JURNAL KEPARIWISATAAN DAN HOSPITALITAS


Vol. 6, No. 2 November2022.

Dampak Perkembangan Akomodasi Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat

Banjar Dinas Pengasahan, Tabanan, Bali

Kadek Dian Warini 1), Anak Agung Putri Sri 2), I Gusti Ngurah Widyatmaja3) Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana Jl. DR. R. Gorris No. 07, Denpasar, 80232, Telp/Fax : +62 361 223798

E-mail : [email protected]

Abstrak

Keberadaan akomodasi dalam perkembangan pariwisata pada suatu daerah sangatlah penting dalam memenuhi kebutuhan wisatawan akan tempat tinggal selama melakukan perjalanan wisata. Adanya akomodasi akan memotivasi wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata, dengan harapan akan mampu memberikan keuntungan kepada masyarakat lokal. Banjar Dinas Pengasahan merupakan salah satu daerah pariwisata yang sedang berkembang. Adanya pembangunan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan yang sudah berlangsung selama 20 tahun tentu akan membawa perubahan pada sosial ekonomi masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak perkembangan akomodasi terhadap sosial ekonomi masyarakat di Banjar Dinas Pengasahan. Serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan tersebut. Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif dengan sumber data primer dan data sekunder. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumen. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah narasumber sebanyak 3 orang yaitu Sekertaris Desa Lalanglinggah, Kelian Adat Banjar Adat Pengasahan dan Kelian Dinas Banjar Dinas Pengasahan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Hasil menunjukan bahwa perkembangan akomodasi membawa dampak sosial ekonomi pada masyarakat Banjar Dinas Pengasahan. Dampak positif yang paling dirasakan oleh masyarakat a dalah adanya perubahan pada mata pencaharian masyarakat, adanya pengembangan aktivitas ekonomi lainnya, terciptanya lapangan pekerjaan serta peluang untuk berwirausaha, sumber revenue bagi daerah dan yang terakhir memacu pengembangan lahan yang kurang produktif. sedangkan dampak negatif yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah adanya ketergantungan pendapatan pada jumlah kunjungan wisatawan. Faktor-faktor yang paling dirasakan mendorong terjadinya perubahan adalah adanya kontak dengan budaya lain dan adanya ketidakpuasan terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

Kata kunci: Perkembangan Akomodasi, Dampak Sosial Ekonomi, Banjar Dinas Pengasahan.

Abstract

The existence of accommodation in the development of tourism in an area is very important in meeting the needs of tourists for a place to stay during a tour. The existence of accommodation will motivate tourists to stay longer in tourist destinations, with the hope that it will be able to provide benefits to local communities. Banjar Dinas Pengasahan is one of the developing tourism areas. The construction of accommodation in Banjar Dinas Pengasahan which has been going on for 20 years will certainly bring changes to the socio-economic conditions of the local community. The research was conducted to see the impact of the development of accommodation on the socio-economic conditions of the community in Banjar, Dinas Pengasahan. And to see the factors that drive these changes. The type of data in this study is qualitative data with primary data sources and secondary data. The data in this study were obtained through observation, interviews, literature study and documents. The technique of determining the informants used was purposive sampling technique with a total of 3 sources, namely the Secretary of Lalanglinggah Village, Kelian Adat Banjar Adat Pengasahan and Kelian Dinas Banjar Dinas Pengasahan. The data analysis technique used is qualitative data analysis. The results show that the development of accommodation has a socio-economic impact on the community of Banjar Dinas Pengasahan. The most positive impacts felt by the community are changes in community livelihoods, the development of other economic activities, the creation of jobs and opportunities for entrepreneurship, a source of revenue for the regions and finally spurring the development of less productive land. Meanwhile, the most negative impact felt by the community is the dependence of income on the number of tourist visits. The factors most felt to drive change are contact with other cultures and dissatisfaction with certain areas of life.

Kata kunci: Accommodation Construction, The Impact of Social Economy, Banjar Dinas Pengasahan.


Vol. 6, No. 2 November2022.


  • 1.    PENDAHULUAN

Bali dan pariwisata adalah dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Dengan keindahan alam dan keunikan seni dan budaya serta adat istiadatnya menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang tidak bisa dilewatkan saat berwisata di Indonesia. Sebagai salah satu destinasi wisata favorit Indonesia, Bali dikunjungi oleh jutaan wisatawana nusantara dan mancanegara tiap tahunnya. Kegiatan pariwisata yang tidak bisa berdiri sendiri tetapi memerlukan dukungan dari berbagai sektor industri lainnya, menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan dan penggerak perekonomian di Bali.

Perkembangan pariwisata di Bali pada saat ini masih belum merata di seluruh daerah di Bali. Hal ini tercermin dari kegiatan pariwisata yang berpusat di tiga tempat yaitu Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. Keadaan seperti ini memicu terjadinya kesenjangan antara kabupaten yang maju sektor pariwisatanya dengan kabupaten yang belum berkembang wisatanya. Untuk memaksimalkan kegiatan pariwisata di Bali, pengembangan potensi-potensi pariwisata yang ada di kabupaten lain terus dilakukan.

Tabanan merupakan salah satu dari Sembilan kabupaten yang ada di Bali. Selain dikenal sebagai daerah agraris Tabanan juga memiliki daya tarik wisata berupa keindahan alam, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya masyarakat yang berlandaskan filsafat Agama Hindu. Berdasarkan Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Runag Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029, terdapat 1 kawasan pariwisata, 2 kawasan daya tarik wisata khusus, dan 17 daya tarik wisata diluar kawasan pariwisata dan kawasan daya tarik wisata khusus di Kabupaten Tabanan.

Kawasan Pariwisata Soka adalah satu-satunya kawasan pariwisata yang sedang dikembangkan oleh Kabupaten Tabanan. Kawasan Pariwisata Soka adalah kawassan strategis yang terdiri dari tujuh desa yaitu, Desa Lalanglinggah, Desa Brembeng, Desa Beraban, Desa Antap, Desa Tegalmengkeb, Desa Tibubiu, dan Desa Kelating. Daya tarik dari Kawasan Pariwisata Soka adalah keindahan alam persawahan dan pantainya yang masih asri.

Perkembangan pariwisata di Kawasan Pariwisata Soka telah dibarengi dengan perkembangan akomodasi sebagai sarana pendukung. Keberadaan akomodasi dalam perkembangan pariwisata pada suatu daerah sangatlah penting dalam memenuhi kebutuhan wisatawan akan tempat tinggal selama melakukan perjalanan wisata. Adanya akomodasi akan memungkinkan wisatawan untuk tinggal lebih lama di tujuan wisatanya, yang mana diharapkan akan mampu memberikan keuntungan kepada masyarakat lokal. Akomodasi pada Kawasan Pariwisata Soka tersebar di lima dari tujuh desa yang ada dengan total yaitu 68 akomodasi. Desa-desa tersebut yaitu pada Desa Lalanglinggah (38 unit), Desa Antap (14 unit), desa Mengkeb (2 unit), Desa Kelating (1 Unit), dan DesaTibubiu (13Unit)

Desa Lalanglinggah sebagai desa dengan jumlah akomodasi terbanyak (38 unit) memiliki daya tarik wisata yang sedikit berbeda dibandingkan dengan desa lainnya. Pantai Balian adalah pantai berpasir hitam dengan ombak yang sesuai untuk olahraga selancar yang ada di Desa Lalanglinggah. Keberadaan Pantai Balian di Desa Lalanglinggah menjadi magnet bagi wisatawan surfing untuk datang berkunjung ke Desa Lalanglinggah. Adanya Pantai Balian di Desa Lalanglinggah menjadikan Desa Lalanglinggah lebih populer dibandingkan dengan desa lainya.

Keberadaan akomodasi di Desa Lalanglinggah tersebar pada enam dari sebelas banjar dinas yang ada. Persebaran sarana akomodasi di Desa Lalanglinggah tersebut yaitu 3 unit akomodasi pada Banjar Dinas Llanglinggah, 26 unit pada Banjar Dinas Pengasahan, 2 unit pada Banjar Dinas Suraberata, 4 unit pada Banjar Dinas Banjar Kutuh, 2 uni pada Banjar Dinas Desaanyar, dan 1 unit pada Banjar Dinas Yeh Bakung. Sehingga dapat dilihat bahwa persebaran sarana akomodasi di Desa Lalanglinggah sangat tidak merata. Mayoritas sarana akomodasi di Desa Lalanglinggah berlokasi di Banjar Dinas Pengasahan yang 14


Vol. 6, No. 2 November2022.

berjumlah 26 buah. Hal ini dikarenakan Banjar Dinas Pengasahan adalah banjar dimana Pantai Balian

berada. Keberadaan pantai yang sesuai untuk olahraga selancar membuat Banjar Dinas Pengasahan mampu menarik minat wisatawan dengan minat khusus untuk datang berkunjung, menjadikannya memiliki target pasar yang lebih luas dibandingkan banjar lainnya.

Menurut Sekertaris Desa Lalanglinggah bapak Nengah Sudiarsa, perkembangan pariwisata di Desa Lalanglinggah dimulai dari awal tahun 1990an ditandai dengan datangnya wisatawan untuk surfing ataupun sekedar menikmati keindahan alam Pantai Balian. Pada tahun 1991 bapak I Gusti Made Sukertayasa yang merupakan warga Banjar Dinas Pengasahan melihat potensi pariwisata yang dimiliki Pantai Balian dan memutuskan untuk memanfaatkan lahan yang dimilikinya di atas tebing di Pantai Balian untuk membuka sebuah warung yang diberi nama Warung Made.

Tingginya minat wisatawan terhadap wisata selancar membuat pantai balian selalu dikujungi wisatawan. Dengan perkembangan teknologi, keindahan Pantai Balian semakin dikenal luas dan jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan. Untuk mendukung perkembangan pariwisata di Desa Lalanglinggah, keberadaan akomodasi sangat diperlukan sehingga memudahkan wisatawan melakukan kunjungan wisatanya. Akomodasi pertama di Desa Lalanglinggah dibangun pada tahun 1997 di Banjar Dinas Pengasahan yang dikenal dengan nama Shankari Bali Retreat. Penginapan ini dibangun oleh seorang warga negara Australia yang benama Shankari Ashton bersama rekannya Micahel yang juga merupakan warga negara Australia. Setelah pembangunan Shankari Bali Retreat, mulai bermunculan jenis-jenis akomodasi lainnya di Banjar Dinas Pengasahan seperti villa, guesthouse dan homestay, hingga saat ini terdapar 26 akomodasi yang telah beroperasi. Selain akomodasi, di Banjar Dinas Pengahan juga terdapat 20 rumah tinggal wisatawan asing. Wisatawan-wisatawan ini jatuh cinta pada keindahan alam Pnatai Balian dan memutuskan untuk menetap di Banjar Dinas Pengasahan. Melihat perkembangan pariwisata di Banjar Dinas Pengasahan, para investor mulai tertarik untuk menanamkan modalnya dan membangun sarana akomodasi di banjar-banjar lainnya. Namun karena terbatasnya daya tarik wisata di banjar lainnya menyulitkan pariwisata di banjar lain untuk berkembang.

Keberadaan Pantai Balian sebagai daya tarik wisata minat khusus dan pengembangan pariwisata yang lebih awal dibandingkan banjar lainnya memberikan keuntungan bagi masyarakat Banjar Dinas Pengasahan. Bukan hanya dari segi jumlah akomodasi yang lebih banyak namun 13 dari 26 akomodasi yang ada di Banjar Dinas Pengasahan adalah milik warga Banjar Dinas Pengasahan. Sedangkan di banjar lain hampir keseluruhan akomodasi adalah milik investor. Perkembangan akomodasi yag dibarengi dengan munculnya peluang kerja bagi masyarakat membuat banyak masyarakat Banjar Dinas Pengasahan Beralih Profesi ke industri akomodasi. Selain terbukanya peluang kerja di industri akomodasi, perkembangan akomodasi juga mendorong perkembangan industri lainnya di Banjar Dinas Pengasahan, seperti tempat SPA, yoga center, serta restoran.

Lokasi perkembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan terletak berdekatan dengan pemukiman penduduk, hal ini dikarenakan wilayah Banjar Dinas Pengasahan yang kecil membuat sulitnya membangun akomodasi yang jauh dari pemukiman penduduk. Tidak seperti akomodasi di banjar lainnya yang memiliki wilayah yang lebih luas sehingga akomodasi dapat dibangun di areal perkebunana atau persawahan yang jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi akomodasi yang berdampingan dengan perumahan penduduk di Banjar Dinas pengasahan memberikan keuntungan bagi penduduk dimana penduduk dapat membuat usaha kecil-kecilan di rumah seperti toko cinderamata, penyewaan papan selancar, warung kelontong, dan lainnya dengan menargetkan wisatawa sebagai pembeli. Lokasi toko yang berada di daerah pariwisata dan adanya wisatawan yang menjadi pembeli di toko kelontong membuat penjual memiliki kesempatan untuk menaikkan harga barang jualannya. Jika dibandingkan denngan banjar lain harga barang di toko kelontong di Banjar Dinas Pengasahan Rp. 1000 sampai Rp. 3000 lebih mahal dibandingkan toko kelontong di banjar dinas lainnya.


Vol. 6, No. 2 November2022.

Interaksi yang terjadi selama bertahun-tahun antara wisatawan dengan masyawrakat akan membawa

perubahan pada cara hidup masyarakat. Dampak-dampak yang dirasakan oleh masyarakat baik dari pembangunan sarana akomodasi maupun interaksi dengan wisatawan bisa berupa dampak positif maupun negatif. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak sosial ekonomi yang

dirasakan oleh masyarakat serta faktor yang mendukung terjadinya perubahan tersebut.

Beberapa konsep terdahulu yang berkaitan dengan peneletian saat antara lain dapat dijabarkan sebagai berkut. Rujukan pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Darma dan Pujani (2018), yang berjudul “Implikasi Perkembangan Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Sibunga -bunga, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata Desa Sibunga - bunga berada pada tahap involvement. Perkembangan pariwisata Desa Sibunga - bunga membawa implikasi positif yaitu menciptakan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan pendapatan lokal. Sayangnya, terdapat pula dampak negatif yaitu pelanggaran aturan yang telah ditetapkan oleh manajer atraksi wisata yang mana kemungkinan merusak lingkungan sekitar.

Peneliian kedua yaitu penelitian yang diilakukan oleh Adile (2016) dengan judul “Perubahan Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan Setelah Reklamasi di Kelurahan Wenang Selatan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan sosial ekonomi keluarga nelayan setelah reklamasi di kelurahan Wenang Selatan dapat terlihat dalam perubahan pemenuhan kebutuhan ekonomi, kepemilikan peralatan melaut, sumber pendapatan dan lingkungan tempat tinggal. Secara sosial ekonomi terjadi penurunan dibandingkan dengan sebelum adanya reklamasi. Faktor perubahan lingkungan pesisir menjadi pendorong utama perubahan sosial ekonomi keluarga nelayan.

Penelitian ketiga yaitu penelitiian yang dilakukan oleh Wawan Kurniawan (2015) dengan judul “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata Umbul Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang usaha di sekitar Objek Pariwisata Umbul Sidomukti termasuk dalam kategori tinggi. Peningkatan pengunjung pasca renovasi Objek Pariwisata Umbul Sidomukti benar-benar mampu meningkatkan pengunjung. Selain berimbas pada meningkatnya pendapatan masyarakat yang bekerja disekitar Umbul Sidomukti, peningkatan pengunjung ini juga berefek positif pada pendapatan daerah kabupaten jawa tengah di sektor pariwisata. Ratarata pendapatan penjual di sekitar Umbul Sidomukti mencapai 200%. Pembangunan Umbul Sidomukti berhasil menyerap banyak tenaga kerja mengingat banyak wahana baru yang disediakan. Secara umum terdapat perubahan sosial ekonomi pada masyarakat sekitar Umbul Sidomukti pasca di renovasinya tempat pariwisata kebanggaan masyarakat Bandungan ini.

  • 2.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertempat di Banjar Dinas Pengasahan, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan. Variabel yang digunakan yaitu variabel dampak sosial dengan dua indikator, yaitu struktur populasi dan peningkatan wawasan dan cara pandang masyarakat. Variael berikutnya yang digunakan yaitu variabel dampak ekonomi ang terdiri dari lima indikator, yaitu indikator pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, harga-harga, distribusi manfaat / keuntungan, dan indikator pembangunan pada umumnya. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Teknik penentuan informan yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah narasumber sebanyak 3 orang yaitu Sekertaris Desa Lalanglinggah, Kelian Dinas Banjar Dinas Pengasahan, dan Kelian Adat Banjar Dinas Pengasahan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.


Vol. 6, No. 2 November2022.

  • 3.    HASIL DAN PEMBAHASAN

    • 3.1    Dampak Sosial Ekonomi Perkembangan Akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan

Dampak Sosial Ekonomi Perkembangan Akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan terbagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

  • 1.    Struktur Populasi

Dampak perkembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan terhadap struktur populasi masyarakat dilihat dari beberapa sub indikator yang terdiri dari (1) peningkatan jumlah opulasi, (2) peningkatan kepadatan penduduk, (3) peningkatan kesehatan masyarakat, (4) perubahan mata pencaharian, (5) meningkatnya jenjang pendidikan masyarakat. Adapun penjelasannya dapat dipaparkan sebagai berikut.

  • a.    Meningkatnya Jumlah Populasi

Keberadaan sarana akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan memerlukan karyawan dalam proses pengoperasiannya. Karyawan–karyawan ini ada yang merupakan masyarakat Banjar Dinas Pengasahan maupun masyarakat dari desa sekitarnya. Selain itu beberapa pemilik akomodasi yang berasal dari luar Banjar Dinas Pengasahan juga ada yang memilih untuk menetap di Banjar Dinas Pengasahan dan mengelola sendiri akomodasi yang dimilikinya.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa peningkatan pada jumlah populasi memang terjadi. Peningkatan ini berasal dari para investor yang membangun sarana akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan yang memilih untuk tinggal dan mengelola sendiri sarana akomodasi mereka.

Jumlah pekerja yang tinggal di Banjar Dinas Pengasahan tidak terlalu banyak. Ada sekitar 17 pekerja luar yang menetap di Banjar Dinas Pengasahan, namun mereka tidak hanya bekerja di akomodasi saja tetapi ada juga yang bekerja di restoran, tempat penyewaan, dan sebagai instruktur surfing. Hal ini dikarenakan pekerja yang berasal dari luar Banjar Dinas Pengasahan kebanyakan berasal dari banjar dan desa di sekitar Banjar Dinas Pengasahan, yang jarak antara rumah mereka dengan tempat kerjanya tidak begitu jauh.

  • b.    Peningkatan kepadatan penduduk

Bertambahnya jumlah populasi pada suatu daerah maka akan meningkat pula kepadatan penduduk pada daerah tersebut. Dengan adanya pekerja akomodasi dan pemilik akomodasi yang tinggal di Banjar Dinas Pengasahan, kepadatan penduduk juga ikut meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelian dinas Banjar Dinas Pengasahan dan Sekertaris Desa Lalanglinggah bahwa adanya pertambahan populasi yang berasal dari pendatang baik itu karyawan akomodasi ataupun pemilik akomodasi menyebabkan adanya peningkatan pada tingkat kepadatan penduduk. Namun peningkatan ini tidak begitu besar dikarenakan jumlah pendatang yang tidak begitu banyak.

  • c.    Peningkatan kesehatan masyarakat

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaaan kesehatan masyarakat sangat penting sebagai upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan pada masyarakat. Upaya-upaya pencegahan tersebut dimulai dari diri sendiri dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Salah satu dampak dari perkembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan. Pekerjaan di akomodasi yang menuntut pekerjanya berpenampilan yang bersih dan rapi serta menjaga kebersihan lingkungan kerjanya telah menanamkan kebiasaan yang baik pada pekerja di akomodasi.


Vol. 6, No. 2 November2022.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelian adat dan kalian dinas Banjar Dinas Pengasahan

diketahuai bahwa setelah bekerja di industri akomodasi, pengetahuan mmsyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan diri telah meningkat. Pengetahuan ini kemudian di terapkan dirumahtangga masing-masing pekerja. Peningkatan upah serta adanya tunjangan kesehatan dari

tempat bekerja memungkinkan masyarakat mengakses fasilitas kesehatan yang lebih baik. Selain kesehatan diri, keberadaan akomodasi juga meningkatkan keperdulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Peningkatan sistem pengelolaan sampah yang lebih terpadu di Banjar Dinas Pengasahan memberikan perubahan yang lebih positif pada lingkungan masyarakat. Pengelolaan sampah dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak luar untuk mengambil sampah yang telah dipilah di rumah tangga setiap seminggu sekali. Menjaga kebersihan lingkungan Banjar Dinas pengasahan juga dilakukan dengan melakukan pembersihan area umum seperti jalan dan pantai. Pembersihan jalan dan pantai dilakukan dengan mengerahkan seka teruna-teruni Banjar dinas pengasahan.

  • d.    Perubahan Mata Pencaharian

Perkembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan telah membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Peluang-peluang kerja ini kemudian dimanfaat oleh masyarakat untuk beralih profesi dari pekerjaan sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak I Nyoman Nuraja dan Made Ardana diketahui bahwa sebelum berkembangnya sarana akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, buruh tani atau buruh harian lepas. Ketika akomodasi mulai berkembang, lapangan pekerjaan baru dan peluang bisnis mulai bermunculan. Masyarakat yang merasa bahwa pendapatannya dari pekerjaan sebelumnya tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga mencoba untuk beralih profesi dan menjadi pekerja akomodasi

  • e.    Meningkatnya Jenjang Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendapatan orang tua adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak. Kemampuan orang tua untuk membiayai sekolah anaknya akan menentukan seberapa tinggi pendidikan sang anak. Semakin tinggi pendapatan orang tua semakin tinggi pula kesempatan bagi sang anak untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelian dinas Banjar Dinas Pengasahan dan sekertaris Desa Lalanglinggah diketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang bekerja di akomodasi tidak mengalami peningkatan, namun ada peningkatan pada kemampuan masyarakat dalam menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

  • 2.    Peningkatan Wawasan dan Cara Pandang Masyarakat

Dampak perkembangan akomodasi terhadap sesial ekonomi terkait peningkatan wawasan dan cara pandang masyarakat dilihat dari beberapa sub indikator, diantaranya (1) masyarakat lebih terbuka terhadap perubahan, (2) menghargai perbedaan, (3) munculnya gengsi yang sebabkan sikap konsumtif, (4) masyarakat mulai suka mengikuti tren, dan (5) munculnya sikap membeli barang untuk memenuhi keinginan bukan kebutuhan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan diketahui bahwa perkembangan akomodasi telah membawa perubahan pada wawasan dan cara pandang masyarakat. Adapun penjelasannya dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • a.    Masyarakat Lebih Terbuka Terhadap Perubahan

Perkembangan akomodasi yang terjadi di Banjar Dinas Pengasahan tetu membawa banyak perubahan pada kehidupan masyarakat. Perubaham yang terjadi sedikit demi sedikit pada kehidupan masyarakat dan interaksi dengan orang asing selama bertahun-tahun membuat masyarakat lebih terbuka terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.


Vol. 6, No. 2 November2022.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelian dinas dan kelian adat Banjar Dinas Pengasahan diketahui bahwa perkembangan akomodassi telah membawa perubahan kedalam kehidupan masyarakat. Terlibatnya masyarakat dalam proses pengembangan akomodasi telah membuat terjadinya perubahan pada masyarakat, baik perubahan pada kehidupan pribadi ataupun kehidupan bermasyarakat. Perubahan ini terjadi secara perlahan selama bertahun-tahun. Perubahan yang terjadi sejak lama ini membuat masyarakat lebih mudah dalam menerima perubahan, selama perubahan itu memberikan dampak yang positif pada masyarakat.

  • b.    Menghargai Perbedaan

Interaksi-interaksi yang dilakukan oleh masyarakat dengan orang asing yang berbeda latar budaya dengan masyarakat membuat masyarakat lebih mudah menerima adanya perbedaan antar individu. Kesadaran masyarakat bahwa tiap kebudayaan memiliki keunikan masing-masing sangat diperlukan dalam industri akomodasi. Bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan diluar kebudayaannya sendiri membuat masyarakat mampu menghilangkan prasangka-prasangka terhadap orang asing.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa prasangka masyarakat terhadap orang asing telah berkurang siring dengan interaksi-interaksi yang dilakukan oleh masyarakat dengan orang asing. Interaksi dengan orang yang berbeda latar belakang kebudayaan telah menambah pengetahuan serta pemahaman masyarakat tentang perbedaan masing-masing budaya. Pemahaman masyarakat bahwa setiapbuadaya memiliki keunikan dan karakteristik masing-masing sangatlah penting dalam melakukan interaksi.

  • c.    Munculnya Gengsi Yang Sebabkan Sikap Konsumtif

Pekerjaan akan menentukan status ekonomi, karena dari bekerja segala kebutuhan akan terpenuhi.

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja adalah sebuah keharusan bagi individu. Pekerjaan tidak hanya memiliki nilai ekonomi untuk mendapatkan imbalan atauupah, tetapi juga untuk mendapatkan status di masyarakat. Beralihnya pekerjaan masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri akomodasi telah merubah status sosial ekonomi individu di mata masyarakat. Untuk membuktikan perubahan status sosialnya individu akan enggan menggunakan barang yang murah dan memilih membeli barang yang bermerek.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa muncul sikap konsumtif dalam masyarakat akibat dari perubahan status sosialnya. Daya beli yang meningkat akibat dari perubahan upah yang diterima membuat masyarakat membjadi konsumtif. Masyarakat yang ingin diterima di lingkungan kerja dan pergaulannya yang baru melakukan perubahan pada penampilannya. Barang yang dulusulit untuk dibeli sekarang dapat diperoleh karena meningkatnya upah yang diterima.

  • d.    Masyarakat Mulai Suka Mengikuti Tren

Meningkatnya daya beli masyarakat memudahkan masyarakat untuk mengikuti tren masa kini. Keinginan akan pengakuan diri dari orang lain membuat individu ikut-ikutan tren yang sedang berlangsung. Perasaan ingin mencari kesenangan dilakukan dengan membeli barang-barang yang sedang ngetren.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa perkembangan teknologi saat ini memudahkan masyarakat dam memperoleh informasi, salah satunya adalah informasi tentang tren yang sedang berkembang. Terbukanya masyarakat Banjar Dinas Pengasahan terhadap perubahan dan sikap ingin berkembang membuat masyarakat mencoba mengikuti tren yang sedang terjadi. Meningkatnya daya beli masyarakat setelah perkembangan akomodasi memudahkan masyarakat untuk mengikuti tren yang sedang berkembang.


Vol. 6, No. 2 November2022.

  • e.    Munculnya Sikap Membeli Barang Untuk Memenuhi Keinginan Bukan Kebutuhan.

Meningkatnya daya beli masyarakat membuat sikap masyarakat terhadap pembelian dan

pemakaian barang berubah. Pembelian dan pemakaian suatu barang terkedang bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan didorong karena adanya faktor keinginan seperti mengikuti tren ataupun memenuhi gengsi.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa perubahan mata pencaharian masyarakat telah meningkatkan daya beli masyakat Banjar Dinas Pengasahan. Peningkatan daya beli ini membuat perubahan pada proses pengambilan keputusan dalam pembelian barang di masyarakat. Masyarakat yang awalnya membeli barang berlandaskan akan kebutuhan sekarang digantikan oleh keinginan. Kini kebutuhan masyarakat akan suatu barang tidak cukup membuat masyarakat memutuskan membeli suatu barang. Bila kualitas, merek dan penampilan barang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat maka pembelian tidak akan terjadi. Masyarakat sekarang ini menginginkan produk bermerk terkenal dengan kualitas yang bagus dan tampilan yang kekinian. Produk-produk tersebut umumnya memiliki harga lebih mahal dari produk standar yang ditawarkan di pasaran.

  • 3.    Pendapatan Masyarakat

Dampak perkembanga akomodasi terhadap sosial ekonomi terkait pendapatan masyarakat dilihat dari beberapa sub indikator, diantaranya (1) peningkatan nilai upah/ pendapatan pekerja akomodasi, (2) peningkatan nilai upah/ pendapatan bukan pekerja akomodasi, (3) ketergantungan pendapatan pada jumlah kunjungan, (4) meningkatnya permintaan akan produk lokal, (5) penerimaan tunjangan diluar gaji, (6) mendorong pengembangan aktivitas ekonomi lainnya. berdasarkan hasil wawancara dan observassi lapangan diketahui bahwa memang terjadi perubahan yag dirasakan oleh masyarakat terkait dengan pendapatan yang mereka peroleh setelah berkembangnya akomodassi di Banjar Dinas Pengasahan. Adapun penjelasannya dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • a.    Peningkatan Nilai Upah/ Pendapatan Pekerja Akomodasi

Nilai upah yang rendah adalah salah satu alasan seseorang meninggalkan profesinya dan beralih ke profesi yang baru. Perubahan pada nilai upah yang diterima dirasakan oleh masyarakat Banjar Dinas Pengasahan yang beralih profesi ke industri akomodasi.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa upah yang masyarakat terima setelah bekerja di sektor pariwisata belum tentu lebih besar daripada upah yang didapatkannya ketika bekerja sebagai buruh harian lepas. Hal ini tergantung dari berapa upah harian yang diterima sebagai buruh harian lepas dan berapa hari dalam sebulan tawaran pekerjaan yang datang, karena pekerjaan buruh juga bersifat musiman. Sedangkan pekerjaan sebagai pekerja akomodasi memiliki prospek jangka panjang yang lebih baik. Ada tunjangan-tunjangan diluar gaji yang juga didapatkan saat bekerja di akomodasi seperti tunjangan hari raya, asuransi kesehatan.

  • b.    Peningkatan Nilai Upah/ Pendapatan Bukan Pekerja Akomodasi

Selain pekerja akomodasi, perkembangan akomodasi juga membawa keuntungan pada profesi lainnya. Dari tahapan pembanguan akomodasi Hingga akhirnya beroperasi akomodasi memberikan keuntungan pada pekerjaan lain diluar pekerja akomodasi.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa selain menguntungkan masyarakat yang beralih profesi ke sektor industri akomodasi, perkembangan akomodasi jugga menguntungkan profesi lainnya yang ada di Banjar Dinas Pengasahan. Beberapa profesi yang diuntungkan adalah yang pertama buruh bangunan. Buruh bangunan diperlukan untuk membangun akomodasi dan saat melakukan perbaikan. Sebagian besar akomodasi disini dibangun oleh buruh bangunan lokal.


Vol. 6, No. 2 November2022.

Profesi yang diuntungkan selanjutnya adalah pedagang, baik itu penjual makan dan minuman, penjual kelontong, penjual pulsa, ataupun penjual sayuran di pasar.

  • c.    Ketergantungan Pendapatan Pada Jumlah Kunjungan

Ketergantungan pendapatan masyarakat pada jumlah kunjungan wisatawan tidak dapat dielakkan bagi masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata, salah satunya akomodasi. Kedatangan wisatawan adalah sumber pendapatan bagi mereka, sehingga jumlah wisatawan yang menginap berpengaruh terhadapat besaran pendapatan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pekerjaan masyarakat Banjar Dinas yang mayoritasnya bekerja di jasa pariwisata salah satunya akomodasi membuat pendapatan masyarakat bergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. pendapatan utama akomodasi adalah penjualan kamar terhadap wisatawan ditambah pendapatan dari penjualan jasa lainnya yang mungkin disediakan oleh akomodasi seperti driver, SPA, makanan, babysitter, instruktur yoga dan lainnya. Hal ini menyebabkan pendapatan masyarakat Banjar Dinas Pengasahan sangat bergantung terhadap kondisi keamanan di Bali, karena bila Bali tidak aman maka wisatawan akan takut untuk berlibur.

  • d.    Meningkatnya Permintaan Akan Produk Lokal

Peningkatan permintaan akan produk lokal merupakan salah satu dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa produk pertanian dan perikanan adalah produk lokal yang mengalami kenaikan permintaan akibat dari adanya restoran dan warung makan di Banjar Dinas Pengasahan. Restoran memerlukan hasil pertanian dan perikanan dalam proses penyediaan makanan untuk wisatawan. Untuk mendapatkan harga yang lebih murah, restoran biasanya akan membeli langsung dari petani ataupun nelayan. Hal ini tentu menambah pendapatan petani dan nelayan lokal.

  • e.    Penerimaan Tunjangan Diluar Gaji

Tunjangan diluar gaji adalah salah satu keuntungan yang diperoleh oleh masyarakat yang bekerja di sektor indutri akomodasi. Tunjangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa jaminan sosial tenaga kerja.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa belum semua akomodasi mendaftarkan karyawannya pada sistem jaminan sosial tenaga kerja. Hal ini dikarenakan adanya kenakalan dari pihak perusahaan, pihak pengusaha yang tidak mengerti tentang sitem jaminan sosial tenaga kerja, perusahaan yang memang tidak ingin ikut serta dan jumlah karyawan yang tidak memnuhi kuota. Akomodasi yang lebih besar dan memiliki pengelolaan yang professional biasanya sudah mendaftarkan pekerjanya dalam jaminan sosial tenaga kerja, seperti akomodasi Pondok Pitaya, Gajah Mina Beach Resort, atau Pondok Pisces. Sementara untuk akomodasi yang dikelola secara kekeluargaan belum mengikuti sistem jaminan sosial tenaga kerja, seerti akomodasi Kubu Balian, Made Homestay, atau Balian Hill.

  • f.    Mendorong Pengembangan Aktivitas Ekonomi Lainnya

Kedatangan wisatawan ke Banjar Dinas Pengasahan diharapkan selain menguntungkan akomodasi tempat dia menginap tetapi juga membantu aktivitas ekonomi lainya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa keberadaan wisatawan yang menginap di Banjar Dinas Pengasahan tidak hanya menguntungkan pihak akomodasi saja, tetapi menguntungkan usaha-usaha kecil lainnya yang dimiliki masyarakat. Usaha-usaha yang memperoleh keuntungan dengan adanya wisatawan adalah, usaha warung makan, warung kelontong, usaha laundry, penjual pulsa, penjual sayuran di pasar, swalayan, serta salon.


Vol. 6, No. 2 November2022.

  • 4.    Kesempatan Kerja

Dampak pengembangan akomodasi terhadap sosial ekonomi terkait dengan kesempatan kerja dilihat

dari beberapa sub indikator yaitu (1) terciptanya lapangan kerja tetap bagi masyarakat, (2) terciptanya peluang untuk berwirausaha, (3) terciptanya lapangan kerja sampingan bagi masyarakat, (4) terciptanya lapangan kerja bagi lansia, (5) kesempatan kerja yang sama bagi perempuan dan laki-laki, (6) perubahan sistem perekrutan kerja, (7) perubahan durasi kerja. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa perubahan – perubahan pada kesempatan kerja masyarakat memang terjadi. Adapun penjelasannya dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • a.    Terciptanya Lapangan Kerja Tetap Bagi Masyarakat

Berkembangnya industri akomodasi di sebuah wilayah tentu diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan tetap bagi penduduk lokal. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa lapangan pekerjaan tetap yang timbul setelah adanya sarana akomodasi adalah setiap lapangan pekerjaan yang ada ditawarkan akomodasi, mulai dari tukang kebun, satpam, housekeeping, petugas kantor depan, manajer, engineering, waiter/ress dan pekerjaan lainnya yang ditawarkan oleh sarana akomodasi. Selama masyarakatnya rajin bekerja maka setiap lapangan pekerjaan yang timbul dapat menjadi pekerjaan tetap masyarakat.

  • b.    Terciptanya Peluang Untuk Berwirausaha

Selain pekerjaan tetap, perkembangan akomodasi juga memunculkan peluang berwirausaha bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan mampu mendorong pengembangan usaha-usaha baru di masyarakat. Kebutuhan wisatawan selama berlibur yang tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh pihak akomodasi menjadi peluang bisnis bagi masyarakat. Beberapa pelunag usaha tersebut seperti, usaha sewa kendaraan roda dua, yoga class, dll.

  • c.    Terciptanya Lapangan Kerja Sampingan Bagi Masyarakat

Beberapa masyarakat memiliki pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan, namun pendapatan mereka tidak mampu mencukupi pengeluaran tiap bulannya. Hal ini membuat mereka mencari pekerjaan sampingan yang bisa menambah pendapatannya. Perkembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan menjadi salah satu peluang bagi masyarakat untuk memperoleh pekerjaan sampingan.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan mampu menciptakan lapangan kerja sampingan bagi masyarakat Banjar Dinas Pengasahan. Beberapa jenis pekerjaan sampingan yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menjadi driver, terapis SPA panggilan, driver, sebagai pengasuh, atau sebagai pekerja harian saat musim tinggi kunjungan.

  • d.    Terciptanya Lapangan Kerja Bagi Lansia

Masyarakat yang sudah berusia lanjut biasanya sulit mendapatkan pekerjaan karena dianggap sudah tidak mampu mengambil pekerjaan yang berat. Namun mereka belum tentu memiliki tabungan ataupun sanak keluarga yang bisa menghidupinya. Adanya akomodasi membuka jalan bagi lansia untuk tetap memiliki penghasilan diusianya kini.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa beekembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat usia produktif saja, namun masyarakat lansia juga mendapatkan keuntungan. Beberapa akomodasi memberikan kesempatan kerja bagi lansia sebagai tukang cuci piring ataupun tukang kebun. Selain itu kemampuan dalam membuat banten juga dimanfaatkan oleh ibu-ibu lansia untuk menjual banten ke akomodasi yang ada di Banjar Dinas Pengasahan.


Vol. 6, No. 2 November2022.

e.


Kesempatan Kerja Yang Sama Bagi Perempuan Dan Laki-Laki

Baik perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan

dan meningkatkan jenjang karir. Berkembangnya akomodasi telah memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki dalam memperoleh pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan membuka peluang yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pekerjaan dan mengembangkan karir. Perekrutan pekerja yang dilakukan oleh pihak akomodasi berfokus pada kualitas sumber daya manusianya bukan dilihat dari jenis kelaminnya.

  • f.    Perubahan Sistem Perekrutan Kerja

Perubahan pada sektor indutri dari pertanian ke sektor akomodasi tentu membawa perubahan pada sistem perekrutan kerja yang biasanya dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa perubahan pada sektor lapangan yang ada di masyarakat turut merubah sistem perekrutan kerja yang biasanya masyarakat lalui. Perekrutan pekerja buruh biasanya dilakukan langsung oleh pencari kerja beberapa hari sebelum pekerjaan dimulai, sedangkan pada saktor akomodasi masyarakat perlu membuat surat lamaran terlebih dahulu, dan ada proses perekrutan sebelum diterima bekerja oleh pihak akomodasi. Untuk informasi terkait bukaan lowongan kerja biasanya akan disebarkan dari mulut ke mulut oleh karyawan akomodasi ke masyarakat. Untuk pelamar sendiri boleh berasal dari Banjar Dinas Pengasahan

  • g.    Perubahan Durasi Kerja

Berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaanlainnya terkadang berdampak pada berubahnya durasi kerja. Begitu pula ketika masyarakat Banjar Dinas Pengasahan berpindah pekerjaan dari petani atau buruh menjadi karyawanakomodasi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berpindahnya mata pencaharian masyarakat dari pertanian ke sektor akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan telah membawa perubahan pada durasi kerja yang biasanya dajalani masyarakat. Masyarakat yang awalnya bekerja dari pukul 8 pagi hingga 4 sore ketika menjadi buruh terkadang harus bekerja pada malam hari karena akomodasi yang merupakan industri pelayanan jasa yang menyediakan pelayanan 24 jam setiap harinya. Jam kerja pekerja akomodasi diatur dalam sistem shift, dimana dibagi menjadi tiga shift yaitu shift pagi, shift siang dan shift sore.

  • 5.    Harga-harga

Dampak perkembangan akomodasi terhadap harga-harga dilihat dari beberapa sub indikator, yaitu (1) peningkatan harga jual tanah, (2) peningkatan harga sewa tanah, (3) peningkatan harga kebutuhan pokok, (4) peningkatan harga makanan dan minuman, (5) peningkatan harga jual bangunan, (6) peningkatan harga sewa bangunan. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara diketahui bahwa pengembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap harga-harga barang di Banjaar Dinas Pengasahan. Adapun penjelasannya dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • a.    Peningkatan Harga Jual Tanah

Berkembangnya suatu daerah terkadang membuat harga tanah di daerah tersebut mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan tidak menyebabkan kenaikan harga tanah yang signifikan. Faktor utama yang mempengaruhi harga tanah adalah lokasinya. Lokasi tanah di dekat pantai akan membuat tanah tersebut lebih mahal dibandingkan harga tanah di pegunungan. Lokasi Banjar Dinas Pengasahn yang berada di dekat pantai membuat harga tanah di disini menjadi mahal.

  • b.    Peningkatan Harga Sewa Tanah


Vol. 6, No. 2 November2022.

Meningkatnya harga sewa tanah terkadang menjadi dampak dari pengembangan daerah.

Berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan tidak terlalu berpengaruh terdap harga sewa tanah. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan tidak memberikan dampak terhadap harga sewa tanah. Sama seperti harga jual

tanah, harga sewa tanah juga sangat dipengaruhi oleh lokasi tanah tersebut. semakin dekat dengan pantai maka semakin mahal harga sewanya.

  • c.    Peningkatan Harga Kebutuhan Pokok

Peningkatan harga kebutuhan pokok kadang terjadi di daerah yang berkembang. Perkembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan juga memberikan dampak ini terhadap masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan membawa dampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok, dimana harga kebutuhan pokok lebih mahal 1000-2000 dari banjar lainnya. Namun kenaikan ini tidak terlalu dipermasalahkan oleh masyarakat karena jumlah toko yang menjual barang kebutuhan pokok di Banjar Dinas Pengasahan tidak banyak, dan masyarakat dapat membeli yang lebih murah di toko yang ada di banjar lainnya yang jaraknya tidak jauh dari pemukiman masyarakat.

  • d.    Peningkatan Harga Makanan Dan Minuman

Harga makanan dan minuman menjadi salah satu barang yang mengalami kenaikan harga di daerah berkembang, apalagi daerah wisata. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan telah membuat terjadinya kenaikan harga makanan dan minuman. Keberadaan wisatawan yang memerlukan makan dan minum selama tinggal di Banjar Dinas Pengasahan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendirikan usaha makanan. Harga makanan yang ditawarkan lebih mahal dari harga makanan yang dijual di banjar lainnya, hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan terkadang merupakan bahan-bahan khusus serta adanya pelayanan berupa waiter dan waitress membuat harga makanan menjadi lebih mahal.

  • e.    Peningkatan Harga Jual Bangunan

Peningkatan harga bangunan sering terjadi di daerah-daerah yang sedang berkembang. Harga bangunan di Banjar Dinas Pengasahan sendiri mengalami kenaikan dengan berkembangnya akomodasi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan memberikan pengaruh terhadap harga jual bangunan. Jenis bangunan yang akan dijual dapat menentukan tinggi rendahnya harga jual. Bila bangunan yang akan dijual hanyalah bangunan rumah biasa harga yang ditawarkan terkadang lebih murah. Namun bila bangunan yang dijual adalah bangunan akomodasi yang masih dapat dioperasikan makan harga jualnya akan lebih tinggi. Kemungkinan untuk menggunakan bangunan tersebut untuk membuka usaha akomodasi memberikan kesempatan bagi penjual bangunan untuk menaikkan harga jual bangunannya.

  • f.    Peningkatan Harga Sewa Bangunan

Dampak perkembangan akomodasi terhadap harga sewa bangunan di bBanjar Dinas Pengashan membuat terjadinya peningkatan pada harga sewa bangunan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan embuat adanya kenaikan pada harga sewa bangunan. Namaun kenaikan ini hanya terjadi pada bangunan yang diperuntukkan untu bisnis seperti ruko, restoran maupun villa. Sementara bangunan yang disewakan untuk tempat tinggal misalnya untuk kos tidak mengalami kenaikan.

  • 6.    Distribusi Manfaat / Keuntungan

Dampak perkembanagn akomodasi terhadap distribusi manfaat/keuntungan dilihat dari beberapa sub indikator, yaitu (1) penyebaran aktivitas ekonomi (pemerataan ekonomi), (2) sumber revenue bagi


Vol. 6, No. 2 November2022.

daerah, (3) pemanfaatan pendapatan daerah. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara

yang dilakukan diketahui bahwa masyarakat memang mendapatkan distribusi manfaat dari berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan. Adapun penjelasannya dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • a.    Penyebaran Aktivitas Ekonomi (Pemerataan Ekonomi)

Pembangunan akomodasi dapat membantu penyebaran aktivitas ekonomi di daerah dibangunnya akomodasi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan telah membuat berkembangnya aktivitas perekonomian masyarakat. Industri akomodasi yang tidak dspat berdiri sendiri dan memerlukan dukungan dari industri lainnya telah membuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh pekerjaan dan memulai usaha.

  • b.    Sumber Revenue Bagi Daerah

Memberikan pendapatan bagi daerah adalah salah satu dampak dari berkembangnya akomodasi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa berkembangnya akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan telah menjadi sumber revenue bagi daerah. Setiap tahunnya Banjar Dinas Pengasahan melakukan pungutan tahunan terhadap semua usaha serta rumah tinggal warga negara asing yang ada di sana. Besaran pungutan yang dikenakan berbeda-beda tergantung jenis dan besarnya usaha. Hasil dari pungutan tersebut 30% diserahkan ke desa adat dan 70% dipergunakan untuk kas banjar. Uang ini kemudian dipergunakan untuk pembiayaan kegiatan banjar serta pembangunan-pembangunan yang dilakukan di banjar. Sementara untuk desa tidak lagi melakukan pungutan semenjak tahun 2012.

  • c.    Pemanfaatan Pendapatan Daerah

Dana yang diperoleh Banjar Dinas Pengasahan dimanfaatkan untuk mendanai kegiatan banjar. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dana yang diperoleh dari pungutan tahunan yang dilakukan 30% diberikan kepada desa adat, yang kemudian akan dipergunakan untuk mendanai upacara keagamaan ataupun perbaikan pura-pura. 70% dari dana yang diperoleh dipergunakan untuk kepentingan banjar. Seperti perbaikan fasilitas umum dan mendanai kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh banjar, seperti pendanaan kegiatan bersih-bersih pantai.

  • 7.    Pembangunan Pada Umumnya

Dampak perkembangan akomodasi terhadap pembangunan pada uumumnya diukur melalui beberapa indikator yaitu, (1) memacu pengembangan lokasi atau lahan yang kurang produktif , (2) mendorong penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara diketahui bahwa pengembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan memang memberikan pengasruh pada pembangunan disana. Adapun penjelasannya dapat dijabarkan sebagai berikut.

  • a.    Memacu Pengembangan Lokasi Atau Lahan Yang Kurang Produktif

Pembangunan akomodasi diharapkan mampu memacu pengembangan lahan kurang produktif. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebelum adanya pembangunan akomodasi, daerah Banjar Dinas Pengasahan merupakan daerah pertanian yang kritis karena sulitnya mendapatkan air irigasi. Dengan adanya pengembangan akomodasi ini, lahan yang sebelumnya sulit untuk menghasilkan kini dapat dimanfaatkan dengan lebih baik.

  • b.    Mendorong Penyebaran Infrastruktur Ke Pelosok Wilayah

Masuknya infrastruktur ke pelosok wilayah adalah salah satu keuntungan dibangunnya akomodasi di area terpencil. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa ada penambahan pada kapasitas listrik yang masuk ke Banjar Dinas Pengasahan, kemudian ada perbaikan ganggang penduduk serta jalan-jalan menuju sarana akomodasi yang juga dimanfaatkan pula oleh


Vol. 6, No. 2 November2022.

masyarakat untuk pergi ke kebun yang ada di dekat sarana akomodasi. Kemudian internet sudah masuk ke Banjar Dinas Pengasahan dan penerangan jalan juga sudah bagus.

  • 3.2 Faktor Pendorong Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Banjar Dinas Pengasahan

Perkembangan akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan telah mebawa perubahan pada sosial ekonomi masyarakat setempat. Terjadinya perubahan pada sosial ekonomi masyarakat banjar dinas pengasahan didorong oleh beberapa faktor. Untuk melihat apa saja yang mendorong terjadinya perubahan sosial ekonomi, sudah dilihat dari beberapa sub indikator yaitu (1) kontak dengan budaya lain, (2) sikap menghargai hasil karya orang lain, (3) toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang, (4) ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara diketahui apa saja yang mendorong terjadinya perubahan sosial ekonomi di dalam masyarakat Banjar Dinas Pengasahan. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

  • 1.    Kontak Dengan Budaya Lain

Masuknya wisatawan yang memiliki latar kebudayaan yang berbeda menyebabkan adanya pergesekan antara nilai-nilai masyarakat lokal dengan nilai yang dibawa oleh wisatawan. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kontak yang terjadi antara masyarakat lokal dengan wisatawan telah membuat terjadinya perubahan pola pikir dan cara pandang masyarakat. Perubahan ini berdampak pada beubahnya cara masyarakat memandang kehidupan dan mengatasi masalah yang dihadapi.

  • 2.    Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain

Memngahargai setiap hasil karya yang dihasilkan seseorang akan mendorong terjadinya perubahan sosial. Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa sikap masyarakat yang saling menghargai setiap pekerjaan yang dimiliki oleh masing-masing warga dan kemampuan warga untuk menyadari hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat mampu mendorong masyarakat untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Keinginan masyarakat untuk mengembangkan daerahnya agar bisa seperti daerah wisata lainnya juga mendorong terjadinya perubahan.

  • 3.    Toleransi Terhadap Perbuatan-Perbuatan Yang Menyimpang

Sikap toleransi tehadap penyimppangan yang terjadi di masyarakat mendorong terjadinya perubahan sosial ekonomi. Kemampuan masyarakat untuk mentoleransi nilai-nilai yang di bawa oleh wisatawan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dimasyarakat memungkinkan adanya pertukaran wawasan, pola pikir dan sudut pandang masyarakat sehingga sikap masyarakat saat berinteraksi bisa menyesuaikan dengan wisatawan.

  • 4.    Ketidak Puasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu

Adanya rasa tidak puas yang berkembang di masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupannya mendorong terjadinya perubahan pada sosial ekonomi masyarakat. Penerimaan masyarakat terhadap pengembangan daerahnya sebagai tempat wisata dan pembangunan-pembanguna sarana akomodasi tidak lain dilatar belakangi oleh rasa ketidakpuasan masyarakat terhaddap kehidupannya saat itu. Masyarakat meyakini bahwa dengan pengembangan daerah menjadi tempat wisata akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Banjar Dinas Pengashaan bila dilihat dari tipe perubahan struktur sosial yang dikemukakan oleh Sztompka adalah perubahan dalam personel (changes in personel). Perubahan dalam personel berhubungan dengan perubahan peran dan individu-individu baru dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan dengan keberadaan struktur. Hal ini terlihat dari berubahnya kedudukan perempuan dimana perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan. Begitupula lansia memiliki kesempatan untuk memiliki penghasilan sendiri.


Vol. 6, No. 2 November2022.

Meningkatnya jumlah populasi karena masuknya orang pendatang dan berubahnya mata pencaharian

masyarakat dari petani atau buruh menjadi pekerja swasta.

Dilihat dari ciri-ciri perubahan sosial, perubahan yang terjadi di Banjar Dinas Pengasahan memiliki ciri-ciri berupa perubahan sosial meliputi perubahan kebendaan dan perubahan spiritual. Perubahan kebendaan berupa berubahnya sawah menjadi sarana akomodasi atau tempat usaha, perbaikan infrastruktur dan perubahan pada kondisi lingkungan masyarakat yang lebih tertata dan bersih. Sedangkan perubahan spriritual berupa hilangnya kegiatan ritual atau upacara yang biasanya dilakukan petani di sawah yangmana rangkaiannya dimulai sebelum petani mulai turun ke sawah hingga padi yang dipanen disimpan di lumbung padi. Ketika tanah persawahan akan dialihfungsikan menjadi tegalan atau untuk dibangun akomodasi atau bangunan usaha lainnya, Betari Sri yang umumnya dipuja di sawah untuk kesuburan dan keberhasilan panen akan digingsir (dipindahkan) dan dilinggihkan di Pura Subak yang di Banjar Adat Pengasahan, Desa Adat Suraberata disebut dengan Pura Bedugul.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial ekonomi masyarakat Banjar Dinas Pengasahan ada yang berasal dari dalam dan ada yang berasal dari luar. Faktor yang berasal dari luar adalah adanya kontak dengan budaya lain. sedangkan faktor yang berasal dari dalam adalah sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju, adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang, rasa tidak puas masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

  • 4.    KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Hail dan Pembahasan , dapat diketahui bahwa perkembangan sarana akomodasi di Banjar Dinas Pengasahan telah memberikan dampak kepada sosial ekonomi masyarakat baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah, pada struktur populasi dimana adanya perubahan pada mata pencaharian masyarakat, dampak pada adanya pengembangan aktivitas ekonomi lainnya. Dampak pada kesempatan kerja dimana perkembangan sarana akomodasi telah menciptakan lapangan pekerjaan serta peluang untuk berwirausaha. Dampak terhadap distrubusi manfaat / keuntungan dimana keberadaan sarana akomodasi menjadi sumber revenue bagi daerah dan yang terakhir dampak terhadap pembangunan pada umumnya dimana pengembangan akomodasi memacu pengembangan lahan yang kurang produktif. sedangkan dampak negatif yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah dampak pada pendapatan masyarakat dimana adanya ketergantungan pada jumlah kunjungan wisatawan.

Faktor utama yang mendorong terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masyarakat Banjar Dinas Pengasahan adalah adanya kontak dengan budaya lain serta rasa ketidak puasan masyarakat terhadapa bidang-bidang kehidupan tertentu. Perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Banjar Dinas Pengashaan bila dilihat dari tipe perubahan struktur sosial yang dikemukakan oleh Sztompka adalah perubahan dalam personel (changes in personel). Dengan ciri-ciri berupa perubahan sosial meliputi perubahan kebendaan dan perubahan spiritual. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial ekonomi masyarakat Banjar Dinas Pengasahan ada yang berasal dari dalam dan ada yang berasal dari luar.

Ucapan Terima kasih

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Pariwisata atas dukungan yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata atas segala dukungan, semangat, motivasi dan fasilitas yang diberikan. Terimakasih pula kami ucapkan kepada Sekertaris Desa Lalanglinggah, Kelian Dinas Banjar Dinas Pengasahan, dan Kelian Adat Banjar Dinas Pengasahan atas kesediaannya sebagai narasumber, serta seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.


Vol. 6, No. 2 November2022.


  • 5.    DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mulat Wigati. 2006. Sosiologi untuk SMP dan MTs. Jakarta: Grasindo

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi. Aksara

Adile, Jean M. 2016. “Perubahan Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan Setelah Reklamasi di Kelurahan

Wenang Selatan.” 2016. Journal article Politico: Jurnal Ilmu Politik

Arifin, Z. 2002. “Kondisi Sosial Ekonomi Petani Tebu di Desa Negara Batin. Sungkai Selatan”. Bandar Lampung: UNILA

Darma, Rio Sulistia dan Pujani, Luh Putu Kerti. 2018. “Implikasi Perkembangan Pariwisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Sibunga – Bunga, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara”. 2018. Jurnal Destinasi Pariwisata

Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan. Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo

Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Derah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 Tentang. Desa Adat Di Bali.

Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: C.V ANdi Offset

Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial Sketsa Teori Dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.

Yogyakarta: Tiara Wacana

Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo Persada

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sukmayani, Ratna dkk.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: PT Galaxy Puspa

Sumiati, Ni Wayan. 2019. “Kajian Dampak Keberadaan Usaha Akomodasi Pariwisata Terhadap Aspek Lingkungan, Sosial Budaya, Dan Ekonomi Di Kawasan Pariwisata Amed Kabupaten Karangasem, Bali”. 2019 Jurnal Kepariwisataan Dan Hospitalitas

Suratmo, F Gunawan. 2004. Analisis mengenai dampak lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University press

Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Andi.

Suwena, I Ketut dan I Gusti Ngurah Widyatmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana University press.

Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi perubahan sosial. Jakarta : Prenada

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 6 Tahun 2014. Tentang. Desa

Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah.

Wawan Kurniawan. 2015. “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata Umbul Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang”. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

28