Evaluasi Pengembangan Disaster Recovery Center untuk Data Center Universitas Udayana
on
Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, Vol. 20, No.1, Januari – Juni 2021
DOI: https://doi.org/10.24843/MITE.2021.v20i01.P20 169
Evaluasi Pengembangan Disaster Recovery Center untuk Data Center Universitas Udayana
Kheri Arionadi Shobirin1, Nyoman Putra Sastra2, Made Sudarma3
[Submission: 07-12-2020, Accepted: 08-04-2021]
Abstract – Data Center has a vital and strategic role in supporting university operations. Based on Government Regulation No.17 of 2019 article 20 section 1: Every Data Center owner must have a Disaster Recovery Center.
Evaluation of Disaster Recovery Center Development for Udayana University Data Center conducted by considering aspects of natural threats, human threats, environmental threats, existing Data Center specification, virtualization, and cloud technology used to maintain the availability of Data Center services for Udayana University with the most efficient development costs.
Using cost comparation for DRC development and operation for 3 years, found that implementation cost of Cloud DRC 3 times higher compare to Conventional DRC. High cloud computing cost contribute 67% of Cloud DRC cost structure.
Intisari – Data Center memiliki peran vital dan strategis dalam mendukung operasional perguruan tinggi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2019 pasal 20 ayat 1: Setiap pemilik Data Center wajib memiliki Disaster Recovery Center.
Evaluasi Pengembangan Disaster Recovery Center untuk Data Center Universitas Udayana dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ancaman alam, ancaman manusia, ancaman lingkungan, spesifikasi Data Center, virtualisasi dan teknologi cloud yang digunakan untuk menjaga ketersediaan layanan Data Center bagi Universitas Udayana dengan biaya pengembangan yang paling efisien.
Dengan membandingkan biaya untuk pembangunan dan operasional DRC, ditemukan bahwa biaya implementasi Cloud DRC 3 kali lebih tinggi dibanding dengan DRC Konvensional. Biaya komputasi awan yang tinggi berkontribusi 67% terhadap struktur biaya Cloud DRC.
Kata Kunci – Data Center/DC, Disaster Recovery Center/DRC, Teknologi Virtualisasi dan Biaya Pengembangan.
-
I. PENDAHULUAN
Universitas Udayana yang berdiri sejak tanggal 17 Agustus 1962 merupakan perguruan tinggi dengan kampus terbesar yang ada di pulau Bali. Untuk tahun 2018 Universitas Udayana memiliki 17.208 Mahasiswa dan 1.631 Dosen Tetap, belum termasuk dosen tidak tetap dan tenaga pendukung lainnya.
Untuk mendukung operasionalnya, Universitas Udayana
memiliki dua buah DC. DC yang terletak di gedung GDLN kampus Jalan Sudirman yang merupakan DC utama tempat dilakukannya proses komputasi dan penyimpanan data dan sekaligus penempatan pusat jaringan data dan suara untuk lokasi kampus Jalan Sudirman. DC kedua terletak di gedung USDI kampus Bukit Jimbaran yang merupakan lokasi penempatan pusat jaringan data dan suara untuk lokasi kampus bukit Jimbaran.
DC GDLN dan DC USDI berada pada Lempeng Eurasia yang selalu didorong oleh Lempeng Indo-Australia sejauh 7.5 cm per tahun sehingga menyebabkan sering terjadi gempa. DC GDLN berada pada elevasi 19 mdpl sedangkan DC USDI berada pada elevasi 74 mdpl. Jarak antara DC GDLN dan DC USDI sejauh 14.9 kilometer. Lokasi kedua DC berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia dan berdekatan dengan 3 gunung berapi aktif yaitu Gunung Raung di arah barat laut, Gunung Agung di arah utara Gunung Rinjani di arah timur laut.
Berdasarkan klasifikasi resiko terhadap ancaman yang berasal dari alam [1] [2] DC GDLN dan DC USDI rentan terhadap tsunami, gempa dan gunung berapi.
Untuk menjaga keberlangsungan kegiatan pengolahan data dari lembaga penyedia layanan publik seperti Universitas Udayana, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2019 pasal 20 ayat 1 [3], pemerintah mewajibkan setiap pemilik DC untuk memiliki rencana keberlangsungan kegiatan untuk menanggulangi angguan atau bencana sesuai dengan resiko dari dampak yang ditimbulkannya. Potensi kehilangan total dari data center bisa diatasi dengan adanya DC cadangan /Disaster Recovery Center (DRC).
-
II. STUDI LITERATUR
Berdasarkan kualitas yang dimiliki, Universitas Udayana menempati peringkat 44 dari 2.694 perguruan tinggi Indonesia yang dinilai oleh webometrics.info pada bulan Desember 2020 [4], peringkat 18 perguruan tinggi Indonesia yang dinilai oleh 4icu.org pada tahun 2020 [5] dan peringkat 23 pada klaster 2 dalam sistem klasterisasi perguruan tinggi DIKTI pada tahun 2020 [6].
Walaupun masih memiliki Gap Capability terhadap layanan aplikasi yang diberikan oleh DC Universitas Udayana (SIMUDAPAPI, E-Registrasi dan SIMAK) yang hanya mencapai skor rata-rata sebesar 3.62 pada MEA01, MEA02 dan MEA03 dalam penelitian berbasis framework COBIT yang dilakukan Krisnandari, Wiharta dan Sastra [7], jangan sampai nilai tersebut menjadi turun ketika DC tidak bisa berfungsi ketika terjadi bencana.
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372
Berdasarkan laporan FEMA (Federal Emergency Management Agency), antara tahun 1976 hingga 2001 telah terjadi bencana dengan kategori besar sebanyak 906 di Amerika Serikat [8]. Sebanyak 43% perusahaan yang terkena bencana tidak pernah buka kembali dan sebanyak 29% tutup dalam 2 tahun setelah bencana. Jadi total sebanyak 72% perusahaan yang terkena bencana tutup dalam 2 tahun setelah kejadian.
Berdasarkan FEMA juga, dampak dari badai Andrew yang terjadi pada tahun 1992, 80% yang tidak memiliki BCP (business continuity plan) tutup dalam jangka waktu 2 tahun setelah kejadian.
Berdasarkan proses backup dan recovery membagi level disaster recovery menjadi 8 kategori [9], [10], [11] yaitu:
-
• Tier 0: Tanpa data backup
-
• Tier 1: Ada data backup tanpa site cadangan
-
• Tier 2: Ada data backup dengan site cadangan
-
• Tier 3: Electronic vaulting
-
• Tier 4: Point-in-time copies
-
• Tier 5: Transaction integrity
-
• Tier 6: Zero atau near-zero data loss
-
• Tier 7: Highly automated, business integrated solution
Berdasarkan pada standar penghitungan yang mengacu pada RPO (recovery point objective) dan RTO (recovery time objective) bisa dibedakan menjadi 4 kategori.
TABEL I.
LEVEL DISASTER RECOVERY
No |
Kategori |
RPO |
RTO |
1 |
Class I |
Kurang dari 1 Minggu |
72 Jam – 1 Minggu |
2 |
Class II |
Kurang dari 24 Jam |
8 – 72 Jam |
3 |
Class III |
Kurang dari 15 menit |
Kurang dari 8 Jam |
4 |
Class IV |
0 Menit |
0 Menit |
Implementasi DRC melalui cloud computing dengan model implementasi DRaaS (disaster recovery as a service) bisa membantu institusi dalam menjaga business continuity dan dari kehilangan data karena bencana [12]. Implementasi disaster recovery center dengan model fisik tradisional memiliki keterbatasan dalam masalah fleksibilitas jika dibandingkan dengan model virtualisasi [13], [14], [15], [16], [17], [18].
Pembangunan DRC harus mempertimbangkan aspek sebagai berikut:
-
• Level Tier DC dan DRC
-
• Jarak antara DRC dengan DC
-
• Kondisi Geography
-
• Kondisi Lingkungan
-
• Ketersediaan Layanan Pihak Ketiga
-
• Kemudahan Akses
-
• Kemampuan Pengebangan Lanjutan
-
• Ketersediaan Jaringan Data
-
• Biaya Investasi dan Operasional
Tantangan dalam implementasi cloud computing yaitu pada masalah keamanan, model pembiayaan, model pembebanan, SLA (servise level agreement) dan kualifikasi yang harus dimigrasikan [19]. Sistem berbasis layanan cloud computing dengan model Software as a Service pada UMKM mampu memberikan tingkat kepuasan usability yang berada di atas standar [20].
Cloud computing merupakan platform yang paling ideal dalam mengimplementasikan layanan disaster recovery karena model pay-as-you-go dalam pembiayaan, kemudahan alokasi sumberdaya dan kecepatan recovery setelah terjadinya bencana [21], [22].
Efisiensi investasi pada implementasi server cloud hanya terjadi pada jangka waktu satu tahun, sedangkan untuk jangka waktu 3 tahun keatas, biaya implementasi server cloud lebih tinggi daripada implementasi konvensional berupa server fisik [23], [24]. [25].
-
III. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 6 buah metode/ tahapan proses, yaitu:
-
A. Studi Literature
Studi literature dilakukan untuk menyelaraskan proses penelitian dengan literature-literature yang sudah terbit sebelumnya.
-
B. Pengambilan Data Langsung
Pengambilan data secara langsung dilakukan dengan melakukan akses terhadap server yang sedang berjalan yang dijadikan host untuk melihat spesifikasi host, virtual machine aplikasi, virtual machine database dan atribut-atribut lainnya.
-
C. Wawancara
Wawancara dilakukan secara tatap muka langsung dan atau menggunakan media email kepada sejumlah staf pelaksana dan pimpinan di Bidang Infrastruktur Teknologi Informasi yang ada di Unit Sumber Daya Informasi Universitas Udayana.
-
D. Sizing & Pembuatan BOQ/M
Proses sizing dilakukan pada DC yang saat ini dimiliki oleh Universitas Udayana untuk memperoleh spesifikasi minimal yang harus dimiliki oleh disaster recovery center. Dari spesifikasi tersebut diperoleh BOQ/M (Built of Quantity / Material) yang menjadi dasar untuk RFQ (Request for Quotation) dari vendor.
-
E. Pengumpulan Quotation
Pengumpulan Quotation dilakukan dengan melakukan pengumumam mengenai kebutuhan yang terdapat pada BOQ/M di jaringan sosial LinkedIn. Hanya Quotation yang sesuai serta vendor yang memiliki referensi baik yang diproses untuk analisa.
-
F. Analisa dan Kesimpulan
Analisa dilakukan untuk melihat model disaster recovery center yang sesuai untuk DC Universitas Udayana berdasarkan pada hasil analisa kebutuhan dan analisa biaya pengembangan.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
A. Pengambilan Data Langsung
DC Universitas Udayana dikelola USDI (Unit Sumber Daya Informasi) pada Bidang Infrastruktur Teknologi Informasi. DC untuk tujuan komputasi dan penyimpanan data yang berada di DC GDLN memiliki 9 unit hardware
DOI: https://doi.org/10.24843/MITE.2021.v20i01.P20 komputer server (host) dengan total 132 unit core processor, 860 GB RAM dan 50TB harddisk drive.
Dengan mengakses konsol pada sistem VMWare secara langsung diperoleh data total virtual machine yang dijalankan dalam infrastruktur tersebut berjumlah 97 buah. Sembilan puluh tujuh virtual machine yang berjalan dalam 9 unit host digunakan untuk menjalankan 231 unit aplikasi yang digunakan oleh semua unit/bagian organisasi yang ada di Universitas Udayana.
Tabel II.
SPESIFIKASI HOST DC UDAYANA
No |
Model |
IP |
Processor |
Memory |
Harddisk |
VM |
1 |
HP DL380 G7 |
x.x.x.50 |
12 Core |
256 GB |
10.0 TB |
17 |
2 |
HP DL380 G7 |
x.x.x.51 |
12 Core |
24 GB |
1.0 TB |
2 |
3 |
HP DL380 G9 |
x.x.x.52 |
12 Core |
48 GB |
0.7 TB |
7 |
4 |
HP DL380 G9 |
x.x.x.67 |
20 Core |
132 GB |
3.3 TB |
6 |
5 |
HP DL380 G9 |
x.x.x.68 |
20 Core |
132 GB |
6.0 TB |
9 |
6 |
HP DL380 G9 |
x.x.x.69 |
20 Core |
132 GB |
5.5 TB |
11 |
7 |
HP DL380 G7 |
x.x.x.70 |
12 Core |
64 GB |
12.0 TB |
12 |
8 |
HP DL380 G7 |
x.x.x.71 |
12 Core |
64 GB |
12.0 TB |
13 |
9 |
HP DL30 G7 |
x.x.x.79 |
12 Core |
8 GB |
0.3 TB |
20 |
Sebanyak 3 buah host merupakan server Hewlett Packard dengan model DL380 G9, sebanyak 5 buah host merupakan server Hewlett Packard dengan model DL380 G7 dan 1 buah host merupakan server Hewlett Packard dengan model DL30 G7. Untuk data lengkap spesifikasi host sebagaimana terlihat dalam Table II.
-
B. Wawancara
Setelah melakukan evaluasi terhadap virtual machine pada DC dengan menggunakan matrik penilaian resiko berdasar pada konsekuensi (consequences) dan pada paparan (likelihood), dilakukan wawancara dengan operator DC sehingga diperoleh 3 kategori untuk penggolongan virtual machine.
-
1) Virtual machine Kategori 1: Merupakan virtual machine yang digunakan untuk aplikasi dan database yang
-
2) Virtual machine Kategori 2: Merupakan virtual machine yang digunakan untuk aplikasi dan database yang harus bisa kembali beroperasi antara satu hari hingga satu minggu sejak terjadi bencana. Terdapat 22 buah virtual machine untuk kategori dua.
-
3) Virtual machine Kategori 3: Merupakan virtual machine yang digunakan untuk aplikasi dan database yang harus bisa kembali beroperasi lebih dari satu minggu sejak terjadi bencana. Terdapat 21 buah virtual machine untuk kategori tiga.
Berdasarkan pengkategorian dan pemilahan virtual machine yang dimiliki oleh DC Universitas Udayana diperoleh sebanyak 65 buah VM yang harus ada dalam DRC. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah total existing virtual machine yang ada pada saat ini yaitu sebanyak 97 buah virtual machine. Selisih jumlah virtual machine yang berjumlah 32 buah merupakan virtual machine yang digunakan untuk backup dari virtual machine aplikasi dan virtual machine database yang sedang berjalan.
-
C. Sizing DC
Selain jumlah virtual machine yang berkurang, jumlah storage yang diperlukan juga berubah sehingga spesifikasi untuk kebutuhan penyimpanan berubah menjadi 25TB. Untuk mempertimbangkan ekspansi kebutuhan penyimpanan storage dialokasikan harddisk sebanyak 6 unit dengan kapsitas 10TB dengan menggunakan RAID 6 pada NAS (network attached storage) kapasitas 12 slot sehingga akan diperoleh kapasitas penyimpanan sebesar 40TB. Jika masih diperlukan maka masih tersedia 6 slot untuk diisi dengan harddisk yang memiliki spesifikasi yang sama.
Untuk alokasi core processor dan RAM tetap tidak berubah karena utilisasinya masih di atas 100% dari kapasitas yang tersedia, yaitu 240% untuk processor dan 147% untuk RAM. Untuk lebih jelas bisa dibaca pada Tabel III.
-
D. DRC Universitas Udayana
TABEL III
HASIL RESIZING DATA CENTER UNIVERSITAS UDAYANA
SERVER NAME |
SERVER 50 |
SERVER 51 |
SERVER 52 |
SERVER 67 |
SERVER 68 |
SERVER 69 |
SERVER 70 |
SERVER 71 |
TOTAL |
IP Address |
172.16.121.50 |
172.16.121.51 |
172.16.121.52 |
172.16.121.67 |
172.16.121.68 |
172.16.121.69 |
172.16.121.70 |
172.16.121.71 | |
Brand Model |
HP DL380 G7 |
HP DL380 G7 |
HP DL380 G7 |
HP DL380 G9 |
HP DL380 G9 |
HP DL380 G9 |
HP DL380 G7 |
HP DL380 G7 | |
CPU Brand |
Intel(R) Xeon® | ||||||||
CPU Models |
X5660 |
X5660 |
X5660 |
E5-2650 v3 |
E5-2650 v3 |
E5-2650 v3 |
E5649 |
E5649 | |
CPU Frequency |
2.80GHz |
2.80GHz |
2.80GHz |
2.30GHz |
2.30GHz |
2.30GHz |
2.53GHz |
2.53GHz | |
CPU Cores |
2 x 6 Cores |
2 x 6 Cores |
2 x 6 Cores |
2 x 10 Cores |
2 x 10 Cores |
2 x 10 Cores |
2 x 6 Cores |
2 x 6 Cores | |
CPU Cores |
12 |
12 |
12 |
20 |
20 |
20 |
12 |
12 |
120 |
vCPU |
24 |
24 |
24 |
40 |
40 |
40 |
24 |
24 |
240 |
vCPU Allocated |
145 |
8 |
68 |
79 |
89 |
99 |
46 |
43 |
577 |
vCPU Allocation % |
604% |
33% |
283% |
198% |
223% |
248% |
192% |
179% |
240% |
HDD Cap (GB) |
10.001,25 |
1.090,00 |
690,00 |
3.300,00 |
6.000,00 |
5.450,00 |
11.923,75 |
11.370,00 |
49.825,00 |
HDD Used (GB) |
5.303,84 |
16,08 |
1.231,95 |
1.328,18 |
1.613,22 |
3.244,54 |
8.052,26 |
4.217,45 |
25.807,52 |
HDD Free (GB) |
4.697,41 |
273,92 |
(541,95) |
1.971,82 |
4.386,78 |
2.205,46 |
3.871,49 |
7.152,55 |
24.017,48 |
HDD Free % |
47% |
25% |
-79% |
60% |
73% |
40% |
32% |
63% |
48% |
RAM Capacity (MB) |
212.992,00 |
24.576,00 |
45.056,00 |
131.072,00 |
131.072,00 |
131.072,00 |
65.536,00 |
65.536,00 |
806.912,00 |
RAM Alocated (MB) |
351.232,00 |
16.384,00 |
73.728,00 |
130.048,00 |
165.888,00 |
218.112,00 |
143.360,00 |
87.940,00 |
1.186.692,00 |
RAM Allocation % |
165% |
67% |
164% |
99% |
127% |
166% |
219% |
134% |
147% |
harus bisa kembali beroperasi dalam satu hari. Terdapat 22 buah virtual machine untuk kategori satu.
Kheri A. Shobirin dkk: Evaluasi Pengembangan Disaster …
Berdasarkan proses resizing DC Universitas Udayana, diperoleh spesifikasi disaster recovery center untuk DC Universitas Udayana seperti tampak pada Tabel IV.
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372
TABEL IV.
KEBUTUHAN DISASTER RECOVERY CENTER
No |
Spesifikasi |
DC |
Resizing |
DRC |
1 |
Host Server |
9 Unit |
8 Unit |
5 Unit |
2 |
Processor |
132 Core |
120 Core |
160 Core |
3 |
Memory |
860 GB |
806 GB |
1.280 GB |
4 |
Sorage |
50 TB |
25 TB |
40 TB ~ 6 x 10TB RAID6 |
5 |
Virtual Machine |
97 VM |
65 VM |
65 VM |
6 |
Aplikasi |
231 aplikasi |
231 aplikasi |
231 aplikasi |
Tabel IV merupakan informasi yang diberikan kepada vendor layanan cloud untuk memperoleh harga jasa layanan cloud yang digunakan sebagai DRC (DRaaS: Disaster Recovery as a Service).

Gambar 1: Konfigurasi DRC Universitas Udayana
Tabel V.
Spesifikasi Disaster Recovery Center
No |
Deskripsi |
Jumlah |
Satuan |
1 |
Rack 42U |
1 |
Lot |
2 |
Power Distribution Unit |
2 |
Lot |
3 |
UPS Eaton 9PX 9PX5KiRT 5KVA |
2 |
Lot |
4 |
Rackmount Keyboard & LCD Monitor |
1 |
Lot |
5 |
8 ports KVM Switch |
1 |
Lot |
6 |
Server HP DL380 G10 – 2 proc @16 Core – 256 GB RAM – 2x1TB HDD – 2PSU |
5 |
Lot |
7 |
Synology RS3617RPxs – 6x10TB HDD WD101KFBX – 68R56N0 |
2 |
Lot |
8 |
Switch 24 ports Gigabit Ethernet |
2 |
Lot |
9 |
Cable Management |
1 |
Lot |
10 |
Hardware Installation |
1 |
Lot |
Untuk memenuhi kebutuhan spesifikasi disaster recovery center Universitas Udayana dibuat konfigurasi komponen perangkat hardware yang disatukan dalam satu paket rack DC.
Tabel V merupakan RFQ yang diberikan kepada vendor system integrator untuk memperoleh harga paket disaster recovery center dalam satu rack. Paket rack disaster recovery center dipasang pada ruang disaster recovery center milik
Implementasi DRC untuk DC Universitas Udayana akan mengevaluasi 3 solusi alternatif yaitu:
-
1) DRC Konvensional:
Dalam DRC konvensional dibangun DC baru yang difungsikan sebagai DRC. DC dan DRC berjalan parallel secara bersamaan.
Biaya colocation diperlukan untuk menempatkan Paket rack DRC yang akan diimplementasikan. Biaya dihitung berdasarkan jumlah area dan kapasitas listrik yang diperlukan. Karena DRC bisa dirakit menjadi 1 Paket rack DRC maka biaya yang diperlukan adalah biaya colocation untuk satu buah rack DRC.
-
2) DRC Warm/Cold Cloud
Pada DRC yang menggunakan metode warm cloud dan cold cloud dibangun tempat penyimpanan backup data pada cloud storage. Ketika DC utama mengalami kerusakan maka backup data yang berada di cloud storage diaktifkan dan difungsikan sebagai DRC. Selama DC aktif maka DRC tidak diaktifkan dan hanya melakukan proses backup dari DC yang sedang aktif.
TABEL VI
RINGKASAN HARGA PENAWARAN UNTUK PAKET DATA CENTER DARI 5 VENDOR SYSTEM INTEGRATOR
NO |
Deskripsi Perangkat |
Jumlah |
Satuan |
Harga Rata-Rata |
Harga Terendah | ||
Harga Satuan |
Harga Total |
Harga Satuan |
Harga Total | ||||
1 |
Rack 42U |
1 |
Lot |
16,827,250 |
16,827,250 |
10,005,000 |
10,005,000 |
2 |
Power Distribution Unit |
2 |
Lot |
2,149,250 |
4,298,500 |
920,000 |
1,840,000 |
3 |
UPS EATON 9 PX 9PX5KiRT 5KVA |
2 |
Lot |
55,824,400 |
111,648,800 |
28,750,000 |
57,500,000 |
4 |
1U Rackmount Keyboard & LCD Monitor |
1 |
Lot |
36,210,250 |
36,210,250 |
27,830,000 |
27,830,000 |
5 |
8 ports KVM switch |
1 |
Lot |
21,455,617 |
21,455,617 |
15,000,000 |
15,000,000 |
6 |
Server HP DL380 G10 - 2 proc @16Core -256GB RAM - 2x1TB HDD - 2 PSU |
5 |
Lot |
239,550,750 |
1,197,753,750 |
180,642,000 |
903,210,000 |
7 |
Synology RS3617RPxs with 6x 10TB HDD WD101KFBX - 68R56N0 |
2 |
Lot |
133,741,558 |
267,483,116 |
109,725,000 |
219,450,000 |
8 |
Switch 24 ports Gigabit Ethernet |
2 |
Lot |
27,298,087 |
54,596,174 |
45,000,000 |
90,000,000 |
9 |
Cable Management |
1 |
Lot |
13,333,333 |
13,333,333 |
10,000,000 |
10,000,000 |
10 |
Hardware Installation |
1 |
Lot |
100,000,000 |
100,000,000 |
15,000,000 |
15,000,000 |
TOTAL |
1,823,606,789 |
TOTAL |
1,349,835,000 |
pihak ketiga dengan status colocation.
Penyusunan konfigurasi DRC untuk DC Universitas Udayana bisa dilihat dalam Gambar I.
Dalam skema DRC dengan metode cold cloud, backup terhadap virtual machine dilakukan dalam bentuk file storage. Tidak ada virtual machine yang aktif sehingga biaya operasional yang dikeluarkan hanya dalam bentuk biaya layanan cloud storage. DRC cold cloud tidak memerlukan lisensi software tambahan untuk Host ataupun virtual machine
karena lisensi menggunakan lisensi yang ada pada DC. Lisensi pada DRC cold cloud baru aktif pada saat DC mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya sehingga DRC harus aktif menggantikan DC utama.
Gambar 2: Topologi DRC Cold Cloud
Dalam skema DRC warm cloud, backup terhadap virtual machine di DC dilakukan dalam bentuk virtual machine yang tidak aktif di DRC sehingga tidak memerlukan biaya cloud compute engine. Ada beberapa virtual machine yang aktif untuk menjalankan fungsi sebagai host untuk virtual machine sehingga biaya yang diperlukan tentunya lebih tinggi dari biaya DRC cold cloud.
Gambar 3: Topologi DRC Warm Cloud
Pada DRC warm cloud diperlukan lisensi tambahan untuk host dan virtual machine yang aktif. Virtual machine yang aktif diperlukan untuk melakukan kontrol terhadap proses backup virtual machine dari DC ke DRC cloud.
-
3) DRC Hot Cloud
Pada DRC dengan metode hot cloud dibangun DC baru dalam layanan cloud yang difungsikan sebagai DRC. DC dan DRC berjalan secara parallel. Karena DC dan DRC berjalan secara parallel maka lisensi yang diperlukan untuk DRC jumlahnya sama dengan lisensi yang diperlukan untuk DC.
-
E. Biaya Implementasi DRC
Biaya implementasi DRC baik itu DRC konvensional, DRC warm cloud, DRC cold cloud dan DRC hot cloud dikumpulkan dari semua vendor untuk memperoleh informasi mengenai seberapa besar biaya yang diperlukan untuk mengimplementasikannya.
Biaya implementasi yang dibandingkan adalah biaya-biaya yang terkait langsung dengan pengadaan perangkat keras, perangat lunak dan fasilitas yang diperlukan untuk Kheri A. Shobirin dkk: Evaluasi Pengembangan Disaster …
mengimplementasikan DRC yang digunakan untuk DC Universitas Udayana.
-
1) Biaya DRC Konvensional
Berdasarkan RFQ untuk pembuatan DC yang diberikan kepada vendor diperoleh 5 penawaran harga dengan ringkasan harga penawaran seperti yang terdapat pada Table VI.
Dalam table ditampilkan data penawaran yang dirangkum menjadi 2 kelompok harga, yaitu harga rata rata dan harga terendah. Harga satuan untuk harga rata-rata diperoleh dengan menghitung harga rata-rata dari setiap item yang terdapat dalam penawaran vendor. Sedangkan harga satuan untuk harga terendah diperoleh dengan mengambil harga terendah dari setiap item yang terdapat dalam penawaran vendor.
Dari hasil perhitungan berdasaran harga penawaran diperoleh harga terendah untuk pengadaan perangkat DC adalah sebesar Rp 1.349.835.000 (satu milyar tiga ratus empat puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh lima ribu rupiah). Sedangkan harga rata-rata untuk pengadaan perangkat DC adalah sebesar Rp 1.823.606.789 (satu milyar delapan ratus dua puluh tiga juta enam ratus enam juta tujuh ratus delapan puluh sembilan rupiah)
TABEL VII.
BIAYA COLOCATION DARI 4 VENDOR DATA CENTER
Deskripsi Layanan |
Biaya Rata-rata |
Biaya Terendah |
Ukuran Rack Sever |
42 U |
42 U |
Kebutuhan Listrik |
10 KVA |
10 KVA |
Biaya Tambahan per 1KVA |
415.000 |
220.000 |
Biaya Instalasi |
2.300.000 |
1.000.000 |
Biaya Bulanan |
10.950.000 |
6.500.000 |
BW IIX 100Mbps |
2.500.000 |
2.500.000 |
Total Biaya Bulanan |
13.450.000 |
9.000.000 |
Biaya 1 Tahun |
161.400.000 |
108.000.000 |
Biaya 3 Tahun |
484.200.000 |
324.000.000 |
Untuk mengimplementasikan DRC Konvensional diperlukan ruangan yang memenuhi syarat sebagai tempat yang difungsikan untuk DC. Berikut ini adalah biaya colocation untuk paket DC berupa satu buah rack berukuran 42U. Mengingat lokasi DC yang berada di Kota Denpasar maka lokasi colocation untuk DRC berdasarkan kriteria pemilihan lokasi berada di sekitar Kota Jakarta.
Biaya rata-rata colocation diperoleh dengan membuat rata-rata biaya colocation dari penawaran harga colocation yang diajukan oleh semua vendor. Sedangkan biaya minimum colocation diperoleh dengan mengambil harga colocation paling rendah dari penawaran harga colocation yang diajukan oleh semua vendor.
Biaya kontrak colocation diambil dengan durasi 3 tahun mengingat tingkat kesulitan dari proses pemindahan disaster recovery center dari satu vendor colocation ke vendor colocation yang lain. Hal lain yang dipertimbangkan adalah adanya resiko jeda tanpa disaster recovery center ketika proses pemindahan dilakukan.
Berdasarkan komponen harga tersebut diperoleh biaya rata-rata untuk mengimplementasikan DRC Konvensional sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk DC Universitas Udayana adalah sebesar Rp
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372

9 772503 2371BD
2.307.806.789 (dua milyar tiga ratus tujuh juta delapan ratus enam ribu tujuh ratus delapan puluh sembilan rupiah).
Sedangkan biaya minimum untuk mengimplementasikan DRC Konvensional sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk DC Universitas Udayana adalah sebesar Rp 1.673.835.000 (satu milyar enam ratus tujuh pulah tiga juta delapan ratus tiga puluh lima ribu rupiah).
-
2) Biaya DRC Warm/Cold Cloud
Terdapat 2 vendor cloud yang menawarkan harga untuk disaster recovery center dengan kategori cold cloud dan 2 vendor cloud yang menawarkan harga untuk disaster recovery center dengan kategori warm cloud.
Pada Tabel VIII terlihat jika harga DRC cold cloud dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk DC Universitas Udayana yang paling rendah adalah sebesar Rp 685.140.000 (enam ratus delapan puluh lima juta seratus empat puluh ribu rupiah).
TABEL VIII.
BIAYA DRC COLD CLOUD DARI 2 VENDOR CLOUD
Deskripsi |
Vendor 1A |
Vendor 2A |
Biaya Bulanan |
49.300.000 |
18.615.000 |
Biaya Instalasi |
45.000.000 |
15.000.000 |
Biaya per 1 Tahun |
636.600.000 |
238.380.000 |
Biaya per 3 tahun |
1.819.800.000 |
685.140.000 |
Biaya DRC Activ per Hari (Biaya Komputasi) |
10.800.667 |
7.540.942 |
Infrastructure Provider |
Zetta Grid |
Local |
Pada Tabel IX bisa dilihat jika harga DRC metode warm cloud dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk DC Universitas Udayana yang paling rendah adalah sebesar Rp 3.315.000.000 (tiga milyar tiga ratus lima belas juta rupiah).
TABEL IX.
BIAYA DRC WARM CLOUD DARI 3 VENDOR CLOUD
Deskripsi |
Vendor 1B |
Vendor 2B |
Vendor 3B |
Biaya Bulanan |
102.000.000 |
91.666.667 |
95.914.500 |
Biaya Instalasi |
25.000.000 |
15.000.000 |
0 |
Biaya per 1 Tahun |
1.249.000.000 |
1.115.000.000 |
1.150.974.000 |
Biaya per 3 tahun |
3.697.000.000 |
3.315.000.000 |
3.452.922.000 |
Biaya DRC Activ per Hari ( Biaya Komputasi) |
12.348.000 |
7.540.942 |
8.978.750 |
Infrastructure Provider |
Zetta Grid |
Local |
Google Cloud |
Dari komponen biaya yang ada pada biaya DRC metode cold cloud dan DRC metode warm cloud terdapat komponen Biaya DRC Active atau biaya komputasi per hari. Biaya tersebut adalah biaya per hari yang harus dibayar untuk mengaktifkan semua virtual machine pada DRC ketika DC mengalami kegagalan dalam beroperasi sehingga semua fungsi komputasi serta kapasitas penyimpanan dipindahkan ke DRC.
-
3) Biaya DRC Hot Cloud
Terdapat 3 vendor cloud yang menawarkan harga untuk DRC dengan kategori hot cloud.
Tabel X.
BIAYA DRC HOT CLOUD DARI 3 VENDOR CLOUD
Deskripsi |
Vendor 2C |
Vendor Azure |
Vendor 3A |
Biaya Bulanan |
226.242.990 |
220.192.000 |
269.362.500 |
Biaya Instalasi |
15.000.000 |
0 |
0 |
Biaya per 1 Tahun |
2.729.915.880 |
2.642.304.000 |
3.232.350.000 |
Biaya per 3 tahun |
8.159.747.640 |
7.926.912.000 |
9.697.050.000 |
Biaya DRC Activ per Hari ( Biaya Komputasi) |
0 |
0 |
0 |
Infrastructure Provider |
Azure |
Azure |
Google Cloud |
Harga paling rendah untuk mengimplementasikan DRC hot cloud dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun adalah sebesar Rp 7.926.912.000 (tujuh milyar sembilan ratus dua puluh enam juta Sembilan ratus dua belas ribu rupiah).
Pada DRC hot cloud tidak terdapat komponen Biaya DRC Active per Hari karena biaya pada DRC hot cloud semua virtual machine sudah dalam kondisi berjalan.
-
4) Perbandingan Biaya DRC
Tabel XI menunjukkan perbandingan informasi biaya implementasi DRC dengan menggunakan metode konvensional, cold cloud, warm cloud dan hot cloud.
TABEL XI.
BIAYA DRC KONVENSIONAL, COLD / WARM / HOT CLOUD
Tipe DRC |
Biaya DC |
Durasi Downtime |
Biaya DRC | ||
Investasi Awal |
Operasional per Bln |
Komputasi per Bln | |||
Konvensional |
1.349.835.000 |
8 Bulan |
1.349.835.000 |
9.000.000 |
0 |
Cold Cloud |
1.349.835.000 |
8 Bulan |
15.000.000 |
18.615.000 |
7.540.942 |
Warm Cloud |
1.349.835.000 |
8 Bulan |
15.000.000 |
90.416.667 |
7.540.942 |
Hot Cloud |
1.349.835.000 |
8 Bulan |
0 |
220.192.000 |
0 |
Dengan asumsi sebagai berikut dibawah ini, maka bisa dibandingkan biaya implementasi DRC untuk setiap metode untuk memperoleh data biaya implementasi DRC total dalam waktu 3 tahun.
-
• Terjadi satu kali bencana yang menyebabkan kerusakan total pada DC Universitas Udayana sehingga DC yang baru harus dibangun.
-
• Ketika DC utama mengalami kerusakan total, DRC difungsikan dan diaktifkan sebagai DC pengganti.
-
• Pada saat DRC difungsikan sebagai DC utama maka diperlukan DRC pengganti yang menggunakan metode cold cloud.
-
• Proses pengadaan dan pembangunan kembali DC diasumsikan memerlukan waktu selama 8 (delapan) bulan.
TABEL XII
PERBANDINGAN BIAYA TOTAL IMPLEMENTASI DRCUNTUK SEMUA METODE
Type DRC
Biaya Total Selama 3 tahun dengan kehilangan total pada bulan ke-x
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
Konvensional
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
3.188
Cold Cloud
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
4.009
Warm Cloud
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
6.594
Hot Cloud
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
9.441
-
• Ketika DC baru selesai dibangun maka dilakukan proses migrasi data dari DRC yang aktif sebagai DC Utama ke DC yang baru.
-
• Ketika DC yang baru bisa difungsikan menjadi DC Utama maka DRC yang aktif sebagai DC utama dikembalikan fungsinya menjadi DRC kembali.
-
• Ketika fungsi DRC yang sebelumnya difungsikan menjadi DC utama dikembalikan menjadi DRC maka DRC pengganti yang aktif menggunakan metode cold cloud bisa dihentikan layanannya.
Berdasarkan asumsi tersebut di atas bisa dihitung biaya total implementasi DRC selama 3 tahun. Untuk menghitung biaya total dengan menggunakan persamaan 1.
C .
Total
= Cinv +(Cops × 36 bl )+(Cdown × 8 bl )+ Cndc +(Cidrccc +(Cdrccc × 8 bl ))
………………………………..(1)
Cinvestasi : Cost investasi awal DRC
Cops : Cost operasional DRC pada saat DC beroperasi
Cdown : Cost aktivasi DRC pada saat DC mati / Cost Komputasi
Cndc : Cost new DC / pengganti DC yang rusak dan tidak termasuk
biaya pembangunan gedung.
Cidrccc : Cost investasi DRC metode cold cloud
Cdrccc : Cost DRC metode cold cloud
Berdasarkan angka yang terdapat pada Tabel XI yang kemudian dimasukkan ke dalam Persamaan 1 diperoleh data sebagaimana seperti yang terdapat pada Tabel XII. Kemudian jika Tabel XII dipetakan ke dalam suatu grafik maka dihasilkan grafik seperti tampak pada Gambar 4 sebagai berikut.
Total Biaya DRC dengan asumsi terjadi bencana pada bulan ke-× 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000

1,000
Konvensional -Cold Cloud Warm Cloud Hot Cloud
Gambar 4: Grafik Perbandingan Biaya Implementasi DRC Total
Dari Grafik yang terdapat pada Gambar 4 bisa dilihat bahwa biaya implementasi total DRC untuk DC Universitas Udayana yang paling rendah adalah dengan menggunakan metode konvensional. Sedangkan biaya implementasi paling
Kheri A. Shobirin dkk: Evaluasi Pengembangan Disaster …
tinggi adalah dengan menggunakan metode hot cloud. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh masih tingginya biaya komputasi di cloud untuk layanan komputasi yang bersifat tetap dan terus menerus. Biaya komputasi awan yang tinggi berkontribusi 67% terhadap struktur biaya.
Dari Tabel XII ataupun dari Gambar 4 bisa dihitung perbandingan antara biaya implementasi DRC dengan metode konvensional, DRC dengan metode cold cloud, DRC dengan metode warm cloud dan DRC dengan metode hot cloud dengan perbandingan 1.00 : 1.26 : 2.07 : 2.96.
Artinya biaya implementasi DRC metode cold cloud 1.26x lebih tinggi dari biaya implementasi DRC metode konvensional. Biaya implementasi DRC metode warm cloud 2.07x lebih tinggi dari biaya implementasi DRC metode konvensional. Sedangkan biaya implementasi DRC metode hot cloud 2.96x lebih tinggi dari biaya implementasi DRC metode konvensional.
-
V. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukan dalam evaluasi pengembangan DRC untuk DC di Universitas Udayana diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
-
1. Dengan mempertimbangkan tingkat resiko keterpaparan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi, gunung berapi serta tsunami, DC Universitas Udayana memiliki potensi terhadap kehilangan total.
-
2. DRC model konvensional paling ideal diimplementasikan sebagai DRC untuk DC Universitas Udayana. Jika DRC konvensional diimplementasikan dengan metode Cold DRC atau Warm DRC maka bisa tersedia computing resources yang bisa digunakan untuk sarana riset.
-
3. Pada proses resizing dilakukan VM cleansing. Data cleansing pada data dalam setiap virtual machine terutama untuk penyimpanan file individu ataupun sharing storage tidak dilakukan. Data cleansing untuk file gambar, music dan video yang tidak berhubungan dengan operasional Universitas Udayana bisa mengurangi ukuran storage secara signifikan.
-
4. Penggabungan beberapa aplikasi dalam satu server sudah dilakukan. Penyusunan arsitektur yang lebih efektif dan efisien mampu mengurangi jumlah VM dan storage yang digunakan. Ukuran file instalasi OS bisa jadi lebih besar jika dibandingkan dengan aplikasi yang dilayaninya.
-
5. Dengan membandingkan biaya DRC untuk pembangunan dan operasional, ditemukan bahwa biaya implementasi Cloud DRC 3 kali lebih tinggi dibanding dengan DRC
p-ISSN:1693 – 2951; e-ISSN: 2503-2372
Konvensional. Biaya komputasi awan yang tinggi berkontribusi 67% terhadap struktur biaya Cloud DRC.
REFERENSI
-
[1] Dominic M. Began. “Disaster Recovery Considerations for Academic Institution”. Disaster Prevention and Management Vol.20 No.4, 2011.
-
[2] Marianne Swanson, Pauline Bowen, Amy Wohl Phillips, Dean Gallup dan David Lynes. “Contingency Planning Guide for Federal Information Systems - Recommendations of the National Institute of Standards and Technology”. NIST Special Publication 800-34 Rev. 1: 2010.
-
[3] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 Pasal Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik. 2019.
-
[4] (2020) Ranking Web of Universities [Online]. Available:
http://webometrics.info/en/detalles/unud.ac.id
-
[5] (2020) University Ranking 4ICU [Online]. Available:
https://www.4icu.org/reviews/2221.htm
-
[6] (2020) Klasterisasi Perguruan Tinggi [Online]. Available:
http://klasterisasi-pt.kemdikbud.go.id/ id=001013
-
[7] Anak Agung Made Dian Krisnandari, Dewa Made Wiharta dan Nyoman Putra Sastra. “Penerapan Teknologi Informasi dalam Reformasi Birokrasi pada Bidang Pendidikan”. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, Vol. 18, No. 2, Mei - Agustus 2019.
-
[8] Virginia Cerullo dan Michael J Cerullo. “Business Continuity Planning: A Comprehensive Approach”. ISM Journal Summer 2004.
-
[9] Robert Kern dan Victor Peltz. “Disaster Recovery Levels”. IBM System Magazine November 2003.
-
[10] W. Pitt Turner IV, PE, John H. Seader, PE, Vince Renaud, PE, and Kenneth G. Brill. “Tier Classification Define Site Infrastructure Performance”. White Paper Uptime Institute. 2008.
-
[11] A. Srinivas, Y. Seetha Ramayya dan B. Venkatesh. “A study on Cloud Computing Disaster Recovery”. International Journal of Innovative Research in Computer and Communication Engineering, Vol.1 Issue.6 p1380-1388, 2013.
-
[12] Dennis C. Guster and Olivia F. Lee. “Enhancing the Disaster Recovery Plan through Virtualization”. Journal of Information Technology Research, Vol.4 (4) p18-40, 2011.
-
[13] Dennis C. Guster, Olivia F. Lee, Brandon P. McCann. “Outsourcing and replication Consideration in Disaster Recovery Planning”. Disaster Prevention and Management Vol.21, No.2, 2012.
-
[14] Cahyo Prihantoro, Hanung Adi Nugroho, Wing Wahyu Winarno. “Komponen Dasar Implementasi Cloud Computing Strategy Kategori Software as a Service (SaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS)”. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 5.2.19-24, 2015.
-
[15] Omar H Alhazmi, dan Yashwant K Malaiya. “Evaluating disaster recovery plans using the cloud”. Proceedings Annual Reliability and Maintainability Symposium (RAMS) 28-31 Jan 2013.
-
[16] Peter Mell dan Timothy Grance. “The NIST Definition of Cloud Computing - Recommendations of the National Institute of Standards and Technology”. NIST Special Publication 800-145, 2011.
-
[17] Mohammad Ali Khoshkholghi, Azizol Abdullah, Rohaya Latip, Shamala Subramaniam & Mohamed Othman. “Disaster Recovery in Cloud Computing: A Survey”. Computer and Information Science, Vol. 7, No.4, 2014.
-
[16] Lee Badger, Tim Grance, Robert Patt-Corner dan Jeff Voas. “Cloud Computing Synopsis and Recommendations - Recommendations of the National Institute of Standards and Technology”. NIST Special Publication 800-146. 2012.
-
[17] Tharam Dillon, Chen Wu dan Elizabeth Chang. Cloud Computing: issues and Challenges”. 24th IEEE International Conference on Advanced Information Networking and Applications, p27-33, 2010.
-
[18] Rifky Lana Rahardian, Linawati dan Made Sudarma. “Implementasi Layanan Cloud Computing Software As a Service Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah”. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, Vol. 17, No. 3, September - Desember 2018.
-
[19] Abedallah Zaid Abualkishik, Ali A. Alwan dan Yonis Gulzar. “Disaster Recovery in Cloud Computing Systems: An Overview”. International Journal of Advance Computer Science and Application (IJACSA), Vol. 11, No. 9, 2020.
-
[20] Timothy Wood, Emmanuel Cecchet, K.K. Ramakrishnan, Prashant Shenoy, Jacobus van der Merwe dan Arus Venkataramani. “Disaster Recovery as a Cloud Service: Economic Benefits & Deployment Challenges”. HotCloud'10: Proceedings of the 2nd USENIX conference on Hot topics in cloud computing, June 2010.
-
[21] I Ketut Adi Kurniawan, Nyoman Putra Sastra dan Made Sudarma, “Analisis Performansi Dan Efisiensi Cloud Computing Pada Sistem Perbankan”. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro, Vol. 19, No. 1, Januari - Juni 2020.
-
[22] (2021) ECAR-TCO Working Group. “TCO for Cloud Services: A Framework”. Research bulletin. Louisville, CO: ECAR. [Online] Available: http://www.educause.edu/ecar.
-
[23] (2021) Jacob Gsoedl. “Disaster Recovery Site Option: Hot, Warm and Cold Site”. [Online] Available:
-
[24] (2021) Jahmel, “How Much Does Disaster Recovery Cost?” [Online]. Available: https://www.atg-it.co.uk/disaster-recovery-business-
continuity/how-much-does-disaster-recovery-cost/
-
[25] (2021) Optimal Networks. “How Much Does Disaster Recovery Cost?” [Online] Available: https://resource.optimalnetworks.com/blog/2015/ 08/31/cost-disaster-recovery
ISSN 1693– 2951
Kheri A. Shobirin: Evaluasi Pengembangan Disaster …
Discussion and feedback