Apakah Pasar Modern Menurunkan Pendapatan Pedagang di Pasar Tradisional? (Analisis Binary Logistik)
on
JEKT ♦ 9 [2] : 159 - 169
ISSN : 2301 - 8968
Apakah Pasar Modern Menurunkan Pendapatan Pedagang di Pasar Tradisional? (Analisis Binary Logistik)
Ni Luh Gede Ita Wulandari1
Luh Gede Meydianawathi 2
1,2Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana e-mail: g.wuland@yahoo.com
ABSTRAK
Keberadaan pasar seni modern dapat menjadi dilema bagi pedagang yang memiliki modal dengan skala kecil serta dapat berpotensi sebagai penyebab penurunan pedapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara simultan dan parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Sampel dalam penelitian adalah responden pedagang yang sekaligus pemilik usaha yang berlokasi di Pasar Seni Sukawati sebanyak 89 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, kuesioner, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Binary Logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probability menurunnya pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern adalah sebesar 71,9 persen dan probability yang memperoleh pendapatan tetap adalah 29,1 persen. Variabel volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati.
Kata Kunci :pendapatan pedagang, volume penjualan, lokasi usaha, jam operasional
Does the Modern Market Reduce the Traditional Market Traders Income? (Binary Logistic Analysis)
ABSTRACT
The existence of the modern art market can be a dilemma for merchants who have capital to small scale and can potentially cause a decrease income traders in Sukawati Art Market. This study aimed to analyze the effect of sales volume, business location, and hours of operation simultaneously and partially on the income trader in Sukawati Art Market after the development of modern art market. Respondets of this reseach are 89 trader and owner of small scale business located at Sukawati Art Market. The data collected through interviews, questionnaires, and observations. The analysis technique used is Binary Logistic. Results of the research showed that the probability of revenues was declining to 71,9 percent and those who has fixed revenues was 29,1 percent of the responden. Variable sales volume, business location, and hours of operation simultaneously and partially significant effect on the income trader in Sukawati Art Market.
Keywords :income traders, sales volume, business location, hours of operation
PENDAHULUAN
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor dalam bidang ekonomi yang mendapat perhatian dari pemerintah sebagai titik berat dalam pengembangan usaha mandiri. Pola usaha ini diarahkan untuk meningkatkan usaha kecil dan menengah yang bergerak di segala bidang. Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Bali (2014), diantara 9 sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor perdagangan, hotel, dan rumah makan
(PHR) memberikan kontribusi tertinggi di PDRB Provinsi Bali pada kurun waktu 15 tahun terakhir Sektor PHR mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun 2000 hingga tahun 2014, dimana nilai tambah bruto sektor PHR tahun 2000 sebesar Rp 2.337.97 miliar, tahun 2004 sebesar Rp. 2.516.24 miliar, tahun 2009 sebesar Rp. 8.479.55 miliar dan tahun 2014 meningkat sebesar Rp. 10.687.10 miliar. Menurut Putra dan Mustika (2014), kegiatan pariwisata di Bali telah memberikan peluang usaha untuk masyarakat lokal yang bergerak di sektor
informal seperti membuka pusat perdagangan oleh pedagang di daerah tujuan wisata. Umumnya daerah pariwisata maupun daerah perkotaan memiliki efek multiplier dari peningkatan pendapatan masyarakat (Sabaruddin, 2014). Salah satu pusat perdagangan daerah tujuan wisata yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan perekonomian daerah Bali adalah pasar seni tradisional.
Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi sangat penting keberadaannya dalam kehidupan masyarakat (Panggabean, 2014). Pasar seni tradisional di Bali merupakan tempat belanja oleh-oleh bagi para wisatawan, baik asing maupun nusantara. Beragam jenis oleh-oleh khas Bali seperti makanan, pakaian maupun aksesoris-aksesoris khas lainnya dengan mudah didapatkan seiring dengan menjamurnya pasar oleh-oleh tradisional Bali di seputaran daerah pariwisata. Masyarakat berprofesi sebagai pengrajin di Bali telah menghasilkan berbagai karya seni yang dijual kepada wisatawan di pasar seni tradisional, sehingga pasar seni tradisional tetap terjaga eksistensinya.
Seiring berkembangnya arus globalisasi, mulai banyak bermunculan pusat oleh-oleh khas Bali di pasar modern yang menawarkan produk hampir serupa dengan pasar seni tradisional.Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak pada penurunan jumlah penjualan pedagang tradisional sehingga mereka akan berpotensi kehilangan profesi sebagai pedagang tradisional (Juliarta, 2015). Menurut Purnama dan Yasa (2013), perkembangan pasar oleh-oleh modern sangat meresahkan pedagang di pasar oleh-oleh tradisional, karena dikhawatirkan akan mematikan pasar oleh-oleh tradisional. Selain komoditi yang sama, harga yang ditawarkan oleh pasar seni modern tidak kalah bersaing dengan pasar seni tradisional. Hal tersebut memunculkan fenomena antara persaingan pasar tradisional dengan pasar modern. Perkembangan pasar seni tradisional dapat sebagai tolak ukur perekonomian suatu daerah. Menurut Bintoro dalam Utomo (2013), pasar tradisional mempunyai fungsi dan peranan tidak hanya sebagai tempat perdagangan tetapi juga sebagai tempat peninggalan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Berkembangnya pasar modern telah memberikan dampak terhadap eksistensi pasar tradisional. Berdasarkan data Nielsen (2003), pasar modern telah tumbuh sebesar 31,4 persen dan sejalan dengan itu, pasar tradisional telah tumbuh secara negatif sebesar 8 persen.
Menurut Paramita (2013), keberadaan pasar seni tradisional telah tersaingi oleh pasar modern
yang banyak dibangun di berbagai tempat wisata, sehingga menyebabkan semakin menurunnya jumlah pengunjung pasar tradisional dan banyak dari para pedagang pasar tradisional yang usahanya stagnan karena menurunnya omzet penjualan. Pasar seni modern memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan pasar seni tradisional. Dimulai dari segi keamanan, kenyamanan, dan tentunya kualitas barang belanjaan. Sehingga pasar seni tradisional kini memiliki pesaing kuat dan berdampak pada menurunnya omzet penjualan pada pasar seni tradisional. Salah satu pasar tradisional yang terkena dampak dari berkembangnya pasar seni modern adalah Pasar Seni Sukawati.
Pasar Seni Sukawati merupakan pasar seni yang pertama berdiri di Bali sejak tanggal 25 Mei 1985, sehingga telah menjadi makna dari perkembangan pasar seni lainnya. Pasar Seni Sukawati terletak di Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Hadirnya pasar Seni Sukawati dilatar belakangi oleh pemikiran tokoh masyarakat dan para seniman di Kabupaten Gianyar. Para seniman memandang perlu adanya tempat untuk menampung hasil karya seni para pengrajin yang dapat dijual kepada wisatawan dengan konsep art center. Konsep art center telah dikenal oleh negara yang memiliki peradaban kebudayaan dan kesenian seperti Inggris, Perancis, dan Italia, sehingga Pasar Seni Sukawati hadir dengan memiliki tujuan untuk menampung hasil produksi para pengrajin dan sebagai tempat untuk memasarkan produk seni di Kabupaten Gianyar (Kepala PD Pasar Seni Sukawati, 2015).
Keadaan Pasar Seni Sukawati yang sederhana dan bersifat tradisional, namun menyajikan barang-barang kesenian yang menarik minat para wisatawan mancanegara dan domestik datang untuk membeli berbagai hasil karya yang diperdagangkan antara lain seni ukir, seni lukis maupun seni keterampilan Berbagai macam kreatifitas seni dan kerajinan tangan penduduk lokal dapat menjadikan Pasar Seni Sukawati sebagai objek wisata budaya oleh para wisatawan.
Seiring perkembangan era global, pada awal tahun 2002 mulai banyak bermunculan pasar seni modern di Kabupaten Gianyar yang menyebabkan pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut hasil wawancara dengan salah satu pedagang Pasar Seni Sukawati yaitu I Ketut Yudiana (45 tahun) menyatakan bahwa sebelum berkembangnya pasar seni modern (sebelum tahun 2002) pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati rata-rata berkisar antara Rp. 1.500.000 dengan omzet penjualan barang
Tabel 1. Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Tahun 2012
No. |
Bulan |
Dalam Gedung (Rp.) |
Luar Gedung (Rp.) |
Total (Rp.) |
Target (Rp.) |
1 |
Januari |
25.592.500 |
3.998.500 |
29.591.000 |
296.568.800 |
2 |
Februari |
39.220.500 |
7.704.500 |
46.925.000 |
296.568.800 |
3 |
Maret |
47.919.500 |
11.591.500 |
59.511.000 |
296.568.800 |
4 |
April |
59.794.000 |
16.497.500 |
76.291.500 |
296.568.800 |
5 |
Mei |
71.851.000 |
21.141.500 |
92.992.500 |
296.568.800 |
6 |
Juni |
82.742.000 |
25.615.000 |
108.357.000 |
296.568.800 |
7 |
Juli |
98.035.000 |
30.330.500 |
128.365.500 |
296.568.800 |
8 |
Agustus |
112.787.000 |
34.287.500 |
147.074.500 |
296.568.800 |
9 |
September |
131.147.300 |
37.928.500 |
169.075.800 |
296.568.800 |
10 |
Oktober |
141.941.000 |
41.887.000 |
183.828.000 |
296.568.800 |
11 |
November |
159.207.500 |
46.407.000 |
205.614.500 |
296.568.800 |
12 |
Desember |
159.207.500 |
46.407.000 |
205.614.500 |
296.568.800 |
Total |
1.129.444.800 |
323.796.000 |
1.453.240.800 |
Sumber: Kantor PD Pasar Seni Sukawati, 2013
kerajinan mencapai angka tertinggi Rp. 5.000.000 karena pada saat itu belum memiliki kompetitor dari pasar modern. Namun, setelah berkembangnya pasar seni modern omzet penjualan pedagang pasar seni Sukawati menurun drastis dengan omzet penjualan tertinggi hanya mencapai angka Rp. 2.000.000 Kepala PD Pasar Seni Sukawati telah merangkum beberapa data yang mencakup pendapatan para pedagang Pasar Seni Sukawati tahun 2012 seperti yang diuraikan pada Tabel 1.
Kolom target pada Tabel 1 menjelaskan tentang rencana capaian pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati yang ditetapkan oleh Kepala Pasar Seni Sukawati setiap bulannya, dengan nilai target sebesar Rp. 296.568.800. Perkembangan dari bulan Januari hingga Desember pendapatan pasar seni sukawati belum dapat mencapai target sebesar Rp 296.568.800. Apabila target tidak tercapai maka hasil penjualan dalam pasar kurang optimal yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kunjungan belanja para wisatawan yang menurun, strategi penawaran produk oleh pedagang yang kurang tepat dan barang dagangan yang kurang diminati. Total pendapatan dalam gedung dan luar gedung tertinggi yaitu pada bulan November dan Desember sebesar Rp. 205.614.500 dikarenakan pada bulan tersebut jumlah kunjungan wisatawan meningkat akan menjelang pergantian tahun.
Perkembangan globalisasi dan perekonomian mengurangi potensi ekonomis yang dimiliki Pasar Seni Sukawati, yang awalnya merupakan primadona wisata belanja bagi wisatawan berangsur-angsur mengalami kelesuan dan mulai ditinggalkan oleh pelanggannya. Tumbuh pesatnya pasar seni modern di Bali terlebih di Kabupaten Gianyar memberikan dampak buruk bagi pedagang pasar seni tradisional yaitu Pasar Seni Sukawati. Hal ini dibuktikan kendala
yang masih kurang seperti minimnya lahan untuk lokasi parkir, kebersihan sangat rendah, banyaknya bermunculan pasar seni modern yang dimiliki oleh pemodal besar sehingga sangat mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sukawati
Zahratain dan Lukytawati (2014), menyebutkan selama dekade terakhir toko modern mulai hadir dengan memanfaatkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional seperti kebersihan, kenyamanan, keamanan, kualitas produk serta sarana dan prasarana yang memadai. Studi empiris yang dilakukan oleh Reardon dan Hopkins (2006) menjelaskan bahwa permasalahan mengenai persaingan dalam bisnis ritel antara pasar tradisional dan toko modern telah terjadi hampir di semua negara selama bertahun-tahun dalam beberapa hal seperti harga, kenyamanan, kualitas produk dan keamanan. Seperti halnya di Kabupaten Gianyar, pada awal tahun 2002 telah berkembang 8 pasar oleh-oleh modern yang menjual produk yang hampir sama seperti ditawarkan oleh Pasar Seni Sukawati.
Berbagai macam kelebihan dan kemudahan yang ditawarkan kepada konsumen oleh pasar seni modern seperti kenyamanan dalam berbelanja, harga yang lebih murah, kemasan yang menarik, dan bahkan pelayanan yang buka hingga 24 jam. Selain itu, kerjasama yang dijalin para pemilik pasar seni modern dengan para pengusaha travel agen dengan pembagian komisi yang menggiurkan, maka travel agen pun mengarahkan tamu-tamu mereka ke pasar seni modern yang menjalin kerjasama dengannya. Maka dari itu, tidak sedikit konsumen yang mengalihkan belanja mereka pada pasar seni modern.
Menurut Rinda (2014), semakin berkembangnya pasar modern, mengakibatkan pasar tradisional semakin terpinggirkan keberadaannya, dimana yang
menjadi keprihatinan adalah nasib para pedagang bermodal kecil yang nantinya pasti akan kalah bersaing dengan pemodal besar. Keunggulan dari pasar seni modern yang mengalahkan pasar seni tradisional Sukawati meyebabkan omzet penjualan Pasar Seni Sukawati menurun dan tidak sedikit pedagang dalam Pasar Seni Sukawati mengeluhkan hal tersebut. Salah seorang pedagang di pasar Seni Sukawati yang bernama Ni Made Nerti pada tanggal 1 Oktober 2015 menyampaikan keluhannya mengenai penurunan omzet penjualan yang mengatakan bahwa:
“Banyaknya pasar seni modern yang ada di Bali dan terutama di Kabupaten Gianyar membuat pasar seni sepi pengunjung dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum ada pasar seni modern, selama 20 tahun sudah membuka usaha di pasar seni saya sangat merasakan penjualan atas barang kesenian menurun derastis, dimana biasanya pakaian oleh-oleh laku hingga 20 baju setiap harinya, kini hanya terjual paling banyak 10 baju itu pun jarang”
Hasil wawancara tersebut menyatakan bahwa perkembangan dan kelebihan dari pasar seni modern dapat mematikan pasar Seni Sukawati terutama pedagang-pedagang yang membuka usaha dalam pasar seni. Usaha-usaha yang dilakukan pedagang dalam meningkatkan pendapatan sebagai akibat adanya persaingan yang ketat diperlukan meningkatkan efisiensi.
Ditinjau dari ketersediaan atau komoditi barang yang diperdagangkan oleh pedagang Pasar Seni Sukawati lebih spesifik dibandingkan dengan pasar seni modern yang lebih beragam atau serba ada, dikarenakan pedagang dalam Pasar Seni Sukawati menjual barang yang berbeda antar pedagangnya Namun, pasar seni modern memberikan kemudahan untuk mendapatkan barang yang beragam hanya dalam satu lokasi, sehingga dari hal tersebut dapat mempengaruhi volume penjualan pasar seni modern yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang Pasar Seni Sukawati.
Volume penjualan barang dagangan dalam pasar dapat menentukan besarnya pendapatan diterima oleh pedagang. Volume penjualan adalah jumlah barang yang dapat terjual dari proses transaksi yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli dalam pasar Semakin banyak barang yang dapat terjual, maka semakin besar jumlah keuntungan yang diterima sehingga pendapatan akan meningkat.
Menurut Astuti (2005), volume penjualan adalah jumlah barang atau jasa yang terjual dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan unit atau rupiah. Semakin besar volume penjualan,
semakin besar pula pendapatan yang diperoleh Dengan meningkatnya volume penjualan maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi laba yang diperoleh pengusaha.
Hal lain yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang yaitu lokasi pedagang yang strategis dari tempat parkir, karena umumnya lokasi yang berdekatan dengan pintu masuk atau lokasi parkir akan memberikan kemudahan wisatawan untuk berbelanja dibandingkan dengan lokasi pedagang yang berada di pojok atau tengah pasar Lokasi parkir pasar modern dengan pasar tradisional sangat berbeda. Pasar modern memberikan kemudahan dengan memberikan tempat parkir yang lebih luas dibandingkan dengan pasar tradisional yang memberikan kemudahan dan kenyamanan parkir, hal ini yang dapat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan untuk berbelanja oleh-oleh.
Menurut Widyatama (2015), semakin dekat jarak antara konsumen dan produsen, maka semakin besar kesempatan jual-beli yang terjadi. Dalam sebuah pasar tradisional, lokasi pedagang yang dianggap strategis ialah lokasi yang berada di dekat pintu masuk pasar. Hal ini karena pembeli tidak perlu jauh-jauh masuk ke bagian dalam pasar untuk berbelanja kebutuhannya dan pembeli akan merasa lebih efisien. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin dekat lokasi pedagang dengan pintu masuk pasar, maka pendapatan yang akan diterima akan semakin besar daripada lokasi pedagang yang berada masuk di dalam pasar.
Ditinjau dari jam operasional Pasar Seni Sukawati berbeda dengan pasar seni modern yang memberikan fasilitas buka hingga 24 jam. Pasar Seni Sukawati di buka mulai pukul 09.00 WITA dan tutup pada pukul 17.00 WITA. Jika dilihat dari waktu buka dan tutupnya kios, lama jam operasional para pedagang kios di pasar Seni Sukawati adalah sekitar 8 jam, sehingga menyebabkan pengunjung yang ingin berbelanja oleh-oleh pada malam hari hanya bisa berbelanja pada pasar modern. Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar seni tradisional. Hal ini sesuai dengan penelitian Priyandikha (2015) yang menyatakan bahwa jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kota Semarang.
Menurut Jafar dalam Firdausa (2012), suatu usaha agar dapat berjalan lancar dan berkembang membutuhkan pengelolaan waktu yang baik melalui pengaturan jam operasional. Jam operasional adalah banyaknya lama waktu kerja dalam sehari. Semua kios pada pasar tradisional memiliki jam operasional yang belum tentu sama. Jika ingin memperoleh
pendapatan yang tinggi maka diperlukan jam operasional yang lebih lama. Semakin lama jam operasional sebuah kios di pasar maka akan semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa keberadaan pasar seni modern dapat menjadi dilema bagi pedagang yang memiliki modal dengan skala kecil serta dapat berpotensi sebagai penyebab penurunan pedapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati. Apabila eksistensi pasar seni tradisional tidak dapat dipertahankan, maka nasib para pedagang yang bernaung di pasar seni tradisional akan terancam, sehingga kajian mengenai pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern penting untuk diteliti.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukkan tersebut, maka prmasalahan dalam penelitanini adalah sebagai berikut:(1) Bagaimanakah pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara simultan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern? (2) Bagaimanakah pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
DATA DAN METODOLOGI
Persaingan antara Pasar Seni Sukawati dan Pasar Modern semakin ketat beberapa dekade terakhir Kedua pasar ini sama-sama mempertahankan eksistensinya guna menunjang kelangsungannya. Persaingan ini akan menyebabkan perbedaan pendapatan yang diperoleh oleh pedagang di Pasar Seni Sukawati setelah munculnya pasar seni modern (setelah tahun 2002). Perubahan pendapatan setelah berkembangnya pasar seni modern juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan atau pengaruh satu atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2007:11).
Lokasi penelitian dilakukan di Pasar Seni Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Dipilihnya pasar Seni Sukawati karena merupakan pasar seni tradisional tertua dan terbesar berdiri di Provinsi Bali, serta merupakan proksi dari pasar tradisional yang secara langsung merasakan dampak
dari perkembangan pasar modern. Adapun objek dari penelitian ini adalah pedagang di pasar Seni Sukawati.
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern yang disimbolkan dengan (Y). Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah volume penjualan (X1), lokasi usaha (X2), dan jam operasional (X3) pedagang di pasar Seni Sukawati.
Data yang digunakan ialah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian adalah jumlah pedagang, jumlah pendapatan pedagang dan jumlah volume penjualan setiap bulan di Pasar Seni Sukawati.Selain itu penelitian ini juga menggunakan data kualitatatif seperti keterangan-keterangan dalam bentuk angka, gambar, grafik, skema mengenai variabel-variabel yang diteliti.
Data penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh penulis, dicatat dan diamati untuk pertama kalinya dan hasilnya digunakan langsung oleh penulis untuk memecahkan permasalahan yang dicari jawabannya (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini data primer adalah data yang diperoleh dari kuesioner, meliputi data volume penjualan, lokasi usaha, jam operasional serta pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Sedangkan data sekunder meliputi data jumlah pedagang di Pasar Seni Sukawati dari PD Pasar Seni Sukawati.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang di Pasar Seni Sukawati sebanyak 792 pedagang (Kantor Pasar Seni Sukawati). Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Non ProbabilitySampling yaitu teknik Sampling Incidental. Pada teknik ini penentuan sampel ditentukan berdasarkan kebetulan/ incidental yang bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,2013:122).
Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendekatan Slovin (1990) seperti yang diungkapkan dalam Rahyuda, dkk (2004:45). Rumus Slovin yang digunakan adalah sebagai berikut:
n= N/(1+Ne2) (1)
Dimana: n adalah jumlah anggota sampel; N adalah jumlah anggota populasi dan e adalah nilai kritis (batas ketelitian 10%).
Dengan jumlah populasi pedagang sebesar 792
orang, maka perhitungan sampelnya adalah sebagai berikut.
n =89.
Berdasarkan perhitungan diatas maka didapatkan jumlah sampel pedagang yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 89 sampel.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara, kuesioner dan observasi terhadap responden yaitu pedagang di Pasar Seni Sukawati.Penelitian ini menggunakan Binary Logistic, yang digunakan digunakan untuk menganalisis perubahan pendapatan pedagang dalam pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Model ekonometrika dapat dituliskan dalam persamaan berikut (Ghozali, 2006: 270) :
Li=Ln (Pi/1-Pi)= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e………(2)
Dimana: Li adalah pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern yaitu setelah tahun 2002 (1= pendapatan tetap atau meningkat atau 0 = pendapatan menurun); β0 adalah intersep; β1β2β3β4 adalah parameter; X1 adalahvolume penjualan; X2 adalah lokasi usaha (1= lokasi strategis atau 0= lokasi bukan strategis); X3 adalah jam operasional; e adalaherror terms
Data ini menggunakan pengujian model fit, untuk mengetahui fit atau tidaknya data dengan model melalui uji Chi-square untuk menguji signifikansi volume penjualan, lokasi usaha dan jam operasional secara simultan mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Selanjutnya juga dilakukan uji parsial mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Variabel Penelitian
Responden dalam proses penyebaran data berupa kuisioner yang telah dilakukan pada penelitian ini merupakan pedagang yang sekaligus pemilik usaha berlokasi di Pasar Seni Sukawati. Responden pedagang dipilih karena mampu memberikan data mengenai keadaan Pasar Seni Sukawati. Selanjutnya akan dipaparkan secara mendetail karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan dijabarkan pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 dapat menguraikan ukuran sampel pedagang di Pasar Seni Sukawati dalam penelitian adalah sebanyak 89 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang
Tabel 2. Karakteristik Responden Penelitian Menurut Jenis Kelamin, Umur, dan Tingkat Pendidikan
Uraian Jumlah
No. Orang Responden
Persentase
1. Kategori Responden |
Perempuan |
58 |
65,17 |
Menurut Jenis Kelamin | |||
Laki-Laki |
31 |
34,83 | |
Jumlah |
89 |
100 | |
2. Kategori Responden |
20-29 |
2 |
2,25 |
Menurut Umur |
tahun | ||
30-39 tahun |
25 |
28,09 | |
40-49 tahun 50-59 tahun |
41 |
46,07 | |
≥ 60 tahun |
16 |
17,98 | |
5 |
5,62 | ||
Jumlah |
89 |
100 | |
3. Kategori Responden |
Tidak Pernah |
3 |
3,37 |
Menurut Tingkat |
Sekolah | ||
Pendidikan |
Tidak Tamat SD |
6 |
6,74 |
SD |
8 |
8,99 | |
SMP |
15 |
16,85 | |
SMA |
50 |
56,18 | |
Perguruan Tinggi |
7 |
7,87 | |
(Diploma/ | |||
Sarjana) | |||
Jumlah |
89 |
100 |
Sumber : Data diolah, 2015
di Pasar Seni Sukawati adalah perempuan (65,17 persen) dan sisanya adalah laki-laki (34,83 persen).
Bila dilihat dari sebaran usia, sebagian besar pedagang di Pasar Seni Sukawati berada di antara umur 40-49 tahun (46,07 persen). Range umur pedagang di Pasar Seni Sukawati adalah antara 20 sampai 60 tahun. Pedagang yang berumur di atas 40 tahun pada umumnya memiliki pengalaman dagang yang lebih lama dan telah mengetahui sejarah perkembangan pasar seni Sukawati dibandingkan dengan pedagang berumur di bawah 40 tahun yang melanjutkan usaha yang diwariskan oleh orang tuanya. Selanjutnya dari Tabel 2 juga dapat diuraikan sebagian besar responden menamatkan pendidikan tertinggi berada di tingkat SMA sebesar 56,18 persen. Responden yang tidak pernah sekolah hanyalah sebanyak 3 orang atau 3,37 persen. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pedagang di Pasar Seni Sukawati relatif baik.
Data mengenai variabel dalam penelitian ini didapatkan secara langsung melalui wawancara langsung kepada pedagang yang sekaligus pemilik usaha di Pasar Seni Sukawati. Secara lebih mendetail deskripsi variabel penelitian yang meliputi variabel volume penjualan (X1), variabel lokasi usaha (X2), dan variabel jam operasional pedagang (X3) dijabarkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Variabel Penelitian Meliputi Volume Penjualan (X1), Lokasi Usaha (X2), dan Jam Operasional Pedagang (X3) | ||
No. |
Uraian Orang |
Jumlah Responden |
Persentase | ||
1. Volume |
≤ Rp. 10.000.000 |
23 25,84 |
Penjualan (Rp/Bulan) Jumlah |
Rp. 10.000.000 – Rp. 20.000.000 ≥ Rp. 20.000.000 |
58 65,17 8 8,99 89 100 |
2. Dummy Variabel |
1 ( lokasi strategis) |
50 56,18 |
Lokasi Usaha Jumlah |
0 (lokasi bukan strategis) |
39 43,82 89 100 |
3. Jam |
6 jam |
3 3,37 |
Operasional |
7 jam |
18 20,22 |
Kerja Jumlah |
8 jam 9 jam 10 jam |
38 42,70 28 31,46 2 2,25 89 100 |
Sumber : Data diolah, 2015
Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel volume penjualan (X1) dalam satu bulan oleh pedagang di Pasar Seni Sukawati dibagi atas 3 kelompok yaitu kurang dari Rp. 10.000.000, antara Rp 10.000.000 sampai Rp. 20.000.000, dan terakhir volume penjualan melebihi Rp. 20.000.000 dalam 1 bulan. Rata-rata volume penjualan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern berkisar antara Rp. 10.000.000 sampai Rp. 20.000.000 yaitu sebanyak 58 responden dari 89 responden. Pada penelitian ini hanya terdapat 8 responden yang memiliki volume penjualan dalam satu bulan melebihi angka Rp. 20.000.000, dimana pedagang tersebut lebih banyak menjual produk kerajinan patung.
Selanjutnya dari Tabel 3 dapat dijelaskan dummy variabel lokasi usaha pedagang di Pasar Seni Sukawati, yang dibagi atas 2 kelompok yaitu dummy variabel lokasi usaha bernilai 1 apabila lokasi tersebut merupakan lokasi yang strategis dan dummy variabel 0 apabila lokasi pedagang tidak strategis Sebesar 56,18 persen pedagang memiliki lokasi yang strategis di dalam Pasar Seni Sukawati. Variabel jam operasional pedagang di Pasar Seni Sukawati, dalam proses penyebaran kuisioner kepada 89 responden diperoleh hasil bahwa jam operasional pedagang berkisar dari 6 hingga 10 jam operasi. Rata-rata jam operasional operasional pedagang adalah 8 jam, yaitu sebanyak 38 responden dari 89 responden. Namun, hanya 2 pedagang yang jam operasional berdagang hingga 10 jam.
Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh volume penjualan, lokasi usaha dan jam operasional terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern secara simultan maupun parsial. Variabel pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati diproksikan dengan menggunakan dummy. Pendapatan pedagang diukur menggunakan variabel dummy dimana 1 apabila pendapatan tetap atau meningkat setelah berkembangnya pasar seni modern (setelah tahun 2002) dibandingkan dengan pendapatan yang diterima sebelum tahun 2002 Apabila pendapatan yang diterima pedagang di Pasar Seni Sukawati mengalami penurunan setelah berkembangnya pasar seni modern (setelah tahun 2002) dibandingkan dengan pendapatan yang diterima sebelum tahun 2002 maka variabel dummy 0. Hal tersebut dilakukan untuk melihat seberapa besar pedagang yang mendapatkan pendapatan tetap atau meningkat dan pendapatan menurun.
Persamaan regresi logistik pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern diperoleh melalui hasil olah data sebagai berikut.
Variabel |
Koefisien |
Se |
Wald |
Sig |
Probabilitas |
Konstanta |
-13,465 |
3,863 |
12,151 | ||
X1 (Volume |
0,271 |
0,107 |
6,339 |
0,012 |
0,567 |
Penjualan) | |||||
X2 (Lokasi Usaha) |
2,308 |
1,123 |
4,221 |
0,040 |
0,909 |
X3 (Jam |
0,837 |
0,410 |
4,177 |
0,041 |
0,697 |
Operasional) | |||||
F = |
41.244 |
Sig |
= |
0,000 | |
R2 = |
0,534 |
Uji Pengaruh Simultan
Hasil uji Nagelkerke R Square diperoleh sebesar 0,534 berarti 53,4 persen pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern dipengaruhi oleh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam opersaional, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan dalam model.
Variabel volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional berpengaruh signifikan secara serempak terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati dengan nilai χ2 hitung = 41,244 > χ2 tabel = 7,82.
Uji Parsial
-
1) P engaruh volume penjualan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Suka-wati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
Volume penjualan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pedapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati, Hal ini dikarenakan besar kecilnya pendapatan pedagang tergantung dari besar kecilnya volume penjualan yang diperoleh pedagang tersebut. Pendapatan merupakan sejumlah penerimaan-penerimaan yang telah dikurangi oleh biaya-biaya. Jika volume penjualan pedagang yang diperoleh pedagang semakin meningkat maka pendapatan yang diperoleh akan semakin meningkat.
Nilai wald = 6,339 > χ2 tabel (3,84) menunjukan bahwa H0 ditolak, yang berarti volume penjualan berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar S eni S ukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Selain itu dari hasil penelitian diperoleh nilai β = 0,271 dan sig = 0,012, ini berarti jika variabel lain dianggap konstan, maka setiap menurunnya volume penjualan sebanyak satu juta rupiah selama satu bulan, secara rata-rata menyebabkan nilai logit akan menurun sebesar 0,271. Ini berarti, pengaruh positif (trend searah) dari koefisien regresi menunjukkan bahwa setiap penurunan volume penjualan sebesar satu juta rupiah, maka pendapatan responden cenderung akan menurun dengan besar kemungkinan atau probability peningkatan mencapai 0,567 atau 56,7 persen
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mertayasa (2011), dimana dalam penelitian diperoleh nilai β3 sebesar 0,287 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat penjualan (X3) terhadap pendapatan (Y). Hal ini menunjukkan bahwa jika tingkat penjualan turun Rp. 100.000, maka pendapatan akan turun sebesar Rp. 28.700, dengan asumsi variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan.
-
2) Pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
Penempatan lokasi berdagang di tempat yang strategis dapat mempengaruhi perkembangan dan eksistensi pedagang kedepannya. Lokasi yang strategis dalam penelitian ini adalah lokasi usaha pedagang yang dekat dengan pintu utama pasar atau dekat dengan tempat parkir wisatawan, dimana lokasi tersebut mudah untuk dilihat atau dikunjungi oleh wisatawan, sehingga akan berpeluang lebih besar dalam meningkatkan volume penjualan pedagang.
Tendensi yang sama juga diperoleh pada penelitian ini, dimana baik sebelum atau sesudah berkembangnya pasar seni modern, setiap responden yang berjualan di lokasi yang strategis yaitu dekat dengan pintu utama pasar atau tempat parkir wisatawan pasti akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang yang memiliki lokasi tidak strategis yaitu jauh dengan pintu utama pasar seperti ditempat pojok pasar.
Nilai wald = 4,221> χ2 tabel (3,84) menunjukan bahwa H0 ditolak, yang berarti lokasi usaha berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar S eni S ukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Hal ini didukung dengan nilai β = 2,308 dan sig = 0,040, berarti bahwa variabel lokasi usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Dummy lokasi usaha sebesar β= 2,308 memiliki arti bahwa sesudah berkembangnya pasar seni modern pendapatan dari responden yang berjualan di lokasi strategis sebesar 2,308 juta kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berjualan di tempat yang tidak strategis. Selanjutnya, probability pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern sebagai akibat dari perbedaan lokasi adalah meningkat 0,909 atau 90,9 persen.
Hasil penelitian terhadap variabel lokasi usaha sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dibuktikan dalam penelitian Chintya dan Darsana (2013) meneliti tentang “Analisis Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran”. Dalam hasil penelitian ini di dapat bahwa lokasi usaha secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di pasar Jimbaran. Hasil uji t menghasilkan nilai thitung sama dengan 3,257 dan t-tabel dengan tingkat keyakinan 5 persen sebesar 1,671, dikarenakan t-hitung > t-tabel maka disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Selain itu didukung juga dalam penelitian Wirawan, dkk (2015), dalam penelitian diperoleh hasil regresi yang menunjukkan bahwa tingkat signifikansi lokasi pemasaran sebesar 0,042. Apabila lokasi pemasaran berada ditempat yang strategis maka pendapatan pelaku UMKM akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pemilihan lokasi yang strategis dalam memasarkan suatu produk merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan penjualan barang sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Serta didukung juga oleh hasil penelitian Dewi (2012), berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa lokasi usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
pedagang canang di Kabupaten Badung. Besarnya pendapatan rata-rata pedagang canang yang berlokasi di tempat strategis lebih besar dengan rata-rata pendapatan pedagang canang di tempat yang tidak strategi sebesar 239762,4 rupiah. Bedasarkan hasil uji regresi tampak rata-rata 70 orang responden menjawab lokasi usaha pedagang canang strategis Hasil penelitian juga sesuai dengan teori lokasi pendekatan pasar losch. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Maka dari itu produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar (Tarigan, 2009).
-
3) Pengaruh jam operasional terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
Perbedaan jam operasional antara pasar seni modern dengan pasar seni tradisional berpengaruh signifikan terhadap perbedaan pendapatan pedagang di kedua pasar tersebut. Jam operasional pasar seni modern yang mencapai 12 jam dalam satu hari bahkan terdapat beberapa pasar seni modern yang memiliki jam operasional hingga 24 jam. Sedangkan, jam operasional pasar seni tradisional yang hanya mencapai 8 jam hingga 10 jam dalam satu hari Pendapatan pedagang dalam pasar seni modern akan lebih tinggi dibandingkan dengan pasar seni tradisional jika dilihat dari lamanya jam operasional kedua pasar tersebut.
Nilai wald = 4,177 > χ2 tabel (3,84) menujukan bahwa jam operasional berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.Selain itu, dari hasil koefisien penelitian diperoleh nilai β = 0,837 dan sig = 0,041, ini berarti menunjukkan variabel jam operasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Meskipun Secara rata-rata sebagian responden menyatakan bahwa pendapatan mereka menurun sesudah berkembangnya pasar seni modern, namun hasil penelitian menunjukkan nilai β = 0,837 menunjukkan bahwa setiap pertambahan satu jam operasional pedagang akan berimbas pada peningkatan pendapatan dengan probability pendapatan responden tetap akan meningkat sebesar 0,697 atau 69,7 persen apabila jam operasional pedagang dinaikkan minimal satu jam dalam satu hari.
Hasil penelitian sesuai teori yang dikatakan oleh Simanjuntak (1985), dimana pendapatan pada sektor informal itu sangat dipengaruhi oleh output yang
terjual. Maka jam operasional sangat berpengaruh dalam menentukan output yang terjual. Hasil penelitian juga sesuai dengan dengan teori alokasi waktu dimana pendapatan dapat ditingkatkan melalui penambahan jam operasional dengan mengurangi waktu luang atau waktu senggang yang tersedia.
Hasil penelitian terhadap variabel jam operasional sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan dalam penelitian Chintya dan Darsana (2013), yang meneliti tentang “Analisis Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran” dengan hasil penelitian jam operasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Analisis dengan uji t menghasilkan nilai thitung sebesar 8,221 dan ttabel pada tingkat keyakinan 5 persen sebesar 1,671. Hasil wawancara langsung dengan para pedagang juga diperoleh informasi bahwa lamanya jam operasional pedagang dalam pasar akan mempengaruhi pendapatan yang diterima, dimana semakin banyak peluang pedagang untuk bertatap muka dengan pengunjung yang memungkinkan untuk berbelanja pada kios mereka. Apabila pedagang memiliki banyak waktu untuk tutup kios karena adanya piodalan dalam sebulan menjadikan pedagang tidak membuka dagangannya di dalam pasar sehingga mengurangi pendapatan yang diterima oleh pedagang.
SIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut hasil uji simultan menunjukkan bahwa variabel volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati. Nilai Negelkerke’s R2 = 0,534 diartikan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 53,4 persen. Variabel volume penjualan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati. Variabel lokasi usaha secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati. Variabel jam operasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati.
SARAN
Merujuk hasil penelitian, disarankan kepada pemerintah untuk mendukung perkembangan para pedagang di pasar tradisional dengan memberikan
bantuan berupa kredit lunak seperti program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain bantuan modal lunak, pemerintah juga perlu melakukan revitalisasi pasar agar nantinya tempat berjulan lebih terstruktur dan berkesan modern menyerupai swalayan atau mall, sehingga akan lebih menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Selain itu, kepada pedagang di Pasar Seni Sukawati sebaiknya melakukan usaha untuk meningkatkan kembali minat wisatawan untuk berkunjung ke Pasar Seni Sukawati melalui beberapa langkah: (i) melakukan persaingan non harga yaitu dengan melakukan promosi ulang sehingga wisatawan kembali memilih untuk berkunjung ke Pasar Seni Sukawati, (ii) melakukan persaingan harga dengan menawarkan harga yang lebih rendah di banding pasar seni modern, dan (iii) meningkatkan kualitas barang serta memperbaiki kualitas pelayanan terhadap para wisatawan lokal maupun domestic yang berkunjung ke Pasar Seni Sukawati.
Serta saran yang ditunjukkan pengelola Pasar Seni Sukawati beserta aparat yang terkait agar tetap memperhatikan dan melakukan pengawasan terhadap kebersihan dan suasana di Pasar Seni Sukawati. Kenyamanan merupakan hal yang terpenting dijaga seperti pengelolaan tempat parkir, tempat sampah, dan toilet yang selalu bersih agar dapat mempertahankan kenyamanan pengunjung serta eksistensinya sebagai pusat perbelanjaan tradisional khas Bali dan dapat bersaing dengan pasar seni modern yang ada di Bali.
REFERENSI
Astuti, 2005. Pengaruh Nilai Margin Pemasaran Terhadap Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa di Desa Karang Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Badan Pusat Statistik. 2014. Bali Dalam Angka 2003. Jakarta: BPS Bali.
Chintya, Wuri Ajeng dan I.B.Darsana. 2013. Analisis Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran. E-Jurnal EP Unud. Vol. 2 No. 6 277- 283
Dewi, A Istri Agung Vera. Djinar Setiawina dan IG Indrajaya. 2012. Analisis Pendapatan Pedagang Canang Di Kabupaten Badung. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.Volume 01.No.01.Tahun 2012.
Firdausa, Rosetyadi Artistyan. 2013. Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha, Dan Jam Operasional Terhadap Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintoro Demak Diponegoro Journal Of Economics. Vol. 2, No. 1, pp: 1-6
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Juliarta, I Made Guna dan Ida Bagus Darsana. 2015. Analisis Efektivitas Revitalisasi Pasar Tradisional dan Dampaknya Terhadap Pengelolaan Pasar, Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Pedagang. E-Jurnal EP Unud. Vol.5 No. 1,
pp: 138-166
Mertayasa, I Kadek. 2011. Pengaruh Biaya Listrik, Tingkat Suku Bunga Pinjaman, Dan Tingkat Penjualan Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kelurahan Sading, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Nielson, AC. 2003. Modern Supermarket (Terjemahan AW Mulyana). Jakarta : Universitas Indonesia.
Paramita, A.A Mirah Pradnya Paramita dan A.A Ketut Ayuningsasi. 2013. Efektivitas Dan Dampak Program Revitalisasi Pasar Tradisional Di Pasar Agung Peninjoan. E-Jurnal EP Unud. Vol.2 No. 5, pp: 233-243
Panggabean, Anastia Petika. 2014. Kontribusi Pendapatan Pedagang Buah Terhadap Pengeluaran Rumah Tangga ( Studi Kasus: Pedagang Buah di Pasar Badung Kota Denpasar). E-Jurnal EP Unud. Vol.3 No. 7, pp: 301-310
Purnama, Ida Ayu Made Sherly Purnama dan I Nyoman Mahaendra Yasa. 2013. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Wisatawan Domestik Berbelanja Di Pasar Oleh-Oleh Modern. E-Jurnal EP Unud. Vol.2 No. 5, pp: 244-253
Putra, I Gede Susila Arsana dan Made Dwi Setyadhi Mustika. 2014. Analisis Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Pedagang Acung Pinggir Pantai Di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. E-Jurnal EP Unud. Vol.3 No. 7, pp: 282-289
Priyandikha, Akhbar Nurseta. 2015. Analisis Pengaruh Jarak, Lama Usaha, Modal, Dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Limakonveksi (Studi Kasus Di Kelurahan Purwodinatan Kota Semarang). Skripsi. Universitas Diponogoro Semarang.
Rahyuda, Ketut, I Gusti Murjana Yasa dan Ni Nyoman Yuliarmi. 2004. Metodelogi Penelitian. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Denpasar.
Rasyid, Miftahus Syukron Al. 2012. Intelijensi Pemasaran Dalam Mempertahankan Keunggulan Kompetitif. Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Reardon T, Hopkins R. 2006. The supermarket revolution in developing countries: policies to address emerging tensions among supermarkets, suppliers, and traditional retailers. European Journal of Development Research.18(4): 522–545.
Rinda, 2014. Peran Modal Sosial Terhadap Eksistensi Pasar Tradisional. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya. Vol.2 No.2.
Sabaruddin, Sulthon Sjahril. 2014. The Impact of Indonesia– China Trade Liberalisation on the Welfare of Indonesian Society and on Export Competitiveness. Bulletin of Indonesian Economic Studies. Volume 50, issue 2. pages 292-293
Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FEUI (Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia).
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
------.2008. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Robinson. 2009. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Utomo, Fatik Noviono. 2013. Strategi Pedagang Tradisional Di Pasar Yang Terintegrasi Dengan Pasar Modern (Studi Kasus Pasar Besar Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya. Vol. 1, No. 1
UPT Pasar Seni Sukawati. 2013. Data Pendapatan Pasar Seni Sukawati. UPT Pasar Seni Sukawati.
Widyatama, Dery Fauzan. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Sembako Di Pasar
Besar Kota Malang. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Wirawan,Adi I.K, K.Sudibia dan I.B.P Purbadharmaja.2015 Pengaruh Bantuan Dana Bergulir, Modal Kerja, Lokasi Pemasaran, dan Kualitas Produk Terhadap Pendapatan Pelaku UMKM Sektor Industri Di Kota Denpasar. E-Jurnal Ekonomi dan BisnisUniversitas Udayana,Vol 4 No.01,Hal.42-55.
Zahratain, Iin dan Lucytawati Anggaraeni. 2014. Dampak Perkembangan T oko Modern Terhadap Kinerja Pedagang Produk Pertanian Pada Pasar Tradisional di Kota Bekasi. Jurnal Manajemen dan Agri Bisnis. Vo.11 No.2. pp: 119-128.
169
Discussion and feedback