Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 10, No. 2, Desember 2021

Analisis Penentuan Pusat Pertumbuhan dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

ZOVANY RIMALEMNA BR SEMBIRING, MADE ANTARA*, IDA AYU LISTIA DEWI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, 80232

Email: [email protected]

* [email protected]

Abstract

Analysis for Determining The Growth Poles in Regional Development in Karo Regency, North Sumatra Province

The slowing pace of economic growth and the contribution disparity between sectors in Karo Regency show that more effort is needed in development in Karo Regency. This study aims to analyze the economic sector classification of Karo Regency, determine potential districts as the growth poles, and analyze the interaction between potential districts as the growth poles and surrounding districts. This study uses secondary data collected through documentation. The indicators used are the regional GDP data of Karo Regency and North Sumatra Province in 2014-2018, infrastructure data, population quantity, and distance between districts in Karo Regency and analyzed by using klassen typology, scalogram, and gravity. Those in the developed sectors in Karo Regency were the public administration, defense, and compulsory social security sector, the education service sector, the health service and social activities sector, and other services sectors. Kabanjahe District and Berastagi District are potential districts as the growth poles in Karo Regency. Kabanjahe District has the closest interaction with Tigapanah District, while Berastagi District has the closest interaction with Merdeka District. Prioritizing the development of developed sectors without neglecting other sectors and determining the growth poles can be considered as regional development efforts in Karo Regency.

Keywords: regional development, growth pole, klassen typology, scalogram, gravity

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Pengembangan wilayah merupakan salah satu upaya dalam pembangunan untuk mencapai

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya kelembagaan, sumber daya teknologi dan prasarana fisik secara efektif, optimal dan berkelanjutan (Adisasmita, 2008). Kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengembangkan wilayah adalah dengan menetapkan pusat pertumbuhan. Melalui penetapan pusat pertumbuhan pemerintah dapat lebih fokus untuk membangun wilayah tersebut ditengah-tengah keterbatasan biaya untuk melaksanakan pembangunan yang nantinya wilayah pusat pertumbuhan itu akan memberikan pengaruh yang menguntungkan kepada wilayah belakangnya (Nainggolan, 2011).

Kabupaten Karo sebagai salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah otonom yang memiliki peran dalam mewujudkan pembangunan nasional melalui pencapaian pembangunan daerah. Berdasarkan data BPS Kabupaten Karo (2019) kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2018 terbesar dihasilkan oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencapai 56,32 %, diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor 10,44%, sektor konstruksi sebesar 6,61%, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib 5,53%, serta sektor lainnya yang besarnya masing-masing di bawah 5%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo pada tahun 2018 bertumbuh melambat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya dimana laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Karo tahun 2017 mencapai 5,21%, sedangkan tahun 2018 sebesar 4,55%.

Pratiwi dan Kuncoro (2016) mengungkapkan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kesenjangan pendapatan antar penduduk dan antar sektor yang semakin kecil, sementara itu di Kabupaten Karo masih terdapat kesenjangan kontribusi antar sektor-sektornya. Penetapan pusat pertumbuhan di Kabupaten Karo merupakan langkah yang baik untuk mempercepat pembangunan ekonomi serta pusat pertumbuhan tersebut diharapkan akan memberikan pengaruh baik bagi daerah belakangnya. Berdasarkan uraian di atas perlu diteliti terkait dengan masalah pembangunan ekonomi daerah dengan pengembangan wilayah melalui penentuan pusat pertumbuhan serta pengembangan sektor ekonomi sehingga perlu dilakukan kajian mengenai “Analisis Penentuan Pusat Pertumbuhan dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara”. Pembangunan melalui strategi pusat pertumbuhan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan di Kabupaten Karo yang nantinya diharapkan mempunyai efek menyebar dan terjadi pemerataan di setiap kecamatan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

  • 1.    Bagaimana klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Karo?

  • 2.    Kecamatan mana yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan di Kabupaten Karo?

  • 3.    Bagaimana interaksi antara kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

  • 1.    Menganalisis klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Karo.

  • 2.    Menentukan kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan di Kabupaten Karo.

  • 3.    Menganalisis interaksi antara kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Kurun waktu penelitian dimulai dari bulan Maret-Mei tahun 2020. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan beberapa pertimbangan.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif berupa PDRB Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha tahun 2014-2018, kuantitas fasilitas pelayanan, kuantitas penduduk setiap kecamatan, dan jarak antar kecamatan tahun 2018 di Kabupaten Karo dan data kualitatif berupa gambaran umum seperti letak geografis lokasi penelitian.

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data-data yang mendukung berupa informasi-informasi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya yang diperoleh dari BPS Kabupaten Karo dan BPS Provinsi Sumatera Utara serta instansi terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yang dilakukan dengan cara mempelajari dokumen terbitan pemerintah seperti PDRB Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara menurut lapangan usaha 2014-2018, Kabupaten Karo dalam Angka Tahun 2019, dan Kecamatan dalam Angka Tahun 2019.

  • 2.4    Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Karo yaitu Kecamatan Mardingding, Laubaleng, Tigabinanga, Juhar, Munte, Kutabuluh, Payung, Tiganderket, Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Dolat Rayat, Merek, dan Barusjahe. Pada

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 penelitian ini semua yang tercakup dalam populasi, yaitu semua kecamatan yang ada di Kabupaten Karo terambil sebagai sampel.

  • 2.5    Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini adalah klasifikasi sektor perekonomian Kabupaten Karo, kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan berdasarkan ketersediaan fasilitas, dan kekuatan interaksi pusat pertumbuhan yang dilakukan dengan pengukuran kuantitatif dengan indikator PDRB Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018, kuantitas sarana ekonomi, kuantitas sarana kelembagaan, kuantitas sarana kesehatan, kuantitas sarana pendidikan, kuantitas sarana peribadatan, panjang jaringan jalan, kuantitas penduduk setiap kecamatan dan jarak antar kecamatan.

  • 2.6    Metode Analisis Data

    2.6.1    Analisis tipologi klassen

Tipologi klassen digunakan untuk mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kabupaten Karo dengan memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah referensi. Tipologi klassen pada penelitian ini didasarkan pada laju pertumbuhan dan kontribusi sektor. Sjafrizal (2008) menjelaskan tipologi klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor, yaitu sektor maju dan tumbuh cepat (developed sector), sektor yang maju tapi tertekan (stagnant sector), sektor yang berkembang cepat (developing sector), dan sektor yang relatif tertinggal (underdeveloped sector).

Tabel 1.

Tipologi Klassen

si<s dan ski>sk

si>s dan ski>sk

Kuadran II

Kuadran I

Sektor maju tapi tertekan

Sektor maju dan tumbuh cepat

si> s dan ski<sk

si<s dan ski<sk

Kuadran III

Kuadran IV

Sektor berkembang cepat

Sektor relatif tertinggal

Keterangan:

si     : Laju pertumbuhan sektor i PDRB Kabupaten Karo

s      : Laju pertumbuhan sektor i PDRB Provinsi Sumatera Utara

ski    : Kontribusi sektor i terhadap PDRB Kabupaten Karo

sk     : Kontribusi sektor i terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara

  • 2.6.2    Analisis skalogram

Nainggolan (2011) menjelaskan bahwa analisis skalogram bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan suatu daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan yang ada dalam daerah tersebut, seperti fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, aktivitas

sosial dan pemerintahan. Penggunaan analisis skalogram dapat menentukan kecamatan yang dapat dijadikan sebagai pusat pertumbuhan, yaitu kecamatan yang memiliki kelengkapan fasilitas tertinggi yang nantinya dapat menunjang aktivitas wilayah.

Rumus yang digunakan untuk menentukan banyaknya orde adalah dengan metode Sturges (Poetra, 2016) sebagai berikut:

.....................................................


(1)


Keterangan:

k  = banyaknya orde

n  = banyaknya kecamatan

Selanjutnya, penentuan besarnya interval orde digunakan rumus:

A-B

(2)


I = k

Keterangan:

A  = jumlah fasilitas tertinggi

B  = jumlah fasilitas terendah

k  = banyaknya orde

Penentuan hierarki dilakukan dengan menggunakan orde terkecil sebagai

hierarki tertinggi, kecamatan yang termasuk dalam hierarki tertinggi adalah kecamatan yang memiliki jumlah jenis fungsi/fasilitas yang tinggi atau dengan kata lain kecamatan tersebut dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan.

  • 2.6.3    Analisis gravitasi

Konsep dasar dari alat analisis ini adalah membahas mengenai ukuran dan jarak antara dua tempat, yaitu pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya, sampai seberapa jauh sebuah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan mempengaruhi dan berinteraksi dengan daerah sekitarnya (Todaro dan Smith, 2006). Pada penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk mengetahui interaksi atau daya tarik antara kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya di Kabupaten Karo.

Rumus gravitasi yang digunakan adalah sebagai berikut (Saruhian, 2006):

Pi×Pi

(3)


I= dij2

Keterangan :

I = Besarnya interaksi antara kecamatan i dan j

Pi = Jumlah penduduk kecamatan i (ribuan jiwa)

Pj  = Jumlah penduduk kecamatan j (ribuan jiwa)

dij = Jarak antara kecamatan i dan kecamatan j (Km)

Angka interaksi yang semakin besar antara kecamatan yang berperan sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya menunjukkan semakin eratnya hubungan antara pusat pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya tersebut.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Klasifikasi Sektor Perekonomian di Kabupaten Karo

Analisis yang digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian di Kabupaten Karo adalah analisis tipologi klassen. Tipologi klassen dengan menggunakan rata-rata laju pertumbuhan dan rata-rata nilai kontribusi PDRB Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan 2010 tahun 2014-2018 menunjukkan posisi masing-masing sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Karo seperti terlihat dalam Tabel 2. berikut.

Tabel 2.

Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo Tahun 2014-2018

Kuadran II Sektor maju tapi tertekan si<s dan ski>sk

Kuadran I

Sektor maju dan tumbuh cepat si>s dan ski>sk

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa lainnya

Kuadran III Sektor berkembang cepat si> s dan ski<sk

Kuadran IV Sektor relatif tertinggal si<s dan ski<sk

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Jasa Keuangan

Real Estate

Pertambangan dan Penggalian Pengadaan air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi

Transportasi dan Pergudangan Informasi dan Komunikasi Jasa Perusahaan

Sumber: Data diolah (2020)

Hasil analisis tipologi klassen menunjukkan sektor perekonomian di Kabupaten Karo yang termasuk maju dan tumbuh cepat adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya. Sektor yang termasuk maju tapi tertekan adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Sektor yang berkembang cepat terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, sektor jasa keuangan, dan sektor

real estate. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi serta sektor jasa perusahaan termasuk sektor yang relatif tertinggal.

Upaya pengembangan wilayah di Kabupaten Karo dapat dilakukan dengan pemanfaatan potensi yang ada serta penentuan prioritas pengembangan sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peluang besar untuk berkembang tanpa mengabaikan sektor tertinggal yang nantinya dapat merangsang pertumbuhan sektor-sektor ekonomi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo dan mengurangi kesenjangan antar sektornya.

  • 3.2    Kecamatan Potensial sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Karo

Hasil analisis skalogram yang menunjukkan pembagian orde kecamatan di Kabupaten Karo berdasarkan jumlah jenis fungsi/fasilitas yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 3. berikut.

Tabel 3.

Klasifikasi Orde Kecamatan di Kabupaten Karo Berdasarkan Hasil Analisis Skalogram

No

Kecamatan

Jumlah Jenis Fungsi/Fasilitas

Interval Orde

Orde

1

Kabanjahe

23

21,2 – 23

I

2

Berastagi

22

I

3

Tigapanah

20

19,3 - 21,1

II

4

Barusjahe

19

III

5

Tiganderket

19

17,4 - 19,2

III

6

Tigabinanga

18

III

7

Merek

18

III

8

Munte

17

IV

9

Laubaleng

17

IV

10

Juhar

17

15,5 - 17,3

IV

11

Kutabuluh

17

IV

12

Dolat Rayat

17

IV

13

Merdeka

15

V

14

Simpang Empat

15

V

15

Mardingding

15

13,6 - 15,4

V

16

Payung

15

V

17

Naman Teran

14

V

Sumber: Data diolah (2020)

Kecamatan di Kabupaten Karo yang berada pada orde I adalah Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi dengan jumlah jenis fungsi/fasilitas masing-masing sebanyak 23 dan 22 dimana kecamatan tersebut termasuk dalam hierarki tinggi yang artinya memiliki jumlah jenis fungsi/fasilitas terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya. Kecamatan yang terdapat pada orde II adalah Kecamatan

Tigapanah yang memiliki jumlah jenis fungsi/fasilitas sebanyak 20. Kecamatan yang terdapat pada orde III yaitu, Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Tiganderket dengan jumlah jenis fungsi/fasilitas sebanyak 19 serta Kecamatan Tigabinanga dan Kecamatan Merek dengan jumlah jenis fungsi/fasilitas sebanyak 18. Pada orde IV terdapat Kecamatan Munte, Kecamatan Laubaleng, Kecamatan Juhar, Kecamatan Kutabuluh, dan Kecamatan Dolat Rayat yang masing-masing memiliki jumlah jenis fungsi/fasilitas sebanyak 17. Kecamatan yang berada pada orde V adalah Kecamatan Merdeka, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Mardingding, dan Kecamatan Payung yang masing-masing memiliki jumlah jenis fungsi/fasilitas sebanyak 15 serta Kecamatan Naman Teran dengan jumlah jenis fungsi/fasilitas sebanyak 14.

Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi yang memiliki ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan kecamatan lainnya menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang nantinya dapat menunjang aktivitas wilayah atau dengan kata lain kedua kecamatan tersebut merupakan kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan di Kabupaten Karo. Adanya pengembangan pada pusat-pusat pertumbuhan di Kabupaten Karo akan merangsang pertumbuhan ekonomi yang juga akan diikuti oleh kecamatan disekitarnya, karena pusat-pusat pertumbuhan dapat menyebabkan terjadinya spread effect (efek sebar) dari kegiatan kecamatan pusat pertumbuhan ke kecamatan sekitarnya, sehingga kecamatan sekitarnya juga akan dapat tumbuh dan berkembang sejalan dengan yang diungkapkan oleh Emalia dan Farida (2018) dalam penelitiannya sehingga nantinya terjadi pemerataan pembangunan di setiap kecamatan di Kabupaten Karo.

  • 3.3    Interaksi antara Kecamatan Potensial sebagai Pusat Pertumbuhan dengan Kecamatan Sekitarnya

Analisis gravitasi digunakan untuk mengetahui interaksi atau daya tarik antara kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya di Kabupaten Karo. Berdasarkan analisis gravitasi, dapat diketahui interaksi dari masing-masing kecamatan potensial sebagai pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi dengan kecamatan sekitarnya. Tabel 4. berikut menunjukkan nilai interaksi berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan.

Tabel 4.

Nilai Interaksi antara Kecamatan Pusat Pertumbuhan dengan Kecamatan Sekitarnya di Kabupaten Karo

Pusat Pertumbuhan

Kecamatan Hinterland

Nilai Interaksi

Pusat Pertumbuhan

Kecamatan Hinterland

Nilai

Interaksi

Tigapanah

105.652.800

Merdeka

208.758.375

Simpang Empat

37.322.727

Kabanjahe

32.273.182

Berastagi

32.273.182

Dolat Rayat

31.159.406

Barusjahe

8.311.893

Tigapanah

6.993.984

Merdeka

7.289.095

Simpang Empat

3.557.783

Naman Teran

4.115.060

Barusjahe

1.875.337

Dolat Rayat

3.268.760

Naman

1.009.062

Kabanjahe

Berastagi

Teran

Munte

2.917.406

Munte

929.880

Merek

2.362.331

Merek

790.729

Payung

1.508.285

Tigabinanga

555.349

Tigabinanga

1.415.148

Payung

493.063

Tiganderket

1.329.378

Tiganderket

473.662

Kutabuluh

660.313

Kutabuluh

265.959

Juhar

556.975

Juhar

243.797

Laubaleng

265.759

Laubaleng

137.926

Mardingding

167.527

Mardingding

91.214

Sumber: Data diolah (2020)

Berdasarkan hasil perhitungan interaksi pusat pertumbuhan dengan masing-masing kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Karo, Kecamatan Kabanjahe memiliki hubungan atau interaksi yang paling erat dengan Kecamatan Tigapanah karena nilai interaksinya paling besar dibandingkan kecamatan lainnya yaitu sebesar 105.652.800, sedangkan Kecamatan Berastagi memiliki interaksi yang paling erat dengan Kecamatan Merdeka dengan nilai interaksi sebesar 208.758.375. Sementara itu, Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi sama-sama memiliki interaksi yang paling kecil dengan Kecamatan Mardingding dengan masing-masing nilai interaksi sebesar 167.527 dan 91.214.

Kecamatan Kabanjahe yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kecamatan Tigapanah menunjukkan bahwa Kecamatan Tigapanah berpotensi lebih besar dipengaruhi oleh perkembangan Kecamatan Kabanjahe dibandingkan kecamatan lainnya karena keterkaitan antar kegiatannya erat atau dapat dikatakan pengembangan Kecamatan Kabanjahe sebagai pusat pertumbuhan akan lebih dulu memberikan efek atau mempengaruhi Kecamatan Tigapanah karena nilai interaksi antara Kecamatan Kabanjahe dengan Kecamatan Tigapanah adalah yang paling besar dibandingkan nilai interaksi Kecamatan Kabanjahe dengan kecamatan lainnya. Begitu pula dengan Kecamatan Berastagi yang perkembangannya memiliki potensi lebih besar mempengaruhi Kecamatan Merdeka dibandingkan kecamatan lainnya. Sementara itu, pengembangan Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi sebagai pusat pertumbuhan berpotensi rendah memberikan pengaruh kepada

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 kecamatan lainnya yang nilai interaksinya kecil dengan kecamatan pusat pertumbuhan tersebut.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu Kabupaten Karo yang termasuk sektor maju dan tumbuh cepat, yaitu sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial serta sektor jasa lainnya. Dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karo terdapat dua kecamatan potensial dijadikan sebagai pusat pertumbuhan berdasarkan ketersediaan fasilitasnya, yaitu Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi. Kecamatan Kabanjahe yang potensial sebagai pusat pertumbuhan memiliki interaksi yang paling erat dengan Kecamatan Tigapanah. Kecamatan Berastagi yang juga berpotensi sebagai pusat pertumbuhan memiliki interaksi atau daya tarik yang paling erat dengan Kecamatan Merdeka. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai interaksi antara kecamatan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijabarkan, maka dapat disarankan yaitu Pemerintah daerah Kabupaten Karo agar mengoptimalkan dan mengutamakan pengembangan sektor yang termasuk maju dan tumbuh cepat serta sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor yang berkembang cepat tanpa mengabaikan sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sehingga pertumbuhan semua sektor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo. Penetapan Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi sebagai pusat pertumbuhan diharapkan dapat dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dalam upaya pengembangan wilayah di Kabupaten Karo. Selain itu, peningkatan kualitas fasilitas yang ada di Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi perlu dilakukan untuk meningkatkan daya tarik pada kecamatan tersebut serta memaksimalkan kecamatan tersebut sebagai pusat pertumbuhan. Agar pertumbuhan ekonomi serta ketersediaan fasilitas lebih merata di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Karo, pemerintah perlu melakukan peningkatan ketersediaan fasilitas pada kecamatan yang berada dibawah orde I serta yang memiliki interaksi rendah dengan kecamatan pusat pertumbuhan, baik fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi maupun fasilitas jalan dan telekomunikasi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti berikutnya dengan mengkaji atau menambah indikator-indikator lainnya yang relevan serta perlu diidentifikasi potensi pada tiap-tiap kecamatan sehingga dapat dioptimalkan arahan pengembangan di pusat pertumbuhan maupun kecamatan sekitarnya.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis memberikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga e-jurnal ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga segala informasi yang tertulis di dalamnya dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Daftar Pustaka

Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Yogyakarta: BPFE.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo. 2019. Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018. Karo.

Emalia, Z., dan Farida, I. 2018. Identifikasi Pusat Pertumbuhan Dan Interaksi Spasial

Di Provinsi Lampung. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 19(1), 61–74.

Nainggolan, P. T. . 2011. Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten Simalungun. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, 1(12), 16–26.

Poetra, A. P. 2016. Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan Interaksi Antar Kecamatan di Kabupaten Pringsewu (Skripsi).

Pratiwi, M. C. Y., dan Kuncoro, M. 2016. Analisis Pusat Pertumbuhan dan Autokorelasi Spasial di Kalimantan: Studi Empiris di 55 Kabupaten/Kota, 2000–2012. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia, 16(2), 81–104.

Saruhian, A. 2006. Identifikasi dan Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung (Tesis). Universitas Indonesia.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama. Padang: Baduose Media.

Todaro dan Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

810