Uji Ketahanan Bakteri Asam Laktat Yang Diisolasi dari Kimchi Terhadap pH Rendah (Agestiawan, I. G.

A. M., Swastini, D.A., Ramona, Y.)

UJI KETAHANAN BAKTERI ASAM LAKTAT YANG DIISOLASI DARI KIMCHI TERHADAP pH RENDAH

Agestiawan, I. G. A. M.1, Swastini, D.A.1, Ramona, Y.2

1Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana 2UPT. Laboratorium Terpadu Biosains dan Bioteknologi Universitas Udayana

Korespondensi: I Gusti Agung Made Agestiawan

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837

Email: [email protected]

ABSTRAK

Probiotik merupakan mikroba hidup yang bermanfaat bagi kesehatan inangnya bila dikonsumsi dalam jumlah memadai. Beberapa jenis bakteri asam laktat (BAL) diketahui memiliki potensi sebagai probiotik. Kimchi merupakan salah satu produk makanan yang melibatkan beragam BAL dalam proses fermentasinya, sehingga berpotensi dikembangkan sebagai sumber bakteri probiotik. Probiotik ketika dikonsumsi secara oral akan melalui lambung yang memiliki pH rendah (pH 2 saat puasa) dan harus mampumempertahankan jumlah koloninya untuk mencapai usus besar. Sehingga, dalam pengembangannya sebagai probiotik potensial, dilakukan uji ketahanan BALyang diisolasi dari kimchi pada pH rendah.

Isolasi dilakukan dengan menggunakan metode dilusi sebar pada MRS agar yang telah ditambahkan BCP.Isolat BAL dipilih melalui uji konfirmasi dengan hasil negatif pada uji katalase, bersifat homofermentatif, Gram positif, dan berbentuk batang. Semua isolat BAL diuji ketahanannya pada kondisi pH 4, 3, dan 2. Ketahanan isolat BAL ditunjukkan oleh meningkatnya kekeruhan pada media MRS broth setelah diukur Optical Density (OD) pada panjang gelombang 660 nm. Apabila nilai OD ≥ 0,1 maka strain BAL tersebut dikategorikan tahan terhadap pH rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 66 isolat BAL yang berhasil diisolasi dalam penelitian ini, dan sebanyak 15 isolat diuji ketahanannya terhadap pH rendah. Sebanyak 15 isolat yang diuji menunjukkan sifat tahan terhadap kondisi 4, 3, dan 2.

Kata Kunci : uji ketahanan, pH rendah, probiotik, kimchi

.1. PENDAHULUAN

Probiotik merupakan mikroba hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah memadai akan membantu inangnya dalam menjaga flora normal saluran pencernaannya (Feliatra dan Suryadi, 2004). Bakteri asam laktat (BAL) telah lama digunakan sebagai probiotik, termasuk didalamnya jenis Lactobacillus bulgaricus, L. Acidophillus, L. Sporogenes, L.

Casei,L.plantarum, dan Streptococcos (Venkat et al., 2004). Penelitian secara intensif telah banyak dilakukan untuk mengisolasi bakteri asam laktat sebagai probiotik dari bahan pangan. Schingllier dan Lucke (1989), Moulay et al. (2006), serta Tamang et al. (2008), misalnya berturut-turut berhasil mengisolasi bakteri asam laktat berupa Lactobacillus sakei dari daging,

Leuconostoc lactis dari susu Kambing Algeria dan Lactobacillus brevis dari batang bambu terfermentasi.

Kimchi merupakan makanan tradisional korea berupahasil fermentasi sayuran. Kandungan bakteri asam laktat pada kimchi diketahui sebesar 108 sel/gram, dengan berbagai macam mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasinya(Kim, et al. 2000). Bakteri asam laktat yang diketahui terdapat dalam kimchi yaituLeuconostocmesenteroides,L.pseudomesent eroides,L.lactis,LactobacillusbrevisdanL.plantar um (Lee et al., 2002). Bakteri asam laktat seperti Lactobacillustelah banyak digunakan sebagai probiotik (Ishibashi dan Yamazaki, 2001).

Uji ketahanan bakteri probiotik pada pH rendah perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan BAL pada pH rendah sebelum dikembangkan sebagai probiotik. Suatu strain bakteri probiotik harus mampu mempertahankan jumlah koloninya saat melewati saluran gastrointestinal yang kondisinya sangat asam (dapat mencapai pH 2 bila dalam keadaan berpuasa) dalam perjalananya menuju usus besar (Jacobsen et al., 1999; Kong dan Singh, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan isolasi BAL yang diisolasi dari kimchi dengan sifathomofermentatif,uji katalase negatif, gram positifdan berbentuk batan yang dilanjutkan dengan uji ketahanan terhadap pH rendahuntuk mengetahui potensinya dalam pengembangan probiotik potensial.

  • 2.    BAHAN DAN METODE

    • 2.1    Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel produk kimchi yang berasal dari rumah makan di Denpasar, Media de Man Regosa and Sharpe (MRS) broth(terdiri dari 20g/l dekstrosa, 10g/l pepton, 8g/l beef extract, 5g/l Na-asetat, 4g/l yeast extract, 2g/l dipotasium fosfat, 1g/l tween 80, 2g/l diamonium sitrat, 0,2g/l magnesium sulfat, dan

0,05g/l mangan sulfat) (Pronadisa), media MRS agar (Pronadisa),anaerobpack (Mitsubishi gas), normal salin (NaCl 0.85%), etanol 96% (Merck), set pengecatan gram (Bioanalitika), larutan HCl, alumunium foil, gliserol, danbromocresol purple.

  • 2.2    Prosedur Penelitian

    • 2.2.1    Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Kimchi

Isolasi BAL dari kimchi dilakukan dengan metode pengenceran dan sebar. Sebanyak 1 gram sampel kimchi disuspensikanke dalam5 ml medium MRS broth,divortex hingga homogen, diambil sebanyak 0,1 ml untuk disuspensikan kembali ke dalam 5 ml media MRS broth, divortex dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam keadaan anaerob menggunakan anaerobpack (Mitsubishi gas). Selanjutnya,sebanyak 50 µl sampel ini disuspensikan ke dalam 5 ml MRS broth pH 5,5, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam keadaan anaerob. Suspensi bakteri yang terbentuk diencerkan menggunakan normal salin hingga diperoleh tingkat pengenceran 10-2 – 107. Tabung dengan seri pengenceran 10-3, 10-5,10-7 diambil masing-masing sebanyak 0,1 ml, disebar merata pada permukaan media MRS agar yang telah ditambahkan BCP (Bromo Cresol Purple), dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam keadaan anaerob. Koloni bakteri yang berbentuk batang distreak for single colony pada media MRS agar, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam suasana anaerob. Koloni yang tumbuh diinokulasi ke dalam 5 ml MRS broth, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam suasana anaerob. Isolat BAL selanjutnya disuspensikan pada larutan gliserol30%, dan disimpan dalam freezer pada suhu -20oC sebagai stock culture.

  • 2.2.2    Pewarnaan Gram

Isolat BAL dibuat hapusannya pada permukaan gelas objek, difiksasi di atas bunsen, diwarnai dengan gentian violet selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, ditetesi dengan larutan lugol, didiamkan selama 1 menit, dan

dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya, hapusan dicuci dengan alkohol 96%, dicuci kembali dengan akuades steril, diwarnai dengan safranin selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir, dikeringkan dengan difiksasi di atas bunsen, dan diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan minyak emersi (perbesaran 1000 kali). Bakteri gram positif akan berwarna biru keunguan di bawah mikroskop (Lay, 1994).

  • 2.2.3    Uji katalase

Uji katalase dilakukan dengan membuat hapusan isolat BAL pada permukaan gelas objek, ditambahkan 2 tetes H2O2 10% dan diamati gelembung gas yang terbentuk pada preparat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya gelembung gas oksigen yang dihasilkan dari degradasi   H2O2 oleh enzim

katalase (Soemarno, 2000; Hadioetomo, 1990). 2.2.4 Uji produksi gas hasil metabolisme glukosa

Jarum ose panas (hot-loop) dimasukkan ke dalam suspensi isolat BAL. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya gas karbondioksida hasil metabolisme glukosa (Sperber dan Swan, 1976). BAL homofermentatif memberikan hasil negatif pada uji ini, sedangkan BAL heterofermentatif menunjukkan hasil positif pada uji ini (Sujaya et al., 2008).

  • 2.2.5    Uji Ketahanan BAL terhadap pH Rendah

Sebanyak 50 µl kultur dari stock culture diinokulasi ke dalam 5 ml MRS broth dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Suspensi bakteri ini diambil masing-masing sebanyak 100 μl, dimasukkan ke dalam 3 buah eppendorf yang telah berisi 900 μl media MRS broth dengan variasi pH (pH 2, 3 atau 4), diinkubasi selama 3 jam dalam water bath pada suhu 37oC, disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 5 menit dan supernatannya dibuang. Pelet sel pada dasar tabung dicuci dengan 300 μL normal salin, divortex dan sentrifugasi kembali dengan kecepatan 7000 rpm selama 5 menit. Pengerjaan tersebut diulang

sebanyak 3 kali. Pelet sel pada dasar tabung ditambahkan 300 μL normal salin, kemudian diambil sebanyak 50 μL untuk diinokulasikan ke dalam 5 ml media MRS broth pH 7, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC (Nocianitri et al., 2011).

Ketahanan isolat BAL ditunjukkan oleh meningkatnya kekeruhan setelah diukur Optical Density (OD) pada panjang gelombang 660 nm. Bila nilai Optical Density OD < 0,1 maka strain bakteri tersebut dikategorikan tidak tahan terhadap pH rendah, dan bila nilai OD ≥ 0,1 maka strain BAL tersebut dikategorikan tahan terhadap pH rendah (Nocianitri et al., 2011; Hyronimus et al., 2000).

  • 3.    HASIL

    • 3.1    Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Kimchi

Dari proses isolasi diperoleh sebanyak 66 isolat BAL (berbentuk bulat dan batang) yang menunjukkan hasil negatif pada uji katalase, bersifat homofermentatif, dan Gram positif. Dari 66 isolat tersebut, terdapat sebanyak 15 isolat (Tabel 1) yang berbentuk batang melalui pewarnaan Gram dan pengamatan di bawah mikroskop yang dipelajari potensinya lebih mendalam pada penelitian selanjutnya.

  • 3.2    Uji Ketahanan BAL yang Diisolasi dari Kimchi terhadap pH Rendah

Pada penelitian ini, semua isolat BAL (15 isolat) yang diuji menunjukkan sifat tahan terhadap pH rendah dengan nilai OD ≥ 0,1 (Tabel 2).

  • 4.    PEMBAHASAN

Isolasi BAL pada medium MRS Agar dengan indikator Bromocresol Purple (BCP) difokuskan pada strain-strain dengan uji katalase negatif, homofermentatif, Gram positif, dan berbentuk batang. pH medium diatur sebesar 5,5 (seperti yang dilakukan oleh Marman, 2006; Park dan Oh, 2006) untuk memberikan kondisi optimum bagi pertumbuhan BAL. Pertumbuhan

Tabel 1. Nilai Absorbansi Ketahanan Isolat BAL yang Diisolasi dari Kimchi terhadap pH Rendah

Indikator Pertumbuhan BAL (Optical Density (OD)) pada λ 660 nm

Kode                  dalam media dengan variasi pH*

No

Isolat

pH 6,5 (Kontrol) (OD±SD)

pH 4 (OD±SD)

pH 3 (OD±SD)

pH 2 (OD±SD)

1

Kim 7

1,869± 0,032

1,914± 0,014

1,889± 0,019

1,724± 0,008

2

Kim 9

1,917± 0,038

1,934± 0,007

1,976± 0,083

1,863± 0,008

3

Kim 18

1,897± 0,019

1,975± 0,013

1,981± 0,024

1,877± 0,005

4

Kim 19

1,913± 0,009

1,955± 0,019

1,959± 0,003

1,834± 0,037

5

Kim 20

1,865± 0,007

1,913± 0,014

1,874± 0,012

1,852± 0,014

6

Kim 21

1,731± 0,015

1,777± 0,021

1,725± 0,018

1,647±0,011

7

Kim 23

1,996± 0,014

2,010± 0,004

2,018± 0,011

1,708± 0,022

8

Kim 26

1,765± 0,020

1,850± 0,013

1,751± 0,011

1,645± 0,044

9

Kim 36

1,787± 0,014

1,833± 0,021

1,780± 0,022

1,657± 0,004

10

Kim 41

1,723± 0,023

1,760± 0,054

1,676± 0,01

1,659± 0,013

11

Kim 45

1,940± 0,026

1,972± 0,015

1,964± 0,008

1,760± 0,045

12

Kim 48

1,955± 0,011

1,959± 0,010

1,980± 0,024

1,826± 0,036

13

Kim 55

1,817± 0,031

1,860± 0,007

1,792± 0,003

1,739± 0,030

14

Kim 59

1,813± 0,026

1,881± 0,023

1,876± 0,012

1,712± 0,021

15

Kim 64

1,721± 0,022

1,797± 0,026

1,766± 0,025

1,666± 0,023

Keterangan: + = OD ≥ 0,1 (tahan pH rendah) ; - = OD ≤ 0,1 (tidak tahan pH rendah) *Nilai OD ± standar deviasi nilai absorbansi isolat BAL yang diisolasi dari kimchi dan rata-rata dari 3 kali pengulangan

koloni BAL pada medium MRS yang ditambahkan indikator BCP dapat dibedakan dari koloni bakteri lain, karena asam yang diproduksi oleh BAL pada medium ini akan mengubah warna medium dari warna ungu menjadi kuning (Moulay et al., 2006). Pemilihan BAL yang berbentuk batang pada penelitian ini (Tabel 1) adalah untuk menghindari bakteri yang bersifat enterik yang sering menimbulkan masalah dalam saluran pencernaan. Bakteri enterik umumnya berbentuk bulat dan bersifat homofermentatif. Menurut Mheen (2004), bakteri enterik yang sering ditemukan pada kimchi adalah Enterococcus. Dalam proses fermentasi, kelompok bakteri enterik memiliki produksi asam laktat yang rendah, sehingga

tidak cukup untuk memberi efek bakterisidal pada mikroba patogen yang masuk ke dalam saluran pencernaan (Satria, 2005). Selain itu, bakteri ini dapat memproduksi gas CO2 yang dapat menyebabkan kembung pada hostnya, sehingga kelompok bakteri tersebut kurang diminati untuk pengembangan probiotik.

Pada penelitian ini, semua isolat BAL yang diuji menunjukkan sifat tahan terhadap pH rendah (Tabel 2). Seperti terlihat pada Gambar 1, semua isolat memiliki pertumbuhan yang baik pada pH 4, 3, dan 2 dengan jumlah sel yang mendekati kontrol setelah diinkubasi selama 3 jam, sesuai waktu yang dibutuhkan makanan untuk melewati lambung (Oozer et al., 2006). Hasil ini mengindikasikan bahwa semua isolat

dapat digunakan dalam berpotensi dikembangkan sebagai probiotik.

Menurut Hutkins dan Nannen (1993), suatu organisme dapat bertahan hidup pada lingkungan pH rendah dengan cara mempertahankan kondisi pH internalnya relatif lebih tinggi daripada pH lingkungannya. Mekanisme ini dilakukan dengan mengaktivasi enzim ATP-ase, sehingga dihasilkan energi yang dapat digunakan untuk mentranslokasi proton dari dalam sel menuju keluar sel, sehingga terjadi peningkatan pH di dalam sitoplasma sel (Chou dan Weimer, 1999).

  • 5.    KESIMPULAN

Hasil uji ketahanan BAL yang diisolasi dari kimchi terhadap pH rendah menunjukkan bahwa 15 isolat BAL dengan sifat homofermentatif, katalase negatif, gram positif, dan berbentuk batangdapat bertahan hidup pada kondisi media dengan pH 2, 3, dan 4, sehingga dapat dikembangkan sebagai probiotik.

  • 6.    UCAPAN TERIMA KASIH

Ibu Ni Wayan Nursini, S.Tp., M.P., selaku staf UPT Laboratorium Terpadu Biosains dan Bioteknologi Universitas Udayana atas bantuan, masukan, saran, dan motivasinya. DAFTAR PUSTAKA

Chou, L. S. dan Weimer, B. (1999). Isolation and Characterization of Acid and Bile Tolerant Isolates from Strains of Lactobacillus    acidophilus.

Journal Dairy Sci. 62: 1052-1063

Feliatra, Efendi, I., dan Suryadi, E. (2004). Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Probiotik Dari Ikan Kerapu Macan          (Ephinephelus

fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. J. Natur. Ind, 6(2): 75-80.

Hadioetomo, R. S. (1990). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Teknik dan

Prosedur                 Dasar

Laboratorium.Jakarta     :     PT

Gramedia

Hutkins, S. K. dan Nannen, N. L. (1993). pH Homoestatis in Lactic Acid Bacteria. Journal of Diary Science 76(8): 2354-2365

Hyronimus, B., Mareec, L. C., Sassi, A.H., dan Deschamps, A. (2000). Acid and Bile Tolerance of Spore-forming Lactic Acid Bacteria. J. Food. Microbiol, 6(2): 193-197.

Ishibashi, N. dan Yamazaki, S. (2001). Probiotics and Safety. Am. J. Clin. Nutr, 73(2): 465s-470s

Jacobsen, C. N., Nielsen, V. R., Hayford, A. E., Moller, P. L., Michaelsen, K. F., Erregard, A. P., Sandstorm, B., Tvede, M., dan Jakobsen, M. (1999). Screening of Probiotic Activities of Forty Seven Strain of Lactobacillus sp. by In Vitro Techniques and Evaluation of the Colonization Ability of Five Selected Strain in Human. Appl and Environment Microbiol. 65: 49494956

Kim, J., Chun, J., dan Han, H. (2000). Leuconostoc kimchii Sp. Nov., A New Species From Kimchi. Republic Korea: International Journal Of Systematic And Evolutionary Microbiology 50: 1915-1919

Kong, F. dan Singh, R. P., (2008). Disintegration of Solid Food in Human Stomach. Journal of Food Science. 73(5): R67-R80

Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali

Lee, J. S., Lee K. C., Ahn, J. S., Mheen, T. I., Pyun Y. R., dan Park, Y. H. (2002). Weissella koreensis Sp. Nov., Isolated From Kimchi. Korea

Research Institute Of Bioscience And Biotechnology. 52(4):1257-61

Marman, W. (2006). Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian. 11(1); 10-12

Mheen, T. I. (2004). Kimchi Fermentation and Characteristics of the Related Lactic Acid Bacteria. Korean Ins. Science. Pp 454-480

Moulay, M., Aggad, H., Bemmechernene, Z. Guessas, B., Henni, D. E. dan Kihal, M. (2006). Cultivable Lactic Acid Bacteria Isolated from Algerian Raw Goat’s Milk and Their Proteolytic Activity.World Journal Of Dairy & Food Sciences. (1): 12-18

Nocianitri, K. A., Permana, I. D. G. M., dan Sujaya, I. N. (2011). Skrining Lactobacillus Spp. untuk Pengembangan           Probiotik

Berbasiskan Susu Kedelai. The Exellence Research 8: 113-120

Oozer, R., Leplingard, A., Mater, D. D. G., Mogenet, A., Michelin, R., Seksek, I., Marteau, P., Dore, J., Bresson, J. L., dan Corthier, G. 2006. Survival of Lactobacillus casei in the Human Digestive Tract After Consumption of Fermented Milk. Appl and Enviro Microbiol. 5615-5617

Park, K. B. dan Oh, S. H. (2006). Isolation and characterization of a lactic acid bacterium with high {-aminobutyric acid producing capacity from kimchi, a traditional Korean fermented food. The FASEB Journal (20) A430-A431

Satria, Hasrul. 2005. Pembentukan Asam Organik oleh Isolasi Bakteri Asam

Laktat pada Media Ekstrak Daging Buah Durian. Bioscientiae (1):15-24

Schingllier, U. dan Lucke, F. K. (1989). Antibacterial Activity of Lactobacillus sake Isolated from Meat. Appl. Environ. Microbiol. 55(8): 1901–1906

Soemarno. (2000). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. AkademiAnalisa Kesehatan Yogyakarta. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. hal : 117-119

Sperber, W. H. dan Swan, J. (1976). Hot-loop Test for The Determination of Carbon Dioxide Production from Glucose by Lactic Acid Bacteria. App Environ Microbiol 31:990-991

Sujaya, N., Ramona, Y., Widarini, N. P., Suariani, N. P., Dwipayanti, N. M. U, Nocianitri, K. A., dan Nursini, N. W. (2008). Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Susu Kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner. 9(2): 52-59

Tamang, B., Schilinger, U., Franz, C. A. M. P., Gores, M., dan Holzapfel, W.H. (2008).Phenotytpic And Genotypic Identification Of Lactic Acid Bacteria Isolated From Ethnic BambooTender Shoots Of North East India. Int. J. Food Microbiol.121 (1): 35-40

Venkat H.K., Narottam, P. Sahu dan Kamal K Jain. (2004). Effect of feeding Lactobacillus-based probiotics on the gut microflora, growth and survival of postlarvae of Macrobrachium rosenbergii (De Man). Aquaculture Research, 35: 501-507.

27