Analisa Aliran Daya…

IBG Manuaba, K Amerta Yasa

ANALISA ALIRAN DAYA DENGAN METODE INJEKSI ARUS PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV

IBG Manuaba 1), Kadek Amerta Yasa 2)

  • 1)    Staff pengajar Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361

  • 2)    Staff pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali

Abstrak

Metode Injeksi Arus (Current Injections Method) merupakan metode baru hasil pengembangan dari metode Newton-Raphson yang digunakan untuk menganalisa aliran daya. Metode Injeksi Arus memiliki struktur matriks Jacobian yang di-update pada setiap iterasi sehingga lebih cepat dalam melakukan analisa aliran daya.

Metode Newton Raphson dan metode Injeksi Arus dibandingkan dengan melihat hasil analisanya. Penyulang Bukit Jati, Tenganan, dan VIP 2 merupakan penyulang-penyulang yang digunakan sebagai obyek analisa aliran daya. Penyulang Bukit Jati, dan Penyulang Tenganan adalah penyulang di Area Jaringan Bali Timur, sedangkan Penyulang VIP 2 adalah penyulang di Area Jaringan Bali Selatan.

Dari hasil analisa, metode Injeksi Arus terbukti lebih cepat dan memerlukan lebih sedikit proses iterasi dibandingkan metode Newton-Raphson. Untuk hasil tegangan bus, keduanya menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh. Dalam semua analisa yang dilakukan, metode Injeksi Arus lebih efisien daripada metode Newton-Raphson.

Kata kunci : Analisa aliran daya, metode injeksi arus, jakobian.

  • 1.    PENDAHULUAN

Aliran daya merupakan bagian penting dalam sistem distribusi. Sistem distribusi memiliki karakteristik sistem yang radial, ratio r/x yang tinggi dan beban yang tidak seimbang. Hal tersebut mengakibatkan konvergensi pada metode Newton-Raphson menjadi kurang sempurna dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk iterasi karena matriks Jacobian dihitung empat kali di setiap bus untuk setiap iterasi (Chen, 1991).

Metode Newton-Raphson biasanya digunakan untuk menganalisa aliran daya pada sistem transmisi. Berbeda dengan metode Newton-Raphson, metode injeksi arus merupakan metode yang dikembangkan untuk menganalisa aliran daya pada sistem distribusi. Metode Injeksi Arus atau Current Injections Method (CIM) merupakan metode baru untuk studi aliran daya dan merupakan pengembangan dari metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki struktur matriks Jacobian yang identik dengan matriks admitansi bus dimana elemen diagonal matriks tersebut di-update pada setiap iterasi dan elemen matriks bukan diagonalnya konstan pada setiap iterasi. Matriks bukan diagonal yang konstan menyebabkan metode injeksi arus lebih cepat dibandingkan dengan metode Newton Raphson.

Matriks Jacobian pada metode injeksi arus digunakan untuk menghitung besarnya arus injeksi dan rugi-rugi arus yang nantinya digunakan untuk menghitung besarnya daya aktif dan reaktif pada masing-masing bus beserta rugi-ruginya dan juga nantinya digunakan untuk menghitung tegangan pada setiap bus. Jika belum konvergen, maka tegangan hasil perhitungan sebelumnya digunakan kembali untuk menghitung matriks Jacobian, arus injeksi,

daya aktif maupun reaktif dan rugi-rugi sampai konvergen (Garcia, 2000).

Dalam paper ini akan ditinjau bagaimana metode Injeksi Arus digunakan untuk menganalisa aliran daya pada beberapa penyulang 20 kV di Bali. Hasil analisa metode Injeksi Arus ini akan dibandingkan dengan hasil analisa yang menggunakan metode Newton-Raphson.

  • 2.    DASAR TEORI

    • 2.1    Aliran Daya Dengan Metode Injeksi Arus (

Current Injection Method /Cim)

Metode injeksi arus adalah metode baru hasil pengembangan dari metode Newton-Raphson yang digunakan untuk menyelesaikan masalah aliran daya pada saluran distribusi.

Metode injeksi arus bekerja dengan cara menginjeksi arus pada masing-masing bus dengan tujuan untuk memperkecil rugi-rugi daya pada saluran distribusi. Adapun proses injeksi arus adalah dengan menggunakan persamaan berikut (da Costa, 1999):

I = Y E           ........................... (1)

I = arus yang diinjeksi pada setiap bus

Y = matriks Jacobian dari metode injeksi arus

E = Tegangan pada setiap bus

Metode injeksi arus memiliki struktur matriks Jacobian yang identik dengan matriks admitansi bus dimana elemen diagonal matriks tersebut di-update pada setiap iterasi dan elemen matriks bukan diagonalnya konstan pada setiap iterasi. Matriks bukan diagonal yang konstan menyebabkan metode injeksi arus lebih cepat dibandingkan dengan metode Newton-Raphson. Berikut susunan matriks Jacobian pada metode injeksi arus (da Costa, 1999):

δ m 1

I r 1

I m 2

r 2

:

Yn)

Y21

Y12

( Y2k)

∙∙     Y1 n

■      Y2 n

Γ Vr, Vm Vr 2

.

I mn

L Yn 1

Yn2

∙  (Ynn ) _

Vrn

I rn

Vrn

J

........................... (2)


Matriks Jacobian untuk metode injeksi arus terletak pada elemen matriks admitansi bus. Untuk elemen matriks bukan diagonal, susunan matriks Jacobian-nya adalah (Garcia, 2000) :


Y

im


B G im       im

Gm - Bm

im        im


(3)


Elemen matriks bukan diagonal tidak mengalami perubahan selama proses iterasi. Struktur matriks Jacobian untuk elemen diagonal matriks admitansi bus adalah (Garcia, 2000) :


Y

kk


B'


kk


G'


kk


G"kk


B


kk


(4)


Masing-masing elemen dari matriks Jacobian untuk elemen diagonal matriks admitansi bus mengalami perubahan selama proses iterasi. Adapun perubahan tersebut diperlihatkan dari persamaan berikut (Garcia, 2000) :

B'kk Bkk - ak  (5)

G' kkGkkbk  (6)

G" kkGkkCk(7)

B"kkBkk - dk  (8)


2.2 Persamaan Untuk Pq Bus

Matriks Jacobian pada metode injeksi arus digunakan untuk menghitung rugi-rugi arus pada setiap bus. Rugi-rugi arus pada bus k diperlihatkan pada persamaan berikut (Garcia, 2000) :

Psp - jQspn

M k = k (F √ -YiE-= 0

(Ek )

dengan :

Ek = Vrk + J‰

sp

Pk     Pgk Plk

QkspQgk - Qik

dengan :

(Pksp ) , (Qksp ) - spesifikasi daya aktif dan reaktif pada bus k

Pgk , Qgk      - daya aktif dan reaktif generator

Plk , Qlk      - daya aktif dan reaktif beban

Yki = Gki + JBki - elemen matrik admitansi bus

Persamaan (17) disederhanakan menjadi :

δrk(rk) -(ccklc)

δimk=(κ) - (Ckc)

Sehingga besarnya rugi-rugi daya aktif dan reaktif pada setiap bus sesuai dengan persamaan berikut :

Qk(Qksp) - (Qkalc)    

Pk = (Pksp) - (Pkcalc)

Daya aktif dan reaktif yang dihitung Pcalc didapat dari persamaan berikut :

calc                  calccalc

(Pk   )  = Vrk (Irk )  + Vmk (Imk )

calc                  calccalc

(Qk  )  — Vrk (Irk  )  - Vmk (Imk )


Dengan nilai dari masing-masing ak , bk , ck , dan

dk didapat dari persamaan berikut :

„   Qk (Vrl - Kk ) - 2 VrkVmkPk

ak                V 4                - (9)

h _ PkVrI - Kk ) + 2 VrkVmkQk

bk —               V4                  ... (10)

C k —- bk .................................... (11)

dk ak     .................................... (12)


Dari persamaan diatas, maka persamaan arus injeksi bisa dirumuskan sebagai berikut :


Vrk Pk + VmkQk (Vrk )2 + (Vmk )2


Vmk Pk + VrkQk (Vrk )2 + (Vmk )2


Dengan nilai tegangan V^Vrk + Vmmk


(18)


(19)


Matriks admitansi tersebut nantinya digunakan untuk menghitung besarnya injeksi arus yang harus diberikan pada masing-masing bus (Garcia, 2000).


2.3 . Koreksi Tegangan Bus

Koreksi tegangan bus pada koordinat kutub, dengan iterasi umum (h+1) adalah :

Vkh+1 Vkh + ∆ Vkh


θkh+1 = θkh + ∆θkh

Vk = VlVrk + VmtVmk

Vrk         Vmk

θk = v 2 δ Vmk   v 2 δ Vrk

Persamaan di atas adalah linearisasi dari :

θk = tan -1 Vmk-k

rk

Fitur penting pada formula Injeksi Arus adalah sebagian besar dari blok (2 x 2) matriks Jacobian tanpa perubahan selama proses. Diagonal blok (2 x 2), mempunyai spesifik beban selain dari beban impedansi, harus di-update pada setiap iterasi (da Costa, 1999).

  • 2.4    Flowchart Metode Injeksi Arus

Flow chart metode injeksi arus seperti dibawah

ini:

  • 3.    METODOLOGI

Data-data yang digunakan bersumber dari PT PLN ( Persero ) Area Jaringan Bali Timur. Analisis data menggunakan program MATLAB Versi 6.5.1.

  • 3.1    Komponen Penyulang

Komponen penyulang merupakan bagian terpenting dalam melakukan analisa aliran daya. Adapun komponen yang digunakan dalam melakukan analisa aliran daya adalah :

  • 1.    Single-line diagram penyulang

  • 2.    Data daya aktif dan reaktif pada bus beban

  • 3.    Kapasitas trafo distribusi

  • 4.    Data penghantar

Bila data yang diperlukan tidak tersedia, maka diperlukan asumsi-asumsi dengan memperhatikan kondisi yang ada.

Tabel 1. Data Penghantar

No

Jenis Penghantar

R (ohm/km)

X (ohm/km)

1

Kabel tanah XPLE

0,159

0,105

2

MVTIC 150 mm2

0,265

0,106

3

A3COC 150 mm2

0,236

0,300

4

A3C 150 mm2

0,236

0,300

5

A3C 95 mm2

0,374

0,332

6

A3C 70 mm2

0,503

0,341

Sumber : PT PLN (Persero) Area Jaringan Bali Timur

  • 3.2    Penyulang Tenganan

Penyulang Tenganan adalah penyulang dari Gardu Induk (GI) Amlapura dengan kapasitas trafo 20 MVA, memiliki 37 trafo distribusi dengan kapasitas total 4465 kVA. Dengan daya aktif (P) = 3795.25 kW dan daya reaktif (Q) = 2366.45 kVAR.

Gambar 5.1 Single-line diagram penyulang Tenganan

  • 3.3    Penyulang Bukit Jati

Penyulang Bukit Jati adalah penyulang dari Gardu Induk Gianyar trafo 20 MVA, memiliki 25 trafo distribusi dengan kapasitas total 2335 kVA. Dengan daya aktif (P) = 1984.75 kW dan daya reaktif (Q) = 1237.55 kVAR.

Gambar 5.2 Single-line diagram penyulang Bukit Jati

  • 3.4    Penyulang VIP 2

Penyulang VIP 2 adalah penyulang dari Gardu Induk Sanur dengan kapasitas trafo 60 MVA, dan memiliki 19 trafo distribusi dengan kapasitas total 9530 kVA. Dengan daya aktif (P) = 8291.1 kW dan daya reaktif (Q) = 5146.2 kVAR.

O

1

5

5

4

5

O

S

P

10

11

1!

13

14

15

Id

1'

13

IP

111

Hi

-4

511

m

«1

Bl

Kl

ill

til own

ill

DTi

on

ill

DB

DKlT

Bl

Olli!

DlIM

Bl dibs

oma

«1

Dlil

OWT

H

OlBJ

OlM

mi

Olffl

401

DE24

DllM

«si

OlW

OlBl

ill

Oias

Gambar 5.3 Single-line diagram penyulang VIP 2

  • 4.    ANALISA ALIRAN DAYA PADA PENYULANG 20 KV DI BALI

    • 4.1    Penyulang Tenganan

Dengan menggunakan simulasi program.

Tabel 2. Perbandingan Hasil Analisa Tegangan Penyulang Tenganan

Bus

Injeksi Arus (kV)

Newton-Raphson (kV)

Swing bus

20.0000

20.0000

Bus 1

19.8351

19.6862

Bus 2

19.8266

19.6724

Bus 3

19.7998

19.6255

Bus 4

19.5365

19.1566

Bus 5

19.5255

19.1300

Bus 6

19.5184

19.1137

Bus 7

19.5108

19.0846

Bus 8

19.5066

19.0691

Bus 9

19.5025

19.0541

Bus 10

19.4936

19.0229

Bus 11

19.4929

19.0203

Bus 12

19.4773

18.9484

Bus 13

19.4765

18.9439

Bus 14

19.4757

18.9397

Bus 15

19.4739

18.9272

Bus 16

19.4657

18.8686

Bus 17

19.4635

18.8416

Bus 18

19.4632

18.8371

Bus 19

19.4629

18.8064

Bus 20

19.4628

18.7863

Bus 21

19.4626

18.7756

Bus 22

19.8209

19.6708

Bus 23

19.7991

19.6245

Bus 24

19.7990

19.6244

Bus 25

19.5352

19.1535

Bus 26

19.5345

19.1525

Bus 27

19.5025

19.0530

Bus 28

19.4920

19.0181

Bus 29

19.4920

19.0180

Bus 30

19.4771

18.9482

Bus 31

19.4757

18.9396

Bus 32

19.4736

18.9261

Bus 33

19.4656

18.8681

Bus 34

19.4633

18.8413

Bus 35

19.4629

18.8063

Bus 36

19.4917

19.0179

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil tegangan pada metode Injeksi Arus lebih stabil dibandingkan dengan hasil tegangan pada metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki tegangan terkecil pada bus 21 dengan besar tegangan 19.4626 kV, dengan penurunan tegangan= 2,687 %.

Sedangkan tegangan terkecil dengan metode Newton-Raphson terletak pada bus 21 dengan besar tegangan 18.7756 kV, sedangkan penurunan tegangannya = 6,122 %. Untuk sistem radial drop tegangan yang diijinkan adalah sebesar 5 % dari tegangan kerja (SPLN 72, 1987).

Hal ini berarti drop tegangan harus lebih kecil atau sama dengan 1 kilo volt, dan tegangan yang sesuai standar adalah sama dengan atau lebih dari 19 kilo volt. Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka tegangan pada bus 12, bus 13, bus 14, bus 15, bus 16, bus 17, bus 18, bus 19, bus 20, bus 21, bus 30, bus 31, bus 32, bus 33, bus 34, dan bus 35 pada hasil analisa dengan metode Newton-Raphson berada dibawah standar yang diijinkan PLN.

  • 4.2    Penyulang Bukit Jati

Dengan menggunakan simulasi program. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisa Tegangan Penyulang Bukit Jati

Bus

Injeksi Arus (kV)

Newton-Raphson (kV)

Swing bus

20.0000

20.0000

Bus 1

19.9081

19.8581

Bus 2

19.8893

19.8296

Bus 3

19.8698

19.8002

Bus 4

19.8677

19.7970

Bus 5

19.8667

19.7955

Bus 6

19.8621

19.7887

Bus 7

19.8382

19.7544

Bus 8

19.8327

19.7473

Bus 9

19.8253

19.7390

Bus 10

19.7950

19.7038

Bus 11

19.7716

19.6787

Bus 12

19.7192

19.6328

Bus 13

19.7164

19.6306

Bus 14

19.7143

19.6293

Bus 15

19.7027

19.6221

Bus 16

19.6943

19.6178

Bus 17

19.6836

19.6110

Bus 18

19.6831

19.6106

Bus 19

19.6787

19.6080

Bus 20

19.6770

19.6066

Bus 21

19.8679

19.7976

Bus 22

19.8657

19.7926

Bus 23

19.8652

19.7903

Bus 24

19.8645

19.7855

Bus 25

19.8637

19.7829

Bus 26

19.8382

19.7507

Bus 27

19.8382

19.7531

Bus 28

19.8252

19.7388

Bus 29

19.7191

19.6325

Bus 30

19.7140

19.6279

Bus 31

19.7137

19.6270

Bus 32

19.6837

19.6108

Berdasarkan tabel 3, dapat bahwa hasil tegangan pada metode Injeksi Arus lebih stabil dibandingkan dengan hasil tegangan pada metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki tegangan terkecil pada bus 20 dengan besar tegangan 19,677 kV, dengan penurunan tegangan= 1.61 %. Sedangkan tegangan terkecil dengan metode Newton-Raphson terletak pada bus 20 dengan besar tegangan 19.6066 kV, sedangkan penurunan tegangannya = 1.967 %.

  • 4.3    Penyulang VIP 2

Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4. Perbandingan Hasil Analisa Tegangan Penyulang

Bukit Jati

Bus

Injeksi Arus (kV)

Newton-Raphson (kV)

Swing bus

20.0000

20.0000

Bus 1

19.9493

19.8905

Bus 2

19.8873

19.7729

Bus 3

19.8790

19.7570

Bus 4

19.8708

19.7408

Bus 5

19.8569

19.7130

Bus 6

19.8434

19.6862

Bus 7

19.8376

19.6749

Bus 8

19.8303

19.6611

Bus 9

19.8256

19.6522

Bus 10

19.8167

19.6321

Bus 11

19.7862

19.5568

Bus 12

19.7757

19.5306

Bus 13

19.7686

19.5134

Bus 14

19.7647

19.5032

Bus 15

19.7616

19.4965

Bus 16

19.7580

19.4847

Bus 17

19.7542

19.4726

Bus 18

19.7530

19.4675

Bus 19

19.7525

19.4664

Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa hasil tegangan pada metode Injeksi Arus lebih tinggi pada setiap bus-nya dibandingkan dengan hasil tegangan pada metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki tegangan terkecil pada bus 19 dengan besar tegangan 19.7525 kV, dengan penurunan tegangan= 1.23 %. Sedangkan tegangan terkecil dengan metode Newton-Raphson terletak pada bus 19 dengan besar tegangan 19.4664 kV, sedangkan penurunan tegangannya = 2.67 %.

  • 4.4    Perbandingan Hasil Analisa Pada Masing-

    Masing Penyulang

Berdasarkan hasil analisa dari masing-masing penyulang, maka dapat dibandingkan kecepatan dan jumlah iterasi yang dilakukan metode Injeksi Arus dan metode Newton-Raphson untuk melakukan analisa.

Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisa Pada Masing-Masing Penyulang

Metode Analisa Daya

Waktu

Jumlah Iterasi

Penyulang Tenganan

Injeksi Arus

0.078 detik

1

Newton-Raphson

0.422 detik

1

Penyulang Bukit Jati

Injeksi Arus

0.063 detik

1

Newton-Raphson

0.157 detik

1

Penyulang VIP 2

Injeksi Arus

0.015 detik

1

Newton-Raphson

0.25 detik

2

Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa metode Injeksi Arus lebih cepat dalam melakukan analisa aliran daya dibandingkan dengan metode Newton-Raphson. Sedangkan jumlah iterasi yang dilakukan untuk mencapai konvergen, metode Injeksi Arus lebih baik dibandingkan metode Newton-Raphson karena pada penyulang VIP 2, metode Newton-Raphson melakukan 2 iterasi untuk mencapai nilai yang konvergen sedangkan metode Injeksi Arus memerlukan 1 iterasi untuk mencapai konvergen.

  • 5.    SIMPULAN

Berdasarkan analisa yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

  • 1.    Hasil analisa tegangan dengan metode injeksi arus pada masing-masing penyulang memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil analisa dengan metode Newton-Raphson. Hal ini dapat dilihat dari nilai tegangan terkecil dari masing-masing penyulang. Hasil analisa metode injeksi arus pada penyulang Tenganan tegangan terkecil terdapat pada bus 21 yaitu 19.4626 kV, sedangkan dengan metode Newton-Raphson tegangan terkecil juga terdapat pada bus 21 yaitu 18.7756 kV. Pada penyulang Bukit Jati, tegangan terkecil hasil metode injeksi arus terdapat pada bus 20 yaitu 19,677 kV, sedangkan pada metode Newton-Raphson tegangan terkecil terdapat pada bus 20 yaitu 19.6066 kV. Pada penyulang VIP 2, tegangan terkecil hasil metode injeksi arus terdapat pada bus 19 yaitu 19.7525 kV, sedangkan pada metode Newton-Raphson tegangan terkecil terdapat pada bus 19 yaitu 19.4664 kV.

  • 2.    Metode Injeksi Arus memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk melakukan iterasi dibandingkan dengan metode Newton-Raphson.

  • 3.    Pada kondisi sistem radial yang linier (tidak bercabang) yaitu pada penyulang VIP 2, metode Injeksi Arus lebih efisien dibandingkan metode Newton-Raphson. Hal ini terbukti dengan jumlah iterasi   yang   dilakukan  untuk mencapai

konvergen. Dengan metode Injeksi Arus, proses iterasi yang diperlukan sebanyak 1 kali sedangkan dengan metode Newton-Raphson proses iterasi sebanyak 2 kali untuk mencapai nilai konvergen.

  • 6.    DAFTAR PUSTAKA

  • [1] . Beaty, H.W. 2001. Handbook of Electric Power Calculations – Third Edition . New York : McGraw-Hill.

  • [2] . Chen, T.H, Chen, M.S, Hwang, K.J, Kotas, P, Chebli, E.A. 1991. Distribution System Power Flow Analysis – A Rigid Approach. IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 6, No. 3.

  • [4] . Da Costa, V.M, Martins, N, Pereira, J.L.R. 1999. Developments in the Newton-Raphson Power Flow Formulation Based on Current Injections. IEEE Transactions on Power Systems, Vol. 14, No. 4.

  • [5] . Davis, C.E. 1997. IEEE Recommended Practice for Industrial and Commercial Power Systems Analysis – Chapter 6. Load Flow Studies. New York, USA : The Institute of Electrical and Electronics Engineering, Inc.

  • [6] . Garcia, P.A.N, Pereira, J.L.R, Caneiro, S.Jr, da Costa, V.M, Martins, N. 2000. Three-Phase Power Flow Calculations Using The Current Injection Method. IEEE Transactions On Power System, vol. 15, No. 2.

  • [7] . Khodr, H.M. 2006. New Load Flow Method S-E Oriented For Large Radial Distribution Networks. IEEE PES Transmission and Distribution Conference and Exposition Latin America, Venezuela

  • [8] . Stevenson,Jr. dan William, D. 1990. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Bandung : Erlangga.

  • [9] . Venkatesh, B.2003 Data structure for radial distribution system load flow analysis. IEEE Proc. Gener. Trans. Distrib. Vol 150. no 1.

  • [10] . Zimmerman, R.D. 1992. Network Reconfi guration For Loss Reduction In Three-Phase Power Distribution Systems. New York : Cornell University.

  • [11] . ______. 1987. SPLN 72 : Spesifikasi Desain

Untuk Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah. Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan Umum Listrik Negara.

Teknologi Elektro

51

Vol. 8 No. 1 Januari - Juli 2009