JITTER- Jurnal Ilmiah Teknologi dan Komputer Vol. 4, No. 2 August 2023

Systematic Literature Review: Implementasi Interpersonal Skill Remaja Dalam Penggunaan

Media Sosial

Muhammad Noor Rokhim , Nur Ihsan Fajar Ramadhan , Fitroh Fitroh a

Program Studi Sistem Informasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia b

Department name, Organization name, Country

e-mail: 1[email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Teknologi sekarang berkembang cukup besar dan cepat dengan adanya Internet, membuat remaja secara tidak sadar menjadi kelompok digital native karena manusia sekarang sangat ketergantungan dengan teknologi bahkan tanpa diajari cara penggunaan teknologi tersebut. Remaja bisa menjadi sasaran utama dalam perubahan interaksi digital karena dianggap paling peka dan diharapkan bisa membawa perubahan dalam mengatasi problematika masyarakat digital. Interaksi secara berlebihan di media sosial dengan pola tidur yang kurang tepat biasanya dapat menyebabkan kesehatan terganggu. Namun, bagaimana implementasi interpersonal skill remaja dalam menggunakan media sosial bisa semaksimal mungkin berjalan dengan baik atau tidak kita belum mengetahuinya dengan pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran implementasi interpersonal skill remaja dalam penggunaan media sosial serta pengaruh apa yang didapatkannya. Metode yang digunakan dengan Systematic literature review (SLR). Hasil menunjukkan interpersonal skill harus menjadi keterampilan digunakan untuk melawan efek negatif atau hambatan penggunaan media sosial. Pengaruh media sosial terhadap interpersonal skill bagi remaja menunjukkan bahwa pelajar di usia remaja sangat menikmati media sosial untuk ajang bertemu teman baru secara online daripada bertemu langsung sehingga dampaknya mereka menghabiskan banyak waktu sebagai sarana berinteraksi dan komunikasi.

Kata kunci: Interpersonal skill, hubungan interpersonal, pengembangan komunikasi, media sosial, interaksi digital.

Abstract

Technology is now growing quite large and fast with the Internet, making teenagers unconsciously become a digital native group because humans are now very dependent on technology without even being taught how to use technology. Teenagers can be the main target in changing digital interactions because they are considered the most sensitive and are expected to bring change in overcoming the problems of digital society. Excessive interaction on social media with inappropriate sleep patterns can usually cause health problems. However, how the implementation of adolescent interpersonal skills in using social media can run as well as possible or not, we don't know for sure. This study aims to determine the description of the implementation of adolescent interpersonal skills in the use of social media and what effect it has. The method used is a Systematic literature review (SLR). The results show that interpersonal skills should be skills used to counter the adverse effects or barriers to using social media. The influence of social media on interpersonal skills for adolescents shows that students in their teens really enjoy social media for meeting new friends online rather than meeting in person so the impact is that they spend a lot of time as means of interacting and communicating.

Keywords : Interpersonal skills, interpersonal relationships, communication development, social media, digital interaction.

  • 1.    Pendahuluan

Media daring (digital) atau biasa dikenal media sosial (medsos) merupakan media berbasis Internet yang mengalami peningkatan yang cukup besar dan cepat. Dampak negatif dari media digital seperti: penindasan di dunia maya, pornografi, kekerasan seksual, berita palsu (hoax), atau bahkan bisa berakibat fatal seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bahkan perceraian.

Anak muda yang mengenal media sosial yang termasuk kelompok digital native mereka menggunakan internet tanpa perlu diajari ketika mengakses informasi yang dibutuhkan [1]. Minimnya pendidikan teknologi literasi media digital pada keterlibatan anak muda yang merupakan kelompok digital native akan menjadi syarat munculnya fenomena mengerikan. Pola pikir remaja tentang makna Literasi Media Digital telah bergeser menjadi pengguna media sosial yang lebih bijak [2].

Media sosial bisa meniadakan status sosial yang dianggap sebagai penghambat komunikasi. Kehadiran berbagai platform seperti Whatsapp, Twitter, Telegram, Facebook, Instagram, Google dan lain sejenisnya bisa dibilang teknologi canggih karena bisa membuat bertemunya orang tanpa harus saling berinteraksi langsung. Media sosial menawarkan banyak kemudahan yang membuat para remaja betah berlama-lama berinteraksi di dunia maya. Dibuktikannya dengan banyak pengguna menyebarkan berbagai konten di media sosial pada platform Facebook dan Instagram, pengguna Facebook sebanyak 71,6 juta dan Instagram sebanyak 19,9 juta. Dari data tersebut menunjukkan bahwa orang sekarang sudah sangat ketergantungan dengan media sosial [3]. Mayoritas pengguna media sosial berusia 18-25 tahun yang jumlahnya hampir 50%, pengguna media sosial seperti Facebook Group (Facebook, Instagram, WhatsApp Messenger) sebanyak 85% pengguna terhubung di media sosial [4]. Media sosial bisa menjadi komunikasi yang efektif dan efisien jika penggunanya memiliki komunikasi skill antar hubungan dengan baik.

Komunikasi merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh manusia sehari-hari, dengan kita berkomunikasi kita dapat terhubung dengan orang lain dimanapun manusia itu berada. Kurangnya komunikasi tatap muka, orang akan sering menampilkan versi ideal dari diri mereka sendiri yang melibatkan pengungkapan diri yang lebih tidak pantas[5]. Komunikasi interpersonal merupakan suatu bagian atau alat pendukung bisa berbentuk bahasa lisan (omongan), tulisan, ataupun bahasa tubuh dengan tujuan isi pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima pesan. Pesan yang dikirim dapat mempengaruhi pemahaman emosi dan sikap seseorang, sehingga komunikasi yang bermakna akan dapat dipahami pribadi orang lain. Maka dari itu fungsi komunikasi interpersonal dapat dijadikan sebagai sharing ideas and knowledge antar manusia.

Usia muda atau remaja merupakan masa peralihan, terdapat tiga tingkatan yaitu usia pra-remaja (10-12 tahun), remaja awal (13-16 tahun) dan remaja akhir (17-21 tahun). Faktor eksternal masa remaja itu sendiri mempunyai pengaruh yang besar dalam daya tarik media, faktor kebutuhan dan manfaat yang

dirasakan terhadap media untuk dikonsumsi. Faktor eksternal lain yang dapat berpengaruh pada faktor internal yakni faktor kecerdasan emosional dan kepercayaan diri yang akan mempengaruhi sikap seseorang [6]. Penelitian ini menyajikan gambaran mengenai Implementasi interpersonal skil remaja dalam penggunaan media sosial. Hal tersebut penulis menggali sumber terhadap implementasi interpersonal skill remaja dalam penggunaan media sosial.

  • 2.    Metodologi Penelitian

  • Gambar 1. Tahap Systematic Literature Review

  • 2.1    Tahap perencanaan

Untuk mengetahui sejauh mana konsep implementasi interpersonal skill remaja dalam penggunaan media sosial, penelitian ini memiliki beberapa pertanyaan penelitian (research question) diantaranya yaitu:

  • •    RQ1: Bagaimana tren penelitian interpersonal skill dalam penggunaan media sosial berdasarkan tahun?

  • •    RQ2: Bagaimana perspektif interpersonal skill remaja dalam media sosial?

  • •       RQ3: Bagaimana interpersonal skill remaja terpengaruh dan apa pengaruhnya terhadap interpersonal skill?

  • •      RQ4: Metode atau model apa yang digunakan dalam membentuk interpersonal skill bagi remaja?

  • 2.2    Melakukan tahap review

  • a.    Strategi pencarian

Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur ini adalah “Interpersonal skill dalam penggunaan media sosial”. Sumber data literatur diperoleh dari tools Publish or Perish 8 dengan database yang terindeks scopus dengan batasan publikasi tahun 2018-2022.

  • b.    Kriteria dan prosedur pemilihan studi

Dari literatur daftar data primer yang sudah diperoleh akan di sortir dan dievaluasi kembali untuk memisahkan literatur sehingga mendapatkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Tabel 1. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

No.                            Kriteria Inklusi                                                  Kriteria Eksklusi

1.

Literature menggunakan bahasa indonesia atau bahasa inggris

Literature memberikan pembahasan berhubungan interpersonal skill

2.

Literature dimana interpersonal skill dalam bersosial media

Literature yang tidak menerapkan interpersonal skill dalam sosial media

3.

Literature menjawab setidaknya satu pertanyaan penelitian

Literature yang hanya menampilkan dan menyediakan abstrak atau slideshow

4.

Literature yang terindeks Quartile 1, Quartile 2, Quartile 3,

Quartile 4 pada Scopus

Literature yang tidak terindeks Quartile

c.


Studi yang disertakan dan dikecualikan

Menggunakan pencarian Scopus, mendapatkan hasil 255 paper. Setelah itu dilakukan tahap sortir dengan kriteria literature, diperoleh berdasarkan

Quartile 1 dengan hasil berjumlah 104 jenis literatur yang berdasarkan strategi pencarian.

  • Gambar 2. Jumlah Paper Berdasarkan Kuartile

  • d.    Penilaian kualitas studi

Paper yang diperoleh kemudian dievaluasi kualitasnya berdasarkan beberapa kriteria: (1) Paper berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Paper yang hanya mencantumkan abstrak saja akan dieliminasi. Sehingga memperoleh paper yang akan dianalisis [7]. (2) Pencarian literatur hanya mencakup penelitian yang relevan saja, (3) Data atau studi baseline sedikit dijelaskan.

  • e.    Strategi ekstraksi paper

Informasi yang didapat dikumpulkan dan dilakukan ekstraksi berdasarkan: (1) Sumber (paper atau konferensi) dan referensi lengkap, (2) Klasifikasi jenis studi dan ruang lingkup penelitian, (3) Topik utama, (4) Tahun penulisan paper, (5) Penelitian ringkasan, (6) Pertanyaan penelitian, (7) Evaluasi kualitas, (8) tools yang digunakan, (9) hasil penelitian yang dilakukan, (10) database paper.

  • 3.    Tinjauan Pustaka

    • 3.1    Systematic Literature Review

Systematic literature review adalah sarana untuk mengidentifikasi, menilai, dan menjelaskan semua penelitian yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian tertentu, bidang topik, atau fenomena yang menarik [8]. Dalam melakukan kajian, pemahaman suatu penelitian secara komprehensif merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti. Systematic Literature Review merupakan metode yang berhubungan dengan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan pertanyaan yang harus dijawab oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan secara realistis dengan mengidentifikasi, menyeleksi, dan menilai literatur penelitian yang relevan yang menjadi fokus pembahasan.

Systematic Literature Reviews dilakukan untuk memberikan gambaran tentang metode, manfaat, dan tantangan dalam pendidikan tinggi [9].

  • 3.2    Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan proses berbagi atau bertukar informasi dari dua belah pihak atau lebih. Komunikasi mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan karena manusia merupakan makhluk sosial atau bermasyarakat.

Kegiatan komunikasi interpersonal dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam bekerjasama dengan orang lain agar komunikasi lebih efektif. Komunikasi yang efektif dapat membantu dalam memahami dan kondisi dengan baik, dapat mengatasi kemungkinan perbedaan, membangun dan meningkatkan rasa hormat, serta menciptakan ide-ide baru, pemecahan masalah, pengaruh dan perhatian [10].

Keterbukaan merupakan sikap menerima masukan dari orang lain yang berkenaan dengan penyampaian informasi penting, peningkatan empati atau mampu merasakan keadaan emosional seseorang. Masing-masing individu yang berkomunikasi harus memiliki komitmen rasa keterbukaan dengan menunjukan perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka ataupun curiga, serta memberikan pengakuan kepentingan dari kedua belah pihak untuk bisa saling menghargai, menghormati dan saling memerlukan [11].

Komunikasi interpersonal dapat berjalan efektif jika memiliki aspek efektivitas komunikasi, seperti: keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (Positiveness), kesetaraan (equality) [12].

  • 3.3    Media sosial

Media sosial ialah suatu medium yang terdapat di internet memungkinkan para penggunanya dalam merepresentasikan diri, melakukan interaksi, kerjasama, berbagi, dan komunikasi dengan pengguna lain secara virtual [13]. Media sosial mempunyai jenis yang sangat beragam dikenal masyarakat. dari hasil penelitian dilakukan oleh ‘We Are Social’ diketahui media sosial yang banyak peminatnya saat ini diantaranya yaitu Youtube, Facebook, Instagram, dan Twitter. [14].

Terdapat enam perspektif mengenai peran media masa sebagai konteks dari masyarakat modern, diantaranya yaitu:

  • 1)    Media masa dijadikan untuk sarana belajar dalam mengetahui beragam informasi dan peristiwa.

  • 2)    Media masa merupakan refleksi dari fakta tanpa memandang ras, suku, dan budaya.

  • 3)    Media masa harus dijadikan filter antara konten yang layak atau tidak layak untuk publik.

  • 4)    Media masa sebagai penunjuk arah berbagai ketidakpastian yang beragam.

  • 5)    Media masa sebagai sarana untuk memperoleh ide dan umpan balik oleh publik.

  • 6)    Media massa sebagai interkulator yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif [15].

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

  • 1.    RQ1: Bagaimana tren penelitian interpersonal skill dalam penggunaan media sosial berdasarkan tahun?

Gambar 3. Tren penelitian paper berdasarkan tahun 2018-2022

Berdasarkan data di atas, dari tahun 2018 hingga 2022, tren penelitian terkait interpersonal skill dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2018 terdapat 5 penelitian, pada tahun 2019 terdapat 17 penelitian, pada tahun 2020 terdapat 25 penelitian, pada tahun 2021 terdapat 27 penelitian, dan pada tahun 2022 terdapat 30 penelitian.

  • 2.    RQ2: Bagaimana perspektif interpersonal skill remaja dalam media sosial?

Dalam reformasi perspektif dan aplikasi, diperlukan kinerja tiap individu yang baik Efektivitas interpersonal skill dan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan dan mendukung komunikasi agar berjalan efektif. Implementasi dan aplikasi interpersonal skill bisa diterapkan pada instansi kesehatan. Keterampilan interpersonal skill digunakan untuk melawan efek negatif dari "kebisingan" (atau hambatan). Dalam penelitian Paige dkk, 2018, ada empat literasi keterampilan interpersonal yakni fungsional (menemukan dan memahami), komunikatif (pertukaran), kritis (mengevaluasi), dan translasi (menerapkan) [8]. Selain itu penelitian laboratorium eksperimental yang pernah dilakukan terkait teknologi robot dapat membangun perspektif bahwa orang menanggapi media seolah-olah itu nyata. Gaya inter aksinya baik sosial (meniru perilaku manusia) atau fungsional (menampilkan perilaku seperti mesin). Hasil fakta ditemukan ketika robot itu dimatikan kesan yang dibentuk orang berdasarkan perilaku robot yang berfokus pada tugas bertentangan dengan sifat emosional keberatan [16] [17].

Temuan lain afiliasi sosial (interaksi sosial) ternyata lebih sensitif terhadap perbedaan individu dalam tingkat keterampilan. Ditemukannya hasil keterampilan responden yang kurang signifikan [18].

Seringkali perilaku pelajar dari dunia nyata dan dari media sosial seperti menonton dan memposting gambar dan video, pertemanan online, pemenuhan kebutuhan online, dan mood setelah penggunaan internet bisa berbeda penyebabnya karena gangguan kesehatan. Temuan ini mencakup ruang lingkup, pola penggunaan internet, dan tingkat kepuasan kebutuhan online. Hasilnya lebih banyak pengaruh negatif setelah memposting secara online. Tetapi sebagian besar perilaku dan pola online berkorelasi positif dengan ukuran gejala dan negatif dengan ukuran kesehatan psikologis. Untuk mengatasi masalah tersebut harus berinvestasi dalam forum atau blog yang positif, memperluas kehidupan sosial "yang nyata" dan mengembangkan keterampilan interpersonal, sehingga kebutuhan sah (kehidupan nyata) dapat terpenuhi [4][19].

  • 3.    RQ3: Bagaimana interpersonal skill remaja terpengaruh dan apa pengaruhnya terhadap interpersonal skill?

Implementasi interpersonal skill dapat mempengaruhi kesehatan dan kepribadian. Dalam penelitian [20]. Pada kalangan remaja dan usia muda, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis dalam penggunaan platform sosial media. Ditemukan hal menarik, mereka lebih suka berinteraksi melalui email daripada komunikasi lisan antara kunjungan sehingga privasi tampaknya kurang menjadi perhatian penting bagi mereka. Durasi dengan pola tidur yang lama ternyata akan memiliki resiko lebih tinggi dalam berinteraksi kelemahan sosial [21] [22].

Dampak media sosial juga tentu banyak, seperti dampak media sosial pada kinerja akademik para mahasiswa yang belajar di Universitas Prince Sattam bin Abdulaziz, Arab Saudi penelitian [23]. menunjukkan bahwa pelajar di usia remaja sangat menikmati media sosial untuk untuk ajang bertemu teman baru secara online daripada bertemu langsung sehingga dampaknya mereka menghabiskan banyak waktu (kecanduan) untuk berinteraksi dan komunikasi. Dalam media sosial dengan berkomentar buruk dapat dengan mudah disebarkan luaskan melalui media sosial sehingga mempengaruhi sentimen orang lain [24] [25].

Para remaja percaya bahwa dengan media sosial mereka dapat meningkatkan keterampilan komunikasi mereka dan dapat berkomunikasi dengan siapa saja kapan saja dengan demikian remaja bisa menjadi sasaran utama dalam perubahan interaksi digital karena dianggap paling peka, dan diharapkan bisa membawa perubahan dalam mengatasi problematika masyarakat digital. Tidak hanya remaja, pengajar atau dosen juga harus bisa menyeimbangi berkomunikasi dengan pelajar dan mendorong mereka untuk menggunakan media sosial tetapi hanya untuk belajar. Disisi lain ada penelitian yang menghasilkan keterampilan kompetensi komunikasi interpersonal dalam perilaku kewarganegaraan digital guru yang secara positif dapat memungkinkan instruktur perilaku memberikan dan menyampaikan kepada siswa di masa depan [26].dan program pendampingan berbasis sekolah adalah program pencegahan populer yang dianggap mempengaruhi perkembangan pemuda [15].

  • 4.    RQ 4: Metode atau model apa yang digunakan dalam membentuk interpersonal skill bagi remaja?

Studi cross-sectional banyak digunakan untuk menyelidiki hubungan antara faktor psikososial yang berkontribusi terhadap ketergantungan smartphone di kalangan remaja. Edukasi orang tua tentang pola asuh positif dan pembinaan diperlukan terkait penggunaan media sosial untuk mengurangi ketergantungan. Terbukti efektif juga untuk mempromosikan keterampilan interpersonal dan harga diri remaja untuk mendorong hubungan teman sebaya yang positif dan pengendalian diri terkait penggunaan media sosial [27] [28].

Metode Korelasional (Correlational Study) yaitu metode penelitian non-eksperimental di mana seorang peneliti mengukur dua variabel, memahami dan menilai hubungan statistik antara mereka tanpa pengaruh dari variabel asing. Atau riset yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel - variabel yang berbeda dalam suatu populasi [29].

Sementara itu mixed methods evaluations yang merupakan kombinasi antara metode kuantitatif dan kualitatif sering digunakan guna menghasilkan pemahaman yang lebih baik terkait masalah penelitian yang dibandingkan Jika cuman satu metode penelitian saja yang digunakan [30] [31] [32].

  • 5.    Kesimpulan

Terdapat 104 literatur yang ditemukan dari tahun 2018 hingga 2022 yang membahas tentang implementasi interpersonal skill dalam penggunaan media sosial. Tren penelitian interpersonal skill dalam penggunaan media sosial mengalami kenaikan dari tahun 2018 terdapat 5 penelitian, pada tahun 2019 terdapat 17 penelitian, pada tahun 2020 terdapat 25 penelitian, pada tahun 2021 terdapat 27 penelitian, dan pada tahun 2022 terdapat 30 penelitian. Perspektif interpersonal skill remaja dalam media sosial ialah interpersonal skill harus menjadi keterampilan digunakan untuk melawan efek negatif atau hambatan penggunaannya.

Pengaruh media sosial terhadap interpersonal skill bagi remaja menunjukkan bahwa pelajar di usia remaja sangat menikmati media sosial untuk untuk ajang bertemu teman baru secara online daripada bertemu langsung sehingga dampaknya mereka menghabiskan banyak waktu berinteraksi dan komunikasi. Metode yang digunakan dalam membentuk interpersonal skill bagi remaja diantaranya yaitu metode cross-sectional, metode korelasional, dan metode mixed method. Daftar Pustaka

  • [1]           N. Kurnia and S. I. Astuti, “Peta Gerakan Literasi Digital Di Indonesia: Studi Tentang Pelaku, Ragam Kegiatan, Kelompok Sasaran Dan Mitra Yang

Dilakukan Oleh Japelidi,” Informasi, vol. 47, no. 2, p. 149, 2017, doi: 10.21831/informasi.v47i2.16079.

  • [2]          C. Darmawan, H. Silvana, H. N. Zaenudin, and R. Effendi, “Pengembangan hubungan interpersonal remaja dalam penggunaan media sosial di Kota

Bandung,” J. Kaji. Komun., vol. 7, no. 2, p. 159, 2019, doi: 10.24198/jkk.v7i2.21163.

  • [3]           R. D. Mahardika and F. Farida, “Pengungkapan Diri pada Instagram Instastory,” J. Stud. Komun. (Indonesian J. Commun. Stud., vol. 3, no. 1, p. 101,

2019, doi: 10.25139/jsk.v3i1.774.

  • [4]           R. Bachner-Melman, E. Zontag-Oren, A. H. Zohar, and H. Sher, “Lives on the line: The online lives of girls and women with and without a lifetime eating

disorder diagnosis,” Front. Psychol., vol. 9, no. OCT, 2018, doi: 10.3389/fpsyg.2018.02128.

  • [5]           H. C. Hsiao, “Effects of Defense Suppliers’ Practice of Online Character Education on the Employees’ Learning Motivation and Perception of Integrity

During COVID-19,” Front. Psychol., vol. 12, 2021, doi: 10.3389/fpsyg.2021.771124.

  • [6]           K. Hayward and A. Davis, “Science Visualization: Approaches and Resources for Making Communication Simple but Not Simplistic,” Stroke, vol. 53, no.

  • 9,    pp. E431–E434, 2022, doi: 10.1161/STROKEAHA.122.037668.

  • [7]          N. B. Argaheni, “Sistematik Review: Dampak Perkuliahan Daring Saat Pandemi COVID-19 Terhadap Mahasiswa Indonesia,” PLACENTUM J. Ilm.

Kesehat. dan Apl., vol. 8, no. 2, p. 99, 2020, doi: 10.20961/placentum.v8i2.43008.

  • [8]           S. R. Paige, M. Stellefson, J. L. Krieger, C. Anderson-Lewis, J. W. Cheong, and C. Stopka, “Proposing a transactional model of eHealth literacy:

Concept analysis,” J. Med. Internet Res., vol. 20, no. 10, 2018, doi: 10.2196/10175.

  • [9]           Z. Masood, I. K. Moise, V. Spika, and J. Ramaprasad, “Health interventions implemented in post-disaster South Asia: A scoping review,” Int. J. Disaster

Risk Reduct., vol. 63, 2021, doi: 10.1016/j.ijdrr.2021.102419.

[10]


F. Roux, S. Burns, H. J. Chih, and J. Hendriks, “Developing and trialling a school-based ovulatory-menstrual health literacy programme for adolescent

girls: A quasi-experimental mixed-method protocol,” BMJ Open, vol. 9, no. 3, 2019, doi: 10.1136/bmjopen-2018-023582.

  • [11]         Z. Sidik and A. Sobandi, “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Kemampuan Komunikasi Interpersonal Guru,” J. Pendidik. Manaj.

Perkantoran, vol. 3, no. 2, p. 50, 2018, doi: 10.17509/jpm.v3i2.11764.

  • [12]          B. L. Mazer, “Lessons in Public (Mis)communication about the Laboratory from the COVID-19 Pandemic,” J. Clin. Microbiol., vol. 59, no. 4, 2021, doi:

10.1128/JCM.02917-20.

  • [13]          A. C. Horstmann, N. Bock, E. Linhuber, J. M. Szczuka, C. Straßmann, and N. C. Krämer, “Do a robot’s social skills and its objection discourage

interactants from switching the robot off?,” PLoS One, vol. 13, no. 7, 2018, doi: 10.1371/journal.pone.0201581.

  • [14]          A. Coady, K. Lainchbury, R. Godard, and S. Holtzman, “What twitter can tell us about user experiences of crisis text lines: A qualitative study,” Internet

Interv., vol. 28, 2022, doi: 10.1016/j.invent.2022.100526.

  • [15]          M. D. Lyons, S. D. McQuillin, and L. J. Henderson, “Finding the Sweet Spot: Investigating the Effects of Relationship Closeness and Instrumental

Activities in School-based Mentoring,” Am. J. Community Psychol., vol. 63, no. 1–2, pp. 88–98, 2019, doi: 10.1002/ajcp.12283.

  • [16]          J. Tillmann et al., “Investigating the factors underlying adaptive functioning in autism in the EU-AIMS Longitudinal European Autism Project,” Autism

Res., vol. 12, no. 4, pp. 645–657, 2019, doi: 10.1002/aur.2081.

  • [17]          M. Castillo-Angeles et al., “Pregnancy During Surgical Training: Are Residency Programs Truly Supporting Their Trainees?,” J. Surg. Educ., 2022, doi:

10.1016/j.jsurg.2022.06.011.

  • [18]          C. P. Garcia, L. T. Catalano, K. R. Dwyer, J. M. McCarthy, M. E. Bennett, and J. J. Blanchard, “Assessing Social Affiliative Behavior: A Comparison of

in Vivo and Video Tasks,” Behav. Ther., vol. 49, no. 6, pp. 1039–1047, 2018, doi: 10.1016/j.beth.2018.03.006.

  • [19]         K. M. Krohn, G. Yu, M. Lieber, and M. Barry, “The Stanford Global Health Media Fellowship: Training the Next Generation of Physician Communicators

to Fight Health Misinformation,” Acad. Med., vol. 97, no. 7, pp. 1004–1008, 2022, doi: 10.1097/ACM.0000000000004630.

  • [20]          Z. Walker, S. J. E. Lee, W. Wienke, and D. S. Tan, “A review of interview preparation via virtual and mixed reality for individuals with intellectual and

developmental disorder,” J. Vocat. Rehabil., vol. 51, no. 1, pp. 87–97, 2019, doi: 10.3233/JVR-191028.

  • [21]          S. Nakakubo et al., “Association of sleep condition and social frailty in community-dwelling older people,” Geriatr. Gerontol. Int., vol. 19, no. 9, pp. 885–

889, 2019, doi: 10.1111/ggi.13734.

  • [22]          F. Comunello, A. Rosales, S. Mulargia, F. Ieracitano, F. Belotti, and M. Fernández-Ardèvol, “‘Youngsplaining’ and moralistic judgements: Exploring

ageism through the lens of digital ‘media ideologies,’” Ageing Soc., vol. 42, no. 4, pp. 938–961, 2022, doi: 10.1017/S0144686X20001312.

  • [23]          P. S. Seow, G. Pan, and G. Koh, “Examining an experiential learning approach to prepare students for the volatile, uncertain, complex and ambiguous

(VUCA) work environment,” Int. J. Manag. Educ., vol. 17, no. 1, pp. 62–76, 2019, doi: 10.1016/j.ijme.2018.12.001.

  • [24]          M. C. Edberg et al., “The Adelante Project: Realities, Challenges and Successes in Addressing Health Disparities Among Central American Immigrant

Youth,” Cult. Divers. Ethn. Minor. Psychol., vol. 28, no. 3, pp. 402–412, 2022, doi: 10.1037/cdp0000368.

  • [25]          M. G. Wild and J. A. Bachorowski, “Lay Beliefs About Interaction Quality: An Expertise Perspective on Individual Differences in Interpersonal Emotion

Ability,” Front. Psychol., vol. 11, 2020, doi: 10.3389/fpsyg.2020.00277.

  • [26]         C. Zheng, Y. Yu, Y. Hou, and J. Lu, “Teachers’ perceived impact of COVID-19 on Early Child Development in urban China: evidence from a National

Survey Study,” Early Child Dev. Care, 2022, doi: 10.1080/03004430.2022.2110087.

  • [27]          M. T. Jalu, A. Ahmed, A. Hashi, and A. Tekilu, “Exploring barriers to reproductive, maternal, child and neonatal (RMNCH) health-seeking behaviors in

Somali region, Ethiopia,” PLoS One, vol. 14, no. 3, 2019, doi: 10.1371/journal.pone.0212227.

[28]


H. S. Chu, Y. R. Tak, and H. Lee, “Exploring psychosocial factors that influence smartphone dependency among Korean adolescents,” PLoS One, vol.

  • 15,    no. 5, 2020, doi: 10.1371/journal.pone.0232968.

  • [29]         F. Dib, P. Mayaud, P. Chauvin, and O. Launay, “Online mis/disinformation and vaccine hesitancy in the era of COVID-19: Why we need an eHealth

literacy revolution,” Hum. Vaccines Immunother., vol. 18, no. 1, pp. 1–3, 2022, doi: 10.1080/21645515.2021.1874218.

  • [30]          X. Chen and H. H. Chen, “Differences in preventive behaviors of covid-19 between urban and rural residents: Lessons learned from a cross-sectional

study in china,” Int. J. Environ. Res. Public Health, vol. 17, no. 12, pp. 1–14, 2020, doi: 10.3390/ijerph17124437.

  • [31]          L. Sharda, J. Baker, and J. Cahill, “How do general hospitals respond to people diagnosed with a personality disorder who are distressed: A qualitative

study of clinicians in mental health liaison,” J. Psychiatr. Ment. Health Nurs., 2022, doi: 10.1111/jpm.12861.

  • [32]          J. Jacobsen, V. Jackson, S. Asfaw, J. L. Greenwald, and P. Slavin, “One Hospital’s Response to the Institute of Medicine Report, ‘Dying in America,’” J.

Pain Symptom Manage., vol. 63, no. 2, pp. e182–e187, 2022, doi: 10.1016/j.jpainsymman.2021.10.010.