Potensi Toksisitas Andrografolid dari Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) pada kulit dan mata secara In Silico
on
JUNAL FARMASI UDAYANA
Vol. 6 No ITahun 2017
ISSN 2301-7716
Potensi Toksisitas Andrografolid dari Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) pada kulit dan mata secara In Silico
Susanti, N. M. P.1, Warditiani, N. K.1, Juwianti, C.1, Wisesa, I. N. T.1 1Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Korespondensi: Ni Made Pitri Susanti
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837
Email: [email protected]
ABSTRAK
Andrografolid adalah kandungan kimia utama yang terdapat dalam tanaman sambiloto (Andrographis paniculata). Andrografolid memiliki banyak aktivitas farmakologi antara lain sebagai antiaterosklerosis, antiinflamasi, antioksidan, antihiperglikemik, dan antimalaria. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas dari senyawa andrografolid dalam tanaman sambiloto secara in silico menggunakan software Toxtree v2.6.13.
Uji toksisitas dilakukan menggunakan software Toxtree dengan menginput struktur 2 dimensi dari senyawa andrografolid dan diujikan terhadap 2 parameter uji yaitu Skin Irritation/Corrosion dan Eye Irritation and Corrosion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa andrografolid tidak berpotensi menyebabkan korosi maupun iritasi pada kulit dan tidak berpotensi menyebabkan luka bakar dan luka bakar yang parah pada mata.
Kata kunci: andrografolid, toksisitas, in silico
Andrografolid merupakan senyawa kimia utama yang terdapat dalam tanaman sambiloto (Andrographis paniculata). Andrografolid (C20H30O5) merupakan senyawa golongan diterpenoid lakton bisiklik berbentuk kristal tak berwarna dengan rasa yang sangat pahit (Chao and Lin, 2010). Andrografolid telah terbukti memiliki berbagai aktivitas farmakologi, diantaranya: antiinflamasi, antiaterosklerosis, antioksidan, antihiperglikemik, dan antimalarial (Jarukamjorn and Nemoto, 2008; Lin et al., 2009; Zhang et al., 2009). Penelitian secara in vivo maupun secara in vitro telah dilakukan untuk mengetahui mekanisme aktivitas farmakologi yang dimiliki oleh andrografolid.
Dalam melakukan pengembangan obat tradisional diperlukan suatu hasil data empiris yang didukung oleh adanya bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanannya pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya efek toksik yang ditimbulkan oleh suatu bahan obat terkait dengan aktivitas senyawa tersebut dalam tubuh. Uji toksisitas merupakan salah
satu parameter yang penting dilakukan dalam melakukan pengembangan senyawa baru dalam dunia kesehatan dan dilakukan untuk menjamin keamanan dari suatu senyawa sebelum dapat dilepas pemakaiannya ke masyarakat (BPOM RI, 2008). Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan kimia komputasi melalui pengujian secara in silico (Raunio 2011). Metode in silico ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya waktu yang dibutuhkan singkat, biaya yang diperlukan rendah, berpotensi dalam mengurangi penggunaan hewan coba, dan dapat diaplikasikan untuk memprediksi toksisitas dari suatu senyawa (Raunio 2011; Deeb and Goodarzi, 2012).
Salah satu software yang dapat digunakan untuk melakukan uji toksisitas pada manusia adalah Toxtree. Toxtree adalah aplikasi yang mampu memperkirakan toksisitas dari suatu molekul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi toksisitas senyawa andrografolid dari tanaman sambiloto (A. paniculata) dengan menggunakan program Toxtree secara in silico.
Toxtree v2.6.13.
Struktur 2 dimensi senyawa andrografolid diunduh dari https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov dengan CAS number 5508-58-7 dan format (*.sdf).
Struktur 2 dimensi senyawa uji (andrografolid) dengan format (*.sdf) yang dilengkapi dengan sifat kimia fisika diinput ke dalam software Toxtree. Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan 2 parameter yaitu yaitu Skin Irritation/Corrosion dan Eye Irritation and Corrosion.
Analisis data yang diperoleh dari 2 parameter yaitu Skin Irritation/Corrosion dan Eye Irritation and Corrosion dilakukan secara deskriptif.
Struktur 2 dimensi senyawa andrografolid dengan format (*.sdf) diunduh dari https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Struktur 2 dimensi senyawa andrografolid ditampilkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur 2 Dimensi Senyawa Andrografolid
Hasil uji toksisitas andrografolid terhadap 2 parameter uji pada software Toxtree ditampilkan pada Tabel 1.
Toxtree memiliki banyak parameter uji dengan hasil akhir pengujian toksisitas yang berbeda (Cronin et al., 2013). Uji toksisitas andrografolid dilakukan dengan menggunakan 2 parameter uji, yaitu Skin Irritation/ Corrosion dan Eye Irritation and Corrosion.
Skin Irritation/Corrosion adalah parameter yang dapat menilai suatu bahan kimia apakah dapat berpotensi menyebabkan iritasi atau korosi maupun kombinasi dari keduanya. Apabila suatu bahan kimia memiliki titik leleh lebih besar dari 200oC, maka senyawa tersebut dapat dikatakan tidak memiliki potensi menyebabkan iritasi maupun korosi. Andrografolid memiliki titik leleh sebesar 228-230ºC (Rajani et al., 2000), sehingga pada parameter ini diperoleh hasil yaitu senyawa andrografolid tidak mengiritasi atau korosif. Kategori iritasi atau korosi disini dimaksudkan bahwa senyawa tidak menyebabkan luka bakar dan luka bakar parah serta tidak mengiritasi kulit (Ideaconsult, 2009).
Eye Irritation and Corrosion diperlukan data sifat fisika kimia seperti halnya pengujian pada parameter Skin Irritation/Corrosion berupa titik leleh. Hasil pengujian senyawa andrografolid pada parameter ini adalah tidak korosif pada kulit yaitu tidak menyebabkan luka bakar dan luka bakar yang parah pada mata.
Tabel 1. Hasil Uji Toksisitas Senyawa Andrografolid dengan Toxtree
Parameter Uji |
Hasil Toksisitas senyawa Andrografolid |
Skin Irritation/ |
Tidak mengiritasi atau |
Corrosion |
korosif |
Eye Irritation |
Tidak korosif pada kulit |
Vol. 6 No ITahun 2017
and Corrosion (tidak menyebabkan luka bakar dan luka bakar yang parah)
Senyawa andrografolid tidak berpotensi menyebabkan korosi maupun iritasi pada kulit dan tidak berpotensi menyebabkan luka bakar dan luka bakar yang parah pada mata.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen pengajar, rekan analisis serta staf pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana.
PUSTAKA
BPOM RI. 2008. Mutu Keamanan & Kemanfaatan Suatu Produk Bahan Alam. Naturalkos. Vol. 3 (8).
Chao, W. and B. Lin. 2010. Isolation and Identification of Bioactive Compounds in Andrographis paniculata. Chinese Medicine. Vol. 5 (17): 1-15.
Cronin, M. T. D., J. C. Madden, S. J. Enoch, and D. W. Roberts. 2013. Chemical Toxicity Prediction Category Formation and Read-Across. UK: The Royal Society of Chemistry.
Deeb, O. and M. Goodarzi. In Silico Quantitative Structure Toxicity
Relationship of Chemical
Compounds: Some Case Studies. Curr. Drug. Saf. Vol. 7 (4): 289-297.
Ideaconsult. 2009. ToxTree User Manual. Bulgaria: Ideaconsult Ltd.
Rajani, N., N. Shrivastava, and M. N. Ravishankara. 2000. A rapid method for isolation of andrographolide from
Andrographis paniculata Nees
(Kalmegh). Pharmaceut. Biol. Vol. 38: 204.
Raunio, H. 2011. In Silico Toxicology: Non Testing Methods. Frontiers in Pharmacology. Vol. 2 (33): 1-8.
Jarukamjorn, K. and N. Nemoto. 2008. Pharmacological Aspects of Andrographis paniculata on Health and Its Major Diterpenoid Constituent Andrographolide. Journal of Health Science. Vol. 54 (4): 370-381.
Lin, F. L., S. J. Wu, and S.C. Lee. 2009. Antioxidant, Antioedema and Analgesic Activities of Andrographis paniculata extracts and their active constituent
andrographolide. Phytother Res. Vol. 23 (7): 958-964.
Zhang, Z., J. Jiang, P. Yu, X. Zeng, J. W. Larrick, and Y. Wang. 2009. Hypoglycemic and Beta Cell Protective Effects of Andrographolide Analogue for Diabetes Treatment. Journal of Translational Medicine. Vol. 7: 62.
49
Discussion and feedback