Implikasi penerapan protokol CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability) dalam bidang akomodasi pada kapal pinisi di labuan bajo di era pandemi covid-19
on
JURNAL KEPARIWISATAAN DAN HOSPITALITAS
Vol 5, No 2, November 2021.
Implikasi penerapan protokol CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability) dalam bidang akomodasi pada kapal pinisi di labuan bajo di era pandemi covid-19
Retno Juwita Sari1, Pande Putu Juniarta2, I Putu Ryan Darma3
Program Studi S1-Pariwisata, Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional
Jl. Kecak Gatot Subroto Timur no.12, Denpasar, kodepos: 80239
Telp/fax: (0361) 426699 [email protected]
Abstrak
Pandemi yang terjadi hampir dua tahun ini turut merubah arah kebijakan pariwisata di Indonesia, pemerintah memfokuskan upaya agar sektor kepariwisataan pulih kembali melalui penerapan protokol kesehatan secara disiplin yang secara gencar dilaksanakan melalui berbagai bentuk sosialisasi hingga pelaksanaan sertifikasi berbagai bidang usaha kepariwisataan. Begitupun Labuan Bajo, terus berupaya meningkatkan lagi kepercayaan wisatawan untuk datang kembali dengan memperhatikan protokol kesehatan secara disiplin. Kemenparekraf/Baparekraf berinisiatif menyusun panduan protokol kesehatan berbasis CHSE di masing-masing bidang pariwisata, termasuk sektor akomodasi. Hal ini dilakukan mengingat protokol kesehatan berbasis CHSE memiliki peranan penting untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata, terutama di bidang akomodasi. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus tentang bagaimana implikasi penerapan CHSE pada kapal-kapal wisata phinisi yang ada di Labuan Bajo. Hasil dari analisis penerapan CHSE yaitu berupa keberhasilan dari ketiga kapal dalam mengimplementasikan konsep CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Encironmental Sustainability) meskipun belum tersertifikasi CHSE oleh Kemenparekraf. Namun pada penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environmental Sustainability) semua poin pada penerapan ini sangat memiliki protokol kesehatan yang sudah memenuhi kriteria sehinggga para wisatawan dapat berkunjung dengan nyaman dan aman berkunjung ke Labuan Bajo dengan kapal pinisi sebagai pilihan akomodasi yang tepat.
Kata Kunci : CHSE, Akomodasi, Kapal Pinisi
Abstract
The pandemic that has occurred for almost two years has also changed the direction of tourism policy in Indonesia, the government is focusing on the tourism sector through the application of health protocols in a disciplined manner which is intensively carried out through various forms of socialization to the implementation of certification in various tourism business fields. Likewise Labuan Bajo, continues to strive to increase the confidence of tourists to come back by paying attention to health pro tocols in a disciplined manner. Kemenparekraf/Baparekraf took the initiative to develop CHSE-based health protocol guidelines in each tourism sector, including the accommodation sector. This is done considering that the CHSE-based health protocol has an important role to revive the tourism sector, especially in the accommodation sector. In this study, the researchers focused on the implications of implementing CHSE on phinisi tourist ships in Labuan Bajo. The results of the analysis of the application of CHSE are the success of the three ships in implementing the CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) concept even though they have not been certified CHSE by the Ministry of Tourism and Creative Economy. However, in the implementation of CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) all points in this application have health protocols that have met the criteria so that tourists can visit Labuan Bajo comfortably and safely by phinisi boat as the right choice of accommodation.
Keywords: CHSE, Accommodation, Phinisi
Labuan Bajo yang menjadi salah satu destinasi wisata super prioritas ini memiliki daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung. Mulai dari melihat hewan purba yang satu-satunya dimiliki oleh Indonesia, yaitu Komodo, lalu terdapat pulau-pulau cantik nan menawan yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo, gugusan perbukitan, biru dan jernihnya lautan, serta pantai
yang indah. Jika biasanya setiap kali berkunjung ke suatu destinasi para wisatawan menginap di homestay, hotel bahkan villa, namun berbeda dengan Labuan Bajo, para wisatawan memiliki ketertarikan tersendiri akan sensasi berlayar dan menginap menggunakan kapal pinisi. Kapal ini berfungsi sebagai akomodasi terapung atau yang sering disebut dengan Live on Board (LoB), sekaligus sebagai transportasi berwisata dari satu pulau ke pulau lain (island hopping) bagi wisatawan yang berkunjung di kawasan Taman Nasional Komodo.
Namun pada awal tahun 2020 pandemi virus corona berdampak luas pada industri pariwisata di seluruh dunia, hal ini disebabkan karena menurunnya wisatawan domestik maupun mancanegara. Anjloknya penurunan permintaan ini disebabkan oleh pemberlakuan berbagai pembatasan perjalanan oleh banyak negara yang berusaha membendung penyebaran dan penularan virus yang bisa berakibat fatal itu. Indonesiapun juga tidak luput dari imbas merosotnya industri pariwisata akibat pandemi ini.. Sebagai satu dari 5 destinasi pariwisata super prioritas, Labuan Bajo terus berbenah. Seiring penanganan Covid-19 oleh pemerintah dan telah diterapkannya kebiasaan baru (new normal), berbagai sektor pun mulai menunjukkan aktivitasnya, tak terkecuali sektor pariwisata. Dampak tersebut telah dialami oleh para pelaku industri pariwisata khususnya pada sektor akomodasi kapal wisata Pinisi di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo.
Ketika pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan bahwa destinasi-destinasi wisata dibuka kembali, sejumlah pihak baik pemerintah daerah dan para pelaku usaha di bidang pariwisatapun menyambut hangat kebijakan tersebut. Dengan mematuhi berbagai protokol kesehatan, pariwisata Labuan Bajo siap menyambut kembali para wisatawan. Hal ini diperkuat dengan adanya kebijakan penerapan CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability) pada pelaku usaha kapal-kapal wisata pinisi.
Pandemi yang terjadi hampir dua tahun ini turut merubah arah kebijakan pariwisata di Indonesia, pemerintah memfokuskan upaya agar sektor kepariwisataan pulih kembali melalui penerapan protokol kesehatan secara disiplin yang secara gencar dilaksanakan melalui berbagai bentuk sosialisasi hingga pelaksanaan sertifikasi berbagai bidang usaha kepariwisataan. Begitupun Labuan Bajo, terus berupaya meningkatkan lagi kepercayaan wisatawan untuk datang kembali dengan memperhatikan protokol kesehatan secara disiplin.
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus tentang bagaimana tahapan penerapan dan implikasi penerapan CHSE pada kapal-kapal wisata pinisi yang ada di Labuan Bajo.
-
2. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini pada kapal phinisi yang terletak di Labuan Bajo. Pada penelitian ini menggunakann penelitian berjenis deskriptif kualitatif Menurut Sugiyono (2018, hal. 213), metode kualitatif merupakan penelitian yang lebih spesifik, sistematis, terstruktur serta terencana. Data kualitatif akan menjadi instrumen dalam penelitian yang di mana peneliti harus memiliki bekal teori serta wawasan yang luas sehingga penelitian akan mampu di analisis, bertanya serta mengkaji objek penelitian yang dipilih sehinga jelas, terfokus dan bermakna dengan teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara secara mendalam kepada informan serta melakukan studi pustaka terkait dengan teori penerapan CHSE pada akomodasi kapal phinisi. Menurut Sugiyono (2016, hal. 335) Penelitian menggunakan teknik analisis teknik analisis data secara interaktif yang merupakan pencarian serta penyusunan data sistematis dalam penyusunan data yang didapatkan dari lapangan serta menjabarkan data yang akan disusun kemudian mengkaji simpulan agar dapat dipahami. Analisis pada penelitian ini menggunakan triangulasi data yang dimulai dari observasi lapangan, pengambilan data kemudian reduksi data dalam mendukung penelitan ini.
-
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
3.1 Hasil
-
Penerapan CHSE Kapal Phinisi di Labuan Bajo
Pemerintah menetapkan Labuan Bajo (Ibukota Kabupaten Manggarai Barat) sebagai 10 destinasi wisata prioritas nasional. Penetapan ini menjadi anugerah bagi

pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Manggarai Barat. Sebagai anugerah Kabupaten Manggarai Barat Mendapat prioritas dan perhatian dari pemerintah pusat dalam pembangunan atraksi, akseptabilitas, dan amnesti pariwisata. Kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif memiliki perhatian besar dalam memasarkan daya Tarik wisata serta budaya Kabupaten Manggarai Barat keseluruh pelosok dunia, mendukung event promosi pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat. Labuan Bajo sebagai destinasi prioritas mendorong para investor, baik nusantara maupun mancanegara untuk berinvestasi di Labuan Bajo sehingga pertumbuhan sector usaha jasa pariwisata dan pusat-pusat/sentra ekonomi terlihat signifikan.
Disematkannya Labuan Bajo menjadi salah satu destinasi wisata premium Indonesia, menjadikan Labuan Bajo beberapa tahun terakhir ini begitu booming di telinga wisatawan. Tidak heran jika para wisatawan rela datang jauh-jauh untuk mengunjungi pulau surga tersebut. Selain keindahan pulaunya, daya tarik Labuan Bajo adalah merasakan sensasi berlayar dan menginap mengelilingi pulau menggunakan kapal Phinisi. Tidak heran jika wisatawan rela merogoh kocek untuk menikmati segala fasilitas yang disediakan oleh pihak kapal. Penelitan ini menggunakan 3 buah kapal phinisi yang akan dikaji serta merupakan yang beroperasi untuk pengadaan fasilitas akomodasi di Labuan Bajo. Terdapat tiga tipe kapal pinisi yang dapat disewa oleh wisatawan saat berkunjung ke Labuan Bajo dan tiap-tiap kapalpun memiliki fasilitas dan kapasitas penumpang yang berbeda-beda. Pertama, ada kapal pinisi tipe Regular. Kapal tipe ini adalah kapal premium biasa. Kapal ini memiliki kapasitas penumpang hanya 10 orang, serta dilengkapi empat kabin. Kedua, kapal pinisi tipe Premium. Sekilas, kapal pinisi premium terlihat sama dengan yang tipe reguler. Namun, fasilitas yang dimiliki hampir sama dengan tipe pinisi Luxury. Penataan kamarnya dibuat sangat berkelas dan pelayanannya begitu berkualitas. Pinisi premium ini memiliki tujuh kabin dan bisa mencapai kapasitas 20 penumpang. Ketiga adalah kapal pinisi tipe Luxury. Jenis kapal ini memiliki harga sewa yang fantastis. Kapal mewah ini memberikan fasilitas nyaman layaknya hotel bintang 5. Hal itu dapat dirasakan dari desain kabin yang begitu elegant, fasilitas dapur yang lengkap, sajian makanan mewah nan lezat untuk para tamu. Bahkan, terdapat area makan indoor maupun outdoor. Meski berlabel termewah, kapal pinisi tipe luxury mampu menapung 15 orang dan hanya memiliki 5-6 kabin. Kapal Phinisi yang akan peneliti analisis yaitu Kapal pinisi Zada, kapal pinisi Kajoma dan kapal pinisi Vinca Voyages.
Saat ini perkembangan pariwisata terlebih pada bidang akomodasi terihat pada peningkatan kapal phinisi yang juga menjadi saran pilihan akomodasi bagi wisatawan domestik maupun mancanegara dengan berbagai tipe. Kapal Phinisi pada saat pandemi juga harus menerapkan protokol kesetahan dimasa pandemic saat ini. Banyak hal yang menjadi tinjauan untuk menerapkan protokol konsep CHSE untuk mendukung pariwisata di bidang akomodasi pada kapal pinisi, yaitu kapal pinisi Zada, kapal pinisi Vinca Voyages, dan kapal pinisi Kajoma.
Berdasarkan data Tahapan penerapan protokol CHSE dalam bidang akomodasi pada kapal wisata Phinisi di Taman Nasional Komodo Labuan Bajo di era pandemi Covid-19.
a.
b. c. d. e. f.
Wisatawan yg datang berkunjung wajib mengantongi surat bebas covid dengan tes antigen atau PCR
Wisatawan dan kru kapal wajib memakai masker
Pengukuruan suhu tubuh
Menyediakan handsanitizer
Kebersihan kamar dan toilet selalu di jaga
Kapal menyediakan hepa filter/airpurifier
g. Menyediakan tumblr untuk masing-masing wisatawan h. Alat makan disediakan sendiri-sendiri
-
i. Dilakukan screening berkala bagi kru kapal untuk tes antigen dan terakses oleh aplikasi PeduliLindungi.
Gambar 1. Penerapan CHSE pada Kapal Phinisi Zada
Dampak Ekonomi dari Pariwisata untuk Labuan Bajo
Dengan adanya pengembangan pariwisata di Pulau Bajo memberikan dampak yang sangat beragam kepada masyarakatnya. Selain dampak sosial dan budaya, dampak yang paling signifikan adalah dampak ekonomi. Dikarenakan pariwisata memberikan dampak yang sangat signifikan maka masyarakat di Pulau Bajo melakukan beragam pengembangan fasilitas yang mampu mendukung kehidupan pariwisata di daerah mereka. Salah satu pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat di Pulau Bajo adalah dengan memanfaatkan kapal pinisi sebagai salah satu moda akomodasi bagi turis. Setelah berjalan dalam waktu yang cukup lama pengembangan kapal pinisi sebagai moda akomodasi sangat memberikan dampak yang baik terhadap kualitas aktivitas pariwisata di Pulau Bajo.
Dampak baik ini adalah berupa penambahan bentuk moda akomodasi yang sifatnya unik dan memiliki akses di dalamnya. Pengembangan ini bertujuan agar masyarakat dapat lebih memaksimalkan perkembangan perekonomian melalui pengembangan akomodasi yang menarik. Selain itu dengan mengembangkan kapal sebagai salah satu moda akomodasi, kapal akan memiliki nilai jual yang eksklusif dan tentunya akan memberikan pemasukan yang lebih besar lagi di bidang ekonomi. Selain berdampak secara signifikan terhadap stakeholder, pengembangan kapal pinisi sebagai akomodasi juga akan memberikan dampak yang lebih baik kepada warga sekitar karena memungkinkan adanya peluang pembukaan lapangan kerja untuk kebutuhan pengelolaan akomodasi kapal pinisi. Maka dengan adnaya pengembangan akomodasi ini akan berimplikasi sangat positif kepada seluruh masyarakat yang terlibat dalam pengembangan kapal pinisi dan bermuara pada peningkatan taraf hidup masyarakat di Kepuluan Bajo.
Tentunya untuk mencapai keseluruhan keberhasilan itu di masa pandemi seperti saat ini dibutuhkan beragam lisensi terkait dengan isu kesehatan. Tujuannya tak lain adalah untuk menciptakan suasana nyaman dan aman kepada wisatawan. Penerapan protokol kesehatan dalam kapal pinisi di Pulau Bajo sudah terbilang sangat baik. Hal ini didasarkan dari wawancara oleh pelaku dan juga stakeholder yang bertugas dalam mengelola aktivitas akomodasi kapal pinisi, dimana sebagian dari pengembangan kapal sebagai moda akomodasi sudah melakukan penerapan protokol kesehatan, dimulai dari mencuci tangan sebelum memasuki kapal, cek suhu tubuh serta menjaga jarak dan menggunakan masker. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kapal
pinisi sebagai moda akomodasi di kala pandemi dapat terlaksana. Apabila pelaksanaan kesehatan sudah berjalan dengan baik maka perkembangan perekonomian perlahan – lahan akan kembali dan membaik di masa pandemi seperti saat ini, terkhusus bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Kepulauan Bajo.
-
4. KESIMPULAN
Hasil dari analisis penerapan CHSE yaitu berupa keberhasilan dari ketiga kapal dalam
mengimplementasikan konsep CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) meskipun belum tersertifikasi CHSE oleh Kemenparekraf. Namun pada penerapan CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environmental Sustainability) ini semua poin pada penerapan ini sangat memiliki protokol kesehatan yang sudah memenuhi kriteria sehinggga para wisatawan dapat berkunjung dengan nyaman dan aman berkunjung ke Labuan Bajo dengan Kapal Phininsi sebagai pilihan akomodasi. Dari survey yang dilakukan dapat disimpulkan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan akomodasi menganggap bahwa penerapan CHSE disetiap sudah terimplementasi dengan baik dan harus dilakukan terlebih disituasi pandemic covid-19 ini.
Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan terkait dengan pengembangan CHSE pada kapal pinisi di Labuan Bajo, alangkah lebih baik jika seluruh kapal-kapal yang ada terverifikasi CHSE yang langsung ditinjau oleh Kemenparekraf. Perlu dibentuk tim teknis untuk melakukan validasi terhadap implementasi pelaksanaan Protokol CHSE dikapal wisata serta diberikan stiker atau sertifikat dari Kemenparekraf agar calon wisatawan yang akan berencana untuk liburan ke Labuan Bajo dan menggunakan akomodasi kapal pinisi ini akan sangat merasa lebih aman dan nyaman.
Ucapan terima kasih
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memperlancar penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik, diantaranya kepada ASKAWI (Asosiasi Kapal Wisata), kepada pelaku wisata usaha kapal-kapal wisata di Labuan Bajo, guide lokal di Labuan Bajo, serta pihak-pihak lain yang terlibat. Kepada Agnesia Hervina yang senantiasa memberikan masukan-masukannya. Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih kepada Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional sebagai homebase peneliti sebagai dosen tetap. Kepada Dr. Sucita Yanthy, S.S., M.Par. selaku editor jurnal kepariwisataan dan hospitalitas yang telah membantu penerbitan penelitian ini sebagai artikel ilmiah.
-
5. DAFTAR PUSTAKA
Andayani, A. A. I., Martono, E., & Muhamad, M. (2017). Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali). Jurnal Ketahanan Nasional, 23(1), 1–16. https://doi.org/10.22146/jkn.18006
Anggarini, D. T. (2021). Upaya Pemulihan Industri Pariwisata Dalam Situasi Pandemi COVID-19. Jurnal Pariwisata, 8(1), 22–31. https://doi.org/10.31294/par.v8i1.9809
Anttonen, M., Halme, M., & Nurkka. (2013). The Other Side Of Sustainable Innovation: is there a demand for innovation services?. Journal Of Cleaner Production 45 (2013) 89-103.
Brahmanto, E. (2015). Magnet Paket Wisata dalam Menarik Kunjungan Wisatawan Asing Berkunjung ke Yogyakarta. Jurnal Media Wisata Vo.13.No.2
Buhalis, D. (2000). Marketing The Competitive Destination Of The Future. Journal Tourism Management, 21 (1) 97-116.
Kemenparekraft, 2019, Buku Panduan Manajemen Krisis Kepariwistaaan, Jakarta: Kemenparekratf.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2020). Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Hotel.
Kotler, P & Keller, K. 2008. Manajemen Pemasaran. Edisi 13, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nugraheni, K. S., Maria, A. D., & Octafian, R. (2020). Penerapan Cleanliness, Health, Safety and Environment (CHSE) Homestay Untuk Keselamatan Wisatawan. Jurnal Abdimas Sosial Dan Humaniora, 1(1), 18–22.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia. (2020). Panduan Umum Normal Baru Hotel dan Restoran dalam Pencegahan Covid-19. Badan Pimpinan Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia. Jakarta.
Tandilino, S. B. (2020). Penerapan Cleanliness, Health, Safety, & Environmental Sustainable (CHSE) dalam Era Normal Baru pada Destinasi Pariwisata Kota Kupang. TOURISM: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE, 3(1), 62–68.
6
Discussion and feedback