Penerapan konsep tri hita karana di the trans resort bali
on
JURNAL KEPARIWISATAAN DAN HOSPITALITAS
Vol. 1, No. 1, April 2017.
Penerapan konsep tri hita karana di the trans resort bali
Komang Agus Pranata, Anak Agung Putri Sri,Agus Muriawan Putra
DIV Pariwisata Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana , Jl. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Telp / Fax (0361) 223798
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Proporsional Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa, karyawan The Trans Resort Bali memiliki persepsi bahwa rata-rata indikator penilaian dari variabel konsep Tri Hita Karana yang diterapkan di The Trans Resort Bali dikategorikan baik. Penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali sudah diterapkan dengan baik, namun ada beberapa dari indikator penilaian dari konsep Tri Hita Karana yang belum terpenuhi seperti: tidak adanya Sosialisasi Tri Hita Karana kepada Wisatawan yang menginap di Hotel, tidak memiliki Program Tertulis tentang kegiatan Dharma Tula atau Ceramah Agama/tentang Tri Hita Karana, Penyerapan Tenaga Kerja Lokal yang masih rendah serta belum tingginya Keanekaragaman Flora dilingkungan Hotel. Hasil dari analisis tersebut dirumuskan menjadi strategi alternatif. Ada beberapa strategi SWOT yang sudah dimodifikasi yang dapat disarankan untuk menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam kegiatan sehari-hari. Adapun strategi penerapan konsep Tri Hita Karana yang dapat diterapkan di The Trans Resort Bali yaitu: Strategi Menerapkan Program Tertulis Tri Hita Karana (Parhyangan), Strategi Memberdayakan Tenaga Kerja Lokal (Pawongan), dan Strategi Mengembangbiakan segala jenis Flora di Lingkungan Hotel (Palemahan).
Kata kunci: Tri Hita Karana, Persepsi Karyawan, The Trans Resort Bali
Abstract
The purpose of this study is to determine the application of the concept of Tri Hita Karana at The Trans Resort Bali. Informants was determined by using purposive sampling technique, sampling technique in this research is Proportional Sampling. Data collection techniques using the method of observation, interviews, questionnaires, literature study, and documentation. The results shows, employees of The Trans Resort Bali have the perception that the average indicator ratings Tri Hita Karana concept applied in The Trans Resort Bali categorized as good. The application of the concept of Tri Hita Karana in The Trans Resort Bali has been implemented, but there are a couple of indicators of assessment of the concept of Tri Hita Karana that not good such as: lack of socialization Tri Hita Karana to the guest staying at the Hotel, do not have a program written on events Dharma Tula or Religion Lecture / Tri Hita Karana, Local Workforce absorption is still low and there is no diversity in environment at Hotel. The results of the analysis formulated into alternative strategies. There are several SWOT modified strategies can which be suggested for Tri Hita Karana daily practice. Several suggested, strategies for Tri Hita Karana implementation can be applied at the trans for example: Implementing strategy program written Tri Hita Karana (Parhyangan), Empowering local workforce strategies (Pawongan), and The breeding strategies of all kinds in the environment flora hotel (Palemahan).
Keywords: Tri Hita Karana, Employee Perceptions, The Trans Resort Bali
Pariwisata yang di kembangkan di Bali adalah pariwisata budaya. Hal ini menjadi salah satu keunikan yang khas dibandingkan dengan destinasi-destinasi lainnya yang ada di Indonesia.
Penetapan pengembangan pariwisata budaya sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali, yang berbunyi: “Kepariwisataan Budaya Bali adalah kepariwisataan Bali yang berlandaskan Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana sebagai potensi utama menggunakan kepariwisataan sebagai wahana aktualisasinya, yang mewujudkan hubungan timbal-balik yang dinamis antara kepariwisataan dan kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis dan berkelanjutan untuk dapat memberikan kesejahtraan kepada masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan”.
Namun saat ini sektor pariwisata telah dicatat mulai memunculkan berbagai friksi dan konflik sosial. Bahkan akhir-akhir ini mulai memunculkan wacana publik di kalangan masyarakat Bali bahwa kegiatan kepariwisataan justru dianggap merusak. Termasuk merusak kebudayaaan Bali, merusak lingkungan alam Bali, dan merusak manusia-manusia Bali. Mengatasi ketimpangan yang terjadi tersebut diperlukan suatu usaha untuk mengakomodasi nilai- nilai budaya lokal yang dianut masyarakat dalam usaha pengembangan pariwisata. Nilai kearifan lokal yang akrab dianut masyarakat bisa dipergunakan sebagai filter dalam menjaga budaya. Salah satu kearifan lokal di Bali yang bisa dipergunakan sebagai pijakan dalam usaha mewujudkan pengembangan pariwisata budaya adalah Tri Hita Karana.
Sejak tahun 2000, masyarakat yang peduli terhadap dunia pariwisata (khususnya perhotelan) dan lingkungan, yang diprakarsai oleh grup Bali Post, menyelenggarakan sebuah gebrakan luar biasa. Gebrakan ini adalah menyelenggarakan sebuah kompetisi yang bertajuk Tri Hita Karana Awards and Accreditation. Kompetisi ini mengikutsertakan hotel-hotel dan lokasi wisata di Bali untuk dapat mengamalkan sebuah konsep kearifan lokal yaitu Tri Hita Karana. Salah satu hotel yang ada di Bali tepatnya di daerah Seminyak, Badung, Bali yaitu The Trans Resort Bali merupakan salah satu dari sekian banyak hotel yang berada di Bali yang belum terdaftar sebagai peserta Tri Hita Karana Award & Accreditation. The Trans Resort Bali merupakan sebuah hotel resort yang diresmikan opersionalnya pada tanggal 15 Desember 2014. The Trans Resort Bali ini sendiri merupakan hotel berbintang lima. Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab III Pasal 5 (a) yang mewajibkan seluruh komponen masyarakat Bali baik itu hotel, destinasi wisata, dan perkantoran menerapkan falsafah Tri Hita Karana dalam kehidupannya sehari-hari untuk mempercepat terwujudnya harmonisasi, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat melalui pelaksanaan pembangunan. Namun dari hasil wawancara dengan pihak Human Resources Department yaitu Bapak Putu Andi selaku Assistent Human Resources Manager, beliau mengatakan bahwa saat ini The Trans Resort Bali belum sepenuhnya bisa menerapkan konsep dari Tri Hita Karana tersebut. Itu dikarenakan beberapa faktor yaitu belum terpenuhinya konsep dari Tri Hita Karana, seperti: belum adanya sosialisasi dan program tertulis tentang Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali (Parhyangan), rendahnya tenaga kerja lokal yang dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di The Trans Resort Bali dengan persentase sebanyak 60% dari total seluruh karyawan (Pawongan), dan kurang tingginya keanekaragaman flora, hal tersebut dapat dilihat dari lingkungan hotel yang hanya terdapat beberapa jenis tanaman namun dengan jumlah yang banyak (Palemahan). Dengan demikian penelitian ini berupaya untuk mencari tahu mengenai penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali. Sehingga judul yang diambil adalah “Penerapan Konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan ditentukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Proporsional Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang dipadukan dengan analisis SWOT serta didukung dengan analisis Skala Likert.
-
3. Hasil dan pembahasan
3.1 Persepsi Karyawan terhadap Penerapan Konsep Tri Hita Karana di TheTrans Resort Bali
Dalam suatu penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali tidak terlepas dari adanya persepsi karyawan. Persepsi karyawan dapat dijadikan barometer dalam penerapan konsep Tri
Hita Karana di The Trans Resort Bali. Setelah kuesioner disebar ke 71 responden yang merupakan karyawan The Trans Resort Bali dengan posisi minimal staf, dilakukan tabulasi kuesioner dan dicari rata-rata penilaian karyawan pada masing masing indikator terhadap penerapan konsep Tri Hita Karana yang diterapkan di The Trans Resort Bali. Adapun hasil rata-rata tabulasi persepsi karyawan terhadap penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Rata-rata Tabulasi Persepsi Karyawan terhadap Penerapan Konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali
No. |
Indikator |
Rata-rata Penilaian |
Nilai |
Parhyangan | |||
1 |
Hotel memiliki tempat suci (Pura) dan terpelihara dengan baik. |
4,42 |
Sangat Baik |
2 |
Hotel menerapkan nilai-nilai keagamaan. |
4,15 |
Baik |
3 |
Hotel memberi kontribusi dalam kegiatan kegamaan di Pura sekitarnya/Khayangan Desa. |
3,96 |
Baik |
4 |
Hotel memberikan kesempatan cukup bagi karyawannya melaksanakan kegiatan keagamaan. |
4,11 |
Baik |
5 |
Sosialisasi THK kepada wisatawan yang menginap di hotel. |
2,58 |
Buruk |
6 |
Hotel punya penanggung jawab pelaksanaan upacara keagamaan sehari-hari. |
4,25 |
Sangat Baik |
7 |
Di hotel ada memiliki program tertulis tentang kegiatan agama/tentang THK. |
2,59 |
Buruk |
8 |
Parhyangan tampak bersih, rapi ada tanaman upakara dan tanaman hias/hijau. |
4,28 |
Sangat Baik |
Rata-rata |
3,79 |
Baik | |
Pawongan | |||
1 |
Hotel punya kegiatan memberdayakan seniman. |
4,11 |
Baik |
2 |
Tidak ada konflik antara karyawan dengan pihak manjamen hotel. |
3,90 |
Baik |
3 |
Hotel tidak kesulitan menyelesaikan konflik dengan masyarakat. |
3,92 |
Baik |
4 |
Hotel menyerap semaksimal mungkin tenaga kerja lokal. |
3,07 |
Cukup Baik |
5 |
WNA yang bekerja di hotel ini seharusnya seminimal mungkin. |
4,00 |
Baik |
6 |
Hotel punya fasilitas untuk wisatawan yang cacat fisik. |
4,11 |
Baik |
7 |
Dalam setahun terakhir tidak ada turn over karyawan ke perusahaan lain dengan alasan ketidakpuasan. |
3,46 |
Baik |
8 |
Hotel memiliki dan melaksanakan secara periodik kebijakan K3. |
3,83 |
Baik |
9 |
Hotel memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi. |
3,79 |
Baik |
10 |
Hotel memberikan jaminan bagi karyawan yang sakit. |
4,25 |
Sangat Baik |
Rata-rata |
3,85 |
Baik | |
Palemahan | |||
1 |
Hotel mampu menangani sampah dengan baik dan meminimalisasi produksi sampah yang dibuang ke lingkungan. |
4,01 |
Baik |
2 |
Hotel punya program penyelamatan dan pelestaraian lingkungan. |
3,99 |
Baik |
3 |
Hotel memanfaatkan lahan secara efesien dan melakukan konservasi lahan dengan baik. |
4,00 |
Baik |
4 |
Hotel tidak memiliki konflik terkait dengan bidang lingkungan. |
3,86 |
Baik |
5 |
Hotel punya sanitasi dan hygiene lingkungan yang baik. |
3,83 |
Baik |
6 |
Lingkungan hotel punya keanekaragaman flora yang tinggi. |
3,10 |
Cukup Baik |
7 |
Hotel mampu menangani B3 (bahan berbahaya beracun) dengan baik. |
3,90 |
Baik |
8 |
Hotel memanfaatkan 100% cleaning chemical yang biodegradable. |
4,00 |
Baik |
9 |
Hotel irit memakai air. |
3,65 |
Baik |
10 |
Hotel efisien memanfaatkan energi. |
3,85 |
Baik |
Rata-rata |
3,82 |
Baik | |
Rata-rata Total |
3,82 |
Baik |
Sumber: Hasil Penelitian, 2017.
Berdasarkan tabel tersebut mengenai persepsi karyawan terhadap penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel Tri Hita Karana di kategorikan sudah di terapkan dengan baik, untuk variabel Parhyangan memperoleh skor 3,79, variabel Pawongan memperoleh skor 3,85, sedangkan variabel Palemahan memperoleh skor 3,82. Ini dikarenakan The Trans Resort Bali sudah menerapkan konsep dari Tri Hita Karana namun belum sepenuhnya.
Konsep Tri Hita Karana yang telah di terapkan oleh The Trans Resort Bali merupakan langkah-langkah yang telah dilakukan dalam menerapkan sebuah konsep filosofis yang dipercaya masyarakat Hindu di Bali yang menuntun ke arah hidup masyarakat yang harmonis. Salah satu konsep filosofis Hindu yang juga dijadikan kearifan lokal tersebut adalah THK (Tri Hita Karana). Secara etimologi, konsep Tri Hita Karana yaitu Tri artinya tiga, Hita berarti sejahtera, dan Karana adalah sebab, terdiri dari Parhyangan (lingkungan spiritual), Pawongan (lingkungan sosial) dan Palemahan (lingkungan alamiah). Secara luas konsep Tri Hita Karana dapat diartikan sebagai tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan lingkungan untuk mencapai keselamatan dan kedamaian alam semesta.
-
1) Parhyangan
Parhyangan adalah tempat pemujaan Hindu sebagai media umat Hindu untuk menghubungkan diri dengan Tuhan (Kaler dalam Wiana, 2007). Konsep Parhyangan yang diterapkan oleh pihak manajemen The Trans Resort Bali didasarkan dari penilian konsep Parhyangan yang terdapat dalam buku Tri Hita Karana Awards and Accreditation 2016. Hasil menenunjukan bahwa penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali khususnya dari aspek Parhyangan sesuai dari indikator penilaian yang terdapat dalam buku Tri Hita Karana Awards and Accreditation 2016 sudah diterapkan dengan baik, namun ada satu indikator penilaian yang belum terlaksana yaitu tidak adanya sosialisasi tentang Tri Hita Karana kepada wisatawan yang menginap di hotel, tidak memiliki program tertulis tentang kegiatan Dharma Tula atau ceramah agama/tentang Tri Hita Karana, ini dikarenakan pihak manajemen The Trans Resort Bali masih fokus terhadap perhargaan setingkat internasional sehingga program tertulis tentang Tri Hita Karana belum terlaksana.
-
2) Pawongan
Pawongan adalah media untuk membangun hubungan harmonis dengan sesama manusia (Kaler dalam Wiana, 2007). Konsep Pawongan yang diterapkan oleh pihak manajemen The Trans Resort Bali didasarkan dari penilian konsep Pawongan yang terdapat dalam buku Tri Hita Karana Awards and Accreditation 2016. Hasil menenunjukan bahwa penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali khususnya dari aspek Pawongan sesuai dari indikator penilaian yang terdapat dalam buku Tri Hita Karana Awards and Accreditation 2016 sudah diterapkan dengan baik, namun ada satu indikator penilaian yang belum maksimal pelaksanaanya yaitu penyerapan tenega kerja lokal yang masih rendah, ini di karenakan sebagian karyawan yang bekerja di The Trans Resort Bali merupakan karyawan yang sebelumnya bekerja di The Trans Luxury Bandung.
-
3) Palemahan
Palemahan adalah media untuk membangun hubungan yang penuh kasih manusia kepada lingkungannya (Kaler dalam Wiana, 2007). Konsep Palemahan yang diterapkan oleh pihak manajemen The Trans Resort Bali didasarkan dari penilian konsep Palemahan yang terdapat dalam buku Tri Hita Karana Awards and Accreditation 2016. Hasil menenunjukan bahwa penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali khususnya dari aspek Pawongan sesuai dari indikator penilaian yang terdapat dalam buku Tri Hita Karana Awards and Accreditation 2016 sudah diterapkan dengan baik, namun ada satu indikator penilaian yang belum maksimal pelaksanaanya yaitu belum tingginya keanekaragaman flora dilingkungan hotel ini, di karenakan pihak manajemen The Trans Resort Bali hanya menanam beberapa jenis flora namun jumlahnya cukup banyak.
-
3.3 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Analisis dilakukan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki ditinjau dari indikator konsep Tri Hita Karana untuk dapat menentukan strategi-strategi alternatif yang dapat diterapkan oleh The Trans Resort Bali dalam menerapkan konsep Tri Hita Karana agar terciptanya keselarasan dan keharmonisan dalam hidup dapat terjaga dengan baik. Hasil analisis ini akan menghasilkan empat jenis strategi, yaitu strategi yang diperoleh dari analisis antara kekuatan dan peluang, strategi yang diperoleh dari analisis kelemahan dan peluang, strategi yang diperoleh dari analisis kekuatan dan ancaman, serta strategi yang diperoleh dari kelemahan dan ancaman. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, akan ditentukan program-program yang dapat diterapkan sebagai wujud nyata dari strategi yang telah dirumuskan. Berikut ini faktor-faktor yang dapat dirumuskan dari Kekuatan (Strenghts), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Analisis SWOT : Strategi penerapan konsep tri hita karana di the trans resort bali
IFAS (Internal Factor Analysis Strategy) |
Kekuatan (Strenghts) |
Kelemahan (Weaknesses) |
Terpelihara dengan Baik (Parhyangan)
antara Masyarakat dengan The Trans Resort Bali (Pawongan) |
Tertulis tentang Tri Hita Karana dan tidak adanya Sosialisasi tentang Tri Hita Karana (Parhyangan)
Semaksimal mungkin |
EFAS (External Factor Analysis Strategy) |
3. Sustainable Tourism (Palemahan) |
Tenaga Kerja Lokal (Pawongan) 3. Keanekaragaman Flora yang tidak terlalu Tinggi (Palemahan) |
Peluang (Opportunities) |
Strategi SO (Strenghts Opportunities) |
Strategi WO (Weaknesses Opportunities) |
beberapa Penghargaan
Daerah Bali (Bali Clean & Green)
Awards and Acrreditation
Pariwisata Dunia (2015) |
Kualitas Parhyangan di Hotel (Parhyangan)
Hubungan Harmonis antara Pihak Manajemen dengan Masyarakat (Pawongan)
Program Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan (Palemahan) |
Program Tertulis Tri Hita Karana (Parhyangan)
Tenaga Kerja Lokal (Pawongan)
Mengembangbiakan segala jenis Flora di Lingkungan Hotel (Palemahan) |
Ancaman (Threats) |
Strategi ST (Strenghts Threats) |
Strategi WT (Weaknesses Threats) |
|
Parhyangan yang Bersih (Parhyangan)
Kualitas Pelayanan (Pawongan)
Kualitas Lingkungan (Palemahan) |
Sosilisasi tentang Tri Hita Karana (Parhyangan)
Kualitas Tenaga Kerja di Hotel (Pawongan)
Sampah di Lingkungan Hotel (Palemahan) |
Sumber: Hasil Analisis, 2017.
Berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada The Trans Resort Bali, maka dapat ditentukan empat strategi alternatif yang dapat diterapkan, yaitu:
-
1) Strategi SO (Strenghts Oppourtunities)
Strategi ini berusaha menggabungkan antara kekuatan The Trans Resort Bali dan peluang yang dimiliki, yaitu:
-
1. Strategi Meningkatkan Kualitas Parhyangan di Hotel (Parhyangan)
-
2. Strategi Meningkatkan Hubungan Harmonis antara Pihak Manajemen dengan Masyarakat (Pawongan)
-
3. Strategi Meningkatkan Program Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan (Palemahan)
Strategi ini berusaha memadukan antara kekuatan The Trans Resort Bali seperti Parhyangan yang terpelihara dengan baik, adanya hubungan yang harmonis antara Masyarakat dengan The Trans Resort Bali, serta menerapkan Sustainable Tourism. Dipadukan dengan peluang The Trans Resort Bali seperti hotel memperoleh beberapa penghargaan, program Pemerintah Daerah Bali (Bali Clean & Green), adanya Tri Hita Karana Awards and Acrreditation, serta dukungan Komite Ethic Pariwisata Dunia (2015).
-
2) Strategi WO (Weaknesses Opputuinities)
Strategi ini berusaha memperbaiki kelemahan The Trans Resort Bali yang dimiliki, yaitu:
-
1. Strategi Menerapkan Program Tertulis Tri Hita Karana (Parhyangan)
-
2. Strategi Memberdayakan Tenaga Kerja Lokal (Pawongan)
-
3. Strategi Mengembangbiakan segala jenis Flora di Lingkungan Hotel (Palemahan)
Strategi ini berusaha memadukan kelemahan The Trans Resort Bali seperti hotel tidak memiliki program tertulis tentang Tri Hita Karana dan tidak adanya sosialisasi tentang Tri Hita Karana, belum menyerap semaksimal mungkin tenaga kerja lokal, serta keanekaragaman flora yang tidak terlalu tinggi. Dipadukan dengan peluang The Trans Resort Bali seperti Hotel Memperoleh beberapa Penghargaan program Pemerintah Daerah Bali (Bali Clean & Green), adanya Tri Hita Karana Awards and Acrreditation, serta dukungan Komite Ethic Pariwisata Dunia (2015).
-
3) Strategi ST (Strenghts Threats)
Strategi ini berusaha meminimalkan kelemahan The Trans Resort Bali dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki, yaitu:
-
1. Strategi Menciptakan Parhyangan yang Bersih (Parhyangan)
-
2. Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan (Pawongan)
-
3. Strategi Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Palemahan)
Strategi ini berusaha memadukan kekuatan The Trans Resort Bali seperti Parhyangan yang terpelihara dengan baik, adanya hubungan yang harmonis antara Masyrakat dengan The Trans Resort Bali, serta menerapkan Sustainable Tourism. Dipadukan dengan ancaman yaitu masalah sampah, image / citra serta globalisasi.
-
4) Strategi WT (Weaknesses Threats)
Strategi yang diperoleh dengan melihat kelemahan yang dimiliki The Trans Resort Bali, yaitu:
-
1. Strategi Menerapkan Sosilisasi tentang Tri Hita Karana (Parhyangan)
-
2. Strategi Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja di Hotel (Pawongan)
-
3. Strategi Pengelolaan Sampah di Lingkungan Hotel (Palemahan)
Strategi ini berusaha memadukan antara kelemahan The Trans Resort Bali seperti hotel tidak memiliki program tertulis tentang Tri Hita Karana dan tidak adanya sosialisasi tentang Tri Hita Karana, belum menyerap semaksimal mungkin tenaga kerja lokal, serta keanekaragaman flora yang tidak terlalu tinggi. Dipadukan dengan ancaman The Trans Resort Bali yaitu masalah sampah, image / citra serta globalisasi.
Berdasarkan strategi-strategi yang telah dirumuskan, maka dapat dibuat beberapa program Tri Hita Karana untuk The Trans Resort Bali, yaitu:
Pihak manajemen The Trans Resort Bali selalu menyelaraskan aktivitasnya dengan konsep keTuhanan yang diterapkan di Bali, seperti menjaga tempat suci (Pura) dimana karyawan melukukan kegiatan hubungan harmoni antara manusia dengan penciptanya dan melaksanakan berbagai kegiatan upacara keagamaan baik dalam kegiatan sehari-hari maupun di hari raya.
Adanya timbal balik dan tukar pendapat antara pihak manajemen dengan masyarakat sekitar dalam konteks lingkungan dan keamanan sehingga tercipta keharmonisan antara pengusaha dengan penduduk sekitar, dan juga dibangunnya dan dirawatnya sarana tempat suci yang akan membawa dampak secara rohani bagi anggota perusahaan dan juga masyarakat sekitar. Sehingga disini akan timbul suasana positif, antara pihak manajemen. alam, masyarakat, dan juga tingkat spiritual yang terkadang dilupakan.
Pihak manajemen The Trans Resort Bali dapat menetapkan lahan dan tata ruang yang tepat serta upaya penanganan limbah dan pencemaran, sebagai hasil proses industri.
Membentuk team khusus dalam menerapkan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali. Team ini dibentuk sesuai dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu: Parhyangan, Pawongan dan Palemahan. Yang nantinya team tersebut akan bertanggungjawab sesuai bidangnya masing-masing. Dengan terbentuknya team tersebut, dapat menghindari kendala dengan proritas pencitraan ke luar negeri.
Pihak manjemen The Trans Resort Bali dalam mencari tenaga kerja di harapakan sesuai dengan kemampuannya sehingga tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kesejahtraan penduduk lokal secra luas dan untuk menghindari kecemburuan sosial dan kesenjangan ekonomi dalam masyarakat.
Pihak manajemen The Trans Resort Bali dapat menanam ataupun memeberdayakan segala jenis flora baik dari jenis flora hias dan flora untuk obat-obatan. Dimana hasil flora tersebut dapat bermanfaat bagi kesehatan, kecantikan dan tentunya untuk lingkungan.
-
7) Strategi Menciptakan Parhyangan yang Bersih (Parhyangan)
Pihak manajemen The Trans Resort Bali dapat menjaga baik lingkungan mapaun kondisi fisik dari tempat suci (Pura), seperti melaukukan kegiatan bersih lingkungan, memperhatikan saluran air agar air tidak tersumbat, memisahkan sampah antara sampah organik dan anorganik, dan menanami lingkungan sekitar dengan pepohonan agar lebih sejuk dan nyaman.
Meningkatkan kualitas pelayanan dengan saling bekerja sama serta tetap menjaga hubungan baik sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. Hal ini dapat meningkatkan citra The Trans Resort Bali di dunia pariwisata dan dikenal wisatawan nasional dan mancanegara.
Dengan menerapkan sistem ramah lingkungan, dengan adanya pemeliharaan lingkungan sekala berkala, sehingga keasrian alam sekitar akan tetap terjaga.
Pihak manajemen The Trans Resort Bali dapat membuat suatu program khusus sosialisasi tentang Tri Hita Karana yang nantinya hal tersebut dapat diterapkan terlibih dahulu kepada karyawan hotel sebelum menerapkannya kepada wisatawan yang menginap. Program sosisalisasi tersebut tidak harus selengkap atau sejelas mungkin yang terpenting bisa di pahami oleh penerimanya.
Pihak manajemen The Trans Resort Bali dapat mendidik dan melatih tenaga kerja di hotel melalui program pelatihan kerja yang nantinya dapat berperan secara total dan profesional.
Menerapkan sistem bank sampah di The Trans Resort Bali. Perlu dilakukan untuk membantu menangani sampah serta untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna, misalnya untuk kerajinan dan pupuk yang memiliki nilai ekonomis.
Persepsi karyawan terkait dengan penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali diperoleh hasil yang positif yakni karyawan cenderung memberikan penilaian yang baik terhadap variabel konsep Tri Hita Karana. Untuk variabel Parhyangan memperoleh skor 3,79, variabel Pawongan memperoleh skor 3,85, sedangkan variabel Palemahan memperoleh skor 3,82. Ini dikarenakan The Trans Resort Bali sudah menerapkan konsep dari Tri Hita Karana namun belum sepenuhnya. Penerapan konsep Tri Hita Karana di The Trans Resort Bali sudah diterapkan dengan baik, namun ada beberapa indikator penilaian dari variabel konsep Tri Hita Krana yang belum terpenuhi seperti tidak adanya sosialisasi tentang Tri Hita Karana kepada wisatawan yang menginap di hotel, tidak memiliki program tertulis tentang kegiatan Dharma Tula atau ceramah agama/tentang Tri Hita Karana, penyerapan tenega kerja lokal yang masih rendah serta belum tingginya keanekaragaman flora dilingkungan hotel, sehingga konsep Tri Hita Karana belum sepenuhnya diterapkan di The Trans Resort Bali.
Strategi yang dapat diterapkan di The Trans Resort Bali untuk menerapkan konsep Tri Hita Karana yaitu Strategi Meningkatkan Kualitas Parhyangan di Hotel (Parhyangan), Strategi Meningkatkan Hubungan Harmonis antara Pihak Manajemen dengan Masyarakat (Pawongan), dan Strategi Meningkatkan Program Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan (Palemahan) yang didapat dari Strengths dan Opportunities (SO). Strategi Menerapkan Program Tertulis Tri Hita Karana (Parhyangan), Strategi Memberdayakan Tenaga Kerja Lokal (Pawongan), dan Strategi Mengembangbiakan segala jenis Flora di Lingkungan Hotel (Palemahan) yang didapat dari Weaknesses dan Opportuinities (WO). Strategi Menciptakan Parhyangan yang Bersih (Parhyangan), Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan (Pawongan), dan Strategi Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Palemahan) yang didapat dari Strengths dan Threats (ST). Strategi Menerapkan Sosilisasi tentang Tri Hita Karana (Parhyangan), Strategi Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja di Hotel (Pawongan), dan Strategi Pengelolaan Sampah di Lingkungan Hotel (Palemahan) yang didapat dari Weaknesses dan Threats (WT).
Ucapan Terimakasih
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Jurnal dengan judul “Penerapan Konsep Tri
Hita Karana Di The Trans Resort Bali” ini tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian Jurnal ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Jurnal ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam penyempurnaan Jurnal ini. Semoga Jurnal ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan baru kepada para pembacanya.
Daftar pustaka
Gede Parma, I Putu. 2010. Pengamalan Konsep Tri Hita Karana di Hotel (Sebuah Studi Kasus Pengembangan Hotel Berwawasan Budaya Di Matahari Beach Resort And Spa). Jurnal Media Bina Ilmiah Lembaga Pengembangan Sumber Daya Insani (LPSDI) Vol: 4 No.2 April 2010 ISSN 1978-3787 Halaman: 1-8)
Human Resources Department. 2016. The Trans Resort Bali. Badung, Bali
Narbuko, Cholid & Achmadi, H. Abu. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Perda. 2009. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009 – 2029. Bali: Pemerintah Provinsi Bali
Perda. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Bali: Pemerintah Provinsi Bali
Rangkuti, Freddy. 2002. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Wiana, I.K. (2007). Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu. Surabaya : Paramita
Wisnu Wardana, I Gusti Ngurah. 2016. Buku Panduan Tri Hita Karana Tourism Award & Accreditation 2016. Denpasar: Yayasan Tri Hita Karana Bali
16
Discussion and feedback