STUDI KARAKTERISTIK FISIK AMILUM SINGKONG TERPREGELATINASI DENGAN AMILUM SINGKONG ALAMI DAN BRAND NAME
on
JURNAL FARALkSIUDAAANA
a oo ,, oo ,,
Vol. 5 No 2 Tahun 2016
STUDI KARAKTERISTIK FISIK AMILUM SINGKONG TERPREGELATINASI DENGAN AMILUM SINGKONG ALAMI DAN BRAND NAME
Jemmy A. Prasetia, I.G.N.1, I Gst.A.P. Deddy Mahardika1, I.M.A. Gelgel Wirasuta1 1Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran 80364, Bali
corresponding author.
E-mail addreses : [email protected], Kode Pos : 80364, Telp 08179373361
ABSTRAK
Amilum singkong sebagai eksipien dalam industri farmasi memiliki kekurangan yaitu sifat alir dan kompaktibilitas yang buruk.Untuk memperbaiki kekurangan tersebut maka dilakukan modifikasi amilum dalam bentuk terpregelanitasi dari amilum singkong alami yang diproleh dari pengupasan singkong hingga tahap pengeringan amilum.Dari penelitian ini diharapkan diperoleh informasi terkait dengan karakteristik fisik amilum singkongterpregelatinasi brand name dibandingkan dengan amilum singkongterpregelatinasi alami guna memperoleh metode pembuatan yang hemat biaya dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rasio amilum:air (1:1) pada suhu pemanasan 45 ̊C, 50 ̊C, 55 ̊C untuk partially pregelatinized dan 80̊C, 90̊C, 100 C̊ untuk fully pregelatinized.
Amilum singkong brand name dan alami memberikan hasil uji sifat fisik yang serupa dan sesuai dengan persyaratan. Berdasarkan analisis statistik menunjukan sifat alir dan kompaktibilitas kedua jenis amilum singkong tidak berpengaruh secara signifikan.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji sifat fisik amilum singkong pregelatin yang berasal dari amilum singkong alami dan amilum singkong yang memiliki brand name memiliki sifat fisik yang sama. Perbandingan sifat fisik kedua amilum tersebut memeperlihatkan bahwa amilum singkong brand name mampu memenuhi syarat karakteristik fisik sebagai raw material eksepien sediaan farmasi.
Keywords: Amilum singkong, alami, brand name, pregelatin, karakteristik fisik.
-
1. PENDAHULUAN
Penggunaan amilumsebagai bahan pengisi, pengikat, dan penghancur dalam sediaan oral seperti dalam pembuatan tablet memiliki harga yang murah dan inert (Hastuti, 2008) (Samsuri, 2008). Amilum singkong sebagai eksipien dalam industri farmasi, memiliki kekurangan yaitu sifat alir dan kompaktibilitas yang buruk jika digunakan sebagai eksipien tablet kempa langsung (Yusuf, 2008).Untuk memperbaiki kekurangan dari amilum singkong tersebut maka dilakukan modifikasi amilum menjadi bentuk pregelnya (Rowe et al., 2003).
Amilum yang umum dimodifikasi adalah amilum alami yang diolah mulai dari pengupasan, penghancuran, perendaman, hingga tahap pengeringan amilum. Pada umumnya modifikasi amilum menjadi bentuk pregelatin dapat dilakukan dengan cara pemanasan amilum membentuk suspensi amilummenghasilkan ukuran granul yang
lebih besar yang mampu memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas tablet yang lebih baik (Hastuti, 2008).
Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi amilum dengan menggunakan amilum singkong yang memiliki brand name.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan karakteristik fisik dari amilum singkong brand name dan alami sehingga akan bermanfaat sebagai salah satu alternatif pemilihan raw material dalam modifikasi amilum singkong. Pemilihan amilum brand name diharapkan mampu untuk menghemat waktu dan biaya proses pembuatan amilum singkong alami.
Untuk mengetahui perubahan sifat fisik amilum perlu dilakukan uji sifat fisik pada amilum yang meliputi uji kelembaban, ujiwaktu alir, kompaktibilitas, dan distribusi ukuran partikel.
-
2. BAHAN DAN METODE
-
2.1 Bahan Penelitian
-
Amilum singkong brand name dan alamiyang diperoleh di Kabupaten Badung, Bali dan aquadest (PT.Bratachem).
-
2.2 Metode Penelitian
-
2.2.1 Pembuatan amilum singkong pregelatin
-
Pembuatan amilum singkong pregelatin dilakukan dengan menggunakan rasio amilum:aquadest yaitu 1:1 dengan suhu pemanasan45 ̊C, 50 ̊C, 55 ̊C untuk partially pregelatinized dan 80̊C, 90̊C, 100 ̊C untuk fully pregelatinized, diaduk dengan selama 10 menit hingga amilum tercampur secara homogen. Amilum yang telah terlarut dipanaskan pada suhu pengamatan sambil diaduk selama 10 menit. Massa kental yang terbentuk kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60C selama 24 jam. Setelah kering, amilum lalu diayak dengan ayakan
mesh no 20 hingga dihasilkan amilum singkong terpregelatinasi.
-
2.2.2 Uji Sifat Fisik Amilum
Uji sifat fisik amilum meliputi uji kelembaban(Voigt, 1995), uji waktu alir(Voigt, 1995), distribusi ukuran
partikel(Jenkins dkk., 1957), dan uji kompaktibilitas(Aulton, 1988).
-
2.2.3 Analisis Data
Hasil uji fisik sifat alir dan kompatibilitas amilum dianalisis secara statistikAnalysis of Variance (ANOVA) One-Way.Uji
statistikdengan taraf kepercayaan
95%digunakan untuk melihat nilai signifikan (α) pengaruh variasi suhu yaitu 45 ̊C, 50 ̊C, 55 C̊ untuk partially pregelatinized dan 80̊C, 90̊C, 100 C̊ untuk fully pregelatinized masing-masing jenis amilumterhadap sifat alir dan kompaktibilitas amilum pregelatin yang dihasilkan.
-
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
3.1. Uji Sifat Fisik
-
Tabel 3.1 Hasil uji sifat fisik amilum singkong partially pregelatinized
Uji Sifat fisik |
Amium Singkong |
Pustaka |
Hasil uji sifat fisik pada suhu | |||
Tanpa pemanasan |
45°C |
50°C |
55°C | |||
Uji kelembaban (%) |
Alami Brand name Alami |
1-5%1 |
7.57 ± 0.05 7.15 ± 0.09 Tidak |
6.07 ± 0.27 4.57 ± 0.30 |
5.39 ± 0.07 4.52 ± 0.26 |
4.63 ± 0.07 4.41 ± 0.50 |
Uji waktu alir |
>42 |
mengalir |
10.55 ± 0.02 |
12.44 ± 0.10 |
12.60 ± 0.08 | |
(g/detik) |
Brand name |
Tidak mengalir |
12.22 ± 0.09 |
12.42 ± 0.12 |
12.56 ± 0.05 | |
Kompaktibili tas |
Alami Brand |
<232 |
25.43 ± 0.12 |
18.27 ± 0.15 |
16.67 ± 0.15 |
13.93 ± 0.15 |
(%) |
name |
24.07 ± 0.12 |
14.20 ± 0.10 |
13.97 ± 0.35 |
13.60 ± 0.30 |
Keterangan : 1) Depkes RI, 1995; 2) Aulton, 1988
Tabel 3.2 Hasil uji sifat fisik amilum singkong fully pregelatinized
Uji Sifat fisik |
Amium Singkong |
Pustaka |
Hasil uji sifat fisik pada suhu | |||
Tanpa pemanasan |
80°C |
90°C |
100°C | |||
Uji |
Alami |
7.57 ± 0.05 |
3.7 ± 0.02 |
3.4 ± 0.27 |
5.22 ± 0.18 | |
kelembaban |
Brand name |
1-5%1 | ||||
(%) |
7.15 ± 0.09 |
4.09 ± 0.10 |
3.35 ± 0.10 |
5.62 ± 0.16 | ||
Uji waktu alir |
Alami |
>42 |
Tidak mengalir |
13.17 ± 0.12 |
13.55 ± 0.03 |
12.69 ± 0.61 |
(g/detik) |
Brand name |
Tidak mengalir |
14.46 ± 0.10 |
13.47 ± 0.05 |
11.06 ± 0.06 | |
Kompaktibili |
Alami |
<232 |
25.43 ± 0.12 |
12.40 ± 0.10 |
11.53 ± 0.15 |
12.30 ± 0.10 |
tas (%) |
Brand name |
24.07 ± 0.12 |
13.17 ± 0.40 |
10.17 ± 0.15 |
4.6 ± 0.10 |
Keterangan : 1) Depkes RI, 1995; 2) Aulton, 1988
-
3.1.1. Uji kelembaban (Moisture Content)
Moisture Content yang baik untuk eksipien tablet cetak langsung yaitu 1-5%. Hasil dari uji kelembabankedua jenis amilum menunjukkan bahwasemakin tinggi suhu pemanasan persentase kelembabannya semakin rendah karena proses pemanasan mampu mempengaruhihidrogen yang terikat secara intermolekular di rantai amilosa dan rantai cabang amilopektin menjadi semakin lemah. Ikatan hidrogen yang lemah akan menyebabkan air pada permukaan amilum lebih mudah terlepas dari gugus hidroksil pada saat proses pengeringan. Namun ketika suhu pemanasan melewati suhu gelatinasi 68-92°C, pemanasan pada suhu 100°C dapat menyebabkan rusaknya ikatan hidrogen pada amilum yang memudahkan air masuk ke dalam granul dan memungkinkan sedikit melarutnya dan terjadi pertukaran amilosa menuju air sehingga mengurangi jumlah amilosa dalam granul yang menyebabkan amilum kehilangan kemampuan untuk mengembang dan berubah menjadi gel dengan jumlah air yang cukup besar. Hal tersebut mempengaruhi kelembaban amilum meningkat pada suhu pemanasan 100°C (Hapsari, 2008) (Swingkels, 1985).
Pada tabel 3.1 dan 3.2 terlihat bahwa amilum singkong brand name memilikipersentase kelembaban yang lebih baik dari amilum singkong alami pada berbagai suhu pemanasan pregelatinasi fully pregelatinized dan partially pregelatinized. 3.1.2. Uji sifat alir
Menurut Lachman (2008), pengukuran waktu alir dapat digunakan untuk penentuan
sifat alir amilum.Dari tabel 3.1 dan 3.2 terlihat bahwa amilum singkong tanpa pemanasan tidak mampu mengalir karena amilum singkong memiliki ukuran partikel yang kecil (≤ 180 µm) (Depkes RI, 1995). Amilum singkong pregelatin baik amilum singkong alami dan brand name dengan perlakuan variasi suhu pemanasan 45°C, 50°C, 55°C, 80°C, 90°C, dan 100°C rata-rata menunjukan sifat alir yang serupa yaitu sangat baik karena mampu mengalir >10 gram/detik (Aulton, 1988).
Kemampuan mengalir amilum sangat dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel amilum tersebut.Untuk amilum tanpa pemanasan, distribusi ukuran partikelnya sangat sempit hanya tertuju pada satu titik hampir keseluruhan melewati ayakan mesh no. 80.Ukuran partikel yang kecil ini menyebabkan tidak adanya rongga udara antarpartikel, sehingga kemampuan mengalir amilum sangat jelek dan tidak mampu mengalir (Voigt, 1995).
Dari data uji waktu alir dilakukan uji statistik ANOVA yang menunjukkan bahwa perbandingan dari suhu pemanasan yang sama dengan jenis amilum yang berbeda, baik pada amilum singkong alami dan brand namepada suhu 50°C, 55°C, dan 90°C menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan, ini menjelaskan bahwa pada suhu tersebut kedua jenis amilum singkong memiliki karakteristik sifat alir yang serupa.
-
3.1.3. Uji kompaktibilitas
Distribusi ukuran partikel suatu bahan dapat mempengaruhinilai kompaktibilitas.Dari
tabel 3.1 dan 3.2 terlihat bahwa nilai kompaktibilitas amilum singkong tanpa pemanasan baik brand name maupun alamimemiliki nilai kompaktibilitas paling besar dengan ukuran partikel amilum yang kecil.
Amilum singkong pregelatin alami untuk suhu pemanasan 45 C memiliki nilai kompaktibilitas 18,27% termasuk kategori kompaktibilitas yang kurang. Untuk suhu pemanasan 50°C, 55°C, 80°C, 90°C, dan 100°C memiliki nilai kompaktibilitas yang berkisar antara 12%-18% berarti memiliki
kompaktibilitas yang baik.
Amilum singkong pregelatin brand name °°°° untuk suhu pemanasan 45 C, 50 C, 55 C, 80 C, °
90 C memiliki nilai kompaktibilitas pada kategori rentang 12%-18% berarti memiliki kompaktibilitas yang baik. Sedangkan amilum pregelatin dengan variasi pemanasan suhu 100 C memiliki nilai kompaktibilitas dalam kategori sangat baik (Aulton, 1988).
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perbandingan antara amilum singkong brand name maupun alami pada suhu pemanasan °
50 C tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P >0,05), ini berarti pada suhu pemanasan 50 C amilum singkong brand name maupun
alami memiliki sifat kompaktibilitas yang sama dan pada suhu lainnya nilai kompaktibilitas kedua jenis amilum memiliki kompaktibilitas yang semakin baik seiring dengan bertambahnya suhu pemanasan
-
3.1.4. Uji distribusi ukuran partikel
Uji distribusi ukuran partikel bertujuan untuk mengetahui pendistribusian ukuran amilum dan diharapkan tidak menghasilkan distribusi ukuran partikel yang luas karena akan mempengaruhi mempengaruhi sifat alir amilum. Hasil uji distribusi ukuran partikel amilum singkong pregelatin alami danbrand name ditunjukkan seperti gambar 3.1.
Dari gambar 3.1terlihat bahwa kedua jenis amilum memiliki distribusi ukuran partikel yang serupa dimana seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan menghasilkan distribusi amilum yang semakin sempitpada mesh no. 40. Hal ini sesuai dengan penggolongan serbuk menurut Ansel (2005), amilum singkong pregelatin tergolong serbuk kasar yang mampu terayak pada mesh no. 20. Amilum singkong pregelatin memiliki ukuran amilum yang lebih besar karena adanya penambahan air dan pemanasan pada saat proses pregelatinasi.
Amilum alami
_ O
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
No Mesh
20
40
60
80
Fines
45 50 55 80 90 100 Suhu
Brand name
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
No Mesh
20
40
60
80
Fines
45 50 55 80 90 100 Suhu
Gambar 3.1 Distribusi ukuran partikel amilumbrand name
4. KESIMPULAN
Hasil uji sifat fisik amilum singkong pregelatin yang berasal dari amilum singkong
alami dan amilum singkong yang memiliki brand name memiliki sifat fisik yang sama. Perbandingan sifat fisik kedua amilum tersebut memeperlihatkan bahwa amilum singkong brand name mampu memenuhi syarat karakteristik fisik sebagai raw material eksepien sediaan farmasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada laboran laboratorium farmasetika dasar Jurusan Farmasi Universitas Udayana, serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Edisi Keempat. Jakarta: UI-Press. Hal : 203-216.
Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutic The Science of Dosage Form Design. Hongkong : ELBS. Pp : 356-370.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 107.
Fudholi, A. 1983.Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direk. Jakarta: Kongres XI ISFI. Hal : 98-105.
Hapsari, T. P. (2008). Pengaruh Pregelatinasi Terhadap Karakteristik Tepung Singkong. Primordia. Vol. 4 (2) : 92105.
Hastuti, M. 2008. Pengaruh Perbedaan Suhu dalam Metode PembuatanAmilum Singkong Pregelatinasi Terhadap Sifat FisikTablet Chlorpheniramin Maleat secara Kempa Langsung (skripsi). Surakarta: Universitas
Muhahammadiyah Surakarta.
Jenkins. 1957. Scoville’s The Art Of Compounding.9th Edition. London: The Blankiston Division MC Graw Hiill Book Company. Pp : 257.
Lachman, L., H. A. Lieberman dan J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Hal: 101- 246.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Weller, P.J., 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fourth edition. London : The Pharmaceutical Press.
Samsuri, B. 2008.Penggunaan Pragelatinisasi Literatur (skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia.
Swingkels, J.J.M. 1985. Sourceof Strach, Its Chemistry and Physics : Beynum, G.M.A.V., J.A. Roles (ed). 1985. Strach Convertion Technology. New York and Bassel: Marcel Dekker. Pp: 15-46, 7478.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal : 116-189.
Yusuf, H., A. Radjaram dan D. Setyawan. 2008.Modifikasi Pati Singkong Pregelatin sebagai Bahan Pembawa Cetak Langsung (skripsi). Surabaya: Universitas Airlangga.
11
Discussion and feedback