PERBEDAAN PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG MEMILIKI KOMITE AUDIT DAN DIAUDIT OLEH AUDITOR BERKUALITAS
on
PERBEDAAN PENGARUH BESARAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG MEMILIKI KOMITE AUDIT DAN DIAUDIT OLEH AUDITOR BERKUALITAS
I G. A. EKA DAMAYANTHI
Fakultas Ekonomi, Universitas Mahasaraswati
ABSTRACT
This research examines the effect of existence of audit committee and qualified auditor on the relationship between company’s size and leverage, and earnings management. This study is motivated by inconsistence results of previous studies on this topic. Supported by agency theory explaining problem between the agent and the principal, researcher is motivated to contribute on the importance of monitoring management performance by audit committee and qualified independent auditor.
Sample consists of 364 manufacturing companies listed on the Jakarta Stock Exchange during 1999-2003. Earnings management is measured by discretionary accrual calculated using modified Jones Model. The effect of audit committee on the relationship between size and leverage is tested using coefficient difference test.
The result shows that large companies tend to have small discretionary accrual, thus it would have better quality earnings. The existence of audit committee could reduce the effect of leverage on earnings management. Qualified auditor could diminish the effect of size and leverage on earnings management.
Keywords: company’ size, leverage, earnings management, audit committee, qualified auditor.
Manajemen sebagai pihak yang berkepentingan dan bertanggung jawab atas kinerja perusahaan akan berusaha untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan. Hal itu dilakukan karena laba yang tidak persisten mengurangi reliabilitas laba dan tidak menguntungkan, baik manajemen maupun perusahaan.
Manajemen laba yang sering dilakukan manajemen sangat
mempengaruhi kualitas laba. Laba yang dihasilkan manajemen erat
hubungannya dengan decision usefulness bagi pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Laba yang dilaporkan akan lebih baik jika diakui dan diukur dengan prinsip akuntansi berterima umum dan digabungkan
dengan implementasi keputusan. Scott (2000) menyatakan bahwa indikasi praktik manajemen laba dilakukan karena tujuan bonus, motivasi kontraktual, motivasi politik, motivasi pajak, penggantian CEO, penawaran saham perdana, dan komunikasi informasi kepada investor.
Menurut Watts & Zimmerman (1978) besaran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal itu terjadi karena perusahaan besar cenderung menggunakan prosedur akuntansi menurunkan laba (income-decreasing) untuk tujuan mengurangi pembebanan pajak yang tinggi.
Watts & Zimmerman (1986) menyatakan bahwa perusahaan dengan rasio hutang tinggi cenderung menggunakan prosedur akuntansi yang bersifat meningkatkan laba (income-incresing). Manajemen diduga akan memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan aktiva, mengurangi utang dan meningkatkan pendapatan dengan tujuan untuk menghindari pelanggaran debt-covenant. Hasil penelitian ini ini didukung oleh Dhaliwal (1980) dan Johnson & Ramanan (1988).
Beberapa hasil penelitian pengaruh besaran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba hasilnya belum konsisten. Penulis menduga bahwa ada variabel lain yang juga dapat mempengaruhi hubungan tersebut. Penelitian ini memasukkan komite audit dan kualitas auditor sebagai elemen yang dapat mempengaruhi hubungan besaran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba karena untuk mengurangi masalah
keagenan perusahaan membutuhkan dewan independen yang bertugas
mengontrol tindakan manajemen (Klien, 2000; Anderson, et al., 2003; Balsam et al., 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perbedaan besaran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan yang memiliki komite audit dan diaudit oleh auditor berkualitas.
Menurut Healy dan Wahen (1999) kecenderungan manajemen laba terjadi pada saat manajeman menggunakan judgment mereka dalam membuat pelaporan keuangan dan prosedur transaksi, yang bertujuan untuk mempengaruhi kontraktual dan menyesatkan pihak lain dalam mengambil keputusan. Praktik manipulasi laba secara potensial mempengaruhi informasi ekonomi yang sebenarnya. Scott (2000) menjelaskan bahwa motivasi terjadinya manipulasi laba karena pada umumnya dilakukan untuk tujuan bonus, motivasi kontraktual, motivasi politik, motivasi pajak, pergantian CEO, pernawaran perdana saham, dan komunikasi dengan investor.
Motivasi lain manajemen atau manipulasi laba dilihat dari sudut pandang akuntansi adalah karena ada dua keterbatasan para pengguna dalam menginterpretasi pelaporan keuangan. Pertama, kriteria penyajian elemen pelaporan keuangan rentan terhadap kebijakan manajemen, yaitu pihak manajemen memiliki peluang dan kebebasan untuk menerapkan kebijakan manajemen yang berhubungan dengan pencatatan dan metode
akuntansi yang akan digunakan untuk pelaporan keuangannya. Kedua,
tidak ada observasi sempurna mengingat tidak semua kebijakan manajemen dapat diobservasi oleh para pengguna laporan keuangan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara investor dengan manajemen perusahaan yang berpeluang untuk melakukan manipulasi laba sehingga mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan ke publik.
Penelitian Field et al, (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan dan leverage secara signifikan mempengaruhi perubahan metode akuntansi melalui review 14 paper studi konsekuensi ekonomi yang memilih dan menggunakan teknik akuntansi mandatory atau voluntary. Dijelaskan bahwa perubahaan aturan akuntansi yang wajib (mandatory) hanya sedikit dan sebagian tidak dapat dideteksi. Dengan kata lain ukuran perusahaan dan leverage mempengaruhi perilaku manajemen laba. Monitoring dan mekanisme perusahaan yang baik mungkin dapat membatasi manajemen untuk memanipulasi, laba baik yang bertujuan untuk menurunkan laba maupun menaikan laba perusahaan karena manipulasi laba ini dapat menyesatkan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Kemungkinan keberadaan komite audit dan auditor independen yang berkualitas dapat menjadi pembatas perilaku menyimpang manajemen.
Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik Bapepam melalui surat edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan
imbauan perusahaan publik untuk membentuk komite audit. Dalam surat
edaran tersebut dijelaskan bahwa komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris dengan memberikan pendapat profesional yang independen untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan pengelolaan perusahaan. Komite audit lebih lanjut diatur dalam KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta memiliki komite audit.
Di Indonesia komite audit merupakan salah satu komite yang berperan penting dalam pelaksanaan corporate governance, selain komite kompensasi dan komite nominasi. Dewan Komite Audit bertugas memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, pelaporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal, serta auditor independen (FCGI, 2000). Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit adalah sebagai berikut pertama, dalam hal penyusunan pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit ekstern. Kedua, komite audit memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol. Ketiga, komite audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan corporate governance. Mekanisme Corporate Governance yang baik penting dalam mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas laba.
Menurut Baridwan (2004) komite audit dapat menjembatani masalah keagenan. Beberapa penelitian empiris menjelaskan bahwa keberadaan
komite audit dapat menurunkan tindakan manajemen laba (Millsten,1999;
Fleming,2002; Klien,2002; Sanjaya,2004; Wendari,2004).
Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi hubungan besaran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba adalah kualitas auditor. Auditor merupakan pihak independen yang berperan untuk memeriksa pelaporan keuangan yang dilaporkan oleh manajemen sehingga dapat mengurangi manajemen laba dan meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan. Healy dan Palepu (2000) menjelaskan bahwa independensi auditor sangat penting karena reputasi auditor akan mempengaruhi kredibilitas pelaporan keuangan dan turut menentukan kualitas audit. Beberapa penelitian mendukung bahwa kualitas audit dapat mengurangi manajemen laba sehingga meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan perusahaan (Balsam et al, 2003; Elder dan Zhou, 2003).
Berdasarkan tinjauan di atas maka keberadaan komite audit dan auditor independen yang berkualitas dapat mengurangi tindakan oportunistik manajemen. Tindakan manajemen melalui metode akuntansi yang ditentukan sendiri (akrual) memberikan peluang perusahaan mengatur laba yang dilaporkan untuk tujuan tertentu. Untuk mengurangi tindakan manajemen laba dibutuhkan pihak independent, yaitu komite audit dan auditor eksternal yang berkualitas yang mampu memonitor tindakan manajemen. Oleh karena itu maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut.
H1a : Ada perbedaan pengaruh besaran perusahaan terhadap manajemen laba antara perusahaan yang membentuk komite audit dan yang tidak membentuk komite audit.
H2a : Ada perbedaan pengaruh besaran perusahaan terhadap manajemen laba antara perusahaan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi dan yang diaudit oleh auditor berkualitas rendah.
H1b : Ada perbedaan pengaruh leverage terhadap manajemen laba antara perusahaan yang membentuk komite audit dan yang tidak membentuk komite audit.
H2b : Ada perbedaan pengaruh leverage terhadap manajemen laba antara perusahaan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi dan yang diaudit oleh auditor berkualitas rendah.
Sampel penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ yang dikelompokkan oleh ICMD 2003. Data laporan keuangan dan auditor independen diperoleh dari pusat data Pasar Modal M.Si.UGM. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan akan dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah sebagai berikut.
-
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 1999– 2003.
-
2. Perusahaan mempublikasikan pelaporan keuangan auditan tahun 19992003.
-
3. Perusahaan mempunyai periode akhir akuntansi pada 31 Desember.
-
4. Variabel-variabel yang diteliti tersedia dengan lengkap dalam pelaporan keuangan mulai tahun 1999 sampai dengan 2003.
Berdasarkan kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Sampel Penelitian
No |
Sampel Penelitian |
Jumlah |
1 |
Jumlah observasi periode 1999-2003 |
760 |
2 |
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria penelitian 1999-2003 |
(305) |
3 |
Jumlah sampel periode 1999 |
(91) |
Total Sampel Penelitian |
364 |
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas laporan auditor independen, keuangan auditan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Data ini diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Msi UGM. Data pengumuman pembentukan komite audit dari Bapepam dan www.jsx.co.id. Penelitian ini menggunakan metode penggabungan data (pool data) dalam periode pengamatan 1999 sampai dengan 2003.
Manajemen Laba
Penelitian ini mempunyai konstruk manajemen laba yang diproksi dengan akrual diskresioner yang merupakan variabel dependen. Akrual diskresioner dihitung dengan menggunakan model modified Jones (1991) karena model ini dianggap model yang paling baik untuk mendeteksi manajemen laba. Dalam model ini dijelaskan bahwa total akrual terdiri atas nondiscretionary current accruals dan discretionary current accrual (Dechow, Sloan, Sweeney, 1995). Untuk menghitung total akrual perusahaan digunakan persamaan sebagai berikut.
TAit = NIit - OCFit…………………………………………………………(1)
Keterangan:
TAit : Total akrual perusahaan i pada tahun ke t.
NIit : Laba bersih sebelum pos luar biasa perusahaan i pada tahun ke t..
OCFit : Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun ke t.
Dalam model modified Jones (1991) total akrual perusahaan dibagi dua, yaitu akrual diskresioner dan nonakrual diskresioner. Untuk menghitung akrual diskresioner persamaan digunakan sebagai berikut.
TAit = NDAit + DAit…………………………………………………………………….(2)
NDA = α1 (1/A it-1) + α2( ΔREVit- ΔRECit/ A it-1) + α3 (PPEit/A it-1)……………(3)
TAit/A it-1 = α1 (1/A it-1) + α2 ( ΔREVit- ΔRECit/ A it-1) + α3(PPEit/A it-1) + ε...(4)
Dalam persamaan di atas TAit adalah total akrual perusahaan i pada tahun ke t, A it-1 adalah total aktiva perusahaan i pada tahun ke t-1, ΔREVit adalah perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun ke t, ΔRECit adalah perubahan perusahaan i pada tahun ke t, PPEit adalah aktiva tetap perusahaan i pada tahun ke t, dan ε it adalah error term perusahaan i pada tahun ke t.
Besaran Perusahaan dan Struktur Modal
Penelitian menggunakan besaran perusahaan dan struktur modal yang diproksi dengan size perusahaan dan rasio leverage yang sekaligus merupakan variabel independen penelitian ini. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.
SIZE = Ln (Total Aktiva)
Kemudian struktur modal diproksi dengan leverage yang diukur dengan menggunakan rasio keuangan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung leverage adalah sebagai berikut:
Total hutang perusahaan i pada periode t
Lev it =
Total aktiva perusahaan i pada periode t
Komite Audit dan Kualitas Auditor
Penelitian ini memisahkan sampel ke dalam beberapa kelompok sampel. Tujuan penelitian adalah ingin membandingkan pengaruh ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan yang membentuk komite audit dengan yang tidak membentuk komite audit. Tabel 2 menjelaskan pembagian sampel perusahaan yang membentuk komite audit dan tidak membentuk komite audit.
Tabel 2
Pemisahaan Sampel Komite Audit
No. |
Pengelompokan Sampel Penelitian |
Jumlah |
1 |
Perusahaan yang membentuk Komite Audit |
180 |
2 |
Perusahaan yang tidak membentuk Komite Audit |
184 |
Total Sampel Penelitian |
364 |
Kemudian peneliti juga memisahkan sampel ke dalam kelompok yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah. Dalam penelitian ini proksi kualitas audit adalah reputasi audittor independen. Auditor berkualitas tinggi diukur dengan reputasi auditor. Auditor yang diasumsikan auditor independent berkualitas baik adalah auditor yang banyak dipakai dan memiliki reputasi yang baik sehingga kualitas auditnya lebih tinggi dibandingkan dengan auditor lain. Reputasi auditor diukur dengan pemeringkatan berdasarkan pangsa pasar auditor,
artinya auditor yang paling banyak mengaudit laporan keuangan publik selama periode 2000-2003 menunjukkan auditor mempunyai reputasi yang baik dan berkualitas tinggi. Sebaliknya auditor yang lain diasumsikan memiliki kualitas yang lebih rendah.
Penulis kemudian mengelompokan auditor dan jumlah klien selama tahun 2000-2003. Berdasarkan hasil pengamatan selama periode 20002003 auditor yang paling banyak mengaudit dan mempunyai klien terbesar adalah Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja. Dengan demikian, auditor yang memiliki kualitas tinggi adalah Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja. Artinya, perusahaan yang diaudit oleh Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja akan menghasilkan pelaporan keuangan yang lebih berkualitas, sedangkan perusahaan yang diaudit oleh auditor selain Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja diasumsikan laporan keuangannya berkualitas lebih rendah. Tabel 3 mengelompokkan sampel perusahaan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi dan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas rendah.
Tabel 3
Pemisahan Sampel Kualitas Auditor
No. |
Pengelompokan Sampel Penelitian |
Jumlah |
1 |
Perusahaan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi |
103 |
2 |
Perusahaan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas rendah |
261 |
Total Sampel Penelitian |
364 |
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut.
-
■ Komite Audit
-
■ Kualitas Auditor
Untuk menguji hipotesis H1a dan H1b penulis memisahkan sampel dalam dua kelompok, yaitu perusahaan yang memiliki komite audit dan yang tidak memiliki komite audit. Selanjutnya untuk menguji H2a dan H2b penulis juga memisahkan sampel dalam kelompok auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah. Kemudian dilakukan regresi pada tiap-tiap kelompok dengan model persamaan berikut. Dalam Penelitian ini akrual diskresioner diabsolutkan karena menurut Klien (2002), Balsam (2003) nilai absolut akrual diskresioner sebagai proksi pengaruh gabungan manajemen laba income increasing dan income decreasi, sehingga persamaan yang digunakan adalah:
Abst DA it = β0 + β1SIZE it + β2LEV it + ε it
Keterangan:
Abst DA it = Absolut Dicretionary Accrual perusahaan i pada tahun t.
SIZE it = Besaran perusahaan i pada tahun t.
LEV it = Leverage perusahaan i pada tahun t.
ε it = Error perusahaan i pada tahun t.
Dalam Kusuma (2003) untuk menguji perbedaan dua koefisien variabel independen digunakan uji t yang dihitung dengan persamaan berikut:
β1 - β2
t
SE1 2 + SE2 2
N1 N2
Kemudian untuk menjawab H1a, H1b, H2a, H2b peneliti melakukan pengujian t-test dengan menggunakan rumus di atas. Tiap-tiap variabel independen dalam kelompok sampel dicari t hitungnya kemudian dibandingkan dengan t tabel. Pengambilan keputusan dilakukan pada tingkat signifikansi 0,05 kemudian hasil perhitungan akan dibandingkan daan disimpukan sebagai berikut.
Jika t hitung ≤ t table, maka disimpulkan H0
Jika t hitung > t table, maka didsimpulkan H1
Analisis berikut ini membahas mengenai statistik deskriptif untuk tiap-tiap kelompok sampel. Penelitian ini membagi menjadi empat kelompok kemudian tiap-tiap kelompok dianalisis. Tabel 4 melaporkan statistik deskriptif yang meliputi. mean, deviasi standar, nilai maksimum, dan nilai minimum untuk kelompok sampel yang membentuk komite audit dan kelompok sampel yang tidak membentuk komite audit.
Tabel 4
Statistik Deskriptif Kelompok Ada Komite dan Tidak Ada Komite
Keterangan |
Kelompok yang membentuk Komite Audit N=180 |
Kelompok yang tidak membentuk Komite Audit N=184 | ||||
Discetiona ry Accrual (DA) |
Size |
Levera ge |
Discetionar y Accrual (DA) |
Size |
Leverage | |
Minimum |
0,00 |
24,25 |
0,00 |
0,05 |
23,43 |
0,00 |
Maksimum |
0,97 |
30,94 |
23,00 |
0,95 |
30,92 |
9,98 |
Mean |
0,354 |
27,15 5 |
0,954 |
0,380 |
27,01 |
0,775 |
Deviasi Standar |
0,176 |
1,416 |
2,072 |
0,202 |
1,498 |
0,985 |
Kemudian tabel 5 melaporkan statistik mean, deviasi standar, nilai maksimum, dan nilai minimum untuk tiap-tiap kelompok sampel auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah.
Tabel 5
Statistik Deskriptif Kelompok Auditor Berkualitas Tinggi dan Auditor Berkualitas Rendah
Keterangan |
Kelompok sampel yang diaudit Auditor Berkualitas Tinggi N = 103 |
Kelompok sampel yang diaudit Auditor Berkualitas Rendah N = 261 | ||||
Discetionary Accrual (DA) |
Size |
Leverage |
Discetion ary Accrual (DA) |
Size |
Leverage | |
Minimum |
0,05 |
24,25 |
0,02 |
0,00 |
23,43 |
0,00 |
Maksimum |
0,92 |
30,36 |
528,95 |
0,96 |
30,94 |
99,60 |
Mean |
0,398 |
27,11 |
7,631 |
0,374 |
27,069 |
1,665 |
Deviasi Standar |
0,175 |
1,374 |
53,225 |
0,184 |
1,491 |
8,268 |
Pengujian hipotesis H1a dan H1b penelitian ini dijelaskan pada tabel 6 dan untuk H2a dan H2b dijelaskan dalam table 7. Pada Tabel 6 dijelaskan hasil pengujian regresi untuk kelompok ada komite audit dan tidak ada komie audit, sebaliknya tabel 7 menjelaskan hasil regresi kelompok auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah.
Tabel 6
Hasil Pengujian Regresi untuk Kelompok Ada Komite Audit dan Tidak Ada Komite Audit Persamaan regresi. IDAitI = a + b1 SIZEit + b2 LEVit + eit
Keterangan |
Kelompok Ada Komite Audit |
Kelompok Tidak Ada Komite Audit |
SIZE : | ||
B1 |
-0,019 |
-0,019 |
Std. Error |
0,009 |
0,009 |
t |
-2,063 |
-2,185 |
Sig. |
0,041 |
0,030 |
LEVERAGE: | ||
B2 |
0,012 |
0,102 |
Std. Error |
0,006 |
0,013 |
t |
1,934 |
7,834 |
Sig. |
0,055 |
0,000 |
Hasil regresi untuk kelompok komite dan nonkomite menunjukkan bahwa variabel besaran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, baik untuk kelompok komite audit maupun kelompok tidak ada komite audit. Koefisien regresi kelompok komite sama dengan kelompok nonkomite. Sehingga pengaruh size terhadap manajemen laba tidak berbeda antara kelompok komite dan tidak ada komite.
Untuk variabel leverage, hasil regresi menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba, baik untuk kelompok komite audit maupun tidak ada komite audit. Koefisien regresi kelompok komite lebih lebih kecil daripada tidak ada komite sehingga pengaruh leverage perusahaan terhadap manajemen laba lebih lemah pada kelompok komite.
Tabel 7
Hasil Pengujian Regresi untuk Kelompok Auditor Berkualitas Tinggi dan Auditor Berkualitas Rendah
Persamaan regresi. IDAitI = a + b1 SIZEit + b2 LEVit + eit
Keterangan |
Kelompok Auditor Berkualitas Tinggi |
Kelompok Auditor Berkualitas Rendah |
SIZE : | ||
B1 |
-0,0078 |
-0,0209 |
Std. Error |
0,0125 |
0,0072 |
T |
-0,624 |
-2,900 |
Sig. |
0,534 |
0,004 |
LEV: | ||
B2 |
0,0005 |
0,0067 |
Std. Error |
0,0003 |
0,0013 |
T |
1,557 |
5,155 |
Sig. |
0,123 |
0,000 |
Hasil regresi untuk kelompok auditor berkualitas tinggi dan kelompok auditor berkualitas rendah menunjukkan bahwa variabel besaran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, baik untuk kelompok auditor berkualitas tinggi maupun auditor berkualitas rendah. Koefisien regresi kelompok auditor berkualitas tinggi lebih kecil daripada auditor berkualitas rendah sehingga pengaruh size terhadap manajemen laba lebih lemah pada kelompok auditor berkualitas tinggi.
Untuk variabel leverage hasil regresi menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba, baik untuk kelompok auditor berkualitas tinggi maupun auditor berkualitas rendah. Koefisien regresi kelompok auditor berkualitas tinggi lebih kecil dari pada auditor berkualitas rendah sehingga pengaruh leverage terhadap manajemen laba lebih lemah pada kelompok auditor berkualitas tinggi.
Uji beda koefisien variabel size menghasilkan nilai statistik t sebesar 0,181 lebih besar dari t tabel 1,69 sehingga H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa secara statistis tidak terdapat perbedaaan koefisien size yang signifikan antara kelompok komite audit dan non komite audit. Koefisien size untuk kelompok komite audit sama dengan kelompok nonkomite audit sehingga pengaruh besaran perusahaan terhadap manajemen laba tidak berbeda antara kelompok komite audit dan nonkomite audit. Hasil ini tidak mendukung hipotesis H1a penelitian.
Uji beda koefisien variabel leverage untuk kelompok komite audit dan nonkomite audit menghasilkan nilai statistik t sebesar 84,282 lebih besar
dari nilai t tabel 1,69 sehingga tidak dapat menerima H0. Dapat disimpulkan bahwa secara statistis terdapat perbedaaan koefisien leverage yang signifikan antara kelompok komite audit dan nonkomite audit. Koefisien leverage untuk kelompok komite audit lebih kecil daripada kelompok nonkomite audit sehingga pengaruh leverage terhadap manajemen laba lebih lemah daripada kelompok nonkomite audit. Hasil ini mendukung hipotesis H1b bahwa ada perbedaan pengaruh leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan yang membentuk komite audit dan tidak membentuk komite audit.
Uji beda koefisien variabel size antara kelompok auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah menghasilkan nilai statistik t sebesar 9,973 lebih besar dari nilai t tabel 1,69 sehingga tidak dapat menerima H0. Disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaaan koefisien size yang signifikan antara kelompok auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah. Koefisien size untuk kelompok auditor berkualitas tinggi lebih kecil daripada kelompok auditor berkualitas rendah sehingga pengaruh size terhadap manajemen laba lebih lemah pada kelompok auditor berkualitas tinggi. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian, bahwa ada perbedaan pengaruh besaran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi dan yang diaudit oleh auditor berkualitas rendah.
Hasil uji beda koefisien variabel leverage antara kelompok auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah menghasilkan nilai
statistik t sebesar 71,612 lebih besar dari nilai t tabel 1,69 sehingga Ho
tidak dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaaan koefisien leverage yang signifikan antara kelompok auditor berkualitas tinggi dan auditor berkualitas rendah. Dijelaskan bahwa koefisien leverage untuk kelompok auditor berkualitas tinggi lebih kecil daripada kelompok auditor berkualitas rendah sehingga pengaruh leverage terhadap manajemen laba lebih lemah daripada kelompok auditor berkualitas tinggi. Hasil ini mendukung hipotesis penelitian, yaitu H2b bahwa ada perbedaan pengaruh leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi dan yang diaudit oleh auditor berkualitas rendah.
Penelitian ini menguji variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan besaran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Motivasi penelitian adalah ada ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh besaran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Karena didukung oleh teori keagenan yang menjelaskan adanya masalah antara agen dan principal, maka peneliti termotivasi untuk memberikan kontribusi pentingnya monitoring kinerja manajemen. Penelitian ini menguji pengaruh kedua variabel tersebut terhadap hubungan besaran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Sampel yang digunakan adalah 364 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 1999-2003, dan dipisahkan menjadi empat kelompok. Hasil penelitian adalah sebagai berikut.
Pertama, keberadaan komite audit penting sebagai pihak independen
yang diduga mampu mengawasi perilaku manajemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki discretionary accrual yang relatif kecil sehingga laba yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih lebih baik. Hal ini terjadi karena perusahaan besar memiliki operasi yang lebih stabil sehingga laba yang dihasilkan adalah laba yang sebenarnya, persisten, dan mempunyai kandungan unsur akrual kecil. Perbedaan yang terjadi pada negara lain kemungkinan disebabkan oleh perlakuan pemerintah terhadap perusahaan di tiap-tiap negara berbeda-beda sehingga pembebanan biaya political cost juga berbeda-beda dan tidak dipengaruhi oleh besaran perusahaan. Kedua, keberadaan komite audit dapat mengurangi pengaruh leverage terhadap manajamen laba. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Keberadaan komite sebagai pihak yang independen dan ahli dalam bidang akuntansi dan keuangan berhasil menjalankan tugasnya untuk memonitor pelaporan keuangan sehingga mengurangi praktik manajemen laba. Ketiga, auditor berkualitas tinggi dapat mengurangi pengaruh besaran perusahaan dan leverage terhadap manajamen laba. Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas tinggi mampu mengurangi praktik manajemen laba karena auditor independen secara tidak langsung mengawasi kinerja manajemen.
Keterbatasan penelitian hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini tidak melakukan pengujian arah, tetapi hanya melakukan uji beda dua kelompok sample. Oleh karena itu disarankan agar penelitian selanjutnya menguji arah dari tiap-tiap variabel dan mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Kristen L, Daniel N. Deli dan Stuart L. Gillan. 2003. “Boards of Directors, Audit Committees, and the Information Content of Earnings”. Working Paper.
Balsam, S. Krishnan, J. dan Yang. J.S. 2000. “Auditor Industry Specialization and Earnings Quality”. Journal of Practice & Theory . Vol. 22. No. 2. September. Hal. 71—97.
Bapepam, Press Release.2001. Perubahaan Peraturan Bapepam. Jakarta.
Dechow, P. M., R. G. Sloan, dan A. P. Sweeney. 1995. “Detecting Earnings Management”. The Accounting Review. Vol. 70. No. 2. PP 193—225 .
Dhaliwal, D. S. 1980. “The Effect of the Firm’s Capital Structure on the Choice of Accounting Methods”. The Accounting Review. Vol. LV. No. 1: 78—84 .
Field, Thomas D, Thomas Z. Lys, dan Linda Vincent. 2001. “Empirical Research on Accounting Choice”. Journal of Accountinng and Economics 31. PP 255—307 .
Fleming, J.M. 2002. “Audit Committees : Roles, Responsibilities, and Performance”. Pennsylvania CPA Journal (Summer); 29—32 .
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2000. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan).
Healy, P. M. dan James. M. Wahen. 1999. “A Review of the Earnings Managemetn Literature and Its Implications for Standard Setting”. Accounting Horizon, No 13. PP 365—383 .
Healy, M dan K G. Palepu. 2000. “A Review of the Empirical Disclosure Literature”. Working Paper.
IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. 1976. “ Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of financial Economics. PP 305—360 .
Johnson, W. B., dan Ramanen, R. 1988. “Discretionary Accounting Changes from Succesful Effort to Full Cost Methods: 1970-1976”. The Accounting Review. Vol. LXIII. No.1 pp. 96—110 .
Klein. 2000. “Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management”. Working Paper.
Kusuma, Indra Wijaya. 2003. “Comparing the Earnings Response Coefficients of U.S. Multinational and Domestics Firms: The Use of Geographic Segment Reporting Information”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 6. No3. September. Hal. 232—248 .
Millstein, I M. 1999. “Introduction to the Report and Recommendations of The Blue Ribbon Committee on Improving The Effectiveness of Corporate Audit Committees”. The Business Lawyer, 54. Hal 1057—1066 .
Puspitasari, Evita. 2003. “Pengaruh Besaran Perusahaan dan Struktur Modal terhadap Kualitas Laba”. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Richardson, V. J. 1998. “Information Asymmetry and Earnigs Management: Some Evidence”. Working Papers.
Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2004. “Komite Audit, Manajemen Laba, dan Return Tidak Normal Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Tesis S2. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Scott, R. Willian. 2000. “Financial Accounting Theory”. Edisi 2. Ontario: Prentice Hall Canada Inc.
Suaryana, I G.N.A.. 2004. “Pengaruh Komite Audit terhadap Koefisien Respon Koefisien”. Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Watts, R. L. dan Zimmerman, J. L. 1978. “Towards a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards”. The Accounting Review. Vol LIII. No 1.
Watts, R. L. dan Zimmerman, J. L. 1986. The Positive Accounting Theory. Prentice Hall International, Inc
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Tesis S2. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
21
Discussion and feedback