ANALISA ALIRAN DAYA DENGAN METODE INJEKSI ARUS PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV
on
Analisa Aliran Daya…
IBG Manuaba, K Amerta Yasa
ANALISA ALIRAN DAYA DENGAN METODE INJEKSI ARUS PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV
IBG Manuaba 1), Kadek Amerta Yasa 2)
-
1) Staff pengajar Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361
-
2) Staff pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali
Abstrak
Metode Injeksi Arus (Current Injections Method) merupakan metode baru hasil pengembangan dari metode Newton-Raphson yang digunakan untuk menganalisa aliran daya. Metode Injeksi Arus memiliki struktur matriks Jacobian yang di-update pada setiap iterasi sehingga lebih cepat dalam melakukan analisa aliran daya.
Metode Newton Raphson dan metode Injeksi Arus dibandingkan dengan melihat hasil analisanya. Penyulang Bukit Jati, Tenganan, dan VIP 2 merupakan penyulang-penyulang yang digunakan sebagai obyek analisa aliran daya. Penyulang Bukit Jati, dan Penyulang Tenganan adalah penyulang di Area Jaringan Bali Timur, sedangkan Penyulang VIP 2 adalah penyulang di Area Jaringan Bali Selatan.
Dari hasil analisa, metode Injeksi Arus terbukti lebih cepat dan memerlukan lebih sedikit proses iterasi dibandingkan metode Newton-Raphson. Untuk hasil tegangan bus, keduanya menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh. Dalam semua analisa yang dilakukan, metode Injeksi Arus lebih efisien daripada metode Newton-Raphson.
Kata kunci : Analisa aliran daya, metode injeksi arus, jakobian.
Aliran daya merupakan bagian penting dalam sistem distribusi. Sistem distribusi memiliki karakteristik sistem yang radial, ratio r/x yang tinggi dan beban yang tidak seimbang. Hal tersebut mengakibatkan konvergensi pada metode Newton-Raphson menjadi kurang sempurna dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk iterasi karena matriks Jacobian dihitung empat kali di setiap bus untuk setiap iterasi (Chen, 1991).
Metode Newton-Raphson biasanya digunakan untuk menganalisa aliran daya pada sistem transmisi. Berbeda dengan metode Newton-Raphson, metode injeksi arus merupakan metode yang dikembangkan untuk menganalisa aliran daya pada sistem distribusi. Metode Injeksi Arus atau Current Injections Method (CIM) merupakan metode baru untuk studi aliran daya dan merupakan pengembangan dari metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki struktur matriks Jacobian yang identik dengan matriks admitansi bus dimana elemen diagonal matriks tersebut di-update pada setiap iterasi dan elemen matriks bukan diagonalnya konstan pada setiap iterasi. Matriks bukan diagonal yang konstan menyebabkan metode injeksi arus lebih cepat dibandingkan dengan metode Newton Raphson.
Matriks Jacobian pada metode injeksi arus digunakan untuk menghitung besarnya arus injeksi dan rugi-rugi arus yang nantinya digunakan untuk menghitung besarnya daya aktif dan reaktif pada masing-masing bus beserta rugi-ruginya dan juga nantinya digunakan untuk menghitung tegangan pada setiap bus. Jika belum konvergen, maka tegangan hasil perhitungan sebelumnya digunakan kembali untuk menghitung matriks Jacobian, arus injeksi,
daya aktif maupun reaktif dan rugi-rugi sampai konvergen (Garcia, 2000).
Dalam paper ini akan ditinjau bagaimana metode Injeksi Arus digunakan untuk menganalisa aliran daya pada beberapa penyulang 20 kV di Bali. Hasil analisa metode Injeksi Arus ini akan dibandingkan dengan hasil analisa yang menggunakan metode Newton-Raphson.
-
2. DASAR TEORI
-
2.1 Aliran Daya Dengan Metode Injeksi Arus (
-
Current Injection Method /Cim)
Metode injeksi arus adalah metode baru hasil pengembangan dari metode Newton-Raphson yang digunakan untuk menyelesaikan masalah aliran daya pada saluran distribusi.
Metode injeksi arus bekerja dengan cara menginjeksi arus pada masing-masing bus dengan tujuan untuk memperkecil rugi-rugi daya pada saluran distribusi. Adapun proses injeksi arus adalah dengan menggunakan persamaan berikut (da Costa, 1999):
I = Y E ........................... (1)
I = arus yang diinjeksi pada setiap bus
Y = matriks Jacobian dari metode injeksi arus
E = Tegangan pada setiap bus
Metode injeksi arus memiliki struktur matriks Jacobian yang identik dengan matriks admitansi bus dimana elemen diagonal matriks tersebut di-update pada setiap iterasi dan elemen matriks bukan diagonalnya konstan pada setiap iterasi. Matriks bukan diagonal yang konstan menyebabkan metode injeksi arus lebih cepat dibandingkan dengan metode Newton-Raphson. Berikut susunan matriks Jacobian pada metode injeksi arus (da Costa, 1999):
δ m 1 ∆I r 1 ∆I m 2 ∆ r 2 : |
— |
Yn) Y21 |
Y12 ( Y2k) |
∙∙ Y1 n ■ Y2 n |
Γ∆ Vr, ∆Vm ∆ Vr 2 . ■ |
∆I mn |
L Yn 1 |
Yn2 |
∙ (Ynn ) _ |
∆ Vrn | |
∆I rn |
∆ Vrn | ||||
J |
........................... (2)
Matriks Jacobian untuk metode injeksi arus terletak pada elemen matriks admitansi bus. Untuk elemen matriks bukan diagonal, susunan matriks Jacobian-nya adalah (Garcia, 2000) :
Y
im
B G im im
Gm - Bm
im im
(3)
Elemen matriks bukan diagonal tidak mengalami perubahan selama proses iterasi. Struktur matriks Jacobian untuk elemen diagonal matriks admitansi bus adalah (Garcia, 2000) :
Y •
kk
B'
kk
G'
kk
G"kk
B
kk
(4)
Masing-masing elemen dari matriks Jacobian untuk elemen diagonal matriks admitansi bus mengalami perubahan selama proses iterasi. Adapun perubahan tersebut diperlihatkan dari persamaan berikut (Garcia, 2000) :
2.2 Persamaan Untuk Pq Bus
Matriks Jacobian pada metode injeksi arus digunakan untuk menghitung rugi-rugi arus pada setiap bus. Rugi-rugi arus pada bus k diperlihatkan pada persamaan berikut (Garcia, 2000) :
dengan :
Ek = Vrk + J‰
sp
Pk Pgk Plk
Qksp — Qgk - Qik
dengan :
(Pksp ) , (Qksp ) - spesifikasi daya aktif dan reaktif pada bus k
Pgk , Qgk - daya aktif dan reaktif generator
Plk , Qlk - daya aktif dan reaktif beban
Yki = Gki + JBki - elemen matrik admitansi bus
Persamaan (17) disederhanakan menjadi :
δ∣rk—(∣rk) -(∣ccklc)
δimk=(κ) - (Ckc)
Sehingga besarnya rugi-rugi daya aktif dan reaktif pada setiap bus sesuai dengan persamaan berikut :
Daya aktif dan reaktif yang dihitung Pcalc didapat dari persamaan berikut :
Dengan nilai dari masing-masing ak , bk , ck , dan
dk didapat dari persamaan berikut : |
„ Qk (Vrl - Kk ) - 2 VrkVmkPk |
ak V 4 - (9) |
h _ PkVrI - Kk ) + 2 VrkVmkQk |
bk — V4 ... (10) |
C k —- bk .................................... (11) |
dk — ak .................................... (12) |
Dari persamaan diatas, maka persamaan arus injeksi bisa dirumuskan sebagai berikut :
— Vrk ∆Pk + Vmk ∆ Qk (Vrk )2 + (Vmk )2
— Vmk ∆Pk + Vrk ∆ Qk (Vrk )2 + (Vmk )2
Dengan nilai tegangan V^ — Vrk + Vmmk
(18)
(19)
Matriks admitansi tersebut nantinya digunakan untuk menghitung besarnya injeksi arus yang harus diberikan pada masing-masing bus (Garcia, 2000).
2.3 . Koreksi Tegangan Bus
Koreksi tegangan bus pada koordinat kutub, dengan iterasi umum (h+1) adalah :
Vkh+1 — Vkh + ∆ Vkh
θkh+1 = θkh + ∆θkh
∆ Vk = Vl ∆ Vrk + Vmt ∆ Vmk
Vrk Vmk
∆θk = v 2 δ Vmk v 2 δ Vrk
Persamaan di atas adalah linearisasi dari :
θk = tan -1 Vmk-k
rk
Fitur penting pada formula Injeksi Arus adalah sebagian besar dari blok (2 x 2) matriks Jacobian tanpa perubahan selama proses. Diagonal blok (2 x 2), mempunyai spesifik beban selain dari beban impedansi, harus di-update pada setiap iterasi (da Costa, 1999).
Flow chart metode injeksi arus seperti dibawah
ini:
Data-data yang digunakan bersumber dari PT PLN ( Persero ) Area Jaringan Bali Timur. Analisis data menggunakan program MATLAB Versi 6.5.1.
Komponen penyulang merupakan bagian terpenting dalam melakukan analisa aliran daya. Adapun komponen yang digunakan dalam melakukan analisa aliran daya adalah :
-
1. Single-line diagram penyulang
-
2. Data daya aktif dan reaktif pada bus beban
-
3. Kapasitas trafo distribusi
-
4. Data penghantar
Bila data yang diperlukan tidak tersedia, maka diperlukan asumsi-asumsi dengan memperhatikan kondisi yang ada.
Tabel 1. Data Penghantar
No |
Jenis Penghantar |
R (ohm/km) |
X (ohm/km) |
1 |
Kabel tanah XPLE |
0,159 |
0,105 |
2 |
MVTIC 150 mm2 |
0,265 |
0,106 |
3 |
A3COC 150 mm2 |
0,236 |
0,300 |
4 |
A3C 150 mm2 |
0,236 |
0,300 |
5 |
A3C 95 mm2 |
0,374 |
0,332 |
6 |
A3C 70 mm2 |
0,503 |
0,341 |
Sumber : PT PLN (Persero) Area Jaringan Bali Timur
Penyulang Tenganan adalah penyulang dari Gardu Induk (GI) Amlapura dengan kapasitas trafo 20 MVA, memiliki 37 trafo distribusi dengan kapasitas total 4465 kVA. Dengan daya aktif (P) = 3795.25 kW dan daya reaktif (Q) = 2366.45 kVAR.
Gambar 5.1 Single-line diagram penyulang Tenganan
Penyulang Bukit Jati adalah penyulang dari Gardu Induk Gianyar trafo 20 MVA, memiliki 25 trafo distribusi dengan kapasitas total 2335 kVA. Dengan daya aktif (P) = 1984.75 kW dan daya reaktif (Q) = 1237.55 kVAR.
Gambar 5.2 Single-line diagram penyulang Bukit Jati
Penyulang VIP 2 adalah penyulang dari Gardu Induk Sanur dengan kapasitas trafo 60 MVA, dan memiliki 19 trafo distribusi dengan kapasitas total 9530 kVA. Dengan daya aktif (P) = 8291.1 kW dan daya reaktif (Q) = 5146.2 kVAR.
O |
1 |
5 |
5 |
4 |
5 |
O |
S |
P |
10 |
11 |
1! |
13 |
14 |
15 |
Id |
1' |
13 |
IP | |
→ |
111 |
Hi |
-4 |
511 |
m |
«1 |
Bl |
Kl |
ill | ||||||||||
til own |
ill DTi |
on |
ill DB |
DKlT |
Bl Olli! |
DlIM |
Bl dibs |
oma |
«1 Dlil |
OWT |
H OlBJ |
OlM |
mi Olffl |
401 DE24 |
DllM |
«si OlW |
OlBl |
ill Oias |
Gambar 5.3 Single-line diagram penyulang VIP 2
Dengan menggunakan simulasi program.
Tabel 2. Perbandingan Hasil Analisa Tegangan Penyulang Tenganan
Bus |
Injeksi Arus (kV) |
Newton-Raphson (kV) |
Swing bus |
20.0000 |
20.0000 |
Bus 1 |
19.8351 |
19.6862 |
Bus 2 |
19.8266 |
19.6724 |
Bus 3 |
19.7998 |
19.6255 |
Bus 4 |
19.5365 |
19.1566 |
Bus 5 |
19.5255 |
19.1300 |
Bus 6 |
19.5184 |
19.1137 |
Bus 7 |
19.5108 |
19.0846 |
Bus 8 |
19.5066 |
19.0691 |
Bus 9 |
19.5025 |
19.0541 |
Bus 10 |
19.4936 |
19.0229 |
Bus 11 |
19.4929 |
19.0203 |
Bus 12 |
19.4773 |
18.9484 |
Bus 13 |
19.4765 |
18.9439 |
Bus 14 |
19.4757 |
18.9397 |
Bus 15 |
19.4739 |
18.9272 |
Bus 16 |
19.4657 |
18.8686 |
Bus 17 |
19.4635 |
18.8416 |
Bus 18 |
19.4632 |
18.8371 |
Bus 19 |
19.4629 |
18.8064 |
Bus 20 |
19.4628 |
18.7863 |
Bus 21 |
19.4626 |
18.7756 |
Bus 22 |
19.8209 |
19.6708 |
Bus 23 |
19.7991 |
19.6245 |
Bus 24 |
19.7990 |
19.6244 |
Bus 25 |
19.5352 |
19.1535 |
Bus 26 |
19.5345 |
19.1525 |
Bus 27 |
19.5025 |
19.0530 |
Bus 28 |
19.4920 |
19.0181 |
Bus 29 |
19.4920 |
19.0180 |
Bus 30 |
19.4771 |
18.9482 |
Bus 31 |
19.4757 |
18.9396 |
Bus 32 |
19.4736 |
18.9261 |
Bus 33 |
19.4656 |
18.8681 |
Bus 34 |
19.4633 |
18.8413 |
Bus 35 |
19.4629 |
18.8063 |
Bus 36 |
19.4917 |
19.0179 |
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil tegangan pada metode Injeksi Arus lebih stabil dibandingkan dengan hasil tegangan pada metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki tegangan terkecil pada bus 21 dengan besar tegangan 19.4626 kV, dengan penurunan tegangan= 2,687 %.
Sedangkan tegangan terkecil dengan metode Newton-Raphson terletak pada bus 21 dengan besar tegangan 18.7756 kV, sedangkan penurunan tegangannya = 6,122 %. Untuk sistem radial drop tegangan yang diijinkan adalah sebesar 5 % dari tegangan kerja (SPLN 72, 1987).
Hal ini berarti drop tegangan harus lebih kecil atau sama dengan 1 kilo volt, dan tegangan yang sesuai standar adalah sama dengan atau lebih dari 19 kilo volt. Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka tegangan pada bus 12, bus 13, bus 14, bus 15, bus 16, bus 17, bus 18, bus 19, bus 20, bus 21, bus 30, bus 31, bus 32, bus 33, bus 34, dan bus 35 pada hasil analisa dengan metode Newton-Raphson berada dibawah standar yang diijinkan PLN.
Dengan menggunakan simulasi program. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisa Tegangan Penyulang Bukit Jati
Bus |
Injeksi Arus (kV) |
Newton-Raphson (kV) |
Swing bus |
20.0000 |
20.0000 |
Bus 1 |
19.9081 |
19.8581 |
Bus 2 |
19.8893 |
19.8296 |
Bus 3 |
19.8698 |
19.8002 |
Bus 4 |
19.8677 |
19.7970 |
Bus 5 |
19.8667 |
19.7955 |
Bus 6 |
19.8621 |
19.7887 |
Bus 7 |
19.8382 |
19.7544 |
Bus 8 |
19.8327 |
19.7473 |
Bus 9 |
19.8253 |
19.7390 |
Bus 10 |
19.7950 |
19.7038 |
Bus 11 |
19.7716 |
19.6787 |
Bus 12 |
19.7192 |
19.6328 |
Bus 13 |
19.7164 |
19.6306 |
Bus 14 |
19.7143 |
19.6293 |
Bus 15 |
19.7027 |
19.6221 |
Bus 16 |
19.6943 |
19.6178 |
Bus 17 |
19.6836 |
19.6110 |
Bus 18 |
19.6831 |
19.6106 |
Bus 19 |
19.6787 |
19.6080 |
Bus 20 |
19.6770 |
19.6066 |
Bus 21 |
19.8679 |
19.7976 |
Bus 22 |
19.8657 |
19.7926 |
Bus 23 |
19.8652 |
19.7903 |
Bus 24 |
19.8645 |
19.7855 |
Bus 25 |
19.8637 |
19.7829 |
Bus 26 |
19.8382 |
19.7507 |
Bus 27 |
19.8382 |
19.7531 |
Bus 28 |
19.8252 |
19.7388 |
Bus 29 |
19.7191 |
19.6325 |
Bus 30 |
19.7140 |
19.6279 |
Bus 31 |
19.7137 |
19.6270 |
Bus 32 |
19.6837 |
19.6108 |
Berdasarkan tabel 3, dapat bahwa hasil tegangan pada metode Injeksi Arus lebih stabil dibandingkan dengan hasil tegangan pada metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki tegangan terkecil pada bus 20 dengan besar tegangan 19,677 kV, dengan penurunan tegangan= 1.61 %. Sedangkan tegangan terkecil dengan metode Newton-Raphson terletak pada bus 20 dengan besar tegangan 19.6066 kV, sedangkan penurunan tegangannya = 1.967 %.
Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Perbandingan Hasil Analisa Tegangan Penyulang
Bukit Jati
Bus |
Injeksi Arus (kV) |
Newton-Raphson (kV) |
Swing bus |
20.0000 |
20.0000 |
Bus 1 |
19.9493 |
19.8905 |
Bus 2 |
19.8873 |
19.7729 |
Bus 3 |
19.8790 |
19.7570 |
Bus 4 |
19.8708 |
19.7408 |
Bus 5 |
19.8569 |
19.7130 |
Bus 6 |
19.8434 |
19.6862 |
Bus 7 |
19.8376 |
19.6749 |
Bus 8 |
19.8303 |
19.6611 |
Bus 9 |
19.8256 |
19.6522 |
Bus 10 |
19.8167 |
19.6321 |
Bus 11 |
19.7862 |
19.5568 |
Bus 12 |
19.7757 |
19.5306 |
Bus 13 |
19.7686 |
19.5134 |
Bus 14 |
19.7647 |
19.5032 |
Bus 15 |
19.7616 |
19.4965 |
Bus 16 |
19.7580 |
19.4847 |
Bus 17 |
19.7542 |
19.4726 |
Bus 18 |
19.7530 |
19.4675 |
Bus 19 |
19.7525 |
19.4664 |
Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa hasil tegangan pada metode Injeksi Arus lebih tinggi pada setiap bus-nya dibandingkan dengan hasil tegangan pada metode Newton-Raphson. Metode Injeksi Arus memiliki tegangan terkecil pada bus 19 dengan besar tegangan 19.7525 kV, dengan penurunan tegangan= 1.23 %. Sedangkan tegangan terkecil dengan metode Newton-Raphson terletak pada bus 19 dengan besar tegangan 19.4664 kV, sedangkan penurunan tegangannya = 2.67 %.
Berdasarkan hasil analisa dari masing-masing penyulang, maka dapat dibandingkan kecepatan dan jumlah iterasi yang dilakukan metode Injeksi Arus dan metode Newton-Raphson untuk melakukan analisa.
Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisa Pada Masing-Masing Penyulang
Metode Analisa Daya |
Waktu |
Jumlah Iterasi |
Penyulang Tenganan | ||
Injeksi Arus |
0.078 detik |
1 |
Newton-Raphson |
0.422 detik |
1 |
Penyulang Bukit Jati | ||
Injeksi Arus |
0.063 detik |
1 |
Newton-Raphson |
0.157 detik |
1 |
Penyulang VIP 2 | ||
Injeksi Arus |
0.015 detik |
1 |
Newton-Raphson |
0.25 detik |
2 |
Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa metode Injeksi Arus lebih cepat dalam melakukan analisa aliran daya dibandingkan dengan metode Newton-Raphson. Sedangkan jumlah iterasi yang dilakukan untuk mencapai konvergen, metode Injeksi Arus lebih baik dibandingkan metode Newton-Raphson karena pada penyulang VIP 2, metode Newton-Raphson melakukan 2 iterasi untuk mencapai nilai yang konvergen sedangkan metode Injeksi Arus memerlukan 1 iterasi untuk mencapai konvergen.
Berdasarkan analisa yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
-
1. Hasil analisa tegangan dengan metode injeksi arus pada masing-masing penyulang memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil analisa dengan metode Newton-Raphson. Hal ini dapat dilihat dari nilai tegangan terkecil dari masing-masing penyulang. Hasil analisa metode injeksi arus pada penyulang Tenganan tegangan terkecil terdapat pada bus 21 yaitu 19.4626 kV, sedangkan dengan metode Newton-Raphson tegangan terkecil juga terdapat pada bus 21 yaitu 18.7756 kV. Pada penyulang Bukit Jati, tegangan terkecil hasil metode injeksi arus terdapat pada bus 20 yaitu 19,677 kV, sedangkan pada metode Newton-Raphson tegangan terkecil terdapat pada bus 20 yaitu 19.6066 kV. Pada penyulang VIP 2, tegangan terkecil hasil metode injeksi arus terdapat pada bus 19 yaitu 19.7525 kV, sedangkan pada metode Newton-Raphson tegangan terkecil terdapat pada bus 19 yaitu 19.4664 kV.
-
2. Metode Injeksi Arus memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk melakukan iterasi dibandingkan dengan metode Newton-Raphson.
-
3. Pada kondisi sistem radial yang linier (tidak bercabang) yaitu pada penyulang VIP 2, metode Injeksi Arus lebih efisien dibandingkan metode Newton-Raphson. Hal ini terbukti dengan jumlah iterasi yang dilakukan untuk mencapai
konvergen. Dengan metode Injeksi Arus, proses iterasi yang diperlukan sebanyak 1 kali sedangkan dengan metode Newton-Raphson proses iterasi sebanyak 2 kali untuk mencapai nilai konvergen.
-
6. DAFTAR PUSTAKA
-
[1] . Beaty, H.W. 2001. Handbook of Electric Power Calculations – Third Edition . New York : McGraw-Hill.
-
[2] . Chen, T.H, Chen, M.S, Hwang, K.J, Kotas, P, Chebli, E.A. 1991. Distribution System Power Flow Analysis – A Rigid Approach. IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 6, No. 3.
-
[4] . Da Costa, V.M, Martins, N, Pereira, J.L.R. 1999. Developments in the Newton-Raphson Power Flow Formulation Based on Current Injections. IEEE Transactions on Power Systems, Vol. 14, No. 4.
-
[5] . Davis, C.E. 1997. IEEE Recommended Practice for Industrial and Commercial Power Systems Analysis – Chapter 6. Load Flow Studies. New York, USA : The Institute of Electrical and Electronics Engineering, Inc.
-
[6] . Garcia, P.A.N, Pereira, J.L.R, Caneiro, S.Jr, da Costa, V.M, Martins, N. 2000. Three-Phase Power Flow Calculations Using The Current Injection Method. IEEE Transactions On Power System, vol. 15, No. 2.
-
[7] . Khodr, H.M. 2006. New Load Flow Method S-E Oriented For Large Radial Distribution Networks. IEEE PES Transmission and Distribution Conference and Exposition Latin America, Venezuela
-
[8] . Stevenson,Jr. dan William, D. 1990. Analisis Sistem Tenaga Listrik. Bandung : Erlangga.
-
[9] . Venkatesh, B.2003 Data structure for radial distribution system load flow analysis. IEEE Proc. Gener. Trans. Distrib. Vol 150. no 1.
-
[10] . Zimmerman, R.D. 1992. Network Reconfi guration For Loss Reduction In Three-Phase Power Distribution Systems. New York : Cornell University.
-
[11] . ______. 1987. SPLN 72 : Spesifikasi Desain
Untuk Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah. Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan Umum Listrik Negara.
Teknologi Elektro
51
Vol. 8 No. 1 Januari - Juli 2009
Discussion and feedback