Pengaruh Kepribadian Proaktif, Efikasi Diri dan Anticipatory Entrepreneurial Cognitions dalam Membentuk Niat Berwirausaha Mahasiswa
on
Meisa Amanda, Pengaruh Kepribadian, Efikasi Diri dan ... 193
MATRIK: JURNAL MANAJEMEN, STRATEGI BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
Homepage: https://ojs.unud.ac.id/index.php/jmbk/index
Vol. 14 No. 2, Agustus (2020), 193-217
Pengaruh Kepribadian, Efikasi Diri dan Anticipatory Entrepreneurial Cognitions dalam Membentuk Niat Berwirausaha Mahasiswa
Meisa Amanda1), Suryandari Istiqomah2*), Sarjiyanto2)
1Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret
2Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret
email: suryandari.istiqomah@staff.uns.ac.id


SINTA 2
DOI : https://doi.org/10.24843/MATRIK:JMBK.2020.v14.i02.p06
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepribadian proaktif dan sifat daya saing yang dimiliki mahasiswa pada efikasi diri kewirausahaan yang dimediasi oleh efikasi diri kreatif dan efikasi diri pembelajaran. Penelitian ini juga menguji pengaruh efikasi diri kewirausahaan pada niat berwirausaha mahasiswa dengan menggunakan anticipatory entrepreneurial cognitions sebagai variabel pemediasi. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa di sepuluh Fakultas yang ada di Universitas Sebelas Maret teknik dengan teknik non-probability sampling yaitu convenience sampling dengan jumlah responden dalam sebanyak 610 mahasiswa. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model persamaan struktural (Structural Equation Model). Hasil pengujian mempelihatkan bahwa baik kepribadian proaktif dan sifat daya saing mahasiswa berpengaruh signifikan positif dengan efikasi diri kewirausahaan yang dimediasi oleh efikasi diri kreatif. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa baik kepribadian proaktif dan sifat daya saing mahasiswa berpengaruh signifikan positif dengan efikasi diri kewirausahaan yang dimediasi oleh efikasi diri pembelajaran. Penelitian ini juga memberikan hasil bahwa anticipatory entrepreneurial cognitions memediasi sebagian pengaruh efikasi diri kewirausahaan pada niat berwirausaha pada mahasiswa. Hasil penelitian ini memberikan insight baru bahwa mahasiswa tidak hanya berniat menjadi wirausaha karena mereka percaya dapat menjalankan peran menjadi wirausaha juga jika mereka secara kognitif melakukan eksplorasi ide wirausaha.
Kata kunci: kepribadian proaktif, efikasi diri, anticipatory entrepreneurial cognitions, niat berwirausaha
The Influence of Personality, Self-Efficacy and Anticipatory Entrepreneurial Cognitions in Shaping Student Entrepreneurial Intentions
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of proactive personality and trait competitiveness of students on entrepreneurial self-efficacy mediated by creative self-efficacy and learning self-efficacy. This study also examinesthe effect of entrepreneurial self-efficacy on student entrepreneurial intentions by using anticipatory entrepreneurial cognitions as mediating variables. This research was conducted on students by distributing questionnaires to students in ten Faculties at Sebelas Maret University with non-probability sampling techniques, namely convenience sampling with a number of respondents in as many as 610 students. Testing the hypothesis in this study using the structural equation model (Structural Equation Model). The test results show that both proactive personality and trait competitiveness have positive effects on entrepreneurial self-efficacy that is mediated by creative selfefficacy. In addition this study also shows that both proactive personality and trait competitiveness have positive effects on entrepreneurial self-efficacy that is mediated by learning self-efficacy. This study also provides results that anticipatory entrepreneurial cognitions mediate some of the effects of
entrepreneurial self-efficacy on student entrepreneurship intentions. The results of this study provide new insights that students not only intend to become entrepreneurs because they believe they can carry out the role of being entrepreneurs but also if they cognitively explore entrepreneurial ideas.
Keyword: proactive personality, self-efficacy, anticipatory entrepreneurial cognitions, entrepreneurial intentions
PENDAHULUAN
Banyak penelitian menemukan pentingnya peran kewirausahaan pada kinerja ekonomi disebuah negara (Lado & Vozikis, 1996; Van Praag & Versloot 2007; Bjornskov & Foss, 2013). Kewirausahaan memainkan peran penting dalam pengembangan ekonomi melalui inkubasi inovasi teknologi, menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mengurangi pengangguran (Shane & Venkataraman, 2000). David McCleland menyatakan bahwa negara akan dapat makmur apabila negara memiliki pengusaha (entreprenuer) sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya (Riani dkk, 2005). Semakin besar pengusaha yang dimiliki oleh sebuah negara maka semakin makmur negara tersebut. Hal ini disebabkan oleh multiplayer efek yang ditimbulkan dari adanya kewirausahaan, seperti mengurangi pengangguran, meningkatkan daya beli masayarakat dan sebagainya.
Salah satu cara cepat meningkatkan jumlah wirausaha adalah dengan meningkatkan jumlah wirausaha muda di Indonesia. Wirausaha muda dikarenakan rentang usia muda, seseorang memiliki semangat dan gelora yang menggebu dalam mengelola bisnis mereka. Wirausaha muda juga memiliki waktu yang relatif panjang dan tenaga yang masih banyak untuk bangkit jika usaha mereka mengalami kegagalan. Di lain pihak juga ditemukan masalah bahwa belum semua lulusan perguruan tinggi dapat terserap pasar tenaga kerja. Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran dari lulusan perguruan tinggi relatif cukup besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2019 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2019 sebanyak 6,82 juta jiwa atau sebanyak 5,01% (bps.go.id, Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi 1986-2019). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ini didominasi oleh jenjang pendidikan SMK sebesar 8,63%, lulusan SMA 7,19%, lulusan SMP 5,18%, ulusan pendidikan Diploma I/II/III tercatat sebesar 7,92%, lulusan universitas tercatat sebesar 6,31% (bps.go.id). Pengangguran yang masih cukup tinggi ini menjadi masalah tersendiri bagi negara (pemerintah) dan perguruan tinggi sebagai pencetak tenaga terdidik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan perguruan tinggi adalah dengan cara meningkatkan jumlah wirausaha dengan cara meningkatkan wirausaha dikalangan mahasiswa. Peningkatan wirausaha mahasiswa dapat didorong dari niat mahasiswa Oleh karena itu penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha.
Fuller, Liu, Bajaba, Marler, dan Pratt (2018) menyatakan bahwa penelitian terbaru tentang niat kewirausahaan beberapa tahun terakhir cenderung berfokus pada pendekatan kognitif. Salah satu pendekatan kognitif yang sering digunakan untuk menjelaskan niat berwirausaha adalah efikasi diri kewirausahaan. Efikasi diri kewirausahaan merupakan keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk berhasil memerankan peran dan tugas seorang wirausaha, seperti manajemen, pemasaran, pengambilan resiko, kontrol keuangan dan penemuan
inovasi baru (Chen, Greene, & Crick, 1998). Efikasi diri kewirausahaan digunakan sebagai tolak ukur kemungkinan seorang individu untuk dapat memulai suatu usaha (Krueger, 1993).
Efikasi diri kewirausahaan dibentuk dari dua keyakinan lebih luas yang dipertimbangkan, yaitu efikasi diri pembelajaran dan efikasi diri kreatif (Fuller et al., 2018). Pengembangan ini dilakukan berdasrkan Teori Kognitif Sosial (Bandura, 1997) yang menyatakan bahwa keyakinan efikasi diri spesifik yang lebih sempit seperti efikasi diri kewirausahaan dibentuk dari efikasi diri yang lebih luas dan kurang spesifik seperti efikasi diri pembelajaran dan efikasi diri kreatif. Efikasi diri pembelajaran yang merupakan keyakinan individu dalam kemampuannya untuk mempelajari hal-hal baru. Dengan adanya efikasi diri pembelajaran, seseorang dapat mempelajari dan memahami hal-hal baru dalam bidang kewirausahaan seperti manajemen, pemasaran, pengambilan resiko dan kontrol keuangan dengan baik. Efikasi diri kreatif adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara baru. Dengan adanya efikasi diri kreatif, seseorang dapat menemukan inovasi baru untuk melakukan tugas-tugas kewirausahaan secara lebih efektif dan efisien. Penggunaan efikasi diri pembelajaran dan efikasi diri kreatif dalam penelitian ini diharapkan dapat semakin memperjelas bagaimana proses penciptaan niat kewirausahaan mahasiswa.
Pendekatan kognitif lain untuk menjelaskan proses niat berwirausaha selain efikasi diri kewirausahaan adalah anticipatory entrepreneurial cognitions. Fuller et al., (2018) memperkenakan konsep baru yaitu anticipatory entrepreneurial cognitions untuk menangkap aspek kognitif dari pengembangan niat wirausaha. Anticipatory entrepreneurial cognitions mencakup pemikiran luas yang berpusat pada penemuan, eksplorasi, dan menguji potensi seseorang untuk menjadi wirausahawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krueger & Brazeal (1994) menyatakan bahwa efikasi diri kewirausahaan merangsang simulasi kognitif tentang bagaimana rasanya menciptakan dan menjalankan usaha baru dari calon wirausahawan yang potensial.
Selain pendekatan kognitif, penelitian ini juga menggunakan karakteristik individu sebagai salah satu anteseden niat berwirausaha yaitu kepribadian proaktif dan sifat daya saing. Kepribadian proaktif dan sifat daya saing merupakan dasar penting dari seseorang untuk menjadi wirausahawan (Fuller et al., 2018). Kepribadian proaktif merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak (Crant, 1996) yang merupakan hal penting dalam berwirausaha (Shapero & Sokol, 1982). Seseorang yang memiliki kepribadian proaktif akan lebih terbuka terhadap lingkungan dan tanggap akan kejadian yang terdapat pada lingkungan sehingga pribadi tersebut dapat mengetahui peluang untuk ikut bergerak merubah lingkungan. Karakteristik kedua yaitu sifat daya saing yang merupakan keunggulan kompetitif yang membedakan antar individu (Tambunan, 2001). Sifat daya saing menyatakan gagasan bahwa kesuksesan wirausaha berhubungan dengan daya saing mereka (Hornaday & Aboud, 1971). Sifat daya saing yang dimiliki seseorang calon wirausahawan membuat calon wirausahawan menetapkan sasaran kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya dengan tujuan untuk evaluasi diri sehingga dapat memiliki kinerja yang lebih baik lagi di waktu yang akan
datang.
Seseorang dengan kepribadian proaktif dapat mendukung efikasi diri kreatif dan efikasi diri pembelajaran seseorang calon wirausahawan untuk dapat belajar lebih kreatif dan beradaptasi sehingga dapat mencapai peluang baru dan melaksanakan tugas baru dengan baik dan efisien. Sifat daya saing mendorong upaya yang meningkatkan kinerja (Krishnan, Netemeyer & Boles, 2002). Sifat daya saing menyebabkan orang yang kompetitif semakin mungkin percaya bahwa mereka dapat bersaing di bidang kewirausahaan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kreativitas mereka.
Penelitian ini merupakan replikasi penuh dari penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Fuller, Liu, Bajaba, Marler, dan Pratt (2018) mengenai bagaimana proaktif dan sifat daya saing, kesadaran diri, dan kognisi antisipatif dari wirausaha potensial membentuk niat kewirausahaan mahasiswa. Penelitian ini melakukan replikasi penuh dari penelitian Fuller et al., (2018) dikarenakan beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian Fuller masih relative baru dan belum banyak digunakan dalam penelitian lain, sehingga dengan penelitian ini diharapkan memberikan lebih banyak evidence konsep yang dikemukan oleh Fuller.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS) yang mempunyai budaya organisasi ACTIVE (Achievement Orientation, Customer Satisfaction, Teamwork, Integrity, Visionary dan Entrepreneurship). UNS dengan salah satu budaya entrepreneurship tentu berharap dapat menghasilkan lulusan- lulusan yang yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, bahkan menyerap tenaga kerja dibidang kewirausahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepribadian dan kesadaran berwirausaha akan membentuk niat berwirausaha pada mahasiswa di UNS.
Teori Kognitif Sosial (Bandura, 1997) menyatakan bahwa pengaturan motivasi diri dan pencapaian kinerja seseorang bekerja melalui mekanisme pengaturan diri bersama. Salah satu pengaturan diri yang memiliki peran yang paling penting adalah efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang dalam yang menyangkut kemampuan untuk mengatur motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997; 2007). Teori mengemukakan bahwa seseorang akan mau melakukan suatu hal jika mereka percaya bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Berdasarkan teori ini, banyak penelitian yang melihat niat seseorang untuk menjalankan sesuatu dari efikasi diri yang mereka miliki.
Dalam perkembangannya, beberapa ahli menyatakan untuk melakukan sesuatu tindakan yang spesifik maka juga dibutuhkan efikasi diri yang spesifik. Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri umum dengan efikasi-diri spesifik berbeda secara koseptual dan psikometrikal. Efikasi-diri spesifik merepresentasikan tugas dan situasi yang mensyaratkan (domain) spesific cognition tertentu sedangkan efikasi-diri umum merupakan generalized trait yang terdiri satu untuk semua yang mengestimasikan satu kemampuan untuk mempengaruhi kinerja yang dibutuhkan dalam situasi pretasi.
Dalam penelitian ini menggunakan efikasi diri kewirausahan sebagai efikasi diri spesifik untuk melihat pengaruhnya terhadap tindakan yang spesifik yaitu niat
berwirausaha. Fuller et al., (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa efikasi diri yang spesisik yang semakin sempit dapat dibentuk dari efikasi spesifik yang lebih luas. Efikasi diri kewirausahaan yang digunakan untuk melihat niat berwirausaha didapatkan dari efikasi diri spesifik yang lebih luas yaitu efikasi diri pembelajaran dan efikasi diri kreatif.
Hisrich, Peters dan Shepherd (2008) mengartikan kewirausahaan sebagai proses penciptaan sesuatu yang baru yang bernilai dengan menggunakan waktu dan upaya, menanggung resiko keuangan dan risiko sosial yang mengiringi guna menerima imbalan moneter serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Zimmerer et al., (2008) mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang dimiliki. Bapak kewirausahaan Peter F Drucker (dalam Kasmir, 2013) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Zimmerer (2008) menyatakan terdapat delapan karakteristik utama kewirausahaan yaitu pertama, rasa tanggung jawab (desire for responbility), yaitu pertama, memiliki rasa tanggung jawab yang dalam atas usaha-usaha yang dilakukannya. Salah satu bentuk rasa tanggung jawab mereka adalah dengan melakukan kontrol atas sumber daya yang mereka miliki dan menggunakan sumber daya tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kedua, lebih memilih risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu seorang wirausaha selalu memperhitungkan risiko sebelum melakukan sesuatu atau masuk ke dalam sebuah bisnis. Ketiga, percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their ability to success), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan. Keempat, menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu selalu menghendaki adanya unsur timbal balik atas apa yang telah mereka lakukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Kelima, memiliki semangat dan energi yang tinggi (high level of energy), yaitu wirausaha biasanya memiliki semangat dan energi yang tinggi dibandingkan dengan yang lain. Energi dan semangat kerja yang tinggi ini dibutuhkan untuk mewujudkan keinginannya dalam merintis bisnis demi masa depan yang lebih baik. Keenam, berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan dan termasuk didalamnya kemampuan untuk melihat peluang. Ketujuh, memiliki kemampuan berorganisasi (skill at organization), yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya yang digunakan wirausaha untuk mewujudkan visinya. Kedelapan, menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih menghargai prestasi daripada sekedar uang yang diperoleh. Bagi wirausaha uang hanyalah merupakan simbol pencapaian, yang lebih penting bagi wirausaha adalah pencapaianprestasi.
Intensi merupakan indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku (Ajzen, 1991, 2002). Bandura (1997) menyatakan bahwa: Intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan
aktivitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dari self regulation individu yang dilatarbelakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak. Intensi berkaitan dengan indikasi akan seberapa susah seseorang mencoba untuk memahami, seberapa besar usaha seseorang dalam merencanakan sesuatu, untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Hisrich, Peters dan Shepherd, 2010). Niat berwirausaha merupakan keinginan seseorang untuk melakukan bisnis sendiri (Crant, 1996) atau untuk memulai bisnis (Krueger, Reilly, & Carsrud, 2000). Berdasar teori perilaku terencana (Ajzen, 1991) menyatakan bahwa niat merupakan prediktor yang digunakan untuk melihat perilaku. Setelah ada niat, maka diharapkan perilaku sebenenarnya akan terjadi. Dalam kasus kewirausahaan, diharapkan niat kewirausahaan dapat memprediksi perilaku kewirausahaan sebenarnya. Dari pemahaman akan definisi niat serta wirausaha sebelumnya dapat disimpulkan bahwa niat berwirausaha (entrepreneurial intention) merupakan niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan tindakan kewirausahaan.
Anticipatory entrepreneurial cognitions merupakan eksplorasi kognitif dari ranah kewirausahaan yang termasuk mencari, menilai, dan secara kognitif membangun peluang kewirausahaan (Krueger, 2000). Mitchell et al., (2002) mendefinisikan anticipatory entrepreneurial cognitions sebagai struktur pengetahuan yang digunakan orang untuk membuat penilaian atau mengambil keputusan yang melibatkan evaluasi peluang, penciptaan usaha, dan pertumbuhan. Anticipatory entrepreneurial cognitions juga dapat diartikan sebagai dasar bagi seseorang dalam usahanya untuk membuka sebuah peluang usaha yang baru.
Self-efficacy merupakan kepercayaan seseorang bahwa dia dapat menjalankan tugas pada sebuah tingkat tertentu, yang mempengaruhi aktifitas pribadi terhadap pencapaian tujuan (Bandura, 1997). Keyakinan dan kemampuan diri inilah yang akan mempengaruhi cara oang dalam berfikir, merasakan dan memotivasi diri mereka sendiri dalam bertindak. Self-efficacy diindikasikan mempunyai pengaruh terhadap kinerja (Robbins, 2007). Kreitner (2010) mengungkapkan, bahwa self-efficacy merupakan keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu yang muncul secara lambat-laun melalui pengalaman kemampuan-kemampuan kognitif, sosial dan bahasa. Baron dan Byrne (2004) menjelaskan bahwa self-efficacy merujuk pada keyakinan individu bahwa dia mampu mengerjakan tugas, mencapai sebuah tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan dalam diri seseorang akan kemampuannya dalam berusaha mencapai sebuah tujuan.
Efikasi diri kewirausahaan berguna untuk mengukur kekuatan keyakinan individu bahwa ia mampu berhasil melaksanakan tugas dalam berwirausaha (Mueller, 2007). Efikasi diri kewirausahaan pada umumnya merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan mereka untuk mengambil tindakan kewirausahaan (DeNoble et al,. 1999). Chen et al. (1998) mendefinisikan bahwa efikasi diri kewirausahaan sebagai keyakinan yang kuat terhadap kemampuan seseorang untuk berhasil melakukan peran dan tugas seorang wirausaha. Oleh karena itu, berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri kewirausahaan merupakan keyakinan seseorang
terhadap kemampuan diri untuk mengambil tindakan dalam hal kewirausahaan.
Komponen-komponen yang terdapat dalam efikasi diri kewirausahaan, antara lain: 1) Mengembangkan produk baru atau peluang pasar, mencakup seperangkat ketrampilan yang berkaitan dengan penghargaan kesempatan. 2) Membangun lingkungan yang inovatif mengacu pada kemampuan seseorang untuk mendorong orang lain mencoba ide baru, melakukan tindakan, dan bertangung jawab pada hasil mereka sendiri, serta kemampuan seseorang untuk tindakan inovatif antara pekerja potensial. 3) Memulai hubungan dengan para penyedia modal, telah ditemukanuntuk menjadi aktivitas yang penting untuk memperoleh dana yang cukup untuk membuka suatu usaha baru. 4) Mendefinisikan tujuan inti, berfungsi untuk memperjelas dan memfokuskan diri pada visi penting bahwa usaha yang akan dijalankan perlu untuk menarik pekerja inti, pekerja dan penyedia modal. 5) Menghadapi tantangan tak terduga, berkaitan dengan ambiguitas atau ketidakpastian yang meliputi kehidupan seseorang dalam membuka suatu usaha.
Tierney dan Farmer (2002) berpendapat bahwa efikasi-diri dapat digunakan dalam memahami tindakan kreatif yang dilakukan individu. Efikasi-diri kreatif merupakan keyakinan seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan suatu hasil yang kreatif. Tierney dan Farmer (2002) menyatakan terdapat 2 anteseden efikasi-diri kreatif yaitu sumber personal dan kontektual. Sumber personal efikasi-diri kreatif terdiri dari pengetahuan dan efikasi pekerjaan. Sedangkan sumber kontektual efikasi-diri kreatif adalah perilaku supervisor dan kompleksitas pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nickerson (1999) yang menyatakan bahwa pengalaman pendidikan juga dasar untuk pengembangan kecenderungan dan proses kreatif. Perkembangan ini mungkin memerlukan peningkatan kognitif termasuk orientasi untuk menangkal penggunaan beragam, berbagai perspektif dan dalam skema yang sangat rumit (Perkins. 1986). Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri kreatif merupakan keyakinan diri yang secara positif yang membentuk perilaku kreatif individu sehingga dapat lebih efisien dalam menyelesaikan pekerjaannya. Karena efikasi diri kreatif secara khusus menargetkan kemampuan untuk menjadi kreatif dan akan memberikan pengaruh pada kepercayaan untuk mampu melakukan pekerjaan dengan cara yang lebih baik.
Efikasi diri pembelajaran merupakan keyakinan individu bahwa ia memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dengan baik (Potosky & Ramakrishna, 2002) dan cenderung meningkatkan keterlibatan dalam pembelajaran tugas (Schunk, 1989). Selanjutnya menurut Potosky & Ramakrishna (2002) efikasi diri pembelajaran mewakili keinginan untuk menguasai sesuatu hal yang baru maupun meningkatkan level kompetensi seseorang. Orang-orang yang percaya bahwa mereka memiliki kapasitas untuk belajar dan beradaptasi cenderung menggunakan proses kognitif yang memfasilitasi pembelajaran, latihan, penalaran, dan informasi pengorganisasian secara mental (Warr & Bunce, 1995). Efikasi diri pembelajaran berfungsi sebagai dasar untuk membentuk kesadaran diri untuk berwirausaha individu.
Kepribadian proaktif menurut Bateman dan Crant (1993) merupakan kecenderungan
yang relatif stabil untuk mempengaruhi perubahan lingkungan yang membedakan orang berdasarkan sejauh mana mereka mengambil tindakan untuk mempengaruhi lingkungan mereka. Individu dengan kepribadian proaktif sering mengidentifikasi peluang dan bertindak jika terdapat peluang tersebut, menunjukkan inisiatif, mengambil tindakan, dan bertahan sampai perubahan yang berarti terjadi (Crant, 2000). Orang yang mempunyai kepribadian proaktif cenderung menetapkan standar yang tinggi, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai standar tersebut (Crant, 1996). Kepribadian proaktif menangkap keinginan dan tekad untuk mengejar suatu tindakan, karakteristik yang penting bagi model engembangan diri (Antonacopoulou, 2000). Kepribadian proaktif telah dikaitkan dengan indikator obyektif dan subyektif dari kesuksesan karir, setelah memperhitungkan indikator-indikator lainnya, seperti demografi, sumber daya manusia, motivasi, jenis organisasi, dan jenis industri (Seibert, Crant, & Kraimer, 1999). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk dasar kepribadian proaktif adalah sebagai seseorang yang relatif tidak didesak oleh kekuatan situasional dan seseorang yang mempengaruhi perubahan lingkungan. Sehingga, orang yang sangat proaktif dapat mengenali peluang dan bertindak atas peluang tersebut, menunjukkan inisiatif dan gigih memperjuangkan terjadinya sebuah perubahan yang berarti. Mereka menstransformasikan misi, menemukan dan menyelesaikan permasalahan organisasi dan pada akhirnya menggunakan hal itu untuk mempengaruhi dunia disekitar mereka. Orang yang kurang proaktif bertindak pasif dan reaktif, mereka cenderung beradaptasi dengan keadaan sekitar daripada menciptakan keadaan.
Sifat daya saing seseorang merupakan tingkat produktivitas yang diartikan sebagai sebuah output yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja (Porter, 1990). Tambunan (2001) menyatakan sifat daya saing merupakan sebuah keunggulan pembeda dari yang lain yang terdiri dari faktor keunggulan komparatif (comparative advantages) dan faktor keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Brown dan Peterson (1994) menemukan sifat daya saing berhubungan positif dengan kinerja penjualan. Carsrud dan Olm (1986) dalam penelitian mereka tentang wirausahawan, menemukan hubungan positif antara sifat daya saing dan kinerja perusahaan. Murphy (1986) melaporkan hubungan positif antara trait competitiveness dan kinerja dalam sebuah studi tentang petugas pinjaman komersial. Hasil ini menunjukkan bahwa efek dari daya saing sifat pada kinerja tergantung pada konteks, seperti yang diasumsikan oleh perspektif interaksi. Dalam lingkungan tugas di mana karyawan bekerja secara independen dari mereka yang bersaing, orang yang lebih kompetitif cenderung menetapkan sasaran kinerja yang lebih tinggi yang jika dicapai kemudian akan dibandingkan dengan kinerja rekan-rekan mereka dan memberi mereka evaluasi positif.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian kali ini adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjumlah 30.910 mahasiswa. Sampel dalam penelitian kali ini adalah mahasiswa dari tiap fakultas yang ada di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik nonprobability sampling yaitu convinience sampling yang merupakan teknik sampling yang
didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkan sampel dalam pelaksanaan penelitian. (Sekaran, 2013).
Definisi operasional variable kepribadian proaktif adalah kecenderungan seseorang untuk mengidentifikasi peluang dan mengambil tindakan atas peluang yang ada dengan bersungguh-sungguh hingga dapat menciptakan perubahan yang berarti (Seibert, Crant & Kraimer’s, 1999). Kepribadian proaktif diukur menggunakan 17 item pernyataan yang diambil dari Seibert, Crant, and Kraimer’s (1999), seperti “Jika saya melihat sesuatu yang saya tidak suka, saya akan memperbaikinya”. Sifat daya saing merupakan aspek kepribadian yang meliputi keinginan untuk menang serta menjadi individu yang lebih baik dibandingkan dengan pesaing (Brown et al., 1998). Sifat daya saing diukur menggunakan 4 item pernyataan yang diambil dari Brown et al (1998), seperti “sangat penting bagi saya untuk tampil lebih baik daripada orang lain”. Efikasi diri kreatif secara positif terkait dengan generasi ide-ide baru dan berguna serta bentuk-bentuk perilaku kreatif lainnya (Tierney & Farmer, 2002). Efikasi diri kreatif diukur berdasarkan definisi konseptual dan ukuran dari Tierney and Farmer (2002), terdapat 3 item yang dikembangan untuk melakukan pengukuran efikasi diri kreatif, salah satu contohnya yaitu “saya yakin dengan kemampuan saya untuk menemukan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu”. Efikasi diri pembelajaran merupakan keyakinan individu bahwa ia memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi (Potosky & Ramakrishna, 2002). Efikasi diri pembelajaran diukur menggunakan 5 item pernyataan yang diambil dari item yang dikembangan oleh Potosky and Ramakrishna (2002), seperti “Saya yakin saya dapat melakukan tugas-tugas baru dengan baik”. Keempat variable diatas, semua item pernyataan dinilai dengan menggunakan skala pengukuran 1-5, dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Efikasi diri kewirausahaan merupakan keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk berhasil memerankan peran dan tugas seorang wirausaha (Chen, Greene, & Crick, 1998). Efikasi diri kewirausahaan diukur dengan menggunakan 22 item pernyataan yang dikembangkan oleh Chen et al (1998). Instrumen ini mengharuskan responden menunjukkan sejauh mana mereka percaya bahwa mereka dapat melakukan hal-hal seperti "menetapkan dan memenuhi sasaran pangsa pasar" dan "mengurangi risiko dan ketidakpastian". Item pernyataan efikasi diri kewirausahaan dinilai dengan menggunakan skala pengukuran 1-5, dari sangat tidak yakin sampai sangat yakin. Anticipatory entrepreneurial cognitions merupakan eksplorasi kognitif dari ranah kewirausahaan yang termasuk mencari, menilai, dan secara kognitif membangun peluang kewirausahaan (Krueger, 2000). Anticipatory entrepreneurial cognitions diukur dengan menggunakan item pengukuran baru yang dikembangan oleh Bryan et al (2018) dalam penelitian ini. Anticipatory entrepreneurial cognitions diukur dengan menggunakan 6 item pernyataan, seperti “Saya sering berpikir tentang menjalankan bisnis saya sendiri”. Item anticipatory entrepreneurial cognitions pernyataan dinilai dengan menggunakan skala pengukuran 1-5, dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Niat berwirausaha merupakan tingkat ketertarikan individu untuk berkomitmen memulai suatu bisnis baru (Zhao et al., 2005). Niat berwirausaha diukur dengan menggunakan 4 item skala dari Zhao et al., (2005). Responden diminta menunjukkan minat mereka dalam hal seperti “memulai bisnis baru” dalam jangka waktu 5-10 tahun kedepan. Dalam pengukuran untuk niat berwirausaha ini,
setiap item pernyataan dinilai dengan menggunakan skala 1-5, dari sangat tidak tertarik sampai dengan sangat tertarik.
Penelitian ini menggunakan model persamaan struktural (Structural Equation Model -SEM) yang diolah menggunakan program Smart Partial Least Square (PLS) 3. Dalam penelitian ini analisis jalur semua variabel laten yang digunakan dalam SmartPLS didefinisikan oleh dua hubungan yaitu: inner model dan outer model. Inner model menspesifikkan hubungan antara variabel laten, sedangkan outer model berguna untuk menspesifikkan hubungan natara variabel laten dengan indikator atau variabel manifestnya. SmartPLS 3 menggunakan metode bootstrapping atau penggandaan secara acak. Oleh karena itu permasalahan mengenai normalitas tidak lagi menjadi masalah, selain terkait normalitas dengan adanya bootstrapping maka SmartPLS 3 tidak mensyaratkan jumlah minimum sampel, sehingga baik penelitian dengan sampel kecil maupun besar dapat tetap menggunakan SmartPLS 3.
Sebelum dilakukan uji hiptesis maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas merupakan sebuah pengukuran untuk mengukur apakah sebuah tes sudah tepat dalam melakukan fungsi ukurnya sesuai apa yang seharusnya diukur (Wijanto, 2008). Uji validitas yang dilakukan menggunakan alat uji CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan menggunakan software SmartPLS 3. Kuesiner dikatakan valid yaitu apabila nilai factor loading ≥ 0,50 dan telah terekstrak sempurna (Ghozali, 2006, 2011).
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji seberapa besar suatu pengukur, mengukur dengan stabil dan konsisten yang besarnya ditunjukkan oleh nilai koefisien reliabilitas (Jogiyanto, 2004). Uji reliabilitas dihitung dengan melihat cronbach’s alpha dalam pengukurannya dengan menggunakan SEM yaitu SmartPLS 3. Cronbach’s alpha merupakan koefisien keandalan yang merujuk pada seberapa baik suatu item secara positif berkorelasi antar item yang mengukur, menurut Sekaran (2013) pengujian realibilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: reliabilitas baik 0,80 – 100, reliabilitas dapat diterima 0,60 – 0,79 dan reliabilitas kurang baik < 0,60.
Grant dan Bateman (2000) menyatakan individu dengan kepribadian proaktif menangkap peluang baru dan menggunakan cara-cara baru dalam melakukan berbagai hal termasuk untuk pengambilan resiko. Kemampuan kewirausahaan tergantung pada kemampuan individu untuk mengambil banyak peran yang berbeda dan mengambil alih karier mereka sendiri secara konsisten sesuai dengan literatur mengenai kepribadian proaktif (Chen et al., 1998). Karyawan dengan kepribadian proaktif menunjukkan kreativitas dalam pekerjaan mereka, sehingga orang dengan kepribadian proaktif memiliki potensi diri yang lebih untuk menjadi kreatif ketika pekerjaan mereka memerlukan kreativitas tinggi (Kim, Hon & Lee, 2010). Oleh karena itu, diharapkan kepribadian proaktif akan berpengaruh positif dengan kesadaran diri untuk berwirausaha dan bahwa pengaruh ini akan dimediasi oleh efikasi diri kreatif karena orang yang sangat proaktif akan merasa mampu melakukan peran yang luas. Fuller et al., (2018) juga menemukan bahwa keperibadian proaktif berpengaruh positif pada efikasi diri kewirausahan melalui efikasi diri kreatif. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H1: Efikasi diri kreatif memediasi sebagian pengaruh kepribadian proaktif pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Sumber potensial lain dari self-efficacy untuk pengusaha yang potensial adalah efikasi diri pembelajaran yang mewakili keyakinan individu bahwa ia memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi (Potosky & Ramakrishna, 2002) dan cenderung meningkatkan keterlibatan dalam pembelajaran tugas (Schunk, 1989). Orang-orang yang percaya bahwa mereka memiliki kapasitas untuk belajar dan beradaptasi cenderung menggunakan proses kognitif yang memfasilitasi pembelajaran, latihan, penalaran, dan informasi pengorganisasian secara mental (Warr & Bunce, 1995). Keyakinan bahwa mereka dapat mempelajari tugas yang terkait dengan penciptaan usaha, manajemen, dan keunggulan kompetitif sebelum membentuk kesadaran diri untuk berwirausaha diperlukan untuk pengusaha potensial (Hagen, Tootoonchi & Hassan, 2005). Individu proaktif percaya pada kemampuan mereka untuk belajar dan beradaptasi yang sangat penting untuk pengembangan kesadaran diri untuk berwirausaha. Karena individu yang memiliki kepribadian proaktif yang tinggi berorientasi pada pembelajaran dan termotivasi untuk mengambil keuntungan dari kesempatan belajar (Mayor, Turner & Fletcher, 2006). Hal ini didukung oleh hasil penemuan Fuller et al., (2018) yang menyatakan bahwa kepribadian proaktif berpengaruh positif terhadap efikasi diri kewirausahaan melalui efikasi diri pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H2: Efikasi diri pembelajaran memediasi sebagian pengaruh kepribadian proaktif pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Sifat daya saing berkaitan dengan kemampuan individu untuk berimprovisasi dan mengembangkan solusi baru untuk masalah (Stewart, Carland, Watson & Sweo, 2003). Selain itu, sifat daya saing sangat terkait dengan upaya efikasi diri kreatif (Wang & Netemeyer, 2002), karena, sifat daya saing individu bergantung pada mencari pengetahuan dan keterampilan baru yang menunjukkan sifat daya saing sangat terkait dengan efikasi diri kreatif (Wang & Netemeyer, 2002). Dari uraian tersebut, muncul hipotesis yaitu:
H3: Efikasi diri kreatif memediasi sebagian pengaruh sifat daya saing pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Sifat daya saing mendorong upaya yang meningkatkan kinerja (Krishnan, Netemeyer & Boles, 2002). Sifat daya saing mempunyai pengaruh positif dengan kesadaran diri untuk berwirausaha karena orang yang kompetitif semakin mungkin percaya bahwa mereka dapat bersaing di bidang kewirausahaan. Selain itu, sifat daya saing sering dikaitkan dengan adaptasi strategi pembelajaran (King, McInerney & Watkins, 2012), karena sifat daya saing individu bergantung pada usaha individu dalam mencari pengetahuan dan keterampilan baru yang menunjukkan sifat daya saing yang terkait dengan efikasi diri pembelajaran (Wang & Netemeyer, 2002). Hal ini juga didukung oleh Fuller et al., (2018) yang menemukan bahwa efikasi diri pembelajaran memediasi pengaruh sifat daya saing pada efikasi diri kewirausahaan. Sehingga muncul hipotesis sebagai berikut:
H4: Efikasi diri pembelajaran memediasi sebagian pegaruh sifat daya saing pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Dari perspektif kognitif sosial, semakin banyak individu percaya pada kemampuan mereka untuk berhasil melakukan tugas dan peran seorang pengusaha, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengejar tindakan kewirausahaan (Zhao, Seibert & Hills, 2005). Efikasi diri mempengaruhi berbagai pola pemikiran termasuk pemikiran antisipatif, keyakinan itu yang menyebabkan individu untuk membangun simulasi kognitif tentang bagaimana rasanya melakukan tugas dalam pencarian (Wood & Bandura, 1989). Anticipatory entrepreneurial cognitions mencakup spektrum pemikiran yang luas yang berpusat pada penemuan, eksplorasi, dan menguji potensi seseorang untuk menjadi wirausahawan. Individu secara kognitif mengeksplorasi bagaimana rasanya menjadi pengusaha dalam berbagai cara seperti menguji asumsi, simulasi berbagai aspek menjalankan bisnis, dan mencoba menemukan hambatan potensial untuk memulai bisnis. Eksplorasi kognitif dari ranah kewirausahaan juga termasuk mencari, menilai, dan secara kognitif membangun peluang kewirausahaan (Krueger, 2000). Hal ini juga didukung oleh Fuller et al., (2018) yang menemukan bahwa anticipatory entrepreneurial cognitions memediasi pengaruh efikasi diri kewirausahaan pada niat berwirausaha. Sehingga diperoleh hipotesis terakhir sebagai berikut: H5: Anticipatory entrepreneurial cognitions memediasi pengaruh efikasi diri kewirausahaan pada niat berwirausaha mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan hipotesis penelitian maka kerangka penelitian pengaruh kepribadian proaktif, efikasi diri dan Anticipatory entrepreneurial cognitions dalam membentuk niat berwirausaha mahasiswa di Universitas Sebelas Maret sebagaimana pada Gambar. 1
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Sumber: Fuller et al., 2018
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada saat pengumpulan data, kuesioner disebarkan kepada 800 mahasiswa, kemudian kuesioner yang kembali sebanyak 781 dan yang dapat diolah sebanyak 610 kuesioner. Dari 610 kuesioner yang valid kemudian diolah dalam proses penelitian yang selanjutnya.
Responden dalam penelitian ini di dominasi oleh perempuan dengan jumlah 407 atau 66,7% dari total 610 responden untuk sisanya adalah responden laki-laki dengan jumlah 203 atau 33,3%. Reponden dalam penelitian ini di dominasi oleh kelompok responden dengan usia 20-22 tahun dengan jumlah sebanyak 448 atau sebesar 73,5% kemudian sebanyak 107 atau 17,5% responden untuk responden dengan kelompok usia 17-19 tahun, dan sebanyak 55 atau 9% responden untuk responden dengan kelompok usia 23-25 tahun. Responden dalam penelitian ini sebanyak 610 mahasiswa dari 10 fakultas yang ada di Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang di dominasi oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebanyak 174 mahasiswa atau sebesar 28,5% dari total 610 mahasiswa. Selanjutnya yaitu Fakultas Kedokteran sebanyak 65 mahasiswa atau sebesar 10,7%, Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian masing-masing sebanyak 57 mahasiswa atau sebesar 9,3%, Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik masing-masing sebanyak 55 mahasiswa atau sebesar 9,0%,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebanyak 46 mahasiswa atau sebesar 7,5%, Fakultas Hukum sebanyak 41 mahasiswa atau sebesar 6,7%, Fakultas Ilmu Budaya sebanyak 38 mahasiswa atau sebesar 6,2%, dan Fakultas Seni Rupa dan Desain sebanyak 22 mahasiswa atau sebesar3,6%. Responden dalam penelitian ini di dominasi oleh mahasiswa S1 sebanyak 501 atau sebesar 82,1% dari total 610 responden. Kemudian sebanyak 88 atau sebesar 14,4% untuk responden dari tingkatan D3, sebanyak 15 atau sebesar 3,5% untuk reponden dengan tingkatan lainnya. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh mahasiswa yang tidak bekerja secara full-time maupun part-time yaitu sebanyak 428 mahasiswa atau sebesar 70,2% dan sebanyak 182 mahasiswa atau sebesar 29,8% mahasiswa yang sedang bekerja baik full-time maupun part-time. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh mahasiswa yang orang tuanya tidak memiliki usaha yaitu sebanyak 317 mahasiswa atau sebesar 52% dan sebanyak 293 atau sebesar 48% mahasiswa orang tuanya memiliki usaha.Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dalam dua kali pengujian dengan memasukkan 61 item pernyataan yang digunakan. Dalam penelitian ini, terdapat 8 item pernyataan yang dihilangkan karena tidak terekstrak secara sempurna, antara lain adalah PP3, PP6, PP9, PP17, TC3, LSE2, ESE17, ESE19. Dengan demikian tersisa 53 item pernyataan yang valid karena telah memenuhi syarat uji validitas yaitu terekstrak secara sempurna dalam 7 factor loading yang memiliki nilai > 0,50 (Ghozali, 2006).
Hasil uji reabilitas sifat daya saing dan efikasi diri pembelajaran memiliki nilai Cronbach’s Alpha yaitu 0,665 dan 0,791. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat reabilitas variabel tersebut dapat diterima karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang telah memenuhi kategori yaitu lebih dari 0,60. Sedangkan, tingkat reabilitas variabel kepribadian proaktif, efikasi diri kreatif, efikasi diri kewirausahaan, anticipatory entrepreneurial cognitions, dan niat berwirausaha memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,80 sehingga variabel tersebut termasuk kategori dengan tingkat reabilitias baik.
Pengujian model dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SmartPLS 3. Hasil pengujian model struktural pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1. Pengukuran kesesuaian model penelitian pada Partial Least Square dapat dilihat dari nilai Goodness of Fit (Tennenhaus et al., 2005). Nilai GoF dapat dihitung dengan cara akar dari hasil perkalian
AVE dengan R2. Dengan demikian, perhitungan nilai GoF dalam penelitian ini adalah 0,510 dikalikan 0,553 yang mana hasilnya diakarkan dan didapatkan nilai GoF 0,531. Besaran GoF memiliki rentang nilai 0 < GoF < 1, nilai GoF semakin mendekati angka 1 berarti model penelitian dinilai semakin baik. Menurut Wetzels et al., (2005) terdapat tiga kategori nilai GoF yaitu; nilai GoF 0,1 – 0,25 dianggap cukup, 0,25 – 0,36 dianggap sedang, dan GoF ≥ 0,36 dianggap besar. Nilai GoF menyatakan validitas model PLS secara keseluruhan. Nilai GoF yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,531 yang mana nilai tersebut melebihi nilai cut off untuk kategori ukuran besar R2 yaitu 0,36. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki nilai validasi model yang baik
Tabel 1. Hasil Pengujian Model
Variabel |
AVE |
R2 |
PP |
0,370 |
- |
TC |
0,392 |
- |
CSE |
0,612 |
0,607 |
LSE |
0,493 |
0,555 |
ESE |
0,535 |
0,470 |
AEC |
0,563 |
0,574 |
EI |
0,605 |
0,561 |
Rata-rata |
0,510 |
0,553 |
Keterangan: PP (Kepribadian proaktif), TC (Sifat Daya Saing), CSE (Efikasi Diri Kreatif), LSE (Efikasi Diri Pembelajaran), ESE (Efikasi Diri Kewirausahaan), AEC (Anticipatory Entrepreneurial Cognitions), EI (Niat Berwirausaha)
Gambar 2. Hasil Uji Bootstrapping
Keterangan: PP (Kepribadian proaktif), TC (Sifat Daya Saing), CSE (Efikasi Diri Kreatif), LSE (Efikasi Diri Pembelajaran), ESE (Efikasi Diri Kewirausahaan), AEC (Anticipatory Entrepreneurial Cognitions), EI (Niat Berwirausaha)
Pengujian model struktural juga didukung dengan nilai Q2 predictive relevance yang merupakan pengukuran untuk model struktural dalam mengetahui seberapa baik nilai
observasi yang dihasilkan oleh model penelitian dan juga estimasi parameternya. Nilai Q2 predictive relevance yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 0,983. Menurut Michael dan Andreas (2004) menyatakan bahwa nilai Q2 dikatakan semakin baik jika mendekati angka 1. Berdasarkan perhitungan rumus Q2 didapatkan nilai sebesar 0,983, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini dianggap baik atau fit.
Hasil uji bootstrapping dari penelitian ini dinilai signifikan yang dapat dilihat di gambar 2. Hal ini dapat dilihat dari persyaratan signifikansi bootsraping yaitu p-value < 0,05 dan t-statistic > 1,96. Nilai t-statistic atau path coefficients digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh langsung antar variabel dalam model struktural pengujian hipotesis yang terdapat pada penelitian. Pengujian hipotesis dapat dilihat dari t-statistic dan p values, pengaruh antar variabel akan dianggap signifikan jika memiliki p values < 0,05 dan nilai t-statistic > 1,96. Selain itu, original sample yang bernilai positif berarti hipotesis berpengaruh positif, sedangkan jika original sample bernilai negatif maka hipotesis berpengaruh negative.
Tabel 2. Path Analysis
Hipotesis |
Original Sample (O) |
T Statistics (|O/STDEVI) |
P Values |
Keterangan |
PP -> CSE |
0,626 |
19,631 |
0,00 |
Signifikan |
PP -> LSE |
0,546 |
14,158 |
0,00 |
Signifikan |
TC -> CSE |
0,085 |
2,633 |
0,01 |
Signifikan |
TC -> LSE |
0,150 |
4,039 |
0,00 |
Signifikan |
CSE -> ESE |
0,388 |
9,392 |
0,00 |
Signifikan |
LSE -> ESE |
0,322 |
7,393 |
0,00 |
Signifikan |
ESE -> AEC |
0,700 |
24,219 |
0,00 |
Signifikan |
AEC -> EI |
0,664 |
21,973 |
0,00 |
Signifikan |
Keterangan: PP (Kepribadian proaktif), TC (Sifat Daya Saing), CSE (Efikasi Diri Kreatif), LSE (Efikasi Diri Pembelajaran), ESE (Efikasi Diri Kewirausahaan), AEC (Anticipatory Entrepreneurial Cognitions), EI (Niat Berwirausaha)
Tabel 2 merupakan hasil uji pengaruh langsung antar variabel yang ada pada penelitian ini walaupun tidak dibahas dalam hipotesis. Hasil pengujian ini akan memperlihatkan runtutan dari hipotesis mediasi yang ada. Tabel 2 menunjukkan pengaruh antara kepribadian proaktif pada efikasi diri kreatif memiliki nilai t- statistics sebesar 19,631, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,626. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara kepribadian proaktif pada efikasi diri kreatif. Pengaruh antara kepribadian proaktif pada efikasi diri pembelajaran memiliki nilai t-statistics sebesar 14,158, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,546. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara kepribadian proaktif pada efikasi diri pembelajaran. Pengaruh antara sifat daya saing pada efikasi diri kreatif memiliki nilai t-statistics sebesar 2,633, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,085. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara sifat
daya saing pada efikasi diri kreatif Pengaruh antara sifat daya saing pada efikasi diri pembelajaran memiliki nilai t-statistics sebesar 4,039, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,150. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara sifat daya saing pada efikasi diri pembelajaran. Pengaruh antara efikasi diri kreatif pada efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 9,392, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,388. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara efikasi diri kreatif pada efikasi diri kewirausahaan. Pengaruh antara efikasi diri pembelajaran pada efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 7,393, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,322. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara efikasi diri pembelajaran pada efikasi diri kewirausahaan. pengaruh antara efikasi diri kewirausahaan pada anticipatory entrepreneurial cognitions memiliki nilai t-statistics sebesar 24,219, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,700. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara efikasi diri kewirausahaan pada anticipatory entrepreneurial cognitions. Pengaruh antara anticipatory entrepreneurial cognitions pada niat berwirausaha memiliki nilai t-statistics sebesar 21,973, p value sebesar 0,00 serta nilai original sample sebesar 0,664. Hasil nilai t-statistics menunjukkan bahwa nilai t-statistic tersebut lebih besar dari 1,96, p value sebesar lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara anticipatory entrepreneurial cognitions pada niat berwirausaha.
Pengujian mediasi dilakukan dengan rumus Sobel Test dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan pengaruh tidak langsung dari variabel independen pada variabel dependen melalui variabel mediasi. Menurut Ghozali (2011) variabel mediasi dianggap memediasi hubungan antar variabel secara signifikan apabila telah memenuhi syarat yaitu memiliki nilai sobel test > 1,96 serta memiliki nilai two-tailed probability < 0,05. Hair et al. (2010) menyatakan bahwa terdapat langkah-langkah untuk mengetahui sifat variabel mediasi yaitu dengan sebagai berikut: Pertama, memeriksa pengaruh langsung variabel independen terhadap variabel dependen dengan melibatkan variabel mediasi pada model (Efek A). Kedua, memeriksa pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi (Efek C). Ketiga, Memeriksa pengaruh variabel mediasi terhadap variabel dependen (Efek D).
Tabel 3 menunjukkan nilai sobel test statistic sebesar 3,954 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu >1,96 dan menunjukkan bahwa nilai two-tailed probability sebesar 0,00 yang mana telah memenuhi syarat yaitu <0,05. Hal tersebut berarti pengaruh antara kepribadian proaktif dan efikasi diri kewirausahaan secara signifikan dimediasi oleh efikasi diri kreatif. Hasil uji mediasi menunjukkan bahwa variabel kepribadian proaktif terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 13,376 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek A berarti signifikan. Variabel kepribadian proaktif terhadap efikasi diri kreatif memiliki nilai t-
statistics sebesar 21,245 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek C berarti signifikan. Variabel efikasi diri kreatif terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 4,007 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek D berarti signifikan. Hal tersebut berarti Efek A, C, dan D signifikan, sehingga efikasi diri kreatif memediasi sebagian pengaruh antara kepribadian proaktif dan efikasi diri kewirausahaan. Dengan hasil ini maka hipotesis 1 terdukung.
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis | ||||||||
Variabel |
Original Sample (O) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Sobel Test |
Two Tailed |
Keterangan Efek A, C, D |
Sifat Mediasi | |
PP -> CSE -> ESE |
PP -> ESE |
0,586 |
13,376 |
0,00 |
Mediasi Sebagian | |||
PP -> CSE |
0,667 |
21,245 |
0,00 |
3,954 |
0,00 |
Signifikan | ||
CSE -> ESE |
0,181 |
4,007 |
0,00 | |||||
PP -> LSE -> ESE |
PP -> ESE |
0,597 |
16,197 |
0,00 |
Mediasi Sebagian | |||
PP -> LSE |
0,617 |
15,993 |
0,00 |
3,878 |
0,00 |
Signifikan | ||
LSE -> ESE |
0,176 |
4,004 |
0,00 | |||||
TC -> CSE -> ESE |
TC -> ESE |
0,245 |
6,350 |
0,00 |
Mediasi Sebagian | |||
TC -> CSE CSE -> ESE |
0,380 0,479 |
7,293 12,633 |
0,00 0,00 |
6,322 |
0,00 |
Signifikan | ||
TC -> LSE -> ESE |
TC -> ESE |
0,247 |
6,682 |
0,00 |
Mediasi Sebagian | |||
TC -> LSE |
0,409 |
7,706 |
0,00 |
6,350 |
0,00 |
Signifikan | ||
LSE -> ESE |
0,447 |
11,151 |
0,00 | |||||
ESE -> AEC -> EI |
ESE -> EI |
0,317 |
6,765 |
0,00 |
Mediasi Sebagian | |||
ESE -> AEC AEC -> EI |
0,700 0,442 |
22,939 8,983 |
0,00 0,00 |
8,337 |
0,00 |
Signifikan | ||
Keterangan: PP (Kepribadian proaktif), TC (Sifat Daya Saing), CSE (Efikasi Diri Kreatif), LSE (Efikasi Diri Pembelajaran), ESE (Efikasi Diri Kewirausahaan), AEC (Anticipatory Entrepreneurial Cognitions), EI (Niat Berwirausaha) |
Berdasarkan data 3 penghitungan rumus Sobel Test menghasilkan nilai sobel test statistic sebesar 3,878 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 dan menunjukkan bahwa nilai two-tailed probability sebesar 0,00 yang mana telah memenuhi syarat yaitu <0,05. Hal tersebut berarti pengaruh antara kepribadian proaktif dan efikasi diri kewirausahaan secara signifikan dimediasi oleh efikasi diri pembelajaran. Hasil uji mediasi menunjukkan bahwa variabel kepribadian proaktif terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 16,197 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek A berarti signifikan. Variabel kepribadian proaktif terhadap efikasi diri pembelajaran memiliki nilai t-statistics sebesar 15,993 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek C berarti signifikan. Variabel efikasi diri pembelajaran terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 4,004 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek D berarti signifikan. Hal tersebut berarti Efek A, C, dan D signifikan, sehingga efikasi diri pembelajaran memediasi sebagian pengaruh antara kepribadian proaktif dan efikasi diri kewirausahaan. Dengan hasil ini maka hipotesis 2 terdukung
kepribadian proaktif dapat meningkatkan efikasi diri pembelajaran yang kemudian akan meningkatkan efikasi diri kewirausahaan.
Berdasarkan data dari Tabel 3 penghitungan rumus Sobel Test menghasilkan nilai sobel test statistic sebesar 6,322 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 dan menunjukkan bahwa nilai two-tailed probability sebesar 0,00 yang mana telah memenuhi syarat yaitu <0,05. Hal tersebut berarti pengaruh antara sifat daya saing dan efikasi diri kewirausahaan secara signifikan dimediasi oleh efikasi diri kreatif. Hasil uji mediasi menunjukkan bahwa variabel sifat daya saing terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 6,350 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek A berarti signifikan. Variabel sifat daya saing terhadap efikasi diri kreatif memiliki nilai t-statistics sebesar 7,293 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek C berarti signifikan. Variabel efikasi diri kreatif terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 12,633 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek D berarti signifikan. Hal tersebut berarti Efek A, C, dan D signifikan, sehingga efikasi diri kreatif memediasi sebagian pengaruh antara sifat daya saing dan efikasi diri kewirausahaan.Dengan hasil ini maka hipotesis 3 terdukung sifat daya saing dapat meningkatkan efikasi diri kreatif yang kemudian akan meningkatkan efikasi diri kewirausahaan.
Tabel 3 penghitungan rumus Sobel Test menghasilkan nilai sobel test statistic sebesar 6,350 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 dan menunjukkan bahwa nilai two-tailed probability sebesar 0,00 yang mana telah memenuhi syarat yaitu <0,05. Hal tersebut berarti pengaruh antara sifat daya saing dan efikasi diri kewirausahaan secara signifikan dimediasi oleh efikasi diri pembelajaran. Hasil uji mediasi menunjukkan bahwa variabel sifat daya saing terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 6,682 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek A berarti signifikan. Variabel sifat daya saing terhadap efikasi diri pembelajaran memiliki nilai t-statistics sebesar 7,706 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek C berarti signifikan. Variabel efikasi diri pembelajaran terhadap efikasi diri kewirausahaan memiliki nilai t-statistics sebesar 11,151 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek D berarti signifikan. Hal tersebut berarti Efek A, C, dan D signifikan, sehingga efikasi diri pembelajaran memediasi sebagian pengaruh antara sifat daya saing dan efikasi diri kewirausahaan. Dengan hasil ini maka hipotesis 4 terdukung sifat daya saing dapat meningkatkan efikasi diri pembelajaran selanjutnya akan meningkatkan efikasi diri kewirausahaan.
Berdasarkan data dari Tabel 3 penghitungan rumus Sobel Test menghasilkan nilai sobel test statistic sebesar 8,337 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 dan berdasarkan menunjukkan bahwa nilai two-tailed probability sebesar 0,00 yang mana telah memenuhi syarat yaitu <0,05. Hal tersebut berarti pengaruh antara efikasi diri kewirausahaan dan niat berwirausaha secara signifikan dimediasi oleh anticipatory entrepreneurial cognitions. Hasil uji mediasi menunjukkan bahwa variabel efikasi diri kewirausahaan terhadap niat berwirausaha memiliki nilai t-statistics sebesar 6,765 yang
mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek A berarti signifikan. Variabel efikasi diri kewirausahaan terhadap anticipatory entrepreneurial cognitions memiliki nilai t-statistics sebesar 22,939 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek C berarti signifikan. Variabel anticipatory entrepreneurial cognitions terhadap niat berwirausaha memiliki nilai t-statistics sebesar 8,983 yang mana nilai tersebut telah memenuhi syarat yaitu > 1,96 sehingga Efek D berarti signifikan. Hal tersebut berarti Efek A, C, dan D signifikan, sehingga efikasi diri pembelajaran memediasi sebagian pengaruh antara efikasi diri kewirausahaan dan niat berwirausaha. Dengan hasil ini maka hipotesis 5 terdukung efikasi diri kewirausahaan dapat meningkatkan anticipatory entrepreneurial cognitions yang kemudian akan meningkatkan niat berwirausaha. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuller et al. , (2018) terdapat perbedaan dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Hasil
Hipotesis |
Keterangan |
Fuller et al., (2018) |
Penelitian ini |
H1 |
Efikasi diri kreatif memediasi sebagian pengaruh kepribadian proaktif pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret. |
Diterima |
Diterima |
H2 |
Efikasi diri pembelajaran memediasi sebagian pengaruh kepribadian proaktif pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret. |
Diterima |
Diterima |
H3 |
Efikasi diri kreatif memediasi sebagian pengaruh sifat daya saing pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret. |
Ditolak |
Diterima |
H4 |
Efikasi diri pembelajaran memediasi sebagian pegaruh sifat daya saing pada efikasi diri kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret. |
Diterima |
Diterima |
H5 |
Anticipatory entrepreneurial cognitions memediasi pengaruh efikasi diri kewirausahaan pada niat berwirausaha mahasiswa Universitas Sebelas Maret. |
Diterima |
Diterima |
Chi Square |
4647,32 |
6570,64 | |
SRMR |
0,08 |
0,08 |
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama, menunjukkan bahwa efikasi diri kreatif secara signifikan memediasi pengaruh kepribadian proaktif pada efikasi diri kewirausahaan. Seseorang yang memiliki kepribadian proaktif yang cenderung mengidentifikasi banyak peluang yang ada berpengaruh positif terhadap kemampuan efikasi diri kreatif, dan efikasi diri kreatif berpengaruh positif terhadap efikasi diri kewirausahaan. Hasil ini dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan mengidentifikasi peluang yang ada dan mengambil inisiatif untuk mengubah lingkungannya maka akan cenderung memiiki keyakinan diri untuk melakukan hal kreatif yang selanjutnya juga akan meningkatkan keyakinan diri dalam melaksanakan peran dan tugas wirausaha secara efektif dan efisien.
Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa efikasi diri pembelajaran secara signifikan memediasi sebagian pengaruh kepribadian proaktif pada efikasi diri kewirausahaan. Seseorang yang memiliki kepribadian proaktif berpengaruh positif terhadap
kemampuan efikasi diri pembelajaran, dan efikasi diri pembelajaran berpengaruh positif terhadap efikasi diri kewirausahaan. Individu proaktif yang menyukai tantangan akan cenderung untuk belajar tentang banyak hal untuk beradaptasi dengan baik dalam mengerjakan tugas baru sehingga seseorang tersebut memiliki keyakinan diri melaksanakan peran dan tugas wirausaha secara efektif dan efisien.
Pengujian hipotesis ketiga, menunjukkan bahwa efikasi diri kreatif secara signifikan memediasi sebagian pengaruh sifat daya saing pada efikasi diri kewirausahaan. Seseorang yang memiliki sifat daya saing berpengaruh positif terhadap kemampuan efikasi diri kreatif, selanjutnya efikasi diri kreatif akan meningkatkan efikasi diri kewirausahaan individu tersebut. Seseorang memiliki sifat daya saing akan cenderung berusaha menjadi unggul dengan melakukan berbagai improvisasi dalam memecahkan masalah sehingga meningkatkan keyakinan diri mereka dalam melaksanakan hal-hal kreatif yang selanjutnya akan meningkatkan keyakinan diri dalam melaksanakan peran dan tugas wirausaha secara efektif dan efisien.
Pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa efikasi diri pembelajaran secara signifikan memediasi sebagian pengaruh sifat daya saing pada efikasi diri kewirausahaan. Seseorang yang memiliki sifat daya saing berpengaruh positif terhadap kemampuan efikasi diri pembelajaran, selanjutnya efikasi diri pembelajaran akan mempengaruhi efikasi diri kewirausahaan individu tersebut. Seseorang memiliki sifat daya saing yang berfokus pada peningkatan kinerja atau capaian pribadi akan cenderung untuk mencari pengetahuan dan ketrampilan baru yang selanjutnya seseorang tersebut memiliki keyakinan diri untuk melaksanakan peran dan tugas wirausaha secara efektif dan efisien.
Pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa anticipatory entrepreneurial cognitions secara signifikan memediasi sebagian pengaruh efikasi diri kewirausahaan pada niat berwirausaha. Seseorang yang memiliki efikasi diri kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kemampuan anticipatory entrepreneurial cognitions, dan anticipatory entrepreneurial cognitions berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha. Seseorang yang memiliki keyakinan diri untuk dapat menjalankan peran dan tugas wirausaha maka cenderung untuk berupaya untuk mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana rasanya menjadi pengusaha dalam berbagai cara seperti menguji asumsi, simulasi berbagai aspek menjalankan bisnis, dan mencoba menemukan hambatan potensial untuk memulai bisnis sehingga seseorang tersebut akan mampu untuk membuat penilaian maupun mengambil keputusan untuk berkomitmen memulai usaha baru.
SIMPULAN
Berdasarkan hasi pengujian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki kepribadian proaktif dan daya saing memiliki keunggulan untuk memiliki keyakinan diri positif dalam untuk bertindak kreatif dan melakukan pembelajaran tentang pengetahuan dan ketrampilan baru. Keyakinan diri kreatif dan pembelajaran ini akan mempengaruhi keyakinan diri mahasiswa dalam kegiatan yang mendukung kewirausahaan seperti kepercayaan diri dalam melakukan pemasaran, invasi untuk bisnisnya kelak. Hasil ini menunjukkan bahwa keyakinan dan kepercayaan diri mahasiswa bahwa dirinya mampu belajar hal-hal baru dan mampu untuk beradaptasi menjadi hal yang penting untuk
meningkatkan keyakinan diri mereka bahwa mereka mampu menjalankan bisnis sehingga akan dapat mempengaruhi niat mahasiswa untuk menjadi wirausaha. Hasi ini menunjukkan bahwa karakteristik mahasiswa menjadi salah satu penentu seserang untuk ketika memeriksa dasar-dasar efikasi diri calon wirausaha yang dapat digunakan UNS dalam menentukan atau menyeleksi mahasiswa yang program mahasiswa wirausaha yang rutin diadakan di UNS sehingga dihasilkan wirausaha yang kreatif, inovatif dan tangguh dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.
Mahasiswa memiliki efikasi diri kewirausahaan cenderung memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk melakukan peran dan tugas seorang wirausaha. Efikasi diri kewirausahaan dapat mendorong anticipatory entrepreneurial cognitions yaitu keyakinan mahasiswa untuk membuat penilaian maupun mengambil keputusan berdasarkan evaluasi. Dengan demikin, mahasiswa yang memiliki efikasi diri kewirausahaan dan anticipatory entrepreneurial cognitions dapat mendorong niat berwirausaha sehingga mahasiswa cenderung mencerminkan komitmen untuk memulai usaha baru.
Selain itu penelitian ini memberikan temuan baru yang menarik dimana pengenalan kemampuan anticipatory entrepreneurial cognitions menjadi penting untuk membentuk niat mahasiswa menjadi wirausaha. Penemuan ini memberikan pengetahuan baru bahwa mahasiswa tidak hanya berniat menjadi wirausaha karena mereka percaya dapat menjalankan peran menjadi wirausaha namun juga jika mereka secara kognitif melakukan eksplorasi ide wirausaha.
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain hanya dilakukan di Universitas Sebelas Maret dan dilakukan secara cross sectional sehingga generalisasi hati-hati untuk dilakukan. Penelitian ini hanya meneliti karakteristik yang terdapat pada mahasiswa belum menyentuh pada proses yang ada dilakukan oleh universitas sehingga hasil penelitian ini belum banyak memberikan banyak kontribusi kebijakan ataupun program yang dapat dilakukan oleh universitas dalam rangka meningkatkan jumlah wirausaha di Universitas Sebelas Maret.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melibatkan lebih banyak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lain sehingga dapat mencakup lebih banyak responden agar hasil dapat lebih digeneralisasi. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan variabel proses pembentukan wirausaha yang berlangsung di universitas seperti mengkonfirmasi mata kuliah kewirausahaan pada Universitas Sebelas Maret, program pelatihan dan pengembangan kewirausahaan dan sebagainya sudah efektif untuk membentuk niat berwirausaha dalam diri mahasiswa sehingga dapat memberikan implikasi kebijakan yang terukur bagi universitas dalam ranka meningkatkan jumalh mahasiswa wirausaha
REFERENSI
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 179–211.
Ajzen, I. (2002). Perceived behavioural control, self-efficacy, locus of control and the theory of planned behaviour. Journal of Applied Social Psychology, 32(4), 665–683.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia. Data Jumlah Penduduk Indonesia. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/01/12/berapa-jumlah-penduduk-indonesia. Diakses pada 25 April 2018.
Badan Pusat Statistik Indonesia. Data Pengangguran Terbuka.
https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/972/pengangguran-terbuka-menurut-pendidikan-tertinggi-yang-ditamatkan-1986---2019.html. Diakses pada 25 September 2019.
Badan Pusat Statistuk Indonesia. Data Pengangguran Terbuka Menurut Provinsi.
https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/15/981/tingkat-pengangguran-terbuka-tpt-menurut-provinsi-1986---2019.html. Diakses pada 25 September 2019.
Baron, R. A. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Bandura, A. (1997). Self-efficacy (The Exercise Of Control). W. H. Freeman and Company, New York.
Bandura, A. (2007). Much ado over a faulty conception of perceived self-efficacy grounded in faulty experimentation. Journal of Social and Clinical Psychology, 26(6),
641–658.
Bateman, T. S., & Crant, J. M. (1993). The proactive component of organizational behavior: A measure and correlates. Journal of Organizational Behavior, 14(2), 103– 118.
Bjornskov, C., & Foss, N. (2013). How strategic entrepreneurship and the institutional context drive economic growth. Strategic Entrepreneurship Journal, 7, 50–69.
Brown, S. P., Cron, W. L., & Slocum, J. W., (1998). Effects of Trait Competitiveness and Perceived Intraorganizational Competition on Salesperson Goal Setting and Performance. Journal of Marketing, 62(4), 88–98.
Bygrave, W, D. (2003). The Portable MBA Entrepreneurship. Binarupa Aksara, Jakarta.
Carland, J.W., Hoy, F., Boulton, W.R. and Carland, J. A. C. (1984).. Differentiating Entrepreneurs From Small Business Owners: A Conceptualization. Academy of Management Review, 9(2), 354-359.
Chen, C., Greene, P. & Crick, A. (1998). Does Entrepreneurial Self-Efficacy Distinguish Entrepreneurs From Managers?. Journal of Business Venturing, 13(4), 610-316.
Crant, J.M. (1996). The Proactive Personality Scale as a Predictor of Entrepreneurial Intention. Journal of Small Bussines Management, 34, 42-49
Crant, J. M., & Bateman, T. S. (2000). Charismatic leadership viewed from above: The impact of proactive personality. Journal of Organizational Behavior, 21(1), 63–75.
DeNoble, A., Jung D., & Ehrlich, S. (1999). Entrepreneurial Self Efficacy: The Development Of a Measure And Its Relationship To Entrepreneurial Action. In Frontiers Of Entrepreneurship Research, Wellesey MA: Babson College.
Fuller, B., Liu, Y, Bajaba, S., Marler, E.L., & Pratt, J. (2018). Examining How The Personality, Self-efficacy, and Anticipatory Cognitions of Potential Entrepreneurs
Shape Their Entrepreneurial Intentions. Personality and Individual Differences, 125, 120-125.
Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial Least Square (PLS). Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Hair, J. F., Black, W., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis. United Stated of America: Pearson Prentise Hall.
Hisrich, R. D., Peters, M. P., & Shepherd, D. A. (2008). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Hornaday, J. A. and Aboud, J. 1971. Characteristics of successful entrepreneurs. Personnel Psychology, 24, 141-153
Jogiyanto, H. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004-2005, BPFE, Yogyakarta.
King, R. B., McInerney, D. M., & Watkins, D. A. (2012). How you think about your intelligence determines how you feel in school: The role of theories of intelligence on academic emotions. Learning and Individual Differences, 22, 814–819.
https://doi.org/10.1016/j.lindif.2012.04.005
Kreitner, K. (2010). Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill
Krishnan, B.C., Netemeyer, R.G and Boles, J.S. (2002) Self-Efficacy, Competitiveness, And Effort As Antecedents Of Salesperso n Performance Study in cellular phone company 115 southeastern United States. The Journal of Personal Selling and Sales Management. 22, 285-295.
Krueger, N. F. (1993). The Impact of Prior Entrepreneurial Exposure on Perceptions of New Venture Feasibility and Desirability. Entrepreneurship Theory and Practice, 18, 5–21.
Krueger & Brazeal, (1994). Entrepreneurial potential and potential entrepreneurs. Entrepreneurship Theory and Practice, 18, 91–104.
Krueger, N. F. (2000). The Cognitive Structure of Opportunity Emergence. Entrepreneurship Theory and Practice, 25, 5–23.
Lado, A. A., & Vozikis G. S. (1996). Transfer of Technology to Promote Entrepreneurship in Developing Countries: An Integration and Proposed Framework. Entrepreneurship Theory and Practice, 21, 55–72.
Lambing, P. & Charles R. K. (2000). Entrepreneurship Second Edition. Prentice Hall, New Jersey.
Lee, L., Wong, P. K., Foo, M. D., & Leung, A. (2011). Entrepreneurial intentions: The influence of organizational and individual factors. Journal of Business Venturing, 26, 124–136.
Nickerson, R. (1999). The Teaching of Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Major, D. A., Turner, J. E., & Fletcher, T. D. (2006). Linking proactive personality and the Big Five to motivation to learn and development activity. Journal of applied psychology, 91, 927.
Porter, M. E. (1990). Competitive Strategy. Technique For Analysing Industries and Competitors. The Free Press, New York.
Michael, H. & Andreas, M. K. (2004). A Beginner's Guide to Partial Least Square Analysis. Lawrence Erlbaum Association, Inc.
Potosky, D., and Ramakrishna, H. V. (2002). The Moderating Role of Updating Climate Perceptions in The Relationship Between Goal Orientation, Self-Efficacy, and Job Performance. Human Performance, 15, 275–297.
Purwanto, N. (1990). Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Riani, A. L. (2005). Dasar-Dasar Kewirausahaan. UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press), Surakarta.
Robbins S.P., & Judge. (2007). Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.
Schunk, D. H. (1989). Self-efficacy and cognitive achievement implications for students with learning problems. Journal of Learning Disabilities, 22, 14– 22.
Seibert, S. E., Crant, J. M., & Kraimer, M. L. (1999). Proactive Personality and Career Success. Journal of Applied Psychology, 84, 416–427.
Sekaran, U. and Bougie, R. (2013). Research Methods for Business. Wiley, United Kingdom
Shane, S., & Venkatraman, S. (2000). The Promise of Entrepreneurship as a Field of Research. Academy of Management Review, 25, 217.
Shapero, A. and Sokol, L. (1982): Social dimensions of entreprenurship. Kent, C.A., Sexton, D.L. and Vesper, K.H. (eds.): Encyclopaedia of entrepreneurship, Prentice Hall, Englewood Cliffs (NJ).
Steward, W. H. (2001). Risk Peopensity Differences Between Entrepreneur and Managers: A Meta-Analytic Review. Journal of Applied Psycology, 86, 145-153.
Stewart, Jr. W. H., Carland J. C., Carland J.W., Watson W. E. & Sweo R. (2003). Entrepreneurial Dispositions and Goal Orientations: A Compative Exploration of United States and Russian Entrepreneurs. Journal of Small Business Management, 41(1), 27-46.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat, Jakarta.
Tenenhaus, M., Vinzi V. E., Chatelin, Y. & Lauro, C. 2005. PLS Path Modeling.
Computational Statistics & Data Analysis, 48(1), 159-364.
Tierney, P. A. & Farmer, S. M. (2002). Creative Self-Efficacy: Its Potential Antecedents and Relationship to Creative Performance. Academy of Management Journal, 45(6), 1137– 1148.
Tambunan, T. H. 2001. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia, Jakarta.
Van Praag, C. M. & Versloot P. H. (2007). What Is the Value of Entrepreneurship? A Review of Recent Research. Small Business Economics, 29(4), 351–382.
Walgito, B. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit Andi, Jakarta.
Warr, P., & Bunce, D. (1995). Trainee characteristics and the outcomes of open
learning. Personnel Psychology, 48(2), 347–375.
Wang, G. & Netemeyer R.G. (2002). The Effects of Job Autonomy Customer Demandingness, and Trait Competitiveness on Salesperson Learning, Self-Efficacy, and Performance. Journal ofthe Academy of Marketing Science, 30, 217 228.
Wetzels, M., Odekerken-Schroder, G., & Van Oppen, C. (2009). Using PLS path modeling for assessing hierarchical construct models: guidelines and empirical illustration. MIS Q, 33 (1), 177-195.
Wijanto, S. H. 2008. Structural Equation Modeling. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wood, R. E & Bandura, A. (1989). Social cognitive theory of organizational management. Academy of Management Review, 14, 361-384.
Zhao, H., Seibert, S. E., & Hills, G. E. (2005). The Mediating Role of Self-Efficacy in The Development of Entrepreneurial Intentions. Journal of Applied Psychology, 90(6), 1265–1272.
Zimmerer, T W & Scarborough N M. (2008). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta:Selemba Empat
Discussion and feedback