ISSN 1907-9850

SPESIASI DAN BIOAVAILABILITAS LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) DALAM SEDIMEN SUNGAI TUKAD BADUNG

Nanik Wijayanti, I Made Siaka, dan Ida Ayu Gede Widihati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali Email : [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang spesiasi dan bioavailabilitas logam berat Pb dan Cu dari sedimen perairan sungai Tukad Badung dengan metode ekstraksi bertahap. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan spesiasi logam berat Pb dan Cu sehingga dapat ditentukan tingkat bioavaibilitasnya. Penentuan kandungan logam timbal (Pb) dan tembaga (Cu) total diawali dengan proses digesti sampel dalam campuran HNO3 dan HCl (3:1) dengan ultrasonic bath selama 45 menit pada suhu 60oC dan dilanjutkan dengan pemanasan selama 45 menit pada suhu 140oC. Spesiasi dilakukan dengan metode ekstraksi bertahap. Kosentrasi logam Pb dan Cu dalam larutan dianalisis dengan menggunkan Spektroskopi Serapan Atom (AAS) dengan metode kurva kalibrasi.

Kosentrasi logam Pb dan Cu total dalam sedimen sungai Tukad Badung berturut-turut sebesar 4,2669 -27,9171 mg/kg dan 20,5240 - 69,3782 mg/kg. Spesiasi logam Pb diperoleh sebagai berikut: fraksi karbonat yaitu EFLE (easly, freely, leachble, dan exchangeable) sebesar 1,5952 - 11,6315 mg/kg, fraksi Fe/Mn oksida adalah 0,400 - 6,7680 mg/kg, fraksi organik/sulfida 0,8759 - 13,6600 mg/kg dan fraksi silikat (resistant) berkisar antara Td (tidak terdeteksi hingga 4,6598 mg/kg. Tingkat bioavailbilitas logam Pb dalam sedimen berkisar 9 - 70% sedangkan tingkat non bioavailabilitas berkisar 0 hingga 30%. Fraksi karbonat (EFLE) logam Cu berkisar 0,7331 - 9,9033 mg/kg, fraksi organik/sulfida 8,1790 - 41,5756 mg/kg, dan fraksi silikat 7,5138 - 21,0200 mg/kg. Tingkat biovailabilitas logam Cu di sedimen berkisar dari Td (tidak terdeteksi) hingga 18% dan tingkat non bioavailabilitasnya 15 - 44%.

Kata kunci : Spesiasi, Bioavailabilitas, Logam Berat, Sungai Tukad Badung

ABSTRACT

A study of speciation and bioavailability of heavy metals, Pb and Cu in sediments of Tukad Badung river with sequential extraction method has been carried out. This study aimed to determine the levels of bioavailability of both Pb and Cu heavy metals. The determination of total heavy metal contents was performed by digestion technique with the use of a mixture of HNO3 and HCl (3:1) in ultrasonic bath for 45 minutes at 60oC followed by heating on a hotplate for 45 minutes at 140oC. The mesurement of total heavy metals and heavy metal species was established with the use of Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) with calibration curve method.

Concentration of total Pb and Cu in the sediments of Tukad Badung river ranged from 4.2669 to 27.9171 mg/kg and 20.5240 to 69.3782 mg/kg respectively. The speciation of Pb obtained in carbonate fraction of the EFLE (easly, freely, leachable and exchangable) fractions ranged from 1.5952-11.6315 mg/kg, in Fe/Mn oxide fraction ranged from 0.4001 to 6.7680 mg/kg, in organic/sulfide fraction ranged from 0.8759 to 13.6600 mg/kg, and in the silicate fraction (resistant) ranged between Nd (not detected) to 4.6598 mg/kg. The level of bioavailability Pb in sediments ranged from 9 to70% while the non-bioavailability levels ranged from 0 to 30%. Carbonate fraction (EFLE) of Cu ranged between Nd (not detected) to 6.3527 mg/kg. The fraction of Fe/Mn oxides ranged from 0.7331 to 9.9033 mg/kg, organic sulfide fraction ranged from 8.1790 to 41.5756 mg/kg, and the silicate fraction was foud vary between 7.5138 and 21.0200 mg/kg. The level of Cu bioavailability in sediments ranged from Nd (not detectable) to 18%, while the level of non bioavailability ranged from 15 to 44%.

Keywords : Speciation, Bioavailability, Heavy Metals, Tukad Badung River

PENDAHULUAN

Aktivitas masyarakat di sekitar Sungai Tukad Badung yang cukup tinggi menyebabkan adanya pertambahan limbah, baik limbah gas, cair maupun padat. Jika limbah tersebut dibuang secara sembarangan maka dapat berdampak pada pencemaran badan air. tingkat pencemaran oleh logam berat ditentukan oleh distribusi dan bioavailabilitasnya dilingkungan perairan tersebut. Distribusi dan bioavailabilitas logam di lingkungan perairan dipengaruhi oleh bentuk dan jenis perikatan logam tersebut. Sedimen, memiliki peranan dalam menentukan bentuk serta jenis perikatan logam di lingkungan perairan dimana sedimen merupakan tempat akhirdari senyawa di lingkungan perairan ( Werorilangi, 2011).

Sedimen merupakan sink dari bahan pencemar yang berasal dari daratan sehingga sedimendapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Beberapa proses bioakumulasi dapat terjadi pada sedimen yaitu melalui mekanisme fisik dan kimia, mekanisme tersebut meliputi proses penyerapan, pengendapan, dan pertukaran ion. Sungai Tukad Badung merupakan sungai utama yang melintasi kabupaten Badung dan Kodya Denpasar. Sungai Tukad Badung memiliki beberapa fungsi diantaranya, drainase, irigasi, pariwisata, dan juga air baku. Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Badung meliputi luas ±37,70 km2 dengan panjang alur 25,17 km (termasuk dalam wilayah administrasi kabupaten Badung dan Denpasar) dengn hulu sungai berada 12 km diebelah utara kota Denpasar, dan bermuara di Teluk Benoa. Sungai Tukad Badung melintasi 3 kecamatan dan 12 desa dengan jumlah penduduk yang bervariasi. Bagian tengah dari sungai ini dipenuhi dengan perumahan yang cukup padat sedangkan pada bagian hilir digunakan untuk estury dam jumlah pemukiman agak berkurang (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).

Sebagai sungai yang melintasi daerah perkotaan sungai Tukad Badungtelah mengalami pencemaran oleh limbah baik yang berasal dari aktivitas rumah tangga, perkantoran rumah sakit, industri maupun perdagangan. Selain menyebabkan pencemaran terhadap badan air, limbah tersebut juga menimbulkan adanya sedimentasi yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas alur. Indikasi yang sangat mudah diamati

adalah terbentuknya delta di beberapa tempat dan hampir sepanjang sungai (Ningsih, 2002). Dengan danya permasalahan sedimentasi tersebut, memungkinkn logam-logam berat dan pencemaran lainnya akan terakumulasi semakin banyak. Ningsih (2002) melaporkan bahwa kandungan kosentrasi total logam Pb dalam sedimen didaerah aliran sungai tukad Badung yaitu dari hulu sampai hilir sebesar 15,9912 sampai 45,6710 mg/kg sedangkan kosentrasi total logam untuk Cu sebesar 55,3252 sampai 82,7244 mg/kg.

Selain kosentrasi total logam yang berada di lingkungan perairan Sungai Tukad Badung, kosentrasi logam yang tersedia secara biologis (bioavailability) juga sangat berpengaruh dalam menentukan penilaian dampak berbahaya (riskasessment) dari logam terhadap kehidupan biota dan ekosistem di perairan sungai Tukad Badung (Werorilangi dkk,2011). Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka penelitian mengenai ketersediaan jenis logam pada sedimen secara biologis dapat terserap oleh biota di perairan sungai Tukad Badung dan sekitarnya menjadi sangat penting dilakukan, juga karena penelitian tentang fraksi logam yang tersedia secara biologis (bioavailable) di perairan sungai Tukad Badung belum pernah dilakukan sebelumnya.

MATERI DAN METODE

Bahan

Bahan yang diperlukan dalam penilitan ini antara lain: sampel sedimen, air sungai Tukad Badung yang diambil 3 sampel pada daerah hulu, tengah dan muara sungai, sehingga total sampel adalah 9. Pada tiap lokasi pengambilan sampel ditetapkan tiga titik pengambilan sampel yaitu: sedimen di sebelah kanan sungai, disebelah kiri sungai dan di tengah-tengah sungai. Selanjutnya sampel sedimen dari tigatitik tersebut dijadikan satu. Sedangkan bahan-bahan kimia yang digunakan adalaha asam nitrat (HNO3), Pb(NO3)2.7H2O, CuSO4.5H2O, asam klorida (HCl), asam asetat (CH3COOH), NH2OH.HCl 0,1 M, peroksida (H2O2), amonium asetat (CH3COONH4) dan aquades. Semua zat kimia, tersebut memiliki darajat kemurnian pro analisis.

Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: labu ukur, pipet volume, pipet tetes, gelas ukur, gelas beker, erlenmeyer, botol semprot, shaker, kertas saring, mortar, cawan porselen, kaca arloji, ayakan 63μm, sendok polietilen, penangas air, pengas listrik (hotplate), oven, neraca analitik, ultrasonic bath, dan atomic absortion spektrofotometer (AAS).

Cara Kerja

Pengambilan Sampel Sedimen

Pengambilan sampel sedimen dilakukan secara acak di daerah ailran Sungai Tukad Badung yaitu dari hulu, tengah dan muara. Masing-masing diambil 3 sampel pada daerah hulu, tengah dan muara sungai, sehingga total sampel adalah 9. Pada tiap lokasi pengambilan sampel ditetapkan tiga titik pengambilan sampel yaitu: sedimen disebalah kanan sungai, di sebelah kiri sungai dan di tengah-tengah sungai. Selanjutnya smpel sedimen dari tiga titik tersebut dijadikan satu.

Sampel yang diambil adalah sedimen permukaan dengan kedalaman 0-10 cm. Sampel ditampung dalam kantong plastik polietilen dan diikat erat-erat hingga tidak terjadi pertukaran udara kemudian kantong plastik tersebut di masukkan ke dalam kotak es. pH air sungai juga diukur pada saat pengambilan sampel.

Perlakuan Sampel Sedimen

Butiran sedimen yang bercampur dengan air diendapkan selama satu hari. Selanjutnya carian yang jernih didekantasi dan endapan tersebut dikeringkan dalam oven hinga diperoleh berat konstan. Sedimen yang telah kering digerus, kemudian disimpan dalam botol kering, kemudan sampel sedimen diayak menggunakan ayakan 63 μm.

Penentuan Kosentrasi Pb dan Cu Total pada Sampel Sedimen

Satu gram sampel sedimen dilarutkan dengan 10 mL reverse aquaregia(campuran HNO3 dan HCl dengan perbandingan 3:1). Selanjutnya, campuran didigesti dengan ultrasonic bath pada suhu 60oC selama 45 menit kemudian dipanaskan dengan hotplate pada suhu 140oC selama 45 menit. Larutan yang diperoleh di saring dan diambil filtratnya, kemudian diencerkan sampai volume 50 mL dengan aquades. Larutan yang diperoleh dengan AAS pada panjang gelombang 217 nm

untuk logam Pb dan 324,7 nm untuk logam Cu (Siaka et al, 2006)

Ekstraksi Bertahap

Fraksi I (Fraksi EFLE)

Satu gram sampel sedimen ditambahkan 40 mL CH3COOH 0,1 M. kemudian, campuran digojog selama 2 jam. selanjutnya campuran sampel disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Bagian cair didekantasi dan diencerkan dengan aquades sampai 50 mL. Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan AAS AAS untuk Pb dan Cu pada panjang gelombang masing-masing 217 nm dan 324,7 nm. Residu yang dihasilkan digunakan untuk ekstraksi tahap berikutnya.

Fraksi II (Fraksi Mn dan Fe Oksida)

Residu fraksi I ditambahkan dengan NH2OH.HCl 0,1 M dan campuran diatur keasamannya sampai pH 2 dengan menambahkan asam nitrat. Selanjutnya campuran digojog selama 2 jam, kemudian campuran tersebut di sentrifugasi pada kecepatan 400 rpm selama 10 menit. Bagian cair pada campuran didekantasi dan diencerkan dengan aquades sampai volume 50 mL. Larutan tersebut kemuadian diukur absorbansinya dengan AAS untuk Pb dan Cu pada panjang gelombang masing-masing 217 nm dan 324,7 nm. Residu yang dihasilkan digunakan untuk ektraksi tahap berikutnya.

Fraksi III (Fraksi Organik dan Sulfida)

Residu fraksi II di tambhkan 10 mL H2O2 8,8 M, kemudian campuran sampel didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang dan sesekali dikocok. Selanjutnya campuran dipanaskan pada suhu 85oC selama 1 jam dalam penangas air, campuran kemudian didinginkan dan ditambhkan 20 mL CH3COONH4 1 M dan campuran diatur keasamannya sampai pH 2 dengan menambahkan asam nitrat. Selanjutnya campuran sampel disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Bagian cair didekantasi dan diencerkan dengan aquades sampai 50 mL. Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan AAS untuk Pb dan Cu pada panjang gelombang masing-masing 217 nm dan 324,7 nm. Residu yang dihasilkan digunakan untuk ekstraksi tahap berikutnya.

Fraksi IV (Fraksi Resistant)

Residu fraksi III dicuci dengan 10 mL aquades, selanjutnya campuran yang telah dicuci

di tambahkan dengan10 mL reverse aquaregia campuran sampel kemudian didigesti dengan ultrasonic bath pada suhu 60oC selama 45 menit dan dipanaskan dengan hotplate pada suhu 140 oC selama 45 menit. Selanjutnya campuran sampel disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit. Bagian cair di dekantasi dan diencerkan dengan aquades sampai 50 mL. Larutan tersebut kemudian diukur absorbnsinya dengan AAS untuk Pb dan Cu pada panjang gelombang masing-masing 217 nm dan 324,7 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kosentrasi Logam Pb dan Cu Total dalam Sedimen

Kosentrasi logam Pb dan Cu total dalam sampel sedimen dapat dilihat pada Tabel 1, hasil penelitian menunjukkan bahwa logam Pb pada sedimen di sepanjang aliran sungai Tukad Badung berkisar 4,2669-27,9171 mg/kg dan ini menunjukkan bahwa sampel sedimen terindikasi belum tercemar logam Pb karena kadarnya masih dibawah ambang batas yang diperbolehkan yaitu 36 mg/kg berat kering (Sediment Quality Guidline, 2003), sedangkan kadar logam Cu berikasar 20,5240-69,3782 mg/kg.Kadar logam Cu dalam sedimen yang terletak pada lokasi 8 (muara sungai Tukad Badung) yaitu sebesar 69,3782 mg/kg sudah terindikasi tercemar logam Cu karena kadarnya melebihi ambang batas yang terdapat pada sedimen yaitu 65 mg/kg (ANZECC ISQG-Low, 2000).

■ Pb

■ Cu

Gambar1. Diagram kadar logam Pb dan Cu dalam sedimen

Hasil Ekstraksi Bertahap

Berdasarkan jenis pereaksi yang digunakan setiap tahapan ekstraksi (fraksi) diperoleh logam Pb dan Cu seperti penjelasan berikut:

Fraksi EFLE (easly, freely, leachable, dan exchangeable)

Pada fraksi ini digunakan CH3COOH untuk mengektraksi logam-logam kerbonat, penggunaan asam asetat pada fraksi ini berlangsung supaya logam berat Pb dan Cu yang terikat dalam bentuk karbonat dapat larut tanpa merusak spesi lain yang terdapat dalam sedimen (Tessier et al, 1979), reaksi yang terjadi secara umum adalah :

2CH3COOH +LCO3→ L(CH3COO)2 + CO2 + H2O

Tabel 1. Kosentrasi logam Pb dan Cu total dalam sampel sedimen

Sampel

Lokasi

Kadar (mg/kg)

Pb

Cu

1

Depan Jembatan Sading

4,2669

20,5240

2

Belakang Jembatan Sading

12,5622

20,8071

3

Grenkori

25,6055

22,7729

4

Kampung Jawa

20,4924

27,6770

5

Pekambingan

27,9171

34,7473

6

Depan Imam Bonjol Residence

16,4549

30,7744

7

Muara Sungai Tukad Badung (Waduk Bagian Depan)

17,0990

62,2223

8

Muara Sungai Tukad Badung ( Waduk Bagian Belakang)

15,3939

69,3782

9

Muara Sungai Tukad Badung ( dekat hutan mangrove)

15,1229

33,4828


Dengan L2+ adalah logam target. Fraksi bioavailable logam Pb pada fraksi EFLE berkisar 10,55 - 69,29% dan Cu berkisar sebesar 18,39%. Pada fraksi ini menunjukan banyaknya logam Pb dan Cu yang berikatan dengan karbonat.

Fraksi Mn dan Fe Oksida

Fraksi ini menggunakan pereaksi hidroksilamin hidroklorida yang bertujuan untuk mengekstrak logam-logam yang secara potensial dapat di reduksi atau dapat terikat dengan lapisan oksida Mn/Fe (Tessier et al, 1979). Fraksi oksida logam Pb berkisar 9,36 - 40,86% dan untuk fraksi Fe/Mn oksida logam Cu berkisar 2,19 - 18,00%. Logam Pb dan Cu pada fraksi ini mudah direduksi oleh asam sehingga logam ini banyak ditemukan berikatan dengan Fe/Mn oksida. (Gasparatos, et al., 2005)

Fraksi Organik Sulfida

Logam-logam yang terikat dengan materi organik atau dalam bentuk sulfida dilepaskan dengan kondisi teroksidasi. Oksidator yang digunakan pada penelitian ini adalah hidrogen peroksida (H2O2), ikatan logam dengan materi

organik dan sulfida dapat dilepaskan dengan kondisi oksidasi. Suatu proses oksidasi biasanya digunakan untuk leaching logam yang terikat dengn fasa organik. Pada umumnya hidrogen peroksida digunakan dengan pemanasan medium 85oC selama beberap jam yang bertujuan untuk melarutkan materi organik diamana reagen akan mengekstraksi penuh pada materi organik, sedangkan reaksi sangat kecil pada ikatan dengan silika. Fraksi logam Pb sebagai fraksi organik sulfida berkisar 9,83-52,81% dan untuk logam Cu berkisar 39,85 - 70,61%. Pada fraksi ini logam Pb dan Cu berikatan dengan bahan organik.

Fraksi Resistant

Pada fraksi ini menggunakan reverse aquaregia yang betujuan untuk mereduksi semua jejak logam yang terdapat dalam sedimen (fraksi sisa). Senyawa dalam fraksi ini tergolong non available karena stabil dan terikat kuat dengan mineral-mineral dalam sedimen. Logam Pb terekstraksi pada fraksi resistant berkisar 0 -30,27% dan logam Cu berkisar 15,60 - 44,34%.

Tabel 2. Persentase Logam Pb dan Cu yang Terekstraksi

Sampel

Logam

Fraksi 1 (%)

Fraksi 2 (%)

Fraksi 3 (%)

Fraksi 4 (%)

1

Pb

69,29

9,38

20,53

Td

Cu

Td

18,00

39,85

44,34

2

Pb

43,45

40,86

39,72

Td

Cu

Td

14,25

40,16

42,80

3

Pb

45,43

9,37

15,27

Td

Cu

Td

15,79

46,65

37,26

4

Pb

42,18

16,05

43,56

3,22

Cu

Td

17,22

42,61

40,01

5

Pb

30,25

18,46

48,93

4,41

Cu

18,39

9,16

47,99

21,75

6

Pb

30,22

20,85

41,68

10,68

Cu

4,65

14,38

48,85

33,52

7

Pb

36,22

10,38

25,46

25,28

Cu

6,47

10,54

45,64

33,78

8

Pb

40,70

20,61

9,83

30,27

Cu

Td

14,18

59,54

15,60

9

Pb

10,55

21,04

52,81

20,65

Cu

td

2,19

70,62

26,27


SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • 1.    Kosentrasi logam Pb dan Cu total dalam sedimen sungai Tukad Badung berturut-turut sebesar 4,2669 - 27,9171 mg/kg dan 20,5240 -69,3782 mg/kg. Kedua logam tersebut yang ada di sedimen sungai Tukad Badung berada dibawah ambang batas kecuali logam Cu yang terdapat dalam sedimen sungai Tukad Badung pada lokasi daerah muara sungai Tukad Badung.

  • 2.    Spesiasi Logam Pb melalui ekstraksi bertahap memberikan hasil dimana fraksi bioavailable yaitu fraksi EFLE berkisar 1,5952 -11,6315mg/kg, fraksi Fe/Mn oksida berkisar 0,4001 - 6,7680mg/kg, fraksi organik-sufida 8,1790 - 41,5756 mg/kg sedangkan fraksi resistant berkisar 0,8759 -13,6600 mg/kg.

  • 3.    Spesiasi logam Cu melalui ekstraksi bertahap memberikan hasil dimana fraksi bioavailable yaitu fraksi EFLE berkisar tidak terdeteksi -6,3527 mg/kg, fraksi Fe/Mn oksida berkisar 0,7331 - 9,9033 mg/kg, fraksi organik-sulfida 8,1790 - 41,5756 mg/kg sedangkan fraksi resistant berkisar 7,5138 - 21,0200 mg/kg.

  • 4.    Tingkat bioavailable dan berpotensi bioavailabel logam Pb dalam sedimen di sungai Tukad Badung berkisar antara 9 – 70% dan Cu dari tidak terdeteksi hingga 18%, sedangkan logan Pb dan Cu yang non bioavailable berkisar antara 0 hingga 30% untuk logam Pb dan 15 – 44% untuk logam Cu.

Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu adanya penerapan metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk logam-logam lainnya dalam sedimen yang berasal dari berbagai perairan di Bali lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staff UPT. Laboratorium Analitik Universitas Udayana dalam membantu kelancaran penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Lingkungan Hidup., 2011, Pemantauan Kualitas Air Sungai 33 Provinsi, Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Gasparatos, D.,C. Haidouti, Adrinopoulus, and O, Areta, 2005, Chemical Speciation and Bioavailability of Cu, Zn, and Pb in Soil from The National Garden og Athens, Greece, Proceedings : International Conference on Environtmental Science and Technology, Rhodes Island, Greece, 13 September 2005

Ningsih, P.K.A., 2002, Distribusi Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada Sedimen di Daerah Aliran Sungai Badung, Skripsi, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Tessier, A., Cambell, P.G.C.and Bission M, 1979, Sequential Extraction Procedure for The Speciation of Trace Metals, Anal. Chem, 51 (7) : 844-851

Vojtekova, V., Mackovych, D., Krakovska, E., Remetoiva, D., and Tomko, J., 2003, Single and Sequential Extraction for Element Fraction of Sediment Samples, Chem. PAP., 57 (3) : 179-184

Werorilangi, S., Tahir, A., Noor, A, dan Samawi, M.F., 2011, Distribusi dan Spesiasi Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) di Sedimen Pantai Kota Makassar, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar

216