Game Sebagai Layanan (GAAS) Pada Platform Cloud Gaming Gameqoo
on
Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, Vol.22, No.1, Jan-Juni 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/ MITE.2023.v22i01.P07
53
Game Sebagai Layanan (GAAS) Pada Platform Cloud Gaming Gameqoo
I Putu Gede Gentha Kesuma Negara1, Linawati2, Gede Sukadarmika3 [Submission: 16-12-2022, Accepted: 09-02-2023]
Abstract— Today’s games have entered the next generation gaming phase or the highest generation in the world of gaming. In today’s rapid development of games, it requires users/players to have computers with higher specifications. There is a way for players to run games that have high specifications with computer devices that have low specifications, with cloud gaming technology. There is a cloud gaming server in Indonesia called Gameqoo. To find out the feasibility of a game that is played on a cloud gaming service, it requires parameters that will measure it from the game side and form the user side, namely Quality of Service and Quality of Experience. With the existence of cloud gaming services, the experience of playing games on computers with low specifications becomes light and has pretty good visual quality. This is evidenced by the packet loss value which is 0%, the delay and jitter has value are still in the good category, the use GPU usage is below 5%. The research questionnaire was designed in such a way with an answer scale called the MOS (Mean Opinion Score) to measure Quality of Experience, and an average score on the MOS rating of 4.15 which gets a Good score on the MOS assessment standard.
Kata Kunci— Cloud; Quality of Service; Quality of Experience; Mean Opinion Score
Intisari— Permainan atau game sudah memasuki fase next generation gaming atau generasi tertinggi dalam dunia gaming. Pada perkembangan game yang pesat seperti saat ini, menuntut user/pemain untuk mempunyai media untuk menjalankan game dengan spesifikasi yang tinggi. Ada cara untuk pemain menjalankan game yang memiliki spesifikasi tinggi dengan perangkat komputer yang memiliki spesifikasi rendah yaitu dengan teknologi cloud gaming. Terdapat server cloud gaming di Indonesia yang bernama Gameqoo. Untuk mengetahui suatu kelayakan pada sebuah game yang di mainkan pada layanan cloud gaming, memerlukan parameter yang akan mengukur hal tersebut dari sisi game dan dari sisi user yaitu Quality of Service dan Quality of Experience. Dengan adanya layanan cloud gaming, pengalaman bermain game pada komputer dengan spesifikasi rendah menjadi ringan serta memiliki kualitas visual yang mengagumkan. Hal ini dibuktikan dengan nilai packet loss yang 0%, nilai delay dan jitter masih dalam kategori bagus, penggunaan GPU usage yang dibawah 5%. Kuesioner telah dirancang dengan sedemikian mengikuti skala jawaban yang disebut MOS (Mean Opinion Score) yang akan Quality of Experience, dan nilai rata-
1, 2, 3 Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana, Jl. Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung, Bali 80361 INDONESIA e-mail : [email protected], [email protected], [email protected]
rata pada penilaian MOS 4.15 yang mendapatkan nilai Good pada standar penilaian MOS.
Kata Kunci— Cloud; Quality of Service; Quality of Experience; Mean Opinion Score
Perkembangan pada dunia teknologi sudah sangat pesat. Dapat dilihat perkembangan teknologi sudah mencangkup semua bidang yang berhubungan dengan kehidupan manusia seperti alat bantu pangan, alat bantu industri, alat medis, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan perkembangan teknologi pada bidang permainan atau game. Perkembangan teknologi pada bidang game sudah lebih baik dari sebelumnya dikarenakan permainan atau game sudah terlihat seperti kondisi nyatanya atau seperti keadaan aslinya [1].
Permainan atau game yang memiliki arti dalam bahasa indonesia yaitu permainan yang memiliki beberapa peraturan untuk menjalankannya. Pada era ini, game sudah memasuki ke media elektronik untuk menjalankannya. Hal seperti ini membuat game dapat menunjukan kualitas visual yang terbaik pada segi grafis dan memiliki naturalisme dalam permainannya. Media elektronik untuk menjalankan game juga sudah beragam, mulai dari komputer, mobile phone, dan console (seperti Nintendo Switch, Xbox, Sega, dan Playstation) [2]. Salah satu media elektronik yang berkembang dengan pesat untuk memainkan game yaitu komputer, karena komputer adalah media elektronik yang cukup fleksibel dalam menjalan game. Industri bidang game pada komputer mulai bersaing antara satu dengan lainnya untuk memberikan kualitas yang baik dari segi grafis dan gameplay disaat menjalankan game oleh user [3].
Dengan majunya industri pada bidang game, media untuk menjalankan game juga memerlukan spesifikasi yang tidak biasa atau malah cukup tinggi. Hal ini membuat PC pada user sulit untuk menjalankan game, dikarenakan memiliki media yang spesifikasi rendah dan untuk mendapatkan media yang berspesifikasi tinggi memerlukan banyak biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan game terbaru. Terdapat cara untuk menjalankan game dengan mudah untuk diakses pada media yang berspesifikasi rendah yaitu salah satunya dengan teknologi cloud gaming [3]. Cloud gaming adalah cara baru untuk menghadirkan pengalaman bermain game berkualitas tinggi dengan menggunakan media berspesifikasi rendah. Cloud gaming mengacu pada caru baru untuk memainkan game, software game berjalan di server penyedia jasa cloud game dan adegan yang terjadi pada game akan dirender dan dikirimkan ke user melalui jaringan internet secara real time [4].
Teknologi untuk menjalankan permainan atau game yang memiliki spesifikasi tinggi namun dapat dijalankan di
I Putu Gede Gentha Kesuma Negara : Game Sebagai Layanan (GAAS) …
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372

komputer dengan spesifikasi rendah disebut Cloud gaming. Pada konsepnya, cloud gaming dapat menghasilkan sebuah aplikasi gaming yang interaktif secara remote di dalam server penyedia jasa cloud gaming dan akan melanjutkan outputnya dalam bentuk video ke pemain/user melalui jaringan internet [3].
Game as a Service adalah teknologi yang dibuat untuk cloud game yang berguna untuk menangkap bilal baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi cloud game. GaaS adalah istilah populer yang digunakan dalam industri game untuk memaparkan strategi bisnis oleh perusahan video game saat ini, dimana video game yang dulunya statis dan tidak dapat diubah namun sekarang dalam keadaan evolusi yang konstan [5].
Dengan peningkatan teknologi baru, inovosai dan peningkatan jumlah user, dapat dilihat dari fakta-fakta diatas [6]. Pertanyaan menarik apakah benar cloud gaming dapat memberikan QoS dan QoE yang terbaik pada perangkat yang digunakan [7]. Peneliti bertujuan untuk mengimplementasikan sebuah infrastruktur cloud games berbasis cloud menggunakan server (Gameqoo), dimana nantinya akan diuji pada PC (Personal Computer) yang akan menjalankan beberapa game PC kelas menengan untuk melihat bagaimana QoS dan QoE yang diberikan oleh platform Gameqoo [3].
-
A. Cloud Computing
Upaya untuk memberikan kemudahan akses sumber daya dan aplikasi dari mana saja melalui jaringan internet disebut cloud computing. Cloud computing merupakan solusi yang baik untuk mendapatkan fleksibilitas serta sebuah infrastruktur komputasi secara dinamis untuk banyak aplikasi dalam beberapa tahun kebelakang ini [8]. Cloud computing memiliki karakteristik On-deman self service yiatu konsumen ynag menentukan kemampuan komputasi sesuai kebutuhan yang sudah sediakan oleh penyedia layanan. Resource pooling yaitu penyatuan sumber daya untuk komputasi yang disediakan oleh jasa layanan cloud. [9].
Tujuan dari cloud computing yaitu meningkatkan kehandalan dan fleksibilitas tanpa membebankan biaya yang terlalu tinggi pada komputasi [10]. Peran penyedia jasa cloud computing dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: penyedia jasa infrastruktur (infastructure provider) dan penyedia jasa layanan (service provider) [11][12]. Cloud computing dapat menjadi teknologi baru untuk sistem komputasi yang memungkinkan usernya secara sementara memanfaatkan infrastruktur komputasi melalui fasilitas jaringan internet yang disediakan oleh sebuah layanan oleh penyedia jasa cloud [5][13] .
-
B. Arsitektur Cloud Computing
Lapisan terbawah dari arsitektur cloud computing adalah lapisan hardware. Lapisan ini yang bertanggung jawab dengan kepengurusan pada sumber daya fisik dari cloud. Perangkatnya seperti switch, hub, repeater, power, router, server, dan alat pendingin. Lapisan selanjutnya adalah lapisan infrastructure. Lapisan ini dikenal sebagai lapisan penggambaran yang bertanggung jawab sebagai pembentuk sebuah media yang terdiri dari media penyimpanan seperti hardisk dan sumber daya komputasi yang terpisah dari sumber daya fisiknya.
Resources Managed at Each layer
EndUsers
Application
BuiinessAppications1
WetiServlcesf MuHirYiedLa
Platform as a
Service (PaaSl
Software as a
Service (SaaS)

Computation (VM) Storagefblock)
Platforms
Infrastructure
CPU, Memory, Dtsk, Bandwidth
Hardware
Examples:
Google Apps, Facebook, YouTubp Saleforce.com
Amazon EC2, GoGrid Flexiscale
Storage(Dβ∕Fιle)

MicrosoftAzure, GoogIeAppEngine, Amazon SimpleDB∕S3
Gambar 1 Arsitektur Cloud Computing
Kedua lapisan terbawah, yaitu lapisan perangkat keras atau hardware dan lapisan infrastructure termasuk kedalam klasifikasi Infrastrukture as a Service (IaaS). Lapisan berikutnya yaitu lapisan platform. Lapisan ini terdiri dari sebuah sistem operasi dan kerangka sebuah aplikasi. Lapisan ini bertanggung jawab untuk menimimalisasi beban penyebaran aplikasi secara langsung ke dalam wadah mesin virtual. Lapisan ini termasuk kedalam klasifikasi Platform as a Service (PaaS). Tingkatan tertinggi pada lapisan yaitu lapisan aplikasi. Lapisan ini terdiri dari aplikasi asli atau nyata dari cloud dimana layanan secara langsung dapat dikirimkan dan digunakan oleh user [9][14]. User bisa mengakses aplikasi melalui perangkat yang terhubung dengan jaringan internet. [15] Lapisan ini termasuk ke dalam klasifikasi Software as a Service (SaaS) [9][14].
-
C. Klasifikasi Cloud Computing Deliver Service
Cloud computing menawarkan 3 (tiga) kategori delivery service yaitu [9]:
-
1. Software as a Service (SaaS) merupakan aplikasi lapisan teratas yang disampaikan dengan berbasis pada permintaan (on-demand) layanan aplikasi untuk mengirimkan perangkat lunak secara khusus ke penerima.
-
2. Platform as a Service (PaaS) merupakan middleware service atau layanan perangkat lunak perantara yang bertugas menfasilitasi berjalannya program-program aplikasi lainnya pada lingkungan cloud.
-
3. Infrastructure as a Service (IaaS) merupakan domain dari perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat-perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan lingkungan cloud.
-
D. Cloud Storage
Sebuah layanan penyimpanan berkas pada jaringan internet yang dimana file yang tersimpan, bisa dikelola oleh user dari mana saja selama user bisa terhubung ke cloud tersebut melalui jaringan jaringan internet disebut cloud storage [16]. Konsep cloud storage sama seperti konsep file pada server pada perusahaan, hanya saja infratruktur media storage tersebut dikelola oleh penyedia jasa cloud dan pemanfaatannya dijadikan layanan penyimpanan berkas yang bisa diakses dari jaringan internet [17][18]. Cloud storage memiliki beberapa keuntungan yang baik dari segi finansial maupun dari segi keamanannya. [19]. Dengan cloud storage, user tidak perlu lagi
membawa media penyimpanan seperti hardisk atau flashdisk, karena file akan disimpan pada cloud storage [18].
-
E. Cloud game
Game atau permainan merupakan sebuah desain pada sistem yang dapat dikendalikan dan diubah perancangannya [20]. Video game merupakan suatu bentuk permainan dalam bentuk digital yang mencakup metode audiovisual dan interaktif untuk menyampaikan sebuah cerita atau mekanisme permainan. Video game juga didefiniskan sebagai suatu sistem yang melibatkan usernya ke dalam konflik yang sudah dibuat oleh perancangnya dalam seperangkat aturan dan menghasilan keluaran yang dapat diukur [21][22]. Cloud gaming menghasilkan sebuah aplikasi gaming yang interaktif secara remote di dalam cloud dan meneruskan output berupa video ke pemain melalui jaringan internet [23][24].
-
F. Arsitektur Cloud gaming
GameServer GameCIient
Running the selected game | |
Replay User Inputs (Keyboards Mouse,...] |
Audio ∕ Video Capturer |
Audio f Video Encoder | |
Decode Input Events (Customized Protocol) |
RTSP ∕ R⅛P ∕ RTCP |
Game console | |
AudiojfVideo Player |
User Inputs (Keyboard, Mouse,...) |
Audio ∕ Video Decoder | |
HTSP ∕R⅛∕ RTCP |
Encode Input Events (Customized Protocol) |
^Control Flow Internet
Gambar 2 Arsitektur Cloud gaming
Pada game client terdapat client application. Client application memiliki peran bukan sebagai aplikasi yang menjalankan permainan seperti pada umumnya, melainkan hanya sebagai layar yang akan menampilkan output yang terjadi pada server. Arsitektur pada cloud gaming harus menangkap informasi yang disampaikan usernya melalui perangkat input seperti keyboard, mouse, console, dan lain sebagainya [25]. Sehingga pada dasarnya apa yang terjadi pada cloud gaming adalah permainan digital yang dimainkan tidak pada komputer usernya. Game digital tersebut akan dimainkan pada server penyedia jasa cloud dan menyalurkan visual game tersebut ke layar komputer usernya [26]. Disaat server menyalurkan visual game digital tersebut, server akan tetap mendengar perintah user agar perintah tersebut diteruskan ke dalam game digital yang sedang berjalan [22].
-
G. Quality of Service
Sebuah kemampuan untuk menyediakan layanan yang baik dengan menyediakan bandwidht yang besar, dan dapat mengatasi jitter dan delay pada jaringan disebut Quality of Service [13]. Untuk sebagai acuan seberapa bagusnya sebuah jaringan dalam memberikan layanan pada trafik data tertentu.
Quality of Service digunakan buat mengukur sekumpulan indikasi yang telah dispesifikasi serta diasosiasikan pada suatu layanan [27]. QoS akan sebagai sebuah masalah ketika mengirimkan sebuah data melalui jaringan berbasis IP dan jaringan internet. Beberapa masalah yang ditimbulkan ketika mengirimkan data melalui jaringan berbasis IP merupakan rendahnya bandwidht pada jaringan, adanya buffering, delay dan lain-lainnya [28]. Menyediakan monitoring QoS dengan mengambil informasi nilai-nilai parameter QoS yang berasal lalu lintas paket data [29][30].
-
H. Quality of Experience
Quality of Experience mempunyai hubungan dengan penilaian pengalaman user saat menggunakan teknologi serta entitas bisnis untuk menuyampaikan kepuasan pada end-user [31]. QoE dapat didefinisikan menjadi penilaian keseluruhan dari sebuah aplikasi atau sebuah layanan yang dirasakan secara subjektif maupun secara objektif oleh pengguna. Pengukuran QoE dapat dilakukan baik secara subjektif maupun objektif [32]. Kuesioner disusun berdasarkan parameter QoE yang diepngaruhi pada setiap aplikasi. Penentuan parameter disusun dengan mengacu beberapa standar yang dikeluarkan oleh 3GPP [33][34]. Ketika user ingin melihat atau mendengarkan video/audio secara realtime maka skema realtime berlaku. Hal ini adalah komunikasi satu arah. Karakteristik dari skema ini artinya adanya relasi variasi waktu diantara entitas informasi meskipun tidak diperlukan persyaratan delay rendah. Hasil pengukuran QoE pengguna aplikasi termasuk ke pada kelas streaming [33][35].
Tabel I
Hasil Pengukuran QoE Video Streaming
Streaming |
Video Streaming |
Audio Quality |
Blurriness | ||
Edge Noise | ||
Incontinues Image with Blocking | ||
Audio/Video Synchronization | ||
Freeze Image/Loading Time | ||
Re-Buffering | ||
Radio Streaming |
Audio Quality | |
Re-Buffering |
I. Prosedur Pengujian Platform
Alur Gambar 3 dibuat sederhana dimana user cukup menginstal aplikasi yang akan dimainkan lewat web Gameqoo pada komputer. Setelah itu user akan mencoba mengkoneksikan antara komputer dengan server cloud. Setelah terkoneksi, user dapat memulai sesi gaming. User akan diminta untuk memilih game yang akan dimainkan yang telah disediakan pada platform Gameqoo. Saat menjalankan game, komputer pada user akan mengambil
I Putu Gede Gentha Kesuma Negara : Game Sebagai Layanan (GAAS) …

data QoS dan QoE menggunakan aplikasi yang sudah dipersiapkan [3][36].
Gambar 3 Alur Rancangan Penelitian
-
A. Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memainkan game yang sudah dipilih dengan 2 (dua) Personal Computer. Satu komputer dengan spesifikasi yang tinggi, dan satu game dengan spesifikasi rendah. Berikut merupakan spesifikasi dari masing masing Personal Computer.
TABEL I I
Spesifikasi Game
OS |
Windows Vista/7/8/10, 64-bits |
CPU |
Intel Core i5 |
Graphics |
1.5 GB VRAM, NVIDIA Geforce GTX 660 / ATI Radeon HD 7850 |
Memory |
8 GB RAM |
Storage |
30 GB |
Tabel III
Spesifikasi PC 1
OS |
Windows 10 |
CPU |
Intel(R) Core (TM) i3-4150 CPU @ 3.50GHz 3.50 GHz |
RAM |
4 GB |
Storage |
1 TB |
TABEL IV
Spesifikasi PC 2
OS |
Windows 11 |
CPU |
Intel(R) Core (TM) i7-8750 CPU @ 2.20 GHz 2.21 GHz |
GPU |
NVIDIA GeForce GTX 1060 with Max-Q Design |
RAM | |
Storage |
1 TB |
-
B. Skenario Pengujian Quality of Service
Aspek yang akan di ukur yaitu Resource CPU dan QoS (Quality of Service) [37][38]. Pengujian memiliki beberapa skenario seperti berikut:
-
1. Skenario A: Pengujian menjalankan game untuk
mengetahui performa client saat menjalankan game pada jaringan kabel (Ethernet).
-
2. Skenario B: Pengujian menjalankan game untuk
mengettahui performa client saat menjalankan game pada jaringan nirkabel (WLAN)
Pada masing-masing skenario dilakukan dengan variable bandwidth jaringan yaitu 3 Mbps, 4 Mbps, dan 5 Mbps.
-
C. Skenario Pengujian Quality of Experience
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai salah satu alat penelitiannya. Kuesioner akan disusun berdasarkan parameter QoE yang dipengaruhi di platfrom cloud game. Penentuan parameter disusun menggunakan beberapa standar yang telah dikeluarkan oleh 3GPP. Ketika user melihat dan mendengarkan video/audio secara langsung atau realtime, maka skema realtime akan berlaku. Hal ini termasuk di komunikasi satu arah. Skema ini memiliki ciri-ciri seperti terdapat relasi berbagai macam waktu diantara data informasi meskipun tidak dibutuhkan di persyaratan delay yang rendah. Hasil pada pengukuran QoE user software termasuk ke dalam kelas streaming[33][35]. Pada streaming terdapat beberapa parameter. Penjelasan parameter tersebut sebagai berikut [33]: 1. Audio Quality: Parameter yang menunjukan kualitas sinyal audio yang dirasakan oleh user.
-
2. Blurriness: ketidakpastian/ketidakjelasan kualitas gambar /video.
-
3. Incontinues Image With Blocking: Frame block pada data yang tidak continue sehingga menyebabkan gambar atau video yang ditampilkan terputus-putus.
-
4. Audio/Video Synchronization: sinkronisasi (perbedaan waktu) sinyal audio/video di sisi penerima.
-
5. Freeze Image/Loading Time: gambar mengalami kebekuan saat video sedang diputar. Kondisi tersebut dapat disebabkan oeh data yang diterima tidak memadai atau laju transmisi frame yang rendah.
-
6. Re-buffering: waktu dan frekuensi buffering ulang selama penggunaan layanan.
-
A. Analisa Pengujian Quality of Service
Untuk mendapatkan parameter QoS, Pengujian akan menggunakan aplikasi bernama Wireshark dan untuk mendapatkan nilai Resource CPU, pengujian akan menggunakan aplikasi bernama MSI Afterburn [33][39].
Tabel V
Hasil Pengukuran Throughput Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
Throughput (bps) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
27.6 |
35.6 |
2 |
Sedang |
4 |
35.0 |
43.3 |
2 |
Sedang |
5 |
62.3 |
56.9 |
2 |
Sedang |
Tabel VI
Hasil Pengukuran Throughput Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
Throughput (bps) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
0.134 |
0.590 |
1 |
Jelek |
4 |
0.219 |
0.695 |
1 |
Jelek |
5 |
0.301 |
0.724 |
1 |
Jelek |
Dapat dilihat bahwa memberikan bandwidht yang lebih besar memberi pengaruh terhadap nilai throughput yang dihasilkan. Nilai throughput semakin meningkat ketika penggunaan bandwidht yang semakin besar. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti terjadinya redaman dan gangguan sinyal. Bahkan penggunaan jaringan kabel dan jaringan nirkabel mempengaruhi nilai akhir throughput.
Tabel VII
Hasil Pengukuran Packet loss Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
Packet loss (%) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
0 |
0 |
4 |
Sangat Bagus |
4 |
0 |
0 |
4 |
Sangat Bagus |
5 |
0 |
0 |
4 |
Sangat Bagus |
Tabel VIII
Hasil Pengukuran Packet loss Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
Packet loss (%) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
0 |
0 |
4 |
Sangat Bagus |
4 |
0 |
0 |
4 |
Sangat Bagus |
5 |
0 |
0 |
4 |
Sangat Bagus |
Bandwidht tidak mempengaruhi nilai dari packet loss. Data yang berhasil diterima jumlahnya tetap sama dengan jumlah packet yang di kirim. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya packet loss yaitu collision atau tabrakan/tumbukan data pada jaringan. Dengan 0% packet loss berarti tidak terjadinya collision saat aplikasi ini berjalan. Ini dapat terjadi dikarenakan saat menjalankan game, personal computer tidak melakukan pemakaian jaringan internet selain untuk menjalankan game. Maka dari itu, untuk mendapatkan nilai packet loss 0%. Dengan nilai 0% ini, dapat mempengaruhi terhadap nilai delay dan jitter pada saat memainkan game di platform gaming gameqoo.
Tabel IX
Hasil Pengukuran Delay Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
Delay (ms) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
1.59 |
1.58 |
3 |
Bagus |
4 |
1.56 |
1.55 |
3 |
Bagus |
5 |
1.50 |
1.51 |
3 |
Bagus |
Tabel X
Hasil Pengukuran Delay Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
Delay (ms) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
6.65 |
6.70 |
3 |
Bagus |
4 |
6.64 |
6.68 |
3 |
Bagus |
5 |
6.63 |
6.62 |
3 |
Bagus |
Perubahan pada nilai delay yang terjadi dengan mengubah nilai bandwidht semakin besar maka nilai delay semakin kecil. Faktor yang mempengaruhi nilai delay adalah perbedaan jarak pada transmisi saat terjadi pengukuran. Nilai bandwidht untuk setiap penelitian dan waktu proses saat penelitian akan mempengaruhi nilai delay. Dengan nilai throughput yang masuk ke kategori 2 dan 1, tidak terlalu mempengaruhi untuk nilai delay yang tetap memiliki kategori bagus. Dengan nilai packet loss yang 0% sehingga mendapatkan nilai delay dengan kategori bagus.
Tabel XI
Hasil Pengukuran Jitter Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
Jitter (ms) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
0.513 |
0.510 |
4 |
Sangat Bagus |
4 |
0.510 |
0.511 |
4 |
Sangat Bagus |
5 |
0.511 |
0.511 |
4 |
Sangat Bagus |
Tabel XII
Hasil Pengukuran Jitter Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
Jitter (ms) |
Keterangan | ||
PC 1 |
PC 2 |
Indeks |
Kategori | |
3 |
1.470 |
1.469 |
2 |
Sedang |
4 |
1.466 |
1.463 |
2 |
Sedang |
5 |
1.460 |
1.460 |
2 |
Sedang |
Perbedaan pada nilai jitter yang terjadi dengan mengubah jenis jaringan yang digunakan. Dengan menggunakan jaringan kabel memiliki nilai jitter lebih rendah di bandingkan jaringan nirkabel. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai jitter yiatu perbedaan dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data dan juga dalam pehitungan ulang data di akhir perjalanan jitter. Dengan nilai delay yang mendapatkan kategori Bagus dan nilai packet loss yang 0%, sehingga mendapatkan nilai jitter di atas rata-rata.
Tabel XIII
Hasil Pengukuran GPU usage Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
GPU usage (%) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
1 |
3 |
4 |
2 |
2 |
5 |
3 |
4 |
Tabel XIV
Hasil Pengukuran GPU usage Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
GPU usage (%) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
3 |
2 |
4 |
5 |
1 |
5 |
4 |
2 |
Semakin besar bandwidht yang diberikan maka semakin besar juga GPU usage yang dijalankan. Kedua PC tidak
I Putu Gede Gentha Kesuma Negara : Game Sebagai Layanan (GAAS) …
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372

menjalankan GPU yang cukup besar dikarenakan hanya menjalankan sekitar 5% dari total GPU pada PC. Hal ini membuktikan bahwa pada cloud gaming Gameqoo, spesifikasi PC tidak terlalu mempengarhui GPU usage. Kedua PC dapat menjalankan game dengan penggunaan GPU usage yang rendah [40].
Tabel XV
Hasil Pengukuran Memory Usage Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
Memory usage (MB) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
146 |
287 |
4 |
150 |
337 |
5 |
166 |
366 |
Tabel XVI
Hasil Pengukuran Memory Usage Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
Memory usage (MB) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
175 |
366 |
4 |
157 |
356 |
5 |
144 |
366 |
Penggunaan Memory Usage pada PC 1 kurang dari pada PC 2, namun ini dipengaruhi oleh kualitas dari visual game yang diberikam, pada PC 2 hasil yang diberikan pada kulitas visualnya lebih baik dari pada PC 1. Hal ini membuktikan bahwa cloud gaming gameqoo tetap berjalan di spesifikasi PC yang rendah namun mengurangi visualisasi yang terjadi saat menjalankan game.
Tabel XVII
Hasil Pengukuran CPU Usage Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
CPU usage (%) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
14 |
3 |
4 |
22 |
9 |
5 |
17 |
2 |
Tabel XVIII
Hasil Pengukuran CPU Usage Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
CPU usage (%) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
11 |
2 |
4 |
16 |
1 |
5 |
10 |
2 |
Pada saat PC 1 memainkan game pada cloud gaming Gameqoo, CPU usage lebih tinggi dari pada PC 2. Perbedaan nilai ini menunjukan PC 1 lebih membutuhkan CPU lebih banyak dari pada PC 2. Namun CPU usage masih dibawah 100% yang menandakan bahwa cloud gaming gameqoo tidak membutuhkan banyak CPU usage. Hal ini membuktikan bahwa cloud gaming gameqoo tetap bisa dijalankan pada PC dengan spesifikasi rendah namun membutuh kinerja CPU yang lebih tinggi untuk menjalankannya [40].
Tabel XIX
Hasil Pengukuran CPU Temperature Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
CPU Temperature (℃) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
41 |
64 |
4 |
46 |
68 |
5 |
40 |
59 |
Tabel XX
Hasil Pengukuran CPU Temperature Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
CPU Temperature (℃) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
38 |
61 |
4 |
41 |
54 |
5 |
36 |
60 |
Pada saat PC 1 memainkan game pada cloud gaming Gameqoo, nilai CPU Temperature lebih rendah dari pada PC 2. Perbedaan nilai suhu antar kedua PC ini dipengaruhi oleh penggunaan RAM yang lebih besar pada PC 2. Namun suhu masih di kategorikan aman dikarenakan suhu di bawah dari 80℃. Hal ini membuktikan bahwa, saat menjalankan cloud gaming gameqoo dengan spesifikasi yang lebih tinggi akan menyebabkan CPU Temperature yang tinggi dikarenakan untuk menjalankan game dengan visualisasi dan kelancaran yang lebih dibandingkan spesifikasi yang rendah.
Tabel XXI
Hasil Pengukuran RAM Usage Pada Skenario A
Bandwidht (Mbps) |
RAM Usage (%) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
3647 |
7016 |
4 |
3548 |
7610 |
5 |
3342 |
7283 |
Tabel XXII
Hasil Pengukuran RAM Usage Pada Skenario B
Bandwidht (Mbps) |
RAM Usage (%) | |
PC 1 |
PC 2 | |
3 |
3175 |
7114 |
4 |
3083 |
7228 |
5 |
2867 |
7115 |
Nilai RAM pada PC 1 menunjukan hampir lebih dari sepenuhnya RAM yang digunakan saat menjalankan cloud gaming Gameqoo yang dimana RAM pada PC 1 yaitu 4 GB RAM. Pada PC 2 menunukan kurang dari setengah total RAM yang digunakan dari total RAM yaitu 16 GB RAM. Cloud gaming Gameqoo masih dapat dijalankan dengan menggunakan RAM yang kecil [40].
Pada pengujian Quality of Service, besar bandwidht sangat mempengaruhi nilai dari beberapa parameter. Namun platform cloud gaming gameqoo tetap bisa dijalankan dengan baik meskipun menggunakan spesifikasi komputer yang rendah. Dibuktikan dengan nilai parameter QoS antara PC 1 dan PC 2 tidak mengalami perbedaan yang cukup jauh. Untuk menjalankan platform gaming gameqoo dengan kualitas yang baik, disarankan menggunakan jaringan kabel untuk mandapatkan pengalaman bermain yang lebih baik.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan cara memberikan kuesioner kepada 30 peserta yang sudah mencoba memainkan game pada platfrom cloud gaming gameqoo. Memberikan kuesioner kepada 30 responden mengenai performa serta kepuasan pada Quality of Experience [33][41].
Kuesioner penelitian ini dibuat sedemikian rupa sehingga setiap pertanyaan akan dijawab dengan 5 skala jawaban yang disebut Mean Opinion Score (MOS). Ambang minimum untuk kualitas yang dapat diterima sesuai dengan MOS 3.5. nilai MOS akan dihitung dan dirata-ratakan berdasarkan penilaian responden terkait parameter QoE [33].
Table XXIII
Hasil Responden terhadap kuesioner
No |
Question | |||||||
Q1 |
Q2 |
Q3 |
Q4 |
Q5 |
Q6 |
Q7 |
Q8 | |
R.1 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
R.2 |
4 |
5 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
R.3 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
R.4 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
R.5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
R.6 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
R.7 |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
4 |
4 |
R.8 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
4 |
R.9 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
4 |
R.10 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
R.11 |
4 |
5 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
R.12 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
R.13 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
R.14 |
4 |
3 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
5 |
R.15 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
R.16 |
4 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
3 |
R.17 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
4 |
R.18 |
4 |
4 |
5 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
R.19 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
R.20 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
3 |
R.21 |
4 |
5 |
5 |
5 |
4 |
5 |
5 |
4 |
R.22 |
3 |
3 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
4 |
R.23 |
4 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
3 |
5 |
R.24 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
4 |
4 |
R.25 |
4 |
3 |
3 |
3 |
3 |
4 |
3 |
5 |
R.26 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
R.27 |
3 |
4 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
4 |
R.28 |
5 |
4 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
R.29 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
3 |
R.30 |
4 |
5 |
4 |
4 |
5 |
5 |
5 |
5 |
Data yang terkumpul dari responden akan dimasukan kedalam tavel penilaian akhir pada responden dengan menggunakan penghitungan MOS (Mean Opinion Score) [33].
Tabel XXIV menunjukan hasil akhir dari penilaian responden. Dapat dilihat bahwa platform cloud gaming gameqoo ini mendapatkan hasil quality of experience dengan nilai rata-rata yaitu 4.15. Dimana dalam skala MOS ini mendapatkan quality yaitu Good dengan hasil nilai MOS di atas 4.03, yang berarti
mendapatkan respon yang baik dari responden yang mecoba memainkan game pada platform ini.
Table XXIV
Hasil Responden terhadap kuesioner
No |
Skor |
Skor akhir |
Quality |
Perception |
MOS | |
Q1 |
124 |
: 30 |
4.13 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Q2 |
124 |
30 |
4.13 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Q3 |
127 |
30 |
4.23 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Q4 |
128 |
: 30 |
4.26 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Q5 |
121 |
: 30 |
4.03 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Q6 |
128 |
: 30 |
4.26 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Q7 |
121 |
: 30 |
4.03 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Q8 |
124 |
: 30 |
4.13 |
Good |
Perceptibel |
4.03 |
Dengan terpenuhinya batas minimum yang dapat diterima yaitu 3.5. Membuktikan kualitas video dan kualitas audio pada layanan platform Gameqoo dinilai cukup baik meskipun sering terjadi buffering. Buffering terjadi pada PC dengan kualitas spesifikasi rendah, namun tetap bisa dimainkan dan berjalan cukup lancar [32].
Pada pengujian Quality of Experience, besar bandwidht sangat mempengaruhi nilai dari parameter QoE. Namun platform cloud gaming gameqoo tetap bisa berjalan dengan baik dan user menyukai saat memainkan game di platform tersebut. Kepuasan dari user tidak jauh dari nilai QoS yang baik, dari nilai packet loss yang baik, nilai delay dan jitter yang kecil dari batas maksimalnya, dan nilai resource CPU yang memuaskan saat user menjalankan game pada platform cloud gaming gameqoo.
Berdasarkan dari data yang diambil dalam penelitian implementasi game sebagai layanan (GAAS) pada platfrom cloud gaming gameqoo dapat disimpulkan beberapa kesimpulan yang dibahas sebagai berikut:
-
1. Cloud gaming Gameqoo dapat memainkan game dengan spesifikasi besar pada komputer dengan spesifikasi rendah, hal ini dibuktikan dengan game dapat dimainkan dengan komputer uji yang memiliki spesifikasi rendah. Dengan spesifikasi komputer Intel Core i3 dan RAM 4 GB sudah mampu menjalankan cloud gaming Gameqoo.
-
2. Pada nilai quality of service yang didapatkan, sangat bergantung pada bandwidht dan jenis koneksi yang dipakai. Perbandingan throughput antara menggunakan media koneksi ethernet dan nirkabel memiliki nilai yang jauh berbeda. Pada koneksi ethernet memiliki nilai 27.6, 35.0, dan 62.3, yang memiliki nilai indeks 2 dengan kategori sedang. Sedangkan pada koneksi nirkabel memiliki nilai 0.134, 0.219, dan 0.301 yang memiliki nilai indeks yaitu 2 dengan kategori jelek.
I Putu Gede Gentha Kesuma Negara : Game Sebagai Layanan (GAAS) …
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372

-
3. Pada nilai parameter resource CPU yang didapat tidak terpengaruhi pada bandwidht dan jenis koneksi yang dipakai. Perbandingan nilai CPU usage antara menggunakan kedua media koneksi ethernet dan nirkabel yang memiliki nilai di bawah dari standart maksimal CPU usage yaitu 100%. Pada koneksi ethernet memiliki nilai 14%, 22%, dan 17% dan pada koneksi nirkabel memiliki nilai 11%, 16%, dan 10%.
-
4. Pada nilai Quality of Service. Hasil rata-rata dari nilai MOS (Mean Opinion Score) yaitu 4.15 yang dimana nilai tersebut mendapatkan quality yaitu Good. Nilai MOS yang
diperoleh sudah memenuhi batas minimum yang dapat diterima yaitu 3.5, yang berarti platform ini dapat dijalankan dengan baik dan disukai oleh pengguna.
Referensi
-
[1] W. Pratama, “Game Adventure Misteri Kotak Pandora,” J. Telemat.,
vol. 7, no. 2, pp. 13–31, 2016.
-
[2] R. D. Yates, M. Tavan, Y. Hu, and D. Raychaudhuri, “Timely cloud
gaming,” Proc. - IEEE INFOCOM, no. August, 2017, doi: 10.1109/INFOCOM.2017.8057197.
-
[3] R. F. Rahmadayansya, R. M. Negara, and S. Sussi, “Resource Usage
Pada Perangkat Client Menggunakan Platform Cloud Gaming Emago,” eProceedings Eng., vol. 5, no. 3, pp. 5491–5497, 2018, [Online]. Available:
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/en gineering/article/view/8044
-
[4] W. Cai et al., “A survey on cloud gaming: Future of computer games,”
IEEE Access, vol. 4, pp. 7605–7620, 2016, doi:
10.1109/ACCESS.2016.2590500.
-
[5] O. C. Gaming and S. Gaminganywhere, “3 1,2,3,” vol. 1, no. 1, pp.
201–216, 2014.
-
[6] S. M. Tobing, “Pemanfaatan Internet Sebagai Media Informasi
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila,” J. PEKAN J. Pendidik. Kewarganegaraan, vol. 4, no. 1, pp. 64–73, 2019, doi: 10.31932/jpk.v4i1.376.
-
[7] I. N. Bernadus, N. Gunantara, and K. O. Saputra, “Analisis Kinerja
Jaringan Internet dengan Metode Class Based Queueing di Universitas Dhyana Pura,” Maj. Ilm. Teknol. Elektro, vol. 18, no. 1, p. 133, 2019, doi: 10.24843/mite.2019.v18i01.p20.
-
[8] D. Irwan and I. Supian, “Private Cloud Storage Pada Virtual Server
Menggunakan IP Public Dinamic 1, 2),” vol. 8, no. 2, pp. 75–82, 2020.
-
[9] Q. Zhang, L. Cheng, and R. Boutaba, “Cloud computing: State-of-
the-art and research challenges,” J. Internet Serv. Appl., vol. 1, no. 1, pp. 7–18, 2010, doi: 10.1007/s13174-010-0007-6.
-
[10] W. Susanti and R. N. Putri, “Penerapan Cloud Computing Sebagai
Media Pembelajaran Berbasis Online Masa Pandemi Covid-19,” JOISIE (Journal Inf. Syst. Informatics Eng., vol. 4, no. 1, p. 56, 2020, doi: 10.35145/joisie.v4i1.663.
-
[11] S. Dwiyatno, Sulistiyono, E. Rakhmat, and S. Christina,
“Perancangan Private Cloud Berbasis Infrastructure As a Service,” PROSISKO J. Pengemb. Ris. dan Obs. Sist. Komput., vol. 8, no. 2, pp. 5–14, 2021, doi: 10.30656/prosisko.v8i2.3705.
-
[12] M. Fauzan, A. Fiade, and F. E. M. A., “Analisis Dan Perancangan
Infrastruktur Private Cloud Dengan Openstack,” Pseudocode, vol. 4, no. 2, pp. 180–189, 2017, doi: 10.33369/pseudocode.4.2.180-189.
-
[13] A. Saputra, H. Priyanto, and N. Safriadi, “Implementasi
Infrastructure as a Service pada Cloud Computing Menggunakan Metode Load Balancing,” J. Sist. dan Teknol. Inf., vol. 8, no. 4, p. 397, 2020, doi: 10.26418/justin.v8i4.39980.
-
[14] H. Wintolo and L. S. Dwi Paradita, “Layanan Cloud Computing
Berbasis Infrastructure As a Service Menggunakan Android,” Compiler, vol. 4, no. 2, pp. 11–18, 2015, doi:
10.28989/compiler.v4i2.91.
-
[15] R. L. Rahardian, L. Linawati, and M. Sudarma, “Implementation of
Cloud Computing Software As a Service at UMKM,” Maj. Ilm. Teknol. Elektro, vol. 17, no. 3, p. 365, 2018.
-
[16] I. Santiko and R. Rosidi, “Pemanfaatan Private Cloud Storage
Sebagai Media Penyimpanan Data E-Learning Pada Lembaga Pendidikan,” J. Tek. Inform., vol. 10, no. 2, pp. 137–146, 2018, doi: 10.15408/jti.v10i2.6992.
-
[17] D. Hernowo, R. Y. R. K, and U. Lestari, “Jurnal JARKOM Vol . 4
No . 1 Desember 2016 ISSN: 2338-6313 PENERAPAN PRIVATE CLOUD STORAGE SEBAGAI MEDIA SHARING DAN BACKUP DATA DI PT . TELKOM INDONESIA KANDATEL KISARAN Jurnal JARKOM Vol . 4 No . 1 Desember 2016 ISSN : 2338-6313,” J. JARKOM, vol. 4, no. 1, pp. 9–19, 2016.
-
[18] G. Vernik et al., “Data On-boarding in federated storage clouds,”
IEEE Int. Conf. Cloud Comput. CLOUD, no. June, pp. 244–251, 2013, doi: 10.1109/CLOUD.2013.54.
-
[19] A. Irawan, A. P. Sari, and S. Bahri, “Perancangan Dan Implementasi
Cloud Storage Menggunakan NextCloud Pada Smk YPP Pandeglang,” PROSISKO J. Pengemb. Ris. dan Obs. Sist. Komput., vol. 5, no. 2, pp. 131–143, 2019, [Online]. Available:
https://cdn.zmescience.com/wp-
-
[20] I. Widiartha and H. Wijayanto, “Rancang Bangun Mobile Edugame
Ikatan Atom Pada Matapelajaran Kimia Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas,” Teknol. Elektro, vol. 9, no. 1, 2010.
-
[21] Linawati, I. N. D. Kotama, K. O. Saputra, I. M. S. Utama, N. D.
Wirastuti, and T. Usagawa, “Proposed Plugin for Collaborative Game-Based Learning,” TALE 2019 - 2019 IEEE Int. Conf. Eng. Technol. Educ., pp. 942–946, 2019, doi:
10.1109/TALE48000.2019.9225954.
-
[22] D. Z. Sudirman, “Cloud Gaming Masa Depan Industri Game,” J.
Ultim., vol. 5, no. 2, pp. 67–70, 2013, doi: 10.31937/ti.v5i2.324.
-
[23] A. Kazakov, “Cloud gaming controls,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 2134,
no. 1, 2021, doi: 10.1088/1742-6596/2134/1/012018.
-
[24] E. Setiawan, R. Munadi, and Sussi, “Implementasi Dan Analisis
Mobile Cloud Gaming Online Menggunakan Open-Source Cloud Gaming Server Gaminganywhere Pada Perangkat Android,” eProceeding Eng., vol. 4, no. 3, pp. 3580–3587, 2017, [Online]. Available: https://libraryeproceeding.telkomuniversity.ac.id/index.php/enginee ring/article/view/4967
-
[25] T. Kämäräinen, M. Siekkinen, A. Ylä-Jääski, W. Zhang, and P. Hui,
-
“A measurement study on achieving imperceptible latency in mobile cloud gaming,” Proc. 8th ACM Multimed. Syst. Conf. MMSys 2017, pp. 88–99, 2017, doi: 10.1145/3083187.3083191.
-
[26] . S., R. Munadi, N. Fitriyanti, and I. Perdana Putra Sutejo, “Cpu
Usage Dari Penggunaan Cloud Gaminganywhere Pada Game Dengan Speech Recognition System Sebagai Command Input,” TEKTRIKA - J. Penelit. dan Pengemb. Telekomun. Kendali, Komputer, Elektr. dan Elektron., vol. 4, no. 1, p. 40, 2019, doi: 10.25124/tektrika.v4i1.1597.
-
[27] M. Hasbi and N. R. Saputra, “Analisis Quality of Service ( Qos )
Jaringan Internet Kantor Pusat King Bukopin Dengan Menggunakan Wireshark,” Vol. 12, No. 1, Sept. 2021, pp. 17 – 23 P-ISSN 2089 – 0256, e-ISSN 2598 – 3016, vol. 12, no. 1, pp. 1–7, 2021, [Online]. Available: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/just-
it/article/view/13596/7236
-
[28] Fatoni, “Analisis Kualitas Layanan Jaringan Intranet (Studi Kasus
Universitas Bina Darma),” J. Ilm. MATRIK (Matematika Teknol. Rekayasa Inform. Komputer), vol. 13, no. 1, pp. 1–20, 2011.
-
[29] S. A. Cahyadi, I. Santoso, and A. A. Zahra, “Analisis Quality of
Service ( QoS ) Pada Jaringan Lokal Session Initiation Protocol ( SIP ) Menggunakan Gns3,” Transient, vol. 2, no. 3, pp. 1–9, 2017.
-
[30] S. Attamimi, A. D. Oftari, and S. Budiyanto, “Analisis QoS (Quality
of Service) Pada Implementasi Layanan Broadband IPTV (Internet Protocol Television) di Jaringan Akses PT. Telkom,” J. Teknol. Elektro, vol. 10, no. 2, p. 76, 2019, doi: 10.22441/jte.v10i2.001.
-
[31] K. Masykuroh, A. D. Ramadhani, and N. Iryani, “Analisis Qos Dan
Qoe Pada Video Pembelajaran Online Di Institut Teknologi Telkom Purwokerto (Ittp),” Transmisi, vol. 23, no. 2, pp. 40–47, 2021, doi: 10.14710/transmisi.23.2.40-47.
-
[32] E. Ruzanski, “Mean Opinion Score (MOS) Test Script,” pp. 1–8,
2009, [Online]. Available:
http://www.mathworks.com.au/matlabcentral/fileexchange/23693-mean-opinion-score--mos--test-script
-
[33] M. Amin, “Pengukuran Quality of Experiences ( QoE ) Layanan
Telekomunikasi Bergerak di Sulawesi Selatan,” Pros. Semin. Nas. Komun. dan Inform., pp. 21–30, 2019.
-
[34] S. S. Sabet, S. Schmidt, S. Zadtootaghaj, C. Griwodz, and S. Moller,
“Towards applying game adaptation to decrease the impact of delay
on quality of experience,” Proc. - 2018 IEEE Int. Symp. Multimedia, ISM 2018, no. December, pp. 114–121, 2019, doi:
10.1109/ISM.2018.00028.
-
[35] O. S. Peñaherrera-Pulla, C. Baena, S. Fortes, E. Baena, and R.
Barco, “Measuring key quality indicators in cloud gaming: Framework and assessment over wireless networks,” Sensors (Switzerland), vol. 21, no. 4, pp. 1–24, 2021, doi: 10.3390/s21041387.
-
[36] T. Seluler, M. Kabupaten, K. Sangihe, R. ’ Atul, and A. Wahab,
“Analisis Quality of Experience Layanan Telekomunikasi Seluler Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe (Riva’atul Adaniah Wahab) Analisis Quality of Experience Layanan,” pp. 173–188, 2013.
-
[37] I. Iskandar and A. Hidayat, “Analisa Quality of Service (QoS)
Jaringan Internet Kampus (Studi Kasus: UIN Suska Riau),” J. CoreIT, vol. 1, no. 2, pp. 67–76, 2015.
-
[38] D. V. Nguyen, H. T. T. Tran, and T. C. Thang, “A Delay-Aware
Adaptation Framework for Cloud Gaming Under the Computation Constraint of User Devices,” Lect. Notes Comput. Sci. (including Subser. Lect. Notes Artif. Intell. Lect. Notes Bioinformatics), vol. 11962 LNCS, no. October, pp. 27–38, 2020, doi: 10.1007/978-3-030-37734-2_3.
-
[39] F. Asri, A. Rizqa, and M. Maisura, “Implementasi Dan Analisis
Cloud Gaming Skyegrid Pada Perangkat Android,” Cybersp. J. Pendidik. Teknol. Inf., vol. 4, no. 1, p. 59, 2020, doi: 10.22373/cj.v4i1.7092.
-
[40] Y. W, A. Fauzan, A. Yani, and M. A. Aziz, “Analisis Performance
Central Prosessing Unit ( CPU ) Realtime Menggunakan Metode Benchmarking An Analysis of Performance Central Processing Unit ( CPU ) for Real Time Using Benchmarking Method,” J.
Manajemen, Tek. Inform. dan Rekayasa Komput., vol. 20, no. 2, pp. 237–248, 2021, doi: 10.30812/matrik.
-
[41] M. Jarschel, D. Schlosser, S. Scheuring, and T. Hoßfeld, “An
evaluation of QoE in cloud gaming based on subjective tests,” Proc. - 2011 5th Int. Conf. Innov. Mob. Internet Serv. Ubiquitous Comput. IMIS 2011, no. June, pp. 330–335, 2011, doi: 10.1109/IMIS.2011.92.
I Putu Gede Gentha Kesuma Negara : Game Sebagai Layanan (GAAS) …
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372

[ HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN]
ISSN 1693 – 2951
I Putu Gede Gentha Kesuma Negara: Game Sebagai Layanan (GAAS)….
Discussion and feedback