ISSN 1907-9850

UJI AKTIVITAS REPELAN MINYAK ATSIRI BUAH LILIGUNDI (Vitex trifolia Linn) TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI

I Wayan Sugiri Adiyasa, Sri Rahayu Santi, dan Manuntun Manurung

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbara

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang isolasi minyak atsiri buah liligundi (Vitex trifolia) dan uji repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti. Ektraksi 15 kg buah Vitex trifolia dengan metode destilasi uap menghasilkan 7,6 mL minyak atsiri dengan rendemen 0,0418% ± 0,01% (b/b) dan berat jenis 0,819 ± 0,05 g/mL. Identifikasi dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa menunjukkan bahwa minyak atsiri memiliki 16 senyawa penyusun dengan kandungan senyawa α-Pinen, Sabinen, 1,8-Sineol, dan β-Kariofilen yang kelimpahannya besar. Uji repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan menggunakan konsentrasi minyak atsiri 7,5%, 15%, dan 20% dalam pelarut etanol 96% dan kontrol positif DEET 15%. Hasil analisis data ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan di antara daya proteksi masing-masing konsentrasi minyak atsiri selama 6 jam pengujian. Hasil uji Tukey/HSD menunjukkan kemampuan repelan pada minyak atsiri konsentrasi 15% dan 20% sebanding dengan kontrol positif pada awal pengujian dan kemampuan repelan minyak atsiri konsentrasi 20% sebanding dengan kontrol positif pada jam pertama. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri buah Vitex trifolia memiliki kemampuan repelan terhadap nyamuk Aedes aegyptii.

Kata kunci: minyak atsiri, buah Vitex trifolia, repelan, Aedes aegypti

ABSTRACT

The isolation and repellent activity of essential oil extracted from fruit of Vitex trifolia against Aedes aegypti has been done. Distillation of 15 kg samples produced 7,6 mL essential oils with 0,819 ± 0,05 g/mL of density and 0,0418% ± 0,01% (b/b) of yields. Identification with Gas Chromatography-Mass Spectrometry results showed that the essential oil composed of 16 compounds and was a rich source of α-Pinene, Sabinene, 1,8-Cineol, and β-Charyophyllene. Varied concentrations of the essential oil of 7,5%, 15%, and 20% solution in 96% ethanol and DEET 15% as positive control were tested for their repellent activities against Aedes aegypti. The result of ANOVA test showed that there was significant difference in protection abilities amongst the essential oil solutions for 6 hour test. The result of Tukey/HSD test showed that 15% and 20% of essential oils solutions possesed repellent activity as strong as positive control at first test and the 20% of essential oils solution possesed repellent activity as strong as positive control at first hour. Based on the above results it can be concluded that the essential oil of Vitex trifolia fruit posseses repellent activity against Aedes aegypti.

Keywords: Essential oils, fruit of Vitex trifolia, mosquito repellent, Aedes aegypti

PENDAHULUAN

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang sering dirasakan mengganggu kehidupan manusia, mulai dari gigitannya yang menyebabkan gatal hingga peranannya sebagai vektor penyakit berbahaya bagi manusia (Kardinan, 2005). Nyamuk Aedes aegypti

merupakan salah satu spesies nyamuk yang menularkan penyakit berbahaya demam berdarah dengue (DBD). Menurut Ditjen PPPL Kemenkes (2011), penyakit DBD telah menyerang lebih dari 50.000 orang pada 2011 dengan tingkat kematian 0.8 % yang merupakan kasus tertinggi di ASEAN. Salah satu upaya penanggulangan adalah dengan menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan

senyawa penolak nyamuk (repelan). Penggunaan repelan efektif untuk menghindari gigitan nyamuk karena mengandung bahan aktif yang ditakuti atau tidak disukai oleh nyamuk sehingga nyamuk akan menjauhi penggunanya dalam rentang waktu tertentu. Sebagian besar repelan yang telah beredar dipasaran memiliki kandungan bahan aktif N,N-Dietil-meta-Toluamida (DEET) yang merupakan bahan sintetik. Menurut Doyle (2007), bahan sintetik memiliki dampak yang tidak baik bagi penggunanya karena dapat menyebabkan iritasi hingga keracunan akut, sehingga perlu dilakukan upaya mencari alternatif lainnya, misalnya memanfaatkan bahan alam sebagai repelan alami yang lebih aman.

Tumbuhan liligundi (Vitex trifolia L) adalah salah satu yang sering dimanfaatkan sebagai repelan nyamuk, namun masih secara tradisional berupa pembakaran bagian tumbuhan yang kering (Suryaguna et al., 2009). Buah liligundi dilaporkan memiliki banyak kandungan terpenoid, namun belum diketahui aktivitas repelannya (Meena et al., 2011). Terpenoid seperti 1,8 Sineol, β-Kariofilen, dan α-Pinen dilaporkan memiliki aktivitas sebagai pengusir serangga (Vongsombath et al., 2012). Spesies lain dari genus Vitex L yaitu Vitex negundo juga diketahui memiliki aktivitas sebagai repelan, yang mana minyak atsirinya diketahui memiliki aktivitas repelan terhadap nyamuk spesies Culex tritaeniorhynchus dan Aedes aegypti (Vishwanathan dan Basavaraju 2010). Menurut Cordell (1981), suatu senyawa akan terdistribusi ke seluruh bagian tumbuhan dan dalam genus yang sama akan ditemukan golongan senyawa yang sama, maka diduga minyak atsiri yang terkandung pada buah liligundi juga dapat digunakan sebagai repelan nyamuk. Oleh karena itu, maka dalam penelitian dilakukan isolasi minyak atsiri buah liligundi (Vitex trifolia L) dan diidentifikasi komponen senyawa penyusunnya serta menguji aktivitasnya sebagai repelan nyamuk.

MATERI DAN METODE

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah Liligundi (Vitex trifolia L.) yang diambil dari daerah Denpasar Selatan pada bulan Maret 2013. Bahan biologi yang

digunakan sebagai hewan uji adalah nyamuk spesies Aedes aegypti yang berumur 3-7 hari dan telah dipuasakan selama 2 hari sebelum pengujian. Bahan kimia yang digunakan adalah aquades, etanol 70% dan 96%, natrium klorida, dan natrium sulfat anhidrat.

Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang nyamuk berukuran 30x30x40 cm, aspirator, corong, tissue, handuk, kertas saring, aluminium foil, botol vial, blender, botol semprot, botol vial, seperangkat alat gelas, neraca analitik, corong pisah, dan seperangkat alat destilasi uap. Identifikasi komponen senyawa penyusun minyak atsiri dilakukan dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa.

Cara Kerja

Sebanyak 15 kg buah liligundi yang telah dihaluskan diekstraksi dengan alat destilasi uap. Minyak atsiri yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan penambahan natrium sulfat anhidrat (Na2SO4) dan disimpan dalam botol vial untuk selanjutnya dianalisis dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (KG-SM) serta diuji aktivitasnya sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti. Uji aktivitas repelan dilakukan dengan 5 perlakuan yaitu etanol 96% sebagai kontrol negatif, losion repelan dengan kandungan DEET 15% sebagai kontrol negatif, dan minyak atsiri dengan konsentrasi sebesar 7,5%, 15%, dan 20% dalam pelarut etanol 96%.

Pengujian aktivitas repelan dilakukan dengan mengoleskan minyak atsiri pada lengan bawah 5 orang relawan yang berusia 20-22 tahun. Obyek uji yang digunakan adalah bagian lengan sebatas persendian tangan hingga siku dan telapak tangan hingga pergelangan ditutup dengan menggunakan sarung tangan karet. Lengan terlebih dahulu dicuci dengan sabun non parfum lalu dibilas dengan air hingga bersih kemudian diolesi etanol 70% dan dikeringkan dengan handuk, Lengan dimasukkan ke dalam kandang nyamuk yang berisi 30 populasi nyamuk selama 5 menit. Jumlah nyamuk yang hinggap diamati dan dihitung dengan interval waktu 1 jam dari awal pemajanan selama 6 jam. Pengujian diulangi sebanyak 3 kali.

Persentase efektivitas daya tolak nyamuk ditentukan dengan menggunakan persamaan:

NC-NT

DP(%) = NC— × 100% NC

Keterangan:

DP : Daya Proteksi (%)

NC : Jumlah nyamuk yang hinggap pada kontrol negative

NT : Jumlah nyamuk yang hinggap pada perlakuan

Sampel dianggap efektif sebagai repelan apabila memiliki daya proteksi diatas 90% selama 6 jam (Komisi Pestisida, 1995)

Analisi Data

Data hasil penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA dan Post Hoc Study dengan Uji Tukey/HSD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Minyak atsiri yang diperoleh dari proses isolasi 15 kg buah liligundi adalah 7,6 mL dengan % hasil sebesar 0,0418 ± 0,01% (b/b) dan memiliki sifat fisik dan kimia yaitu berwarna kuning muda, rasa pahit, berbau pedas, dan berat jenis sebesar 0,819 ± 0,05 g/mL. Hasil identifikasi komponen penyusun minyak atsiri buah liligundi (Vitex trifolia) dengan menggunakan instrumen Kromatografi Gas-Spektrometri Massa melalui pendekatan database WILEY229.LIB ditunjukkan pada Tabel 1.

Hasil analisis data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil p>0,05 untuk semua konsentrasi, hal ini menunjukkan bahwa distribusi data adalah normal dan dapat dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA. Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan p<0,05 dari awal pengujian hingga pengujian jam keenam, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya bahwa terdapat perbedaan bermakna antara daya proteksi pada awal pengujian hingga pengujian jam keenam pada kelompok perlakuan.

Hasil pengujian aktivitas repelan dengan menggunakan nyamuk Aedes aegypti diperoleh jumlah hinggapan nyamuk dan daya proteksi yang disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 1.

Tabel 1. Senyawa-senyawa penyusun minyak

atsiri buah Vitex trifolia

No

Senyawa

Persentas (%)

Golongan Senyawa

1

α-Fellandren

0.42

Monoterpen

2

α-Pinen

10.28

Mosnoterpen

3

Sabinen

12.46

Monoterpen

4

β-Pinen

2.2

Monoterpen

5

Mirsen

0.56

Monoterpen

6

α-Terpinen

0.62

Monoterpen

7

p –Simen

0.39

Monoterpen

8

1,8 Sineol

18.53

Monoterpen

9

γ-Terpinen

1.17

Monoterpen

10

Terpinen-4-ol

2.23

Monoterpen

11

α-Terpineol

1.47

Monoterpen

12

α-Terpinyl

6.21

Monoterpen

asetat

13

β-Kariofilen

19.25

Seskuiterpen

14

α-Humulene

0.61

Seskuiterpen

15

α-Selinen

0.55

Seskuiterpen

16

Kariofilen

0.92

Seskuiterpen

oksida

Gambar 1. Daya proteksi sediaan minyak atsiri selama 6 jam terhadap nyamuk Aedes aegypti

Tabel 2 dan Gambar 1 menunjukkan adanya aktivitas repelan pada minyak atsiri buah Vitex trifolia yang berbeda setiap konsentrasinya, yang mana semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri semakin rendah hinggapan nyamuk yang terjadi. Semakin banyaknya nyamuk yang hinggap hingga pengujian jam ke-6 menunjukkan telah berkurang efek repelan pada sediaan, yang mana semakin lama waktu pengujian, semakin menurun kemampuan repelan dari sediaan.

Tabel 2. Jumlah Hinggapan Nyamuk Selama 6 Jam Pengujian Aktivitas Repelan dalam 3 kali pengulangan

Jam

KN

S1

Variabel

S2

S3

KP

112

12

2

0

0

0

126

6

3

0

0

109

7

1

0

0

126

32

21

3

2

1

120

35

23

4

1

118

35

17

3

2

121

70

24

12

2

2

127

61

27

16

2

131

61

37

19

3

129

79

30

21

6

3

124

85

35

37

4

121

95

45

37

5

131

54

32

5

4

131

-

57

47

6

136

53

47

5

133

78

45

9

5

132

-

83

50

8

135

88

52

10

134

50

11

6

129

-

-

72

10

132

67

11

Keterangan :

KN

:  Kontrol Negatif;

S1

:  Sediaan   minyak   atsiri   dengan

konsentrasi 7,5% dalam pelarut etanol 96%;

S2

:  Sediaan   minyak   atsiri   dengan

konsentrasi 15% dalam pelarut etanol

96%;

S3 : Sediaan minyak atsiri dengan konsentrasi 20% dalam pelarut etanol 96%;

KP : Kontrol positif, yaitu losion antinyamuk dengan DEET 15%;

Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa pada awal pengujian terjadi perbedaan nilai daya proteksi yang bermakna antara kelompok konsentrasi 7,5% dengan kelompok konsentrasi

15%, 20%, dan kontrol positif. Hal ini menunjukkan daya proteksi minyak atsiri konsentrasi 15% dan 20% sebanding dengan kontrol positif, sedangkan pada konsentrasi 7,5% tidak menunjukkan daya proteksi yang signifikan pada awal pengujian. Pada pengujian jam pertama terjadi perbedaan nilai daya proteksi yang bermakna antara kelompok konsentrasi 20% dan kontrol positif dengan kelompok konsentrasi lainnya, hal ini menunjukkan minyak atsiri konsentrasi 20% memiliki daya proteksi yang sebanding dengan kontrol positif pada pengujian jam pertama. Hasil uji Tukey HSD pada pengujian selanjutnya hingga jam keenam menunjukkan perbedaan daya proteksi yang bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol positif, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan daya proteksi yang signifikan masing-masing konsentrasi dibandingkan dengan kontrol positif. Penurunan kemampuan repelan minyak atsiri buah Vitex trifolia kemungkinan disebabkan oleh penguapan, abrasi, maupun penyerapan oleh keringat (Debboun et al, 2006). Maka untuk meningkatkan efektivitas daya proteksinya, perlu dilakukan formulasi minyak atsiri menjadi losion atau krim sehingga akan mempertahankan bahan aktif lebih lama di kulit.

Kemampuan repelan minyak atsiri buah Vitex trifolia menolak nyamuk disebabkan adanya kandungan α-Pinen, 1,8 Sineol dan β-Kariofilen yang memiliki kelimpahan relatif yang cukup besar dan telah diketahui memiliki aktivitas repelan terhadap nyamuk (Gillij et al., 2008). Senyawa-senyawa repelan diketahui memiliki bau yang mengganggu reseptor nyamuk dalam menemukan inangnya (manusia). Nyamuk akan kesulitan dan kebingungan dalam menemukan inang ketika berada dalam jangkuan repelan, walaupun nyamuk hinggap di inang, hal ini karena pendaratan yang tidak sengaja dan akan terbang lagi (Pavia et al., 2011).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Minyak atsiri buah Vitex trifolia memiliki aktivitas repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti, karena minyak atsiri dengan konsentrasi 20% mampu memberikan efek repelan sebesar 52,12%

selama 6 jam dan memiliki daya proteksi yang sebanding dengan DEET 15% selama 1 jam, sedangkan minyak atsiri dengan konsentrasi 7,5% dan 15% hanya mampu memberikan efek repelan berturut-turut sebesar 34,28% selama tiga jam dan 37,76% selama lima jam. Senyawa yang memiliki kontribusi sebagai repelan antara lain adalah α-Pinene, 1,8 Sineol, dan β-Kariofilen.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan daya proteksi repelan minyak atsiri buah liligundi (Vitex trifolia) dengan cara memformulasikan minyak atsiri menjadi sediaan lainnya, seperti losion atau krim untuk mempertahankan bahan aktif lebih lama di kulit sehingga meningkatkan efektivitas sebagai repelan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. I Ketut Sumiarta, M.Agr. atas fasilitas tempat dan peralatan destilasi uap dan Ibu dr. Putu Ayu Asri Damayanti serta segenap staf Laboratorium Parasitology FK UNUD atas fasilitas tempat dan peralatan uji repelan serta telah banyak membantu baik dalam proses pengembangbiakan hewan uji, maupun proses uji repelan.

DAFTAR PUSTAKA

Cordel, G.A.,  1981, Introduction to Alkaloid,

Biogenetic Approach, John Wiley and Son, New York

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPL), 2011, Informasi Umum Demam Berdarah Dengue, Kementerian Kesehatan RI

Debboun, M., Frances, S., and Strickman, D., 2006, Insect Repellents-Principles,

Methods, and Uses, CRC Press, Bota Rocan, h. 105-106

Doyle, S.,   2007, Diethyltoluamide (DEET)

Chemical Summary, U.S.EPA, New York, h. 4

Gillij, Y.G., Gleiser, R.M., Zygadlo, and J.A., 2008, Mosquito repellent activity of essential oils of aromatic plants growing in Argentina, Bioresource Technology, 99 : 2507–2515

Kardinan, A., 2005, Tanaman Pengusir dan

Pembasmi Nyamuk. Agromedia Pustaka, Jakarta, h. 1-7

Komisi Pestisida Departemen Pertanian, 1995. Metode Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Departemen Pertanian, Jakarta, h. 4, 9-95

Meena, A., Niranjan, S., Rao, M.M., Padhi, M.M., and Babu, R., 2011, A Review of The Important Chemical Constituents and Medicinal Uses of Vitex Genus, Asian Journal of Traditional Medicines, India, 56

Patvia, D.L., Lampman, G.M., Kris, G.S., and Engel, R.G.,  2011, A Small Scale

Approach to Organic Laboratory Techniques, 3rd Edition, Brook/Cole, USA, h. 355-362

Suryaguna, I.M.S., Anantha G.N.H., dan Putra M.D.A., 2009, Produksi Obat Nyamuk

dengan Bahan Dasar Liligundi, IPTEKMA, 1 : 11-16

Vishwanathan and Basavaraju N., 2010, A Review on Vitex negundo L. – A Medicinally Important Plant, Journals of Academic Research & Reviews (EJARR) : 30-36

Vongsombath, C., Pålsson, K., Björk, L., Borg-Karlson, A., and Jaenson, TGT., 2012, Mosquito (Diptera: Culicidae) Repellency Field Tests of Essential Oils from Plants Traditionally used in Laos, Journal of Medical Entomology, 49 (6) : 1398-1404

27