JURNAL KEPARIWISATAAN DAN HOSPITALITAS

Vol. 1, No. 2, November 2017.

Motivasi dan persepsi wisatawan terhadap potensi wisata di kepulauan mentawai

I Wayan Thariqy Kawakibi Pristiwasa¹)

Politeknik Pariwisata Batam, 1028098303

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan komponen persepsi wisatawan terhadap persepsi wisata di kepulauan mentawai sebagai daerah tujuan wisata yaitu berupa rencana strategis yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kepariwisataan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif kualitatif dengan mengacu pada konsep pengembangan pariwisata. Populasi dalam penelitian ini adalah berupa social situation dengan para partisipan yang ada didalamnya yaitu Pemerintah serta pelaku pariwisata,wisatawan dan masyarakat . Intrumen dalam penelitian ini adalah observasi, dan wawancara dengan menggunakan model coding, interpretation dan congrulation.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi wisatawan dapat membawa dampak positif dan negatif.dampak positif dapat terlihat dalam peningkatan perekonomian masyarakat sekitar kawasan wisata dan juga memberikan kontribusi terhadap perolehan pendapatan asli daerah.sedangkan dampak negatif antara lain :polusi udara, Polusi air, sampah, rusaknya situs sejarah,dan masalah penggunaan lahan.

Kata kunci : Pariwisata, Persepsi wisatawan, Pemerintah, Pelaku usaha, Masyarakat

Abstract

This study aims to find the components of the perception of tourists on the perception of tourism in the islands of Mentawai as a tourist destination. There is strategic plan that can be developed for the development of tourism and improve the welfare of the community. This research uses descriptive qualitative research method with reference to the concept of tourism development. Population in this research is in the form of social situation with the participant Government and stakeholder, tourist, and society. Instruments in this study are observation, and interviews using the model coding, interpretation, and congrulation. The results of this study indicate that the perception of tourists can bring positive and negative impacts. Positive impacts can be seen in the improvement of the economy of the community around the tourist area and also contributes to the acquisition of local revenue. While the negative impacts are: air pollution, water pollution, historical sites, and land use issues.

Keywords: Tourism, Tourists Perception, Government, Stakeholder, Society

  • 1.    PENDAHULUAN

Potensi pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di indonesia.pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi dan kelapa sawit.berdasarkan data tahun 2016 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke indonesia sebesar 11.525.963 juta lebih atau tumbuh sebesar10,79% di bandingkan tahun sebelumnya.Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Tujuan Perkembangan pariwisata di indonesia terlihat jelas dengan instruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1969 khusunya bab II pasal 3 yang menyebutkan pengembangan pariwisata di indonesia bersifat industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat , negara dan perluasan kesempatan kerja ( Yoeti 1996:151).

Pariwisata memiliki berbagai macam bentuk kegiatan wisata yang dapat disesuaikan dengan minat ataupun kebutuhan wisatawan. Kegiatan wisata yang dilakukan memiliki tujuan tertentu yang mendatangkan manfaat tersendiri bagi masing-masing wisatawan. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985) mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu sebagai berikut:

  • 1.    Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya.

  • 2.    Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (banggunan bersejarah).

  • 3.    Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya.

  • 4.    Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu sendiri dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan/atau keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Motivasi merupakan faktor penting bagi calan wisatawan di dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya dan informasi yang didapatkannya.

Motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata akan mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai berikut :

  • a.    Perjalanan wisata merupakan wahana penyegaran dan regenerasi fisik dan mental.

  • b.    Perjalanan wisata merupakan kompensasi terhadap berbagai hal yang melelahkan, sekaligus juga sebagai wahana integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa teralienasi.

  • c.    Perjalanan wisata merupakan pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan, rutinitas yang menjemukan, atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja.

  • d.    Perjalanan wisata merupakan mekanisme bagi seseorang untuk dapat mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain termasuk dengan masyarakat lokal.

  • e.    Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mengembangkan wawasan.

  • f.    Perjalanan wisata merupakan wahana untuk mendapatkan kebebasan.

  • g.    Perjalanan wisata merupakan wahana untuk realisasi diri.

  • h.    Perjalanan wisata memang merupakan sesuatu yang menyenagkan, membuat hidup lebih bahagia.

Kepulauan mentawai merupakan salah satu kabupaten di propinsi sumatera barat di bentuk berdasarkan UU RI No.49 tahun 1999 yang terdiri dari empat kelompok pulau utama yang berpenghuni yaitu pulau siberut, pulau sipora, pulau pagai utara dan pulau pagai selatan yang di huni oleh mayoritas masyarakat suku mentawai.     Potensi wisata yang di miliki di kepulauan mentawai

adalah wisata petualang,wisata budaya dan wisata bahari.kepulauan mentawai adalah tempat yang tepat bagi wisatawan para pencari tantangan dan keindahan alam serta memiliki habitat alami bagi enam belas spesies endemik. Pengembangan kepariwisataan di kepulauan mentawai mengacu terhadap visi pemerintah setempat yaitu “ Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang Maju, Sejahtera dan Berkualitas” dengan misi pariwisata “ Pengembangan Pariwisata Internasional” dengan tujuan rakyat di dahulukan, pencapaian di utamakan.

  • 2.    METODE PENELITIAN

Hal yang di kaji penulis dalam penelitian ini adalah mengenai analisis motivasi dan persepsi wisatawan terhadap potensi wisata di kepulauan mentawai dengan kerangka berpikir yang merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi masalah yang penting. Gambar 1 pada halaman 114 berikut ini, adalah Kerangka berpikir penulis dalam melakukan penelitian yang meliputi (1) Pemerintah, (2) Pelaku pariwisata , (3) Masyarakat,(4)Wisatawan ,(5) Aksesbilitas ,(6) amenitas,(7) atraksi wisata ,(8) Kepuasan pengunjung.

Teknik yang di gunakan dalam analisis data ,yaitu metode Deskriptif kualitatif merupakan gambaran dari data yang di susun secar sistematis,tepat dan aktual terhadap fakta-fakta yang terdapat dalam permasalahan yang bersangkutan ( Suryabrata , 2011: 75) berdasarkan observasi langsung oleh peneliti langsung di lokasi objek penelitian. Sedangkan, untuk data sekunder, peneliti juga mendapatkan bantuan dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang berkutat di masalah pariwisata yaitu Dinas Pariwisata.

Wawancara, observasi, dan studi dokumentasi adalah berbagai macam cara dan metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam rangka pengumpulan data sekunder maka peneliti menggunakan wawancara. Sedangkan dalam rangka pengumpulan data primer, peneliti melakukan observasi langsung dan juga melakukan studi dokumentasi selama beberapa hari di lapangan. Dalam proses ini, peneliti juga melakukan wawancara tidak terstruktur terhadap warga sekitar kawasan wisata. Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul. Dalam proses pengolahan data ini dilakukan proses pemilahan dan pengelompokan terhadap data yang diperoleh langsung di lapangan serta data sekunder. Hasil dari pengklasisfikasian tersebut kemudian dibuatkan ke dalam narasi data yang untuk kemudian ditarik menjadi kesimpulan. Kesimpulan ini diharapkan akan mewakili perspektif masyarakat, organisasi kelembagaan, wisatawan, dan keseluruhan stakeholder yang terpaut di kawasan tersebut.

Sumber: Hasil Pengamatan 2017

  • 3.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam mengkaji analisis motivasi dan persepsi wisatawan perlu dibedakan antara elemen fisik dan non fisik. Elemen fisik yang ada dapat di kuantifikasi seperti aksesbilitas,amenitas atraksi wisata dan kepuasan pengunjung . adapun elemen non fisik meliputi elemen yang tidak dapat di hitung pada umumnya berkaitan dengan sosial budaya masyarakat setempat yaitru cara hidup dan tata nilai dan perilaku.berikut ini adalah hasil analisis pengembangan tersebut:

Tabel. 1 Motivasi dan Persepsi wisatawan terhadap Potensi wisata di Kepulauan mentawai

ASPEK PENILAIAN Potensi Daya Tarik wisata

KETERSEDIAAN

KELENGKAPAN

KONDISI FISIK

ADA

TIDAK

MEMADAI

TIDAK

BAIK

TIDAK

Motivasi dan Persepsi

Pemerintah

V

V

V

Pelaku Pariwisata

V

V

V

Masyarakat

V

V

V

Wisatawan

V

V

V

Aksesbilitas Amenitas Atraksi

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

Dukungan Infrastruktur sekitar kawasan

V

V

V

Sumber : Hasil Penelitian 2017

Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan olah data yang dilakukan pada saat peneliti berada di lapangan, terdapat beberapa analisis motivasi dan persepsi wisatawan terhadap potensi pariwisata di kepulauan mentawai .Adapun Faktor yang dianalisis adalah empat buah faktor yaitu (1) Pemerintah , (2) Pelaku Pariwisata, (3) Masyarakat, dan (4) aksesbilitas, (5) amenitas, (6) atraksi (7) Wisatawan,dan (8) kepuasan pengunjung. Faktor-faktor tersebut bisa dikatakan sebagai wujud abstrak dari nilai usaha dalam rangka (1) meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi produk wisata daerah (kawasan destinasi wisata); (2) dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat; serta (3) mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber daya pariwisata. Ketiga hal ini diharapkan dapat meningkatkan dan menjadikan kawasan tersebut sebagai daerah tujuan wisata di kepulauan mentawai propinsi sumatera barat.

Analisis tersebut juga menemukan bahwa faktor-faktor yang ada sebenarnya dapat ditingkatkan melalui peranan sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya pengembangan sebagai daerah tujuan wisata. Hal ini juga merupakan salah satu bagian dari strategi yang dicanangkan oleh pemerintah daerah terkait dengan pengembangan kawasan pariwisata.

  • 4.    KESIMPULAN

Dari hasil temuan dan analisis motivasi dan persepsi wisatawan terhadap potensi wisata di kepulauan mentawai a secara keseluruhan dapat disimpulkan dua hal. Kesimpulan yang pertama bahwa secara umum pemahaman dari warga terkait dengan pariwisata masih kurang. Kesimpulan yang kedua adalah bahwa pemahaman terhadap pengembangan pariwisata warga juga masih rendah. Sebagai kawasan destinasi pariwisata yang berada langsung dekat dengan ibukota provinsi, semestinya menjadi kawasan yang diunggulkan oleh masyarakat.

Dengan demikian ke depannya akan datang keuntungan baik secara finansial maupun melalui hal lain yang bisa meningkatkan kesejahteraan. Berbagai macam sosialisasi dan usaha yang gencar dilakukan oleh para pemangku kepentingan terasa belum terpadu dan belum terkoneksi antara satu dan lainnya dengan baik. Sehingga secara langsung jumlah wisatawan yang berkunjung kurang maksimal dan terkesan tidak stabil pertumbuhannya. Padahal sebagai daerah tujuan wisata sudah memiliki potensi untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.. Ke depannya hal ini dapat ditingkatkan kembali melalui beberapa kegiatan yaitu (1) peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan alam; (2) koordinasi antar lembaga kepariwisataan daerah.(3) Merencanakan konsep Pengembangan pariwisata

dengan melibatkan lintas sektoral Terkait dengan peningkatan kapasitas sumber daya bisa dilakukan melalui kegiatan pelatihan bagi kelompok sadar wisata. maupun masyarakat secara langsung.

Pelatihan bisa berbentuk pelatihan pemandu (guide) bagi para remaja dan pemuda yang ada. Selain memberikan mereka pendapatan hal ini juga bisa membantu peningkatan kualitas destinasi. Selain itu sumber daya lainnya juga perlu diperbaiki seperti peningkatan amenities bagi wisatawan. Keberadaan rumah makan, perbaikan sarana berupa penanda (signage) dan juga pembuatan saran informasi lainnya bisa juga meningkatkan kualitas dari kawasan destinasi wisata.(3Dalam rangka meningkatkan koordinasi antara lembaga kepariwisataan yang ada di kawasan ini bisa dilakukan dengan pelaksanaan berbagai aktivitas seperti melalui pembentukan focus group discussion, mendukung peran serta asosiasi pariwisata seperti Assosiasi Travel Agent, Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia, Badan Promosi Pariwisata dan Himpunan Pramuwisata Indonesia untuk pengembangan kawasan tersebut. Dengan adanya koordinasi antar lembaga yang baik bisa saja kedepannya dibuatkan satu paket perjalanan yang saling mendukung. Selain itu, dukungan tersebut bisa saja didorong dalam bentuk promosi kawasan bersama dengan destinasi lainnya di lingkungan Provinsi Sumatera Barat .

Hal-hal tersebut apabila dilakukan ke depannya akan menjadi penting dalam rangka membantu sinergisitas antara stakeholder untuk meningkatkan peranan anatara stakeholder di kepulauan mentawai. Selain itu konsep pengembangan tersebut dapat didorong melalui intensifikasi dan penekanan atas keterlibatan serta peran dari berbagai institusi yang ada di dalam lingkungan destinasi seperti sekolah atau perguruan tinggi yang bercirikan kepariwisataan, perusahaan swasta dalam bentuk corporate social responsibility secara langsung bagi masyarakat dan juga melalui penyerapan atau pelatihan tenaga kerja putera daerah yang memiliki keahlian atau minat untuk bekerja di bidang pariwisata. Dus, hal-hal ini akan menjadi peningkatan yang lebih berkualitas dalam pembangunan wisata di kepulauan mentawai Propinsi sumatera Barat .

DAFTAR PUSTAKA

Butler, R. & Hinch, T. (2007). Tourism and Indigenous People: Issues and Implication. Amsterdam: Butterworth Heinemann.

Cascante, D.M, Brennan, M.A, & Luloff, A.E. (2010). Community Agency and Sustainable Tourism Development: The Case La Fortuna of Costarica, Journal Sustainable Tourism, 18 (6), 735– 756.

Cooper, C., Shoprherd, R. & Westlake, J. (1996). Educating the Educators in Tourism: A Manual of tourism and Hospitality Education. World Tourism Organization: University of Surrey

Cannon, F. D. (2013). Training and Development for the Hospitality Industry. US: American Lodging Damardjati, R. S. (2002). Istilah-Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. (2016).

Data Potensi, Kebijakan dan daya Tarik Bidang Destinasi Pariwisata .Kabupaten Kepulauan mentawai.

Dodds, R. & Butler, R. (2010). Barries To Implementing Sustainable Tourism Policy in Mass Tourism Destination. Tourimos: An International Multidisplinary Journal of Tourism 5(1), Spring 2010. Pp, 35-53

Godfrey, K. & Clarke, J. (2000). The Tourism development handbook: A pratical Approach To planning and marketing. London: Continuum.

Gunn, Clare A. (1988). Tourism planning. New York, US

Hadinoto, K. (1996). Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta: UI Press.

Michele, H. (1999). A Christian View of Hospitality. Canada: Heral Press

Mathieson, A. & Wall, G. (1982). Tourism: Economic, physical, and social impacts.

London and New York: Longman

Pitana, I. G., & Diarta, I. K. S. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Poerwadarminta. (2002). Kamus Umum dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Soegiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research & Development. Bandung: Alfabeta

Strauch, A. (1993). The Hospitality Commands. Dallas Texas, US

Walgito (2002).Pengantar Psikologi Umum.Ed.Yogyakarta : Adi

117