ISSN 1907-9850

FOTODEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UV DAN KATALIS Al2O3 Ida Ayu Gede Widihati, Ni Putu Diantariani, dan Yuliana Farhatun Nikmah Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang fotodegradasi metilen biru dengan sinar UV dan katalis Al2O3. Penelitian ini meliputi penentuan berat katalis Al2O3 optimum, pH optimum, waktu radiasi optimum, dan efektivitas fotodegradasi metilen biru pada kondisi optimum. Degradasi metilen biru dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum yang diperoleh, yaitu berat katalis Al2O3 sebesar 40 mg, pH optimum 11, dan waktu radiasi optimum oleh sinar UV adalah 4 jam. Efektivitas dari proses fotodegradasi metilen biru pada kondisi optimum adalah (30,22 ± 1,17)%.

Kata kunci : fotodegradasi, metilen biru, katalis Al2O3

ABSTRACT

The research was conducted to observe the photodegradation of methylene blue by UV light and Al2O3 catalyst. The research determinated the optimum Al2O3 catalyst weight, the optimum pH, the optimum radiation duration and the effectivity of photodegradation at optimum conditions. Degradation of methylene blue were analyzed by UV-Vis spectrophotometer.

The results showed that the optimum Al2O3 catalyst weight was 40 mg the optimum of pH was 11, and the optimum of radiation duration was 4 hours. The effectivity of photodegradation was (30.22 ± 1.17)%.

Keywords : photodegradation, methylene blue, Al2O3 catalyst

PENDAHULUAN

Saat ini perkembangan dan kemajuan industri tekstil di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Selain memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, perkembangan industri tekstil juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan dalam produksi tekstil selalu dihasilkan limbah, salah satunya limbah zat warna. Limbah zat warna merupakan senyawa organik yang sukar terurai, bersifat resisten, dan toksik. Apabila limbah tersebut dibuang ke perairan terdekat maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Dalam industri tekstil, metilen biru merupakan salah satu zat warna thiazine yang sering digunakan, karena harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Zat warna metilen biru merupakan zat warna dasar yang penting dalam proses pewarnaan kulit, kain mori, kain katun, dan tannin. Penggunaan metilen biru dapat menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi saluran pencernaan jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh oleh kulit (Hamdaoui and Chiha, 2006).

Upaya penanganan limbah tekstil secara konvensional seperti adsorpsi dan lumpur aktif

telah banyak dilakukan, akan tetapi hasilnya kurang efektif. Metode adsorpsi kurang efektif karena zat warna yang diadsorpsi terakumulasi dalam adsorben sehingga dapat menimbulkan masalah baru (Wijaya, et al., 2006). Metode lumpur aktif juga kurang efektif karena beberapa jenis limbah zat warna memiliki sifat yang resisten untuk didegradasi secara biologis (Nandiyanto, 2008). Banyaknya kelemahan dari pengolahan limbah yang telah dilakukan, maka sebagai alternatif dikembangkan metode fotodegradasi dengan menggunakan semikonduktor fotokatalis dan sinar ultraviolet. Penelitian Fatimah, et al. (2006) tentang TiO2 yang terdispersi pada zeolit alam dan aplikasinya untuk fotodegradasi congo red, menyatakan bahwa metode fotodegradasi merupakan metode yang relatif murah dan mudah diterapkan. Metode fotodegradasi ini dapat menguraikan zat warna menjadi komponen-komponen lebih sederhana yang lebih aman bagi lingkungan (Wijaya, et al., 2006). Berdasarkan penelitian Dhamayanti, et al. (2005) tentang fotodegradasi methyl orange menggunakan Fe2O3-montmorillonit dan sinar UV, penggunaan semikonduktor fotokatalis memiliki beberapa keunggulan di antaranya adalah dapat melakukan mineralisasi total terhadap polutan organik, biayanya murah, prosesnya relatif cepat, tidak beracun, dan punya kemampuan penggunaan jangka panjang.

Bahan fotokatalis yang digunakan dalam metode fotodegradasi merupakan suatu semikonduktor, seperti : TiO2, ZnO, dan Al2O3. Aktivitas fotokatalis akan meningkat dengan diserapnya sinar UV, sehingga dihasilkan elektron dan hole (Wahi, et al., 2005). Hole merupakan lubang positif yang disebabkan oleh perpindahan elektron. Elektron dan hole merupakan spesies terpenting untuk memulai proses fotodegradasi. Saat ini penggunaan bahan fotokatalis, seperti TiO2 (Eg = 3,2 eV) dan ZnO (Eg = 3,17 eV) telah banyak dilakukan dalam proses fotodegradasi zat warna. Hasil penelitian Sumerta, et al. (2002) tentang fotodegradasi metilen biru dengan katalis TiO2-montmorilonit dihasilkan persentase degradasi sebesar 94,91%. Sedangkan penelitian Ratih (2009) tentang fotodegradasi metilen biru dengan katalis ZnO

dihasilkan persentase degradasi zat warna sebesar 94,67%.

Aluminium oksida (Al2O3) juga merupakan salah satu bahan fotokatalis yang perlu dipelajari dalam penelitian, karena Al2O3 memiliki energi band gap (Eg) sebesar 6,52±0,10 eV (Yu, et al., 2002). Penelitian Dhamayanti, et al. (2005) tentang fotodegradasi methyl orange menggunakan Fe2O3-montmorillonit dan sinar UV, menyatakan bahwa kemampuan fotokatalitik dalam mendegradasi zat warna akan lebih besar apabila harga Eg-nya. Selain itu, penelitian Wibowo, et al. (2007) menggunakan katalis dan pendukung katalis γ-Al2O3 untuk studi reaksi konversi katalisis 2-propanol. Al2O3 dan γ-Al2O3 banyak digunakan karena memiliki luas permukaan yang besar (150-300 m2/g) serta memiliki sisi aktif yang bersifat asam dan basa.

Dalam proses fotodegradasi, pH berperan untuk mengkarakterisasi jenis limbah zat warna tekstil dan menghasilkan radikal hidroksi. Radikal hidroksi ini memiliki kereaktifan yang tinggi dalam mengoksidasi reagen sehingga dengan meningkatnya jumlah radikal hidroksi maka semakin banyak zat warna yang terdegradasi. Oleh karena itu, pengaruh pH dalam proses fotodegradasi limbah tekstil perlu dipelajari (Ali and Siew, 2006). Jumlah katalis yang digunakan juga perlu dipelajari karena penambahan jumlah katalis akan meningkatkan reaksi fotokatalisis. Akan tetapi penambahan katalis yang berlebih dapat menurunkan aktivitas katalis dalam membentuk radikal hidroksi (Qourzal, et al., 2009). Selain pH dan jumlah katalis, juga dipelajari waktu radiasi oleh sinar UV pada proses fotodegradasi. Bertambahnya waktu radiasi pada proses fotodegradasi, akan meningkatkan jumlah zat warna yang terdegradasi. Hasil proses fotodegradasi zat warna akan menghasilkan CO2, H2O, dan asam-asam mineral (Madhu, et al., 2007).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang fotodegradasi zat warna metilen biru dengan sinar UV dan katalis Al2O3. Dalam penelitian ini dipelajari kondisi optimum dari proses fotodegradasi zat warna metilen biru seperti berat fotokatalis Al2O3, pH, dan waktu fotodegradasi.

MATERI DAN METODE

Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : zat warna metilen biru (C16H18N3SCl), aluminium oksida (Al2O3), natrium hidroksida (NaOH), asam klorida (HCl), dan akuades.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : seperangkat alat gelas, timbangan analitik, pH meter, pengaduk magnetik (magnetic stirer), hot plate, kotak radiasi, plastik hitam, lampu UV C, sentrifus, dan spektrofotometer SP-870.

Cara Kerja

Penentuan panjang gelombang maksimum larutan metilen biru

Larutan metilen biru dengan konsentrasi 2 ppm diukur absorbansinya pada berbagai panjang gelombang, yang berkisar antara 550 nm-675 nm. Hasil yang diperoleh digambarkan pada grafik dengan absorbansi sebagai sumbu y dan panjang gelombang cahaya sebagai sumbu x. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi maksimum.

Pembuatan kurva kalibrasi larutan metilen biru

Larutan standar metilen biru dengan konsentrasi 1,  2,  3, dan 4 ppm diukur

absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dari metilen biru. Selanjutnya, dibuat kurva kalibrasi dengan memplot konsentrasi dan absorbansi.

Penentuan berat  Al2O3  optimum proses

fotodegradasi metilen biru

Enam buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker ditambahkan Al2O3 sebanyak 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 mg. Gelas beker dimasukkan ke dalam kotak radiasi dan pembungkus plastik hitam dilepaskan. Selanjutnya gelas beker diradiasi

dengan lampu UV selama 5 jam, selama proses penyinaran dengan sinar UV larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Setelah proses radiasi, suspensi dari masing-masing gelas beker disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Larutan kemudian didekantasi untuk memisahkan antara supernatan dan endapan. Supernatan yang diperoleh dari masing-masing gelas beker diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum dari metilen biru. Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear larutan metilen biru, sehingga diperoleh konsentrasi metilen biru. Nilai konsentrasi dari metilen biru kemudian dimasukkan ke dalam rumus persentase degradasi (%D), yang dirumuskan sebagai berikut :

Persentase Degradasi (%D) =


C -C

Co - Ct x100%

Co

Keterangan : C = konsentrasi awal metilen o biru (sebelum radiasi)

C = konsentrasi metilen biru pada t = 5 jam

Dari nilai %D maka konsentrasi optimum dari Al2O3 dapat diketahui.

Penentuan pH optimum proses fotodegradasi metilen biru

Delapan buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker dimasukkan sejumlah Al2O3 optimum tersebut, diatur pH-nya dengan nilai yang berbeda, yaitu pH 6; pH 7; pH 8; pH 9; pH 10; pH 11; pH 12; dan pH 13. Larutan dengan pH 6 dan 7 diperoleh dengan ditambahkan larutan HCl ke dalam campuran, sedangkan untuk larutan dengan pH 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 diperoleh dengan

ditambahkan larutan NaOH ke dalam campuran. Gelas beker dimasukkan ke dalam kotak radiasi dan pembungkus plastik hitam dilepaskan. Selanjutnya gelas beker diradiasi dengan sinar UV selama 5 jam, selama proses penyinaran

dengan sinar UV larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Setelah proses radiasi, suspensi dari masing-masing gelas beker disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Larutan kemudian didekantasi untuk memisahkan antara supernatan dan endapan. Supernatan yang diperoleh dari masing-masing gelas beker diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum dari metilen biru.

Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear larutan metilen biru, sehingga diperoleh konsentrasi metilen biru. Nilai konsentrasi dari metilen biru kemudian dimasukkan ke dalam rumus persentase degradasi (%D), yang dirumuskan sebagai berikut :

Persentase Degradasi (%D) =

Co


-


Ct


Co


x100%


Keterangan : C = konsentrasi awal metilen o biru (sebelum radiasi)

C = konsentrasi metilen biru pada t = 5 jam

Dari nilai %D maka pH optimum dapat diketahui.

Penentuan    waktu    optimum    proses

fotodegradasi metilen biru

Degradasi tanpa katalis Al2O3 dan tanpa radiasi UV

Sepuluh buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker pHnya diatur pada pH optimum. Selanjutnya gelas beker disimpan ditempat gelap selama 0; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 9; 12; dan 24 jam, selama proses penyimpanan larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Degradasi tanpa katalis Al2O3, dengan radiasi UV

Sepuluh buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing

diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker pHnya diatur pada pH. Gelas beker dimasukkan ke kotak radiasi dan pembungkus plastik hitam dilepaskan. Selanjutnya gelas diradiasi dengan sinar UV masing-masing selama 0; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 9; 12; dan 24 jam, selama proses penyinaran dengan sinar UV larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Degradasi dengan katalis Al2O3, tanpa radiasi UV

Sepuluh buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker dimasukkan sejumlah Al2O3 optimum dan pH-nya diatur pada pH optimum. Selanjutnya gelas beker disimpan ditempat gelap selama 0; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 9; 12; dan 24 jam, selama proses penyimpanan larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Degradasi dengan katalis Al2O3 dan radiasi UV

Sepuluh buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker dimasukkan sejumlah Al2O3 optimum dan pH-nya diatur pada pH optimum. Gelas beker dimasukkan ke kotak radiasi dan pembungkus plastik hitam dilepaskan. Selanjutnya gelas diradiasi dengan sinar UV masing-masing selama 0; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 9; 12; dan 24 jam, selama proses penyinaran dengan sinar UV larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Setelah proses radiasi, suspensi dari masing-masing gelas beker disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Larutan kemudian didekantasi untuk memisahkan antara supernatan dan endapan. Supernatan yang diperoleh dari masing-masing gelas beker diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum dari metilen biru. Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear larutan metilen biru, sehingga diperoleh konsentrasi metilen biru. Nilai konsentrasi dari metilen biru kemudian dimasukkan ke dalam

rumus persentase degradasi (%D), yang dirumuskan sebagai berikut :

C -C

Persentase Degradasi (%D) = o t x100% Co

Keterangan : C = konsentrasi awal metilen o biru (sebelum radiasi)

C = konsentrasi metilen biru pada t menit

Dari nilai %D maka waktu optimum dapat diketahui.

Penentuan efektivitas proses fotodegradasi metilen biru

Degradasi tanpa katalis Al2O3 dan tanpa radiasi UV

Tiga buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker pHnya diatur pada pH optimum. Selanjutnya gelas beker disimpan ditempat gelap selama waktu optimum, selama proses penyimpanan larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Degradasi tanpa katalis Al2O3, dengan radiasi UV

Tiga buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker pHnya diatur pada pH optimum. Gelas dimasukkan ke kotak radiasi dan pembungkus plastik hitam dilepaskan. Selanjutnya gelas beker diradiasi dengan sinar UV selama waktu optimum, selama proses penyinaran dengan sinar UV larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Degradasi dengan katalis Al2O3, tanpa radiasi UV

Tiga buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker dimasukkan sejumlah Al2O3 optimum dan pH-

nya diatur pada pH optimum. Selanjutnya gelas beker disimpan ditempat gelap selama waktu optimum, selama proses penyimpanan larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Degradasi dengan katalis Al2O3 dan radiasi UV

Tiga buah gelas beker 100 mL yang telah dibungkus plastik hitam masing-masing diisi dengan 50 mL larutan metilen biru 20 ppm. Ke dalam masing-masing gelas beker dimasukkan sejumlah Al2O3 optimum dan pH-nya diatur pada pH optimum. Gelas dimasukkan ke kotak radiasi dan pembungkus plastik hitam dilepaskan. Selanjutnya gelas beker diradiasi dengan sinar UV selama waktu optimum, selama proses penyinaran dengan sinar UV larutan diaduk dengan pengaduk magnetik.

Setelah proses radiasi, suspensi dari masing-masing gelas beker disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Larutan kemudian didekantasi untuk memisahkan antara supernatan dan endapan. Supernatan yang diperoleh dari masing-masing gelas beker diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum dari metilen biru. Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi linear larutan metilen biru, sehingga diperoleh konsentrasi metilen biru.

Efektivitas fotodegradasi metilen biru dengan bahan fotokatalis Al2O3 dan sinar UV dapat ditentukan dengan perhitungan persentase dari proses degradasi (% D) , yang dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini :

C -C

Persentase degradasi (% D) = o t x100% Co

Keterangan : C = konsentrasi awal metilen o biru (sebelum radiasi) konsentrasi metilen biru t

pada t menit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Kalibrasi Larutan Metilen Biru

Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan mengukur nilai absorbansi

dari larutan metilen biru 2 ppm pada panjang       panjang gelombang dan absorbansi. Kurva

gelombang 550-675 nm. Panjang gelombang       tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.

maksimum diperoleh dari kurva hubungan antara

Gambar 1. Kurva hubungan antara panjang gelombangdan absorbansi dari larutan metilen biru 2 ppm.


Kurva di atas menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum dari larutan metilen biru 2 ppm adalah 664 nm dengan absorbansi sebesar 0,388. Panjang gelombang maksimum dari larutan metilen biru yang diperoleh akan digunakan untuk pengukuran absorbansi larutan metilen biru pada penelitian selanjutnya.

Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur nilai absorbansi beberapa konsentrasi larutan standar metilen biru, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4 ppm pada panjang gelombang maksimum 664 nm. Kurva kalibrasi dari larutan metilen biru dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva kalibrasi larutan metilen biru.


Kurva kalibrasi larutan metilen biru memperlihatkan garis lurus dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9962. Nilai r yang mendekati 1 menunjukkan hubungan linier antara konsentrasi dan absorbansi. Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah y = 0,1949x – 0,0190. Berdasarkan persamaan tersebut, konsentrasi larutan metilen biru dapat dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi.

Berat Katalis Aluminium Oksida (Al2O3) Optimum Proses Fotodegradasi Metilen Biru

Berat katalis aluminium oksida (Al2O3) optimum dapat ditentukan dengan memvariasikan berat katalis Al2O3, yaitu 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 mg. Proses fotodegradasi ini diradiasi sinar UV selama 5 jam. Berat katalis Al2O3 optimum dapat diketahui dari kurva hubungan antara variasi berat Al2O3 dan persentase degradasi (%D) yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 memperlihatkan bahwa persentase degradasi (%D) dari larutan metilen biru semakin meningkat dengan bertambahnya berat katalis Al2O3. Kurva tersebut menunjukkan

jumlah katalis Al2O3 optimum adalah 40 mg dengan persentase degradasi (%D) sebesar 3,5403%. Hal ini membuktikan bahwa dengan radiasi sinar UV dan bertambahnya berat katalis Al2O3 maka semakin banyak zat warna metilen biru yang terdegradasi. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya katalis Al2O3 maka jumlah radikal hidroksida dan ion superoksida semakin meningkat, sehingga zat warna metilen biru semakin banyak terdegradasi.

Proses fotodegradsi metilen biru terjadi ketika Al2O3 dikenai sinar UV sehingga elektron pada Al2O3 tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi, dan meninggalkan hole pada pita valensi (hvb+). Selanjutnya elektron pada pita konduksi (ecb-) bereaksi dengan oksigen membentuk ion superoksida, sedangkan hole pada pita valensi bereaksi dengan ion hidroksi (OH-) membentuk radikal hidroksi (OH.) (Attia, et al., 2007). Mekanisme reaksi secara umum yaitu :

hv + Al2O3 → hvb+ + ecb-

(ecb-) + O2 → O2-hvb+ + OH- → OH.

Gambar 3. Kurva hubungan antara berat katalis Al2O3 dan persentase degradasi (%D) dari larutan metilen biru 20 ppm.


Pada penambahan berat katalis Al2O3 yang lebih dari 40 mg terjadi penurunan persentase degradasi (%D). Pada penambahan katalis optimum, sinar UV yang masuk ke larutan dan mengenai katalis sudah optimum sehingga dihasilkan persentase degradasi (%D) yang besar. Sedangkan pada penambahan katalis yang berlebih, sinar UV yang masuk ke dalam larutan kurang akibat katalis yang tersuspensi sehingga persentase degradasi (%D) menjadi menurun (Madhu, et al., 2007). Oleh karena itu, maka dipilih 40 mg Al2O3 sebagai katalis optimum dalam mendegradasi zat warna metilen biru. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Ratih (2009), bahwa persentase degradasi metilen biru menurun dengan penambahan katalis ZnO lebih dari 40 mg.

pH Optimum Proses Fotodegradasi Metilen Biru

Parameter yang penting dalam reaksi fotokatalitik pada permukaan partikel adalah pH dari larutan (Qourzal, et al., 2009). pH memiliki peranan penting dalam menghasilkan radikal hidroksi pada proses fotodegradasi. Fotodegradasi metilen biru dipelajari pada pH yang berbeda, yaitu pada rentang pH 6-13 dengan penambahan berat Al2O3 optimum dan diradiasi sinar UV selama 5 jam. pH larutan diatur dengan menambahkan larutan HCl dan NaOH. pH optimum dapat diketahui dengan membuat kurva hubungan antara pH dan persentase degradasi (%D). Kurva tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva hubungan antara pH dan persentase degradasi (%D) dari larutan metilen biru 20 ppm.


Gambar 4. menunjukkan bahwa persentase degradasi (%D) semakin meningkat dengan bertambahya nilai pH. Permukaan katalis Al2O3 bermuatan positif pada pH asam dan bermuatan negatif pada pH basa. Oleh karena itu persentase degradasi terbesar diperoleh pada pH basa, karena metilen biru yang bermuatan positif

akan lebih mudah teradsorpsi pada permukaan dengan pH basa. pH optimum dari proses fotodegradasi metilen biru ditunjukkan pada pH 11 dengan persentase degradasi (%D) sebesar 28,4248%.

Pengukuran pH di atas 11, yaitu pada pH 12 dan 13 telah terjadi pergeseran panjang

gelombang dari larutan metilen biru. Pergeseran tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.

Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa terjadi pergeseran panjang gelombang pada pH 12 dan 13 ke arah panjang gelombang yang lebih pendek. Pada pH 12, panjang gelombang maksimum bergeser ke panjang gelombang 609 nm. Pada pH 13, panjang gelombang maksimum bergeserke panjang

gelombang 592 nm. Sedangkan pada pH 11, panjang gelombang maksimum dari larutan metilen biru yaitu 663 nm. Penambahan pH basa menyebabkan struktur metilen biru berubah dan ikatan terkonjugasinya berkurang, sehingga terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih pendek. Dengan demikian, pH 11 akan digunakan untuk penentuan selanjutnya.

Gambar 5. Kurva hubungan antara absorbansi dan panjang gelombang dari larutan metilen biru 20 ppm pada pH awal (tanpa diatur pH),11, 12, dan 13 (pH awal dan 11 diencerkan sebanyak 10 kali, sedangkan pH 12 dan 13 tanpa dilakukan pengenceran).


Waktu Optimum Proses Fotodegradasi Metilen Biru

Penentuan waktu optimum proses fotodegradasi metilen biru dilakukan dengan menambahkan berat Al2O3 optimum, pada pH optimum, dan memvariasikan waktu fotodegradasi, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 12, dan 24 jam. Proses fotodegradasi dilakukan pada 4 kondisi, yaitu (i) degradasi tanpa katalis dan

tanpa radiasi UV; (ii) degradasi dengan katalis dan tanpa radiasi UV; (iii) degradasi tanpa katalis dan dengan radiasi UV; dan (iv) degradasi dengan katalis dan dengan radiasi UV. Waktu optimum dapat diketahui dengan membuat kurva hubungan antara waktu dan persentase degradasi (%D) yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Kurva hubungan antara waktu dan persentase degradasi (%D) dari larutan metilen biru 20

ppm pada berbagai kondisi.


Gambar 6 menunjukkan bahwa persentase degradasi semakin tinggi dengan bertambahnya waktu radiasi. Kurva (i) tanpa katalis dan tanpa radiasi UV, persentase degradasi (%D) meningkat dengan bertambahnya waktu degradasi dan persentase degradasi masih meningkat pada waktu 24 jam dengan persentase degradasi (%D) sebesar 20,22%. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan kondisi yang lain, peningkatan persentase degradasi pada kondisi tanpa katalis dan tanpa radiasi UV lebih kecil daripada ketiga kondisi yang lain. Hal ini terjadi karena pada proses degradasi tidak ada energi yang berupa foton dari lampu UV dan Al2O3, sehingga metilen biru terdegradasi dengan adanya oksigen pada proses pengadukan.

Pada kurva (ii) tanpa katalis dan dengan radiasi UV, persentase degradasi (%D) meningkat sampai 12 jam dengan persentase sebesar 21,75%. Pada kondisi ini proses degradasi hanya berlangsung dengan bantuan radiasi UV, sehingga proses degradasi tidak berlangsung secara maksimum. Dengan demikian, maka waktu optimum dari degradasi metilen biru tanpa katalis dan dengan radasi UV adalah 12 jam.

Kurva (iii) dengan katalis dan tanpa radiasi UV, waktu optimum yang diperoleh adalah 5 jam dengan persentase degradasi sebesar 23,80%. Dalam hal ini Al2O3 tidak efektif membentuk radikal hidroksi dan ion superoksida, karena tidak ada energi yang berupa foton dari lampu UV yang mengenai Al2O3. Sehingga energi yang digunakan untuk mendegradasi metilen biru adalah energi dalam sistem. Setelah waktu 5 jam, persentase degradasi (%D) mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa Al2O3 selain berfungsi sebagai katalis juga mempunyai sifat sebagai adsorben. Aluminium oksida (Al2O3) memiliki luas permukaan yang cukup besar, yaitu 150-300 m2/g. Besarnya luas permukaan Al2O3 memungkinkan metilen biru dapat terserap pada permukaan Al2O3 dengan ikatan yang lemah, sehingga dapat terlepas kembali.

Pada kurva (iv), degradasi metilen biru dengan katalis dan radiasi UV didapatkan waktu optimum 4 jam dengan persentase degradasi (%D) sebesar 30,47%. Berdasarkan keempat kondisi yang diberikan, degradasi metilen biru dengan radiasi UV dan katalis Al2O3 memberikan waktu optimum terendah dengan nilai persentase degradasi yang paling tinggi. Hal

ini dapat menunjukkan bahwa keberadaan sinar UV dan katalis Al2O3 pada proses fotodegradasi mengikuti mekanisme sebagai berikut :

hv +  Al2O3 →  hvb+ +   ecb-

(ecb-) + O2 →  O2-

hvb+ + OH- → OH.

Efektivitas Proses Fotodegradasi Metilen Biru

Penentuan efektivitas dari fotodegradasi metilen biru dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada masing-masing kondisi reaksi optimum. Larutan metilen biru ditambahkan dengan Al2O3 sebanyak 40 mg dan diatur pada

pH 11, sedangkan untuk waktu radiasi dilakukan pada waktu optimum dari masing-masing kondisi reaksi. Pada kondisi reaksi tanpa katalis Al2O3 dan tanpa radiasi UV, metilen biru dibiarkan terdegradasi selama 24 jam. Pada kondisi reaksi tanpa katalis Al2O3 dan dengan radiasi UV, metilen biru diradiasi selama 12 jam. Metilen biru direaksikan dengan katalis Al2O3 selama 5 jam pada kondisi reaksi dengan katalis Al2O3, tanpa diradiasi UV. Sedangkan pada kondisi dengan katalis Al2O3 dan dengan radiasi UV, metilen biru diradiasi selama 4 jam. Data penentuan efektivitas fotodegradasi metilen biru dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data dan hasil perhitungan penentuan efektivitas fotodegradasi metilen biru

Kondisi

%D (%)

Tanpa katalis Al2O3 dan tanpa radiasi UV

Tanpa katalis Al2O3, dengan radiasi UV

Dengan katalis Al2O3, tanpa radiasi UV

Dengan katalis Al2O3 dan dengan radiasi UV

(20,64 ± 0,64)%

(22,35 ± 0,90)%

(24,40 ± 1,29)%

(30,22 ± 1,17)%

Dari keempat nilai efektivitas tersebut, terlihat bahwa fotodegradasi metilen biru dengan katalis Al2O3 dan dengan radiasi UV mempunyai efektivitas paling tinggi dibandingkan dengan persentase degradasi lainnya.

Apabila dibandingkan dengan katalis lain seperti ZnO, katalis Al2O3 kurang efektif dalam mendegradasi zat warna metilen biru, yaitu hanya sebesar (30,22 ± 1,17)%. Persentase degradasi metilen biru dengan katalis ZnO adalah (94,67 ± 0,35)% (Ratih, 2009).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  • 1.    Persentase fotodegradasi metilen biru terbesar diperoleh pada penambahan berat Al2O3 sebanyak 40 mg, pH larutan 11 dan waktu radiasi selama 4 jam.

  • 2.    Fotodegradasi metilen biru dengan sinar UV dan katalis Al2O3 kurang efektif karena persentase degradasinya hanya sebesar (30,22±1,17)%.

Saran

  • 1.    Perlu dilakukan penentuan kondisi optimum yang lain seperti variasi temperatur, intensitas sinar lampu UV, dan penambahan H2O2 untuk mendapatkan persentase degradasi (%D) yang lebih besar.

  • 2.    Perlu dilakukan penelitian fotodegradasi metilen biru dengan campuran dua katalis, seperti katalis Al2O3/ZnO atau Al2O3/TiO2.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Drs. Manuntun Manurung, M.S.., Ibu Dra. Wiwik Susanah Rita, M.Si., dan Bapak Anak Agung Bawa Putra, S.Si., M.Si., serta semua pihak yang telah membantu sehingga tulisan ini dapat terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, R. and Siew, ooi Bon, 2006, Photodegradation of New Methylen Blue

N in Aqueous Solution Using Zinc Oxide and Titanium Dioxide as Catalyst, Jurnal Teknologi, 45 : 31–42

Attia, A. J., Kadhim, S. H., and Hussein, F. H., 2008, Photocatalytic Degradation of Textile Dyeing Wastewater Using Titanium Dioxide and Zinc Oxide, E-J. Chem., 5 (2) : 219–223

Dhamayanti, Y., Wijaya, K., dan Tahir, I., 2005, Fotodegradasi Zat Warna Methyl Orange Menggunakan Fe2O3-Montmorillonit dan Sinar Ultraviolet, Proseding Seminar Nasional DIES ke 50 FMIPA UGM, 22– 29

Fatimah, Is, Sugiharto, E., Wijaya, K., Tahir, I., dan Kamalia, 2006, Titan Dioksida Terdispersi Pada Zeolit Alam (TiO /Zeolit) dan Aplikasinya untuk Fotodegradasi Congo Red, Indo. J. Chem., 6 (1) : 38–42

Hamdaoui, O. and Chiha, M., 2006, Removal of Methylene Blue from Aqueous Solutions by Wheat Bran, Acta Chim. 54 : 407– 418

Madhu, G. M., Lourdu, A. R. M. A., Vasantha, Kumar Pai K., and Shreyas., 2007, Photodegradation of Methylene Blue Dye using UV/BaTiO3, UV/H2O2, and UV/ H2O2/BaTiO3 Oxidation Processes, Indian Journal of Chemical Technology, 14 : 139–144

Nandiyanto, A. B. D., 2008, Catatan Kecil

Mengenai Pengolahan Limbah Dengan Menggunakan     Sinar     Matahari,

http://io.ppi-jepang.org, 21 Oktober 2009

Qourzal, S., Tamimi, M., Assabbane, A., and Ait-Ichou, Y., 2009, Photodegradation of 2-Naphthol Using Nanocrystalline TiO2, M.J. Condensed Mater, 11(2) : 55–59

Ratih M., I. G. A. A., 2009, Fotodegradasi Metilen Biru dengan Sinar UV dan Katalis ZnO, Skripsi, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Sumerta, I K., Wijaya, K., dan Tahir, I., 2002, Fotodegradasi      Metilen      Biru

Menggunakan      Katalis      TiO2-

Montmorilonit dan sinar UV, Makalah Seminar Nasional Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 19 Oktober 2002

Wahi, R. K., Yu, W. W., Liu, Y., Mejia, M. L., Falkner, J. C., Nolte, W., and Colvin, V.

L., 2005, Photodegradation of Congo Red Catalyzed By Nanosized TiO2, Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 242 : 48–56

Wibowo, W., Surnadi, dan Yulia, I., 2007, Studi Reaksi Konversi Katalisis 2-Propanol Menggunakan Katalis dan Pendukung Katalis γ-Al2O3, Bulletin of Chemical Reaction Engineering & Catalysis, 2(23) : 56–61

Wijaya, K., Sugiharto, E., Fatimah, I., Sudiono, S., dan Kurniaysih, D., 2006, Utilisasi TiO2-Zeolit  dan Sinar UV Untuk

Fotodegradasi Zat Warna Congo Red, Teknoin, 11(3) : 199–209

Yu, H. Y., M. F. Li, B. J. Cho, C. C. Yeo, and M. S. Joo, 2002, Energy Gap and Band Alignment For  (HfO2)x(Al2O3)1-x  on

(100) Si, Applied Physics Letters, 81(2) : 376–378

42