JURNAL KEPARIWISATAAN DAN HOSPITALITAS

Vol. 3, No. 2 November 2019.

Komparasi penerapan konsep green meeting pada penyediaan venue MICE di Centara Grand Beach Resort Samui Thailand dan Meliá Bali Indonesia

Ni Luh Putu Sarasswati, Fanny Maharani Suarka2), Ni Nyoman Sri Aryanti3) Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana Jl. DR. R. Gorris No. 07

E-mail : sarasswatipuput@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konsep Green Meeting pada penyediaan fasilitas venue MICE di Centara Grand Beach Resort Samui (CSBR) Thailand dan Meliá Bali Indonesia, beserta dengan perbedaan-perbedaan didalam penerapannya. Variabel yang digunakan, yaitu variabel konsep Green Meeting yang terdiri dari 5 indikator yaitu manjemen, aksesibilitas dan penyertaan sosial/accessibility and social inclusion, katering dan pelayanan / catering and service, efisiensi energi dan air/ water and energy efficiency, pengolahan limbah / waste management. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif komparatif dengan pendekatan kualitatif, dan menggunakan skala pengukuran gutman. Hasil analisis menunjukkan bahwa CSBR dan Meliá Bali telah menerapkan konsep Green Meeting dengan persentase 91.67% untuk CSBR, dan 79.17% untuk Meliá Bali. Hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa indikator yang paling kurang mplementasinya pada kedua hotel yaitu indikator Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency.

Kata kunci: Green Meeting, Venue MICE, Centara Grand Beach Resort Samui, Meliá Bali.

Abstract

The aim of this research is to find the implementation of Green Meeting concept on the provision of MICE Venue at Centara Grand Beach Resort Samui Thailand and Meliá Bali Indonesia and their differences in its implementation. The variable that used is Green Meeting concept with 5 indicators. That 5 indicators are management, accessibility and social inclusion, catering and service, water and energy efficiency, and waste management. Data obtained through observation, interview, and documentation. The collected data analyzed by using a descriptive-comparative method that approaches by a qualitative method and using Gutman Scale for the measurement. The result shows that the two of the hotel have been implemented Green Meeting concept. Percentages of each hotel are 91.67% for Centara Grand Beach Resort Samui and 79.17% for Meliá Bali. The result also shows that the lowest indicator implementation in two of the hotel is Water and Energy Efficiency Indicator.

Kata kunci: Green Meeting, Venue MICE, Centara Grand Beach Resort Samui, Meliá Bali.

  • 1.    PENDAHULUAN

Meeting Intensive Convention and Exhibition (MICE) merupakan salah satu bentuk kegiatan pariwisata yang berpotensi untuk memberikan kontribusi pada pariwisata dalam jumlah besar. Sektor ini telah dianggap sebagai salah satu sektor yang paling dinamis dan penting dari industri pariwisata yang lebih berfokus pada kegiatan bisnis daripada rekreasi/Leisure (McCabe at all, 2000 dalam Hamid at all, 2013). Kegiatan ini telah terbukti dapat menghasilkan pendapatan untuk negara melalui atraksi dan acara yang diadakan, serta meningkatkan jumlah pengunjung ke negara dimana kegiatan ini dilangsungkan, khususnya pengunjung yang datang dengan tujuan bisnis. Pada Asia Pasifik sendiri, industry MICE merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi, kerjasama regional, dan pengembangan intelektual (UNWTO, 2012). Beberapa negara di Asia Pasifik yang menggunakan sektor pariwisata dan industry MICE sebagai salah satu ujung tombak perekonomian yaitu Thailand dan Indonesia.

Berbicara tentang industry MICE, baik Thailand maupun Indonesia menempati Top 15th Negara tujuan MICE di Asia Pasifik. Tercatat ada sebanyak 742 meeting yang diselenggarakan di

Thailand dan 443 meeting yang diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 2013 – 2017. Rata-rata penyelenggaraan meeting dikedua negara tersebut, yaitu 148 meeting untuk Thailand dan 89 meeting untuk Indonesia setiap tahunnya (ICCA Report absrak, 2013-2017). Berdasarkan jumlah tersebut dapat dilihat berapa besar dan banyaknya dampak yang diperoleh dimasing-masing Negara, tidak hanya dalam bentuk positif namun juga dalam bentuk negatif.

Saat ini dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh adanya meeting industry menjadi salah satu topik hangat yang dibicarakan hampir diseluruh dunia. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Rittichainuwat dan Mair (2012) (dalam Bartkeviciut, 2013) bahwa meeting industry dianggap sebagai aktifitas yang cukup boros dan berkontribusi terhadap polusi udara oleh penerbangan domestik dan internasional. Selain itu Lee, Breiter dan Choi (dalam Bartkeviciut, 2013) merasa yakin bahwa semua peserta rapat menggunakan banyak sumber daya dan menghasilkan banyak limbah. Berdasarkan ke-2 pernyataan diatas, sudah dapat dilihat bahwa dampak negatif yang dimaksud pada meeting industry yaitu dampak negatif aktifitas meeting industry terhadap lingkungan. Adapun dampak-dampak negatif tersebut, yaitu pencemaran udara yang diakibatkan banyaknya penggunaan transportasi yang digunakan masing-masing peserta hingga sampai dilokasi meeting, pemborosan sumber daya, seperti pemanasan dan pendinginan tempat yang menyebabkan boros akan pemakaian energi, penyediaan materi kepada partisipan yang menyebabkan keborosan akan kertas, katering untuk makanan dan akomodasi, pemborosan terhadap penggunaan energi dan air, menghasilkan banyak limbah, dan berkontribusi terhadap perubahan iklim melalui emisi gas rumah kaca (UNEP, 2009). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi/mengurangi dampak negatif dari adanya meeting industry tersebut yaitu dengan menerapkan konsep Green Meeting.

Green Meetings adalah adalah konsep yang menggabungkan pertimbangan lingkungan di seluruh tahapan / proses meeting / pertemuan dalam rangka meminimalkan dampak negatif dari adanya aktifitas tersebut terhadap lingkungan dan memberikan dampak positif kepada masyarakat tuan rumah / daerah tempat diselenggaraknnya meeting tersebut, khususnya dalam hal sosial-lingkungan (UNEP, 2009). Beberapa manfaat yang bisa didapatkan dengan penerapan konsep Green Meeting yaitu melalui penerapan konsep Green Meeting dapat menghemat pengeluaran dan dapat memberikan dampak positif pada lingkungan.

Konsep Green Meeting sendiri telah banyak diterapkan di berbagai negara di dunia termasuk dibelahan negara-negara Asia-Pasifik, seperti Taiwan, Singapura, dan Thailand. Keseriusan tersebut dapat dilihat salah satunya dengan dikeluarkannya panduan/guideline terkait penerapan Green Meeting baik oleh orginazer, venue provider, hingga participant yang disesuaikan dengan kaakteristik dari masing-masing MICE Industri yang berkembang dinegara tersebut. Guideline tersebut yaitu 2016 Green MICE Guideline oleh Taiwan, Sustainability Guideline For The Singapore MICE Industry oleh Singapore Board (2013), dan Thailand Sustainability Event Guide oleh Thailand (2015).

Keseriusan pemerintah Thailand dalam menanggulangi dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kegiatan MICE, dilihat dari dibentuknya lembaga khusus penanganan dan perencanaan kegiatan MICE yaitu Thailand Convention & Exhibithion Bureau (TCEB). Lembaga ini didirkan pada tahun 2004 dan mulai fokus dalam pengembangan kegiatan MICE berbasis ramah lingkungan sejak tahun 2008. Selanjutnya pada tahun 2009 TCEB menerbitkan Green Meeting guideline pertama mereka. Hal tersebut menjadikan Thailand sebagai Negara pertama yang membuat roadmap Green Meeting yang dinamis, dan menggunakannya untuk menyebarkan pesan erkait Green MICE keseluruh ASIA. Selanjutnya konsep dan guideline tersebut disebarkan dan diinformasikan keseluruh destinasi industry MICE di Thailand, termasuk Koh Samui.

Koh samui merupakan salah satu dari Top 5 MICE Destination di Thailand (Meet in Thailand, 2018). Koh Samui merupakan pulau terbesar ketiga di Thailand setelah Phuket dan Koh 98


Chang, dimana sejak lama telah menjadi salah satu pilihan tujuan utama untuk MICE di wilayah tersebut. Banyaknya jumlah hotel dan resort, bandara yang baru direnovasi, dan pariwisata yang telah beraktifitas puluhan tahun di belakangan, Koh Samui sangat ideal sebagai tujuan untuk para pelancong bisnis internasional (Thailand Incentive and Convention Association, 2018). Beberapa event besar dengan skala international yang diadakan di Koh Samui seperti, Internaional Conference on Advanced Technology Innovation 2017 (ICATI 2017) pada tahun 2017, 2nd International Conference on Environmental Engineering and Sustainable pada tahun 2017, dan lain-lain. Salah satu hotel yang mennyediakan fasilitas Venue MICE di Koh Samui yaitu Centara Grand Beach Resort Samui (CSBR). Centara Grand Beach Resort Samui merupakan hotel resort yang terletak pada destinasi utama di Koh Samui, yaitu Chaweng Beach. Hotel ini merupakan salah satu lokasi penyelenggaraan event & conference terbesar di Koh Samui. Centara Grand Beach Resort Samui memiliki 5 buah meeting dngan kapasitas total sebesar 530 orang. Beberapa event besar yang pernah diselenggarakan seperti sebagai tuan rumah diselenggarakannya event tahunan Samui Regatta, The 24th Meeting of The Sub-Committee On ATIGA Rules of Origin 2017, dan lain-lain.

Selanjutnya terkait pengembangan konsep Green meeting di Thiland, pada faktanya guideline tersebut yang telah diterbitkan oleh TCEB tidak sampai pada Centara Grand Beach Resort Samui (CSBR), dengan kata lain CSBR tidak menerapkan standard/guideline tersebut. Hal tersebut cukup disayangkan, mengingat CSBR merupakan salah satu destinasi utama dengan tujuan MICE di Koh Samui. Hal tersebut juga mengindikasi bahwa, meskipun pengembangan konsep Green Meeting di Thailand sudah cukup pesat, namun belum dapat merangkul seluruh destinasi MICE yang tersebar di Negaranya.

Berbeda dengan Thailand, hingga saat ini di Indonesia belum ada wacana maupun guideline dan lembaga khusus yang menyikapi isu lingkungan akibat adanya kegiatan MICE Industri tersebut. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk mengembangkan sektor meeting industry. Peluang tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan dengan tujuan MICE pada destinasi MICE di Indonesia yang rata-rata mengalami peningkatan. Salah satunya, yaitu pada destinasi MICE di Bali. Bali merupakan destinasi MICE yang paling unggul di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah penyelenggaraan event serta pringkat Bali pada hasil Statistic ICCA (International Congress and Convention Association) dalam beberapa tahun terakhir sebagai berikut.

Tabel 1. Jumlah Penyelenggaraan Event Pada Destinasi MICE di Indonesia 2013-2017

Kota/ Provinsi

2013

2014

2015

2016

2017

Total Jumlah

Jum -lah

Rank

Jumlah

Rank

Jumlah

Rank

Jum -lah

Rank

Jum -lah

Rank

Bali

68

11

38

15

40

16

43

15

40

15

229

Bandung

6

74

-

-

-

-

8

69

-

-

14

Jakarta

27

20

26

19

16

34

15

40

13

51

97

Yogyakarta

8

58

10

49

8

68

14

46

15

39

55

Sumber: Kompilasi data ICCA 2013-2017

Berdasarkan table diatas, diketahui bahwa Bali selalu unggul di banding destinasi MICE lain yang ada di Indonesia. Salah satu hotel yang mennyediakan fasilitas Venue MICE di Bali, yaitu Meliá Bali. Meliá Bali merupakan salah satu hotel resort yang terletak pada kawasan wisata esklusive yang juga merupakan salah satu kawasan utama destinasi MICE di Bali, yaitu Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Nusa Dua. Meliá Bali memiliki 9 buah meeting room dengan total kapasitas sebesar 1300 orang. Beberapa event & conferences yang pernah diselenggarakan di Meliá Bali, seperti Workshop on Protection, Resettlement and Repatriation & Bali Process Ad Hoc Group pada tahun 2010, International Conference Famili Planning pada tahun 2016, 2018 Annual Distribution Sales Convention – Asia Pasific, dan lain-lain.

Berdasarkan paparan diatas, dapat diketahui bahwa jumlah dan kapasitas meeting room yang disediakan dimasing-masing hotel cukup besar, yaitu lebih dari 500 orang dalam satu waktu. Melihat jumlah tersebut maka sudah dapat di bayangkan jumlah limbah yang dihasilkan dari masing-masing individu dan masing-masing meeting aktifities yang dilakukan, khususnya dampak yang timbulkan kepada lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk mengetahui sejauh mana penerapan konsep Green Meeting yang diterapkan dimasing-masing hotel di kedua negara, yaitu Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan khususnya dalam sektor penyediaan jasa tempat / venue sebagai tempat dilangsungkannya kegiatan meeting tersebut.

Selanjutnya hasil analisis akan dikomparasikan untuk mengetahui gambaran jelas terkait penerapan konsep Green Meeting dikedua hotel serta mengetahui persamaan dan perbedaan penerapannya. Hal tersebut dilakukan mengingat baik CSBR maupun Meliá Bali tidak memiliki standard Green Meeting yang digunakan, meskipun Thailand telah menerbitkan standard resmi terkait konsep Green Meeting tersebut. Selain itu terkait pengembangan konsepgreen meeting di Indonesia, perlu diketahui bahwa meskipun di Indonesia belum ada, namun Bali telah memiliki lembaga resmi yang mengawasi jalannya industri pariwisata yang berbasis ramah lingkungan. Lembaga resmi tersebut yaitu Tri Hita Karana, atau yang disingkat menjadi THK.

THK merupakan sebuah lembaga resmi berbentuk yayasan yang mengawasi jalannya aktifitas dari industri pariwisata agar sesuai dengan konsep ajaran dari mitologi agama Hindu. Secara garis besar, Tri Hita karana merupakan sebuah inisiatif berdasarkan filosofi lokal tentang keselarasan yang diterapkan untk mempromosikan pembangunan berkelanjutan, serta sebagai alat untuk mencegah dampak negatif pengembangan pariwisata terhadap alam dan budaya di Bali (Dharma Putra, 2009). Keberadaan lembaga tersebut selanjutnya tentu akan memengaruhi penyelenggaraan fasilitas MICE di Bali, khususnya Meliá Bali meskipun konsep tersebut tidak menjurus secara langsung kearah MICE itu sendiri.

  • 2.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertempat di Centara Grand Beach Resort Samui Thailand Dan Meliá Bali Indonesia. Variabel yang digunakan yaitu variabel Green Meeting Venue dengan indikator Manjemen/Management, Aksesibilitas dan penyertaan sosial/Accessibility and Social Inclusion, Katering dan Pelayanan/ Catering and Service, Effisiensi Air dan Energi/Energy and Water Efficiency, dan Penanganan Limbah/Waste Management. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan yang digunakan yaitu purposive sampling. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif komparatif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan skala pengukuran yaitu skala gutman dalam proses analisis tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan konsep Green Meeting pada fasilitas Venue MICE di Cenatara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak manajemen dimasing-masing hotel venue yaitu dapat dilihat pada diagram 1 sebagai berikut.

Diagram 1. Penerapan Konsep Green Meeting Pada Penyediaan Venue MICE di Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali

Sumber: Hasil Olah Data Wawancara, 2018

Selanjutnya, komparasi terkait Penerapan Konsep Green Meeting Pada Penyediaan Venue MICE di Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali berdasarkan masing-masing variabel dapat dijbarkan sebagai berikut.

  • 1.    Manjemen

Penerapan konsep Green Meeting pada penyedian Venue MICE terkait Manjemen diukur melalui beberapa sub-indikator yang terdiri dari (1) Memiliki kebijakan lingkungan atau environment policy, (2) Menyediakan informasi terkait penerapan konsep green meeting kepada para staff dan tamu serta mengajak/mengikutsertakan partisipasi dari para tamu, (3) Memiliki pelatihan staff terkait environment responsibilities, (4) Memiliki akreditasi atau sertifikat terkait Environmental Management System, (5) Memiliki kebijakan pembelian dari distributor lokal (ecoprocurement). Berikut merupakan persamaan dan perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait aspek Manjemen diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Tabel 2. Perbedaan peeraapan konsep green meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Manjemen diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Indikator

Sub-Indikator

CSBR

Meliá Bali

Manjemen

Memiliki kebijakan lingungan atau environment policy

1

1

Menyediakan informasi terkait penerapan konsep green meeting kepada para staff dan tamu serta mengajak/mengikutsertakan partisipasi dari para tamu

1

1

Memiliki pelatihan staff terkait environment responsibilities

1

1

Memiliki akreditasi atau sertifikat terkait Environmental Management System

1

1

Memiliki kebijakan pembelian dari distributor lokal (ecoprocurement)

1

1

Total

5

5

Persentase

100.00

100.00

Sumber: Hasil Olah Data Angket, 2018

Berdasarkan data pada table 4.11 diatas dapat diketahui bahwa kedua fasilitas venue MICE pada masing-masing hotel telah memenuhi seluruh kriteria konsep Green Meeting terkait variabel kebijakan manjemen lingkungan / environment management policy. Hal tersebut tidak lepas dari fakta bahwa kedua hotel merupakan jenis hotel resort yang dijalankan dengan konsep green hotel. Selain itu fakor lain yang mempengaruhi yaitu standar green practice yang diikuti oleh kedua hotel, dimana kedua hotel sama-sama mengikuti standar green practice dari lembaga sertifikasi dan pembimbing referensi ilmiah green practice EarthCheck. Hal tersebut dikarenakan sub-indikator yang terdapat pada variabel kebijakan manjemen lingkungan / environment management policy juga terdapat didalam standar dari EarthCheck itu sendiri. Adapun sertifikasi green yang diperoleh kedua hotel berdasarkan evaluasi dan monitoring dari lembaga EarthCheck yaitu Gold Certificate untuk Centara Grand Beach Resort Samui dan Master Certificate untuk Meliá Bali.

  • 2.    Aksesibilitas Dan Penyertaan Sosial/Accessibility And Social Inclusion

Penerapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Aksesibilitas dan penyertaan sosial/Accessibility and Social Inclusion diukur melalui beberapa sub-indikator yang terdiri dari (1) Lokasi dekat dengan transportasi publik atau pusat kota, (2) Lokasi 101

dekat dengan area hotel/akomodasi atau bahkan memiliki hotel/akomodasi sendiri, (3) Menyediakan toilet diarea/di laintai yang sama dengan lokasi meeting room, (4) Menyediakan variasi lokasi tempat duduk untuk partisipan dengan kebutuhan khusus. Berikut merupakan perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Aksesibilitas dan penyertaan sosial/Accessibility and Social Inclusion diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Tabel 3. Perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Aksesibilitas dan penyertaan sosial/Accessibility and Social Inclusion diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Indikator

Sub-Indikator

CSBR

Meliá Bali

Aksesibilitas dan penyertaan sosial/Accessibility and Social Inclusion

Lokasi dekat dengan transportasi publik atau pusat kota

1

0

Lokasi dekat dengan area hotel/akomodasi atau bahkan memiliki hotel/akomodasi sendiri

1

1

Menyediakan toilet diarea/di laintai yang sama dengan lokasi meeting room.

1

1

Menyediakan variasi lokasi tempat duduk untuk partisipan dengan kebutuhan khusus

1

1

Total

4

3

Persentase

100.00

75.00

Sumber: Hasil Olah Data Angket, 2018

Berdasarkan table 3 diatas diketaui bahwa penerapan konsep Green Meeting pada penyediaan fasilitas Venue MICE terkait Lokasi dan Transportasi / Location and Transportation pada Centara Grand Beach Ressort Samui telah diterapkan sebanyak 100% sedaangkan Meliá Bali telah meneapkan sebanyak 75%. Perbedaan penerapan yang terjadi diantara Centara Grand Beach Ressort Samui dan Meliá Bali yaitu pada sub-indikator lokasi dekat dengan transportasi publik atau pusat kota.

Pada dasarnya lokasi dan sarana transportasi tersebut merupakan salah satu upaya penerapan Green Meeting yang cukup diertimbangkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan MeetingsNet, 2010a; Carey, 1999; VCC, 2010; MeetingsNet, 2009 dalam Obritzhauser, 2011 yang menyebutkan bahwa “Untuk pertemuan internasional yang besar, disarankan untuk memilih destinasi yang terhubung ke pusat transportasi seperti bandara internasional yang besar dan jika diperlukan beberapa tempat, mereka harus berada dalam jarak berjalan kaki satu sama lain”. Lokasi Meliá Bali berada cukup jauh dari sarana transporasi publik dan pusat kota. Seperti yang telah dijelaskan bahwa Meliá Bali terletak pada suatu kawasan wisata ekslusif yaitu ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) Nusa Dua, Bali. Karena lokasinya yang ekslusive maka tidak sembrang tansportasi publik dapat berlalu lalang didalamnya. Transportasi publik yang biasa berlalu lalang yaitu taxi, dimana txi bukan merupakan jenis transprtasi publik yang dimaksud pada konsep Green Meeting ini.

Berbeda dengan Meliá Bali, Centara Grand Beach Ressort Samui (CSBR) memili lokasi yang sangat strategis, dimana terletak pada salah satu destinasi utama di Koh Samui. Karena letaknya yang berada pada salah satu pusat kegiatan pariwisata, menyebabkan CSBR dikeilingi oleh tempat hiburan, perbelanjaan, makan dan minum, serta transportasi publik yng senantiasa berlalu-lalang diekitar hotel.

Kendati lokasi CSBR cukup jauh dari pusat kota, namun perjalanannya dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum maupun shuttle bus yang disediakan oleh CSBR. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh MeetingsNet (dalam Obritzhauser, 2011) yaitu, selain saranan transportasi umum tersebut, pihak hotel/venue juga menyediakan shuttle bus yang dapat digunakan participant untuk berpergian, dimana shuttle bus merupakan salah satu upaya untuk membantu mengurangi jejak karbon. Sarana shuttle bus pada Centara Grand Beach Samui tidak terbatas untuk digunakan mengantar dan menjemput partisipan atau tamu hotel dari bandara, namun dapat digunakan juga sebagai sarana untuk mengantar tamu/partisipan bepergian lokasi wisata lainnya.

  • 3.    Katering dan Pelayanan / Catering and Service

Penerapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Katering dan Pelayanan / Catering and Service diukur melalui beberapa sub-indikator yang terdiri dari (1) Menawarkan dan menyediakan menu dengan bahan-bahan lokal, (2) Menyediakan Jar atau dispenser untuk mengurangi penggunaan air dalam kemasan, (3) Menggunakan distributor lokal dalam memasok kebutuhan, (4) Menghindari wadah penyajian tunggal untuk makanan dan bumbu (misalnya susu, krim, gula, mentega, saus tomat,sereal sarapan, dll), (5)Mendonasikan kelebihan makanan yang dapat digunakan untuk amal (sesuai dengan peraturan kesehatan setempat), (6) Menawarkan pilihan menu vegetarian, (7) Saff keberihn diberikan peatihan terkait praktik pembersihan yang ramah lingkungan, dan (8) Menggunakan bahan pembersih yang ramah lingkungan /biodegradable. Berikut merupakan perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Katering dan Pelayanan / Catering and Service diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Tabel 4. Perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Katering dan Pelayanan / Catering and Service diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Indikator

Sub-Indikator

CSBR

Meliá Bali

Katering dan Pelayanan / Catering and Service

Menawarkan dan menyediakan menu dengan bahan-bahan lokal

1

1

Menyediakan Jar atau dispenser untuk mengurangi penggunaan air dalam kemasan.

1

1

Menggunakan distributor lokal dalam memasok kebutuhan

1

1

Menghindari wadah penyajian tunggal untuk makanan dan bumbu (misalnya susu, krim, gula, mentega, saus tomat,sereal sarapan, dll).

1

1

Mendonasikan kelebihan makanan yang dapat digunakan untuk amal (sesuai dengan peraturan kesehatan setempat)

1

1

Menawarkan pilihan menu vegetarian

1

1

Saff keberihn diberikan peatihan terkait praktik pembersihan yang ramah lingkungan

1

1

Menggunakan bahan pembersih yang ramah lingkungan / biodegradable

1

1

Total

8

8

Persentase

100.00

100.00

Sumber: Hasil Olah Data Angket, 2018

Berdasarkan data pada table 4 diatas dapat diketahui bahwa kedua fasilitas venue MICE pada masing-masing hotel tlah memenuhi seluruh kriteria konsep Green Meeting terkait variabel Katering dan Pelayanan / Catering and Service.

  • 4.    Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency

Penerapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency diukur melalui beberapa sub-indikator yang terdiri dari (1) Menggunakan peralatahan hemat energy (LED atau CFL’s Lighting), (2) Menyediakan penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami, (3) Menyediakan opsi untuk mengimbangi emisi karbon acara dengan membeli energi terbarukan (RECs), (4) Menggunakan peralatan low flush atau dual flush toilet. Berikut merupakan perbedaan peneraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Tabel 5. Perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Indikator

Sub-Indikator

CSBR

Meliá Bali

Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency

Menggunakan peralatahan hemat energy (LED atau CFL’s Lighting)

1

1

Menyediakan penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami.

1

0

Menyediakan opsi untuk mengimbangi emisi karbon acara dengan membeli energi terbarukan (RECs)

0

0

Menggunakan peralatan low flush atau dual flush toilet

0

0

Total

2

1

Persentase

50.00

25.00

Sumber: Hasil Olah Data Angket, 2018

Berdasarkan table 5 diatas diketaui bahwa penerapan konsep Green Meeting pada penyediaan fasilitas Venue MICE terkait Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency pada Centara Grand Beach Ressort Samui (CSBR) dan Meliá Bali telah diterapkan masing-masing sebanyak 50% untuk CSBR dan 25% untuk Meliá Bali . Perbedaan penerapan yang terjadi diantara Centara Grand Beach Ressort Samui dan Meliá Bali yaitu pada indikator penyediaan penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami.

Penyediaan penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami Centara Grand Beach Ressort Samui tersedia pada seluruh venue indoor seperti meeting room dan ballroom . Hal tersebut berbeda dengan Meliá Bali dimana seluruh venue indoor pada melia bali berada dalam kondisi tertutup dan tidak menyediakan opsi untuk penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami temasuk untuk lokasi coffee break.

  • 5.    Pengolahan Limbah / Waste Management

Penerapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait pengolahan limbah / waste management diukur melalui beberapa sub-indikator yang terdiri dari (1) Semua limbah yang dihasilkan diklasifikasikan berdasarkan bahannya (kertas, plastic, logam, dan organic), (2) Menyediakan tempat sampah berlabel baik pada area venue dan area staff (termasuk dapur), (3) Memiliki program penanganan sisa makanan. Berikut merupakan perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait pengolahan limbah / waste management diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Tabel 6. Perbedaan peeraapan konsep Green Meeting pada penyedian fasilitas Venue MICE terkait pengolahan limbah / waste management diantara Centara Grand Beach Resort Samui dan Meliá Bali.

Indikator

Sub-Indikator

CSBR

Meliá Bali

Pengolahan

Limbah     /

Waste

Management

Semua   limbah   yang   dihasilkan   diklasifikasikan

berdasarkan bahannya (kertas, plastic, logam, dan organic)

1

0

Menyediakan tempat sampah berlabel baik pada area venue dan area staff (termasuk dapur)

1

1

Memiliki program penanganan sisa makanan

1

1

Total

3

2

Persentase

100.00

66.67

Sumber: Hasil Olah Data Angket, 2018

Berdasarkan table 6diatas diketaui bahwa penerapan konsep Green Meeting pada penyediaan fasilitas Venue MICE terkait pengolahan limbah / waste management pada Centara Grand Beach Ressort Samui unggul 33.33% dari Meliá Bali. Centara Grand Beach Ressort Samui telah memenuhi seluruh sub-indicator, sedangkan Meliá Bali memenuhi 2 dari 3 sub-indikator. Perbedaan penerapan yang terjadi diantara Centara Grand Beach Ressort Samui dan Meliá Bali yaitu pada sub-indikator semua limbah yang dihasilkan diklasifikasikan berdasarkan bahannya (kertas, plastic, logam, dan organic).

Pada Centara Grand Beach Resort Samui, limbah yang dikumpulkan dan diklasifikasikan sesuai dengan bahan bakunya. Hal tersebut dilakukan juga untuk mendukung program recycle yang dijalankan, baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga. Limbah tersebut oleh CSBR kemudian diklasifikasikan kedalam empat jenis, yaitu plastic (plastik kemudian dipilah kembali menjadi 2 kategori yaitu plastic dalm bentuk lembaran dan plastic dalam bentuk botol), kertas, metal, dan gelas kaca, sesuai dengan anjuran standard green meeting. Selain iu, CSBR juga memiliki satu tempat penyimpanan limbah lainnya, yaitu tempat penampungan/penimpanan khusus limbah basah yang berasal dari kitchen dan sisa-sisa makanan sebelum dibawa ke landfill maupun peternakan babi dan tempat penampungan anjing liar.

Hal tersebut berbeda dengan Meliá Bali, dimana limbah yang terkumpul hanya diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu limbah kitchen (limbah yan berasal dari kitchen termasuk bar dan restoren) serta limbah house keeping (limbah yang berasal dari guest room dan publik area). Hal menarik yang ditemukan yaitu penyediaan tempat sampah dengan klasifikasi recycle dan general pada meeting room, yang juga merupakan syarat dari penerapan konsep Green Meeting itu sendiri. Setelah partisipan memuang/menempatkan sampah/imbah mereka sesuai dengan klasifikasi (recycle dan general), namun nantinya limbah tersebut akan kembali bersatu menjadi limbah Housekeeping yang akan disimpan pada garbage room. Selanjutnya berikut akan ditampilkan ringkasan dari komparasi penerapan konsep Green Meeting pada penyediaan fasilitas Venue MICE baik di Centara Grand Beach Resort Samui maupun Meliá Bali.

Tabel 7. Summary Komparasi Penerapan Konsep Green Meeting Pada Penyediaan Fasilitas Venue MICE Baik Di Centara Grand Beach Resort Samui Maupun Meliá Bali

Indikator

Sub-Indikator

CSBR

Meliá Bali

Manjemen

Memiliki kebijakan lingungan atau environment policy

1

1

Menyediakan informasi terkait penerapan konsep green meeting kepada para staff dan tamu serta mengajak/mengikutsertakan partisipasi dari para tamu

1

1

Memiliki pelatihan staff terkait environment responsibilities

1

1

Memiliki akreditasi atau sertifikat terkait Environmental Management System

1

1

Memiliki kebijakan pembelian dari distributor lokal (ecoprocurement)

1

1

Aksesibilitas dan penyertaan sosial/Accessibility and Social Inclusion

Lokasi dekat dengan transportasi publik atau pusat kota

1

0

Lokasi dekat dengan area hotel/akomodasi atau bahkan memiliki hotel/akomodasi sendiri

1

1

Menyediakan toilet diarea/di laintai yang sama dengan lokasi meeting room.

1

1

Menyediakan variasi lokasi tempat duduk untuk partisipan dengan kebutuhan khusus

1

1

Katering dan Pelayanan / Catering and Service

Menawarkan dan menyediakan menu dengan bahan-bahan lokal

1

1

Menyediakan Jar atau dispenser untuk mengurangi penggunaan air dalam kemasan.

1

1

Menggunakan distributor lokal dalam memasok kebutuhan

1

1

Menghindari wadah penyajian tunggal untuk makanan dan bumbu (misalnya susu, krim, gula, mentega, saus tomat,sereal sarapan, dll).

1

1

Mendonasikan kelebihan makanan yang dapat digunakan untuk amal (sesuai dengan peraturan kesehatan setempat)

1

1

Menawarkan pilihan menu vegetarian

1

1

Saff keberihn diberikan peatihan terkait praktik pembersihan yang ramah lingkungan

1

1

Menggunakan bahan pembersih yang ramah lingkungan / biodegradable

1

1

Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency

Menggunakan peralatahan hemat energy (LED atau CFL’s Lighting)

1

1

Menyediakan penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami.

1

0

Menyediakan opsi untuk mengimbangi emisi karbon acara dengan membeli energi terbarukan (RECs)

0

0

Menggunakan peralatan low flush atau dual flush toilet

0

0

Pengolahan Limbah / Waste

Management

Semua limbah yang dihasilkan diklasifikasikan berdasarkan bahannya (kertas, plastic, logam, dan organic)

1

0

Menyediakan tempat sampah berlabel baik pada area venue dan area staff (termasuk dapur)

1

1

Memiliki program penanganan sisa makanan

1

1

Total

22

19

Persentase

91.67

79.17

Sumber: Hasil Olah Data Angket, 2018

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa dari 24 sub indkator, Centara Grand Beach Resort Samui telah mampu menerapkan 22 diantaranya, sedangkan Meliá Bali telah mampu menerapkan 19 diantaranya. Berdasarkan tabel diatas pula dapat diketahui bahwa indikator yang paling kurang mplementasinya pada kedua hotel yaitu indikator Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency. Penerapan pada indikator tersebut, khusunya pada sub indikator penyediaan penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami dipengaruhi oleh bentuk dasar dari desain bangunan hotel itu sendiri, sehingga perlu upaya extra dala penerapannya.

  • 4.    KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa penerapan konsep Green Meeting pada penyediaan Venue MICE di Centara Grand Beach Resort Samui yaitu yaitu sebesar 91.67% untuk Centara Grand Beach Resort Samui dan 79.17% untuk Meliá Bali. Hasil identifikasi juga menunjukkan bahwa indikator yang paling kurang mplementasinya pada kedua hotel yaitu indikator Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency. Selanjutnya, penerapan konsep Green Meeting pada masing-masing hotel venue beserta komparasinya per variabel dapat dijabarkan sebagai berikut. Pada variabel manajemen dan katering dan pelayanan / catering and service, baik CSBR maupun Meliá Bali telah sama-sama menerapkan seluruh sub-indikator dari konsep Green Meeting tersebut. Selanjutnya, pada variabel aksesibilitas dan penyertaan sosial/accessibility and social inclusion, jumlah persentase penerapan konsep Green Meeting pada CSBR yaitu sebesar 100% dengan memenuhi seluruh sub-indikator sedangkan Meliá Bali yaitu sebesar 75% dengan memenuhi 3 dari 4 sub-indikator yang tersedia. Adapun sub-indikator yang belum diterapkan oleh Meliá Bali pada indikator tersebut yaitu ‘Lokasi dekat dengan transportasi publik atau pusat kota’.

Pada variabel terkait Efisiensi Energi dan Air/ Water and Energy Efficiency, CSBR telah menerapkan standar konsep Green Meeting tersebut sebanyak 50% dengan memenuhi 2 dari 4 indikator, sedangkan melia Meliá Bali telah yaitu sebesar 25%, dengan memenuhi 1 dari 4 sub-indikator. Sub-indikator yang telah diterapkan yaitu ‘Menggunakan peralatahan hemat energy (LED atau CFL’s Lighting)’ (telah diterapkan dikedua hotel), dan sub-indikator ‘Menyediakan penggunaan pencahayaan dan ventilasi alami’ untuk CSBR.

Selanjutnyayaitu variabel pengolahan limbah / waste management. Pada variabel ini CSBR lebih unggul sebanyak 33.33% dari Meliá Bali dengan memenuhi seluruh sub-indikator, sedangkan Meliá Bali hanya memenuhi 3 dari 4 sub-indikator. Adapun sub-indikator yang belum terpenuhi pada Meliá Bali yaitu, sub-indikator ‘Semua limbah yang dihasilkan diklasifikasikan berdasarkan bahannya (kertas, plastic, logam, dan organic)’.

Ucapan Terimakasih

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Pariwisata atas dukungan yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata atas segala dukungan, semangat, motivasi dan fasilitas yang diberikan. Terimakasih pula kami ucapkan kepada seluruh tim manajemen venue pada Centara Grand Beach Resort Samui (CSBR) dan Meliá Bali yang telah memberikan izin dan waktu untuk melaksanakan penelitian. Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

  • 5.    DAFTAR PUSTAKA

Arcana, Trisna Pratiwi. 2014. “Implementasi Konsep “Sustainable Event Management” Dalam Pengelolaan Kegiatan Mice Di Kawasan Wisata Nusa Dua, Bali”. JUMPA, 1,1, hlm. 95-118

Barkeviciute. 2013. Multiple Stakeholders’ Perceptions of Green Meetings in Stavanger Region. Norwegia: STAVANGER

Hamid, Maisarah Abd, Noralisa Ismail, dkk. 2013. “Sustainable Tourism Development Practices Of Mice Venue Providers In East Coast Region, Peninsula Malaysia”. Journal of Tourism, Hospitality & Culinary Arts, 5, 2.

International Congress and Convention Association. 2014. ICCA Statistic Report 2016.ICCA

International Congress and Convention Association. 2014. ICCA Statistic Report 2017.ICCA

International Congress and Convention Association. 2014. ICCA Statistic Report 2013 ICCA

International Congress and Convention Association. 2014. ICCA Statistic Report 2014.ICCA

International Congress and Convention Association. 2015. ICCA Statistic Report 2015.ICCA

Meet in Thailand. Destinations.    Diakses pada 5 Oktober 2018.

https://www.meetinthailand.com/mice-destination

Putra, Dharma. 2009. TRI Hita Karana Award And Accreditation Certifying Tourism Sustainable Development In Indonesia.    Diakses pada 9 December 2018.

http://kgdharmaputra.blogspot.com/2009/12/tri-hita-karana-award-and-accreditation.html

Rachman, D., Ariani, N., & Aryanti, N. (2017). Persepsi pengunjung terhadap kualitas event malang flower carnival (mfc) sebagai atraksi wisata di kota malang. Jurnal Kepariwisataan Dan Hospitalitas, 1(2), 210-227.

Singapore Tourism Board. 2013. Sustainability Guideline For The Singapore MICE Industry. Singapore: Singapore Tourism Board

Taiwan MICE Pilot Project. 2016. 2016 Green MICE Guidelines. Taiwan: Ministry of Economic Affairs, Bureau of Foreign Trade

Thailand Convention and Exhibition Bureau. 2015. Thailand Sustainable Events Guide. Thailand: TCEB

Thailand Incentive and Convention Association. Koh Samui. Diakses pada 5 Oktober 2018. http://www.tica.or.th/tica-member/tica-member-listing/result-of-search/city/koh-samui

UNEP. 2009. Green Meeting Guide 2009. Kenya: United Nations Environment Programme UNWTO. 2012. MICE Industri –An Asia – Pasific Perspective. Diakses pada 16 Maret 2017. http://asiapacific.unwto.org/publication/mice-industry-asia-pacific-perspective-0

108