desa-desa di Pulau Atauro. Penerapan strategi ini dapat dilakukan dengan cara mempromosikan produk wisata yang sudah ada maupun produk wisata baru yang sudah dikembangkan. Secara aktif melibatkan para pengusaha pariwisata baik perhotelan, usaha perjalanan wisata dan usaha jasa wisata lainnya untuk membantu memasarkan produk wisata alam yang ada di Pulau Atauro. Strategi pengembangan pasar dilakukan setelah melakukan pengembangan produk wisata yang ada menjadi lebih menarik. Hal ini penting untuk menghindari kekecewaan atau ketidakpuasan dari wisatawan yang berkunjung ke Pulau Atauro.

Strategi penetrasi pasar (market penetration strategy) adalah satu strategi yang dilakukan untuk tetap menjaga pasar wisatawan yang sudah dimiliki (sudah pernah berkunjung ke Pulau Atauro) dan juga untuk mendapatkan pasar baru dengan cara memberikan penawaran produk wisata yang lebih baik dan melakukan usaha pemasaran yang lebih besar. Tujuan strategi ini adalah mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar untuk produk

wisata yang ada di Pulau Atauro melalui usaha pemasaran yang lebih gencar ke berbagai pasar wisatawan baru seperti ke pasar wisata Eropa, Amerika, Australia, dan Asia.Pasar wisata di Timor-Leste pun dapat dijadikan target market untuk memasarkan produk-produk wisata alam yang dimiliki.

  • 4.    Simpulan

Potensi wisata yang dimiliki Pulau Atauro yaitu wisata bahari (snorkeling dan diving), wisata budaya (kesenian tradisional, musik tradisional, serta kerajinan tangan), wisata pantai (pasir putih dan pemandangan yang cantik), wisata sejarah (tempat-tempat bersejarah yang masih ada sampai saat ini seperti goa dan kuburan), wisata sepeda dimana para wisatawan dapat menikmati keindahan alam Pulau Atauro dengan bersepeda, wisata air panas yang terdapat di tiga aldeia di Pulau Atauro, wisata budidaya rumput laut, wisata goa yang merupakan peninggalan sejarah Pulau Atauro, wisata spiritual (festival saint petrus), dan wisata adventure mendaki gunung Manucoco.

Kondisi lingkungan internal berdasarkan faktor kekuatan utama adalah: 1) keberadaan panorama yang indah, 2) lokasi yang strategis sebagai sebuah pulau, 3) satu-satunya pulau yang terpisah dari pulau induk Timor-Leste, 4) Hutan yang masih asri dan udara yang segar serta terdapat beberapa jenis burung yang dapat diamati. Sedangkan berdasarkan faktor kelemahan utama antara lain: 1) kurang tersedianya sarana dan prasarana penunjang pariwisata, 2) kurang tersedianya SDM di bidang pariwisata, seperti pemandu pariwisata, 3) belum adanya promosi tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh KWPA, 4) kurangnya pemahaman masyarakat lokal tentang pariwisata. Kondisi lingkungan Eksternal Pulau Atauro berdasarkan faktor peluang utama adalah: 1) dukungan kementrian pariwisata Timor-Leste, 2) dukungan kerjasama di bidang pariwisata dengan seluruh stakeholder, 3) menjadikan KWPA sebagai daya tarik wisata atau daerah tujuan wisata, 4) kebijakan kerjasama di bidang pariwisata dengan seluruh stakeholder. Sedangkan berdasarkan factor

ancaman utama adalah: 1) kurangnya transportasi sebagai akses menuju Pulau Atauro, 2) ketersediaan SDM di bidang pariwisata masih terbatas, 3) belum adanya Undang-Undang pariwisata, 4) adanya potensi daya tarik wisata yang sama di distrik lain. Secara internal, total skor yang diperoleh dari perkembangan wisata kawasan Pulau Atauro adalah 3,337 dan total skor lingkungan eksternal adalah 3,471.

Strategi Pengembangan potensi daya tarik wisata Pulau Atauro dari analisis internal eksternal adalah tumbuh dan bina (konsentrasi via integrasi vertikal), mengintegrasikan aktivitas hulu dan hilir yang terkait dengan segala sesuatu yang diperlukan untuk memasarkan produk pariwisata memudahkan wisatawan dalam mengunjungi Pulau Atauro. Analisis matrik Internal-Eksternal mencakup empat strategi pengembangan, yaitu: Strategi SO yaitu strategi perencanaan kawasan wisata Pulau Atauro sebagai destinasi pariwisata dengan melakukan pembuatan paket-paket wisata. Strategi ST, strategi pengembangan kawasan wisata berkelanjutan dan pembuatan peraturan pariwisata guna mengontrol perkembangan pariwisata di Pulau Atauro agar tidak terjadi eksploitasi besar-besaran. Strategi WO, strategi pengembangan kawasan Wisata Pulau Atauro dengan melakukan promosi dan pemasaran. Strategi WT, strategi pengembangan kelembagaan dan pengembangan SDM di bidang pariwisata serta pemberian pemahaman terhadap masyarakat akan pengaruh perkembangan pariwisata terhadap perekonomian masyarakat di Pulau Atauro.

  • 5.    Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut, adalah sebagai berikut: Untuk akademisi, dalam penelitian ini telah mengidentifikasi beberapa daya tarik dan potensi wisata yang ada di Pulau Atauro, namun dari penelitian tersebut ada beberapa potensi yang belum teridentifikasi secara jelas dikarenakan kondisi jalan menuju lokasi potensi tidak memadai

untuk dilalui. Untuk itu penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat mengidentifikasi potensi yang ada di Pulau Atauro lebih jelas.

Untuk pemerintah, dengan telah diidentifikasikannya beberapa daya tarik dan potensi yang ada di Pulau Atauro, diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menata dan mengembangkan kawasan wisata di Pulau Atauro. Di samping itu, pemerintah dapat mempercepat pembangunan sarana dan prasarana penunjang pariwisata di Pulau Atauro untuk meningkatkan daya tarik dan kenyamanan bagi para wisatawan dan kementrian pariwisata Timor-Leste segera membuat undang-undang pariwisata guna mengatur perkembangan pariwisata di Pulau Atauro agar tidak terjadi eksploitasi besar-besaran.

Untuk masyarakat, agar dapat berperan serta aktif dalam menjaga dan memelihara potensi daya tarik wisata di PulauAtauro, bekerjasama dengan pemerintah dalam menjaga keamanan dan kenyamanan di Pulau Atauro, serta mempertahankan kebudayaan dan tradisi lokal masyarakat Pulau Atauro sehingga pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Pulau Atauro menjadi pariwisata yang berkelanjutan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra M.Litt selaku penguji dan ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata beserta jajarannya. Prof. Dr I Nyoman Antara, selaku pembimbing I dan Dr. Ir. I Made Adhika MSP, selaku pembimbing II. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H. M.S, dan Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc, selaku penguji yang banyak memberikan masukan, saran dan koreksi sehingga journal ini terwujud tepat waktunya. Dalam kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Yang Mulia Bapak Perdana Menteri Republik Demokratik Timor-Leste, Menteri Pariwisata RDTL, Mentri Muda Urusan Lingkungan Hidup, Mentri Muda Urusan Perikanan, Mentri Muda Urusan Tenaga Kerja, Wakil Bupati Kabupaten Dili,

Wakil Camat Kecamatan Atauro, Director Nasional Perencanaan dan Pembangunan Pariwisata Timor-Leste, Director Nasional Pemasaran Pariwisata Timor-Leste, Para kepala Desa, Tokoh Adat dan Pemuda di lima Desa di Kecamatan atauro, kepada keluarga, istri tercinta Olga Albertina Alves, anak tercinta Fanya dan adik-adik yang saya kasihani, seluruh teman kerja di Consulat Jenderal Republik Demokratik Timor-Leste di Denpasar yang di pimpin oleh Ibu Maria Isabel Olandina Caeiro Alves, teman-teman di Almameter Unud yaitu Ibrahim, S.S, Anom Suasapa S.Par, Made Yani Anggreni, ST, MT dan seluruh teman-teman yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu.

PROFIL PENULIS

Miguel da Costa Gomes, S.IP, adalah Atase Imigrasi Republik Demokratik Timor-Leste di Konsulat Jenderal Bali, 2010-2014. Menyelesaikan Program Strata-1 Ilmu Politik di Universitas Darul Ulum Jombang Jawa Timur pada tahun 2011 dengan gelar S.IP. Melanjutkan program Magister Pariwisata di Universitas Udayana tahun 2012. Pada tahun 1993-1999 bekerja sebagai Pegawai Negeri sipil di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tingkat I Provinsi Timor-Timur. Tahun 2001-2004 bekerja sebagai Polisi Nasional Timor-Leste dan pada tahun 2004-2010 bekerja di Direktorat Imigrasi Timor-Leste dan bertugas sebagai Instruktur Training.

DAFTAR PUSTAKA

Arsana, I Ketut. 2010. Strategi Pengembangan Kawasan Masceti Sebagai Daya Tarik Wisata Alam Berbasis Masyarakat Di Desa Medahan Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Tesis. Denpasar. Universitas Udayana.

Benjamin et. al. 2008. Per Memoriam Ad Spem. Denpasar. Laporan Akhir Komisi Kebenaran dan Persahabatan Indonesia – Timor-Leste.

Budiarti, S. H. 2005. Pengembangan Pengelolaan Ekowisata di Kawasan Hutan Mangrove Benoa Bali Habermas Denpasar. Tesis. Denpasar. Universitas Udayana.

Butler, R.W. 1980. Tourism Area Life Cycle.Contemporary Tourism Reviews.

United Kingdom. Goodfellow Publishers Ltd. Woodeaton-Oxford.

Darsana, I Wayan. 2011. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Kawasan Barat Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Tesis. Denpasar. Universitas Udayana.

Dimas, Ero Permana. 2013. Persepsi, Partisipasi dan Aspirasi Masyarakat Lokal terhadap Pengembangan Destinasi Wisata Bunaken di Sulawesi Utara. Tesis. Denpasar. Universitas Udayana.

Faizi Zahari, 2012. Mengapa Perencanaan Pariwisata itu Penting dalam the Planers e Portfolio. Halaman 4. Volume 060 Januari 2012. Bandung: HMP Pangripta Loka ITB

Inskeep, Edward, 1991. Tourism Planing, Integrated and Sustainable Development Approach. United State of America

MV Erdman dan Candice Mohan, 2013, A Rapid Marine Biological Assesment of Timor-Leste, Bulleting of Biological Assesment Dili

Kartimin. 2011. Strategi Pengembangan Pantai Berawa Sebagai Daya Tarik Wisata Berbasis Kerakyatan di Kabupaten Badung. Tesis. Denpasar. Universitas Udayana.

Machtucha. 2005. Strategi Pengembangan Objek Wisata Bahari Kawasan Pesisir Pantai Kenjeran di Kota Surabaya. Tesis.Denpasar. Universitas Udayana.

Madiun, I Nyoman. 2010. Nusa Dua – Model Pengembangan Kawasan Wisata Modern. Denpasar. Udayana University Press.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.

Natalie, K. and Wendy, C. 2010. Atauro Island Investment Prospectus. Timor-Leste. Indigo-Atauro Friendship Group.

Paturusi, Syamsul Alam, 2008. Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar. Udayana Univesity Pers.

Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membeda Kasus Bisnis. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama. Kompas Gramedia.

Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membeda Kasus Bisnis. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama. Kompas Gramedia.

Rangkuti, F. 2013. Analisis SWOT Teknik Membeda Kasus Bisnis. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama. Kompas Gramedia.

Rui, et. al, 2013, Economic Constribution and Trends of SCUBA Diving in Timor-Leste, Dili.

Sukarsa, I. M. 1999. Pengantar Pariwisata. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur.

Scheyvens, R. 2002. Tourism for Development (Empowering Communities). Person Education Asia. England. PTE. LTD.

Trainor, C. R, et.al. 2007. Daerah Penting Bagi Burung di Timor-Leste. United Kingdom. Information Press-Oxford.

Trainor, C. R. dan Soares Thomas. 2004. Birds of Atauro Island Timor-Leste. Birds Life Internationaland Tropical Management Coorporative Research Centre. Australia. Charles Darwin University 0909. Nothern Territory.

Timor-Leste 2011-2030, Plano Esrtrategico de Desemvolvimento, Dili

Wardiyanta, Drs. M.Hum. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Wirawan, Surya. 2009. Pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari Secara Berkelanjutan Di Nusa Lembongan Kabupaten Klungkung. Tesis. Denpasar. Universitas Udayana.

Yoeti, Oca A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa.

Yoeti, Oca A. 2000. Ekowisata: Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. Jakarta. P.T Pertja.

Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009tentang Kepariwisataan.

Anonim. 2002. Constitução da Republica Democratica de Timor-Leste

Anonim. 2008. Draft Tourism Policy for Timor-Leste. Dili.

Anonim. www.ministroturismo.tl.

Anonim. http://timor-leste.gov.tl/?lang=en, Akses 2.12.2013

Anonim. 2013. Data Base Dirjen Imigrasi RDTL. Dili: Dirjen Imigrasi Republik Democratik Timor-Leste.

Anonim. 2013. Data Statistik Kunjungan Wisatawan. Dili: Dirjen Transportasi Republik Demokratik Timor-Leste.

Anonim. 2013. Data Statistik Jumlah Penduduk Pulau Atauro. Atauro: Kantor Camat Sub Distrik Atauro.

Anonim. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Balai Pustaka. Edisi Ketiga.

182

JUMPA Volume 01, Nomor 01, Juli 2014