Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809    Vol. 10, No. 2, Desember 2021

Dampak Pengembangan Objek Wisata Kawah Ijen terhadap Peningkatan Kesejahteraan Petani

I KADEK PUTRI WIDHIANTARI,

I NYOMAN GEDE USTRIYANA*, I MADE SUDARMA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

Jl. PB Sudirman, Denpasar, 80232

Email: kadekputriwidhiantari@gmail.com

* gede_ustriyana@unud.ac.id

Abstract

The Impact of Ijen Crater Tourism Object Development on the Improvement of Farmer’s Welfare

This study looks at the impact of Ijen Crater tourism object development on the improvement of farmer’s welfare from economic, socio-cultural and environmental aspects. The study uses proportional sampling technique with farmers as respondents and a few key informants. The study uses interactive analysis method, which consists of four steps, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion drawing. The result of this research show that, from the economic aspect, the development of Ijen Crater tourism object could lead to the availability of new business field. The farmers got additional income fluctuates depending on the numer of tourist visits. From the socio-cultural aspect, the development of Ijen Crater tourism object does not negatively impact the attitude of mutual helping, the preservation of traditional arts, the use of language, the level of education, the livelihood and the crime rate. From the environmental aspect, the development of Ijen Crater tourism object could lead to the increase in number and quality of tourism facilities and infrastructure, but not leading to land conversion.

Keywords: economic impact, social-cultural impact, environmental impact

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   LatarBelakang

Sektor pariwisata berhasil menunjukkan peran yang cukup berarti, terutama sebagai penggerak kegiatan perekonomian melalui kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan investasi dan kesempatan berusaha. Pariwisata sangat berpengaruh terhadap pengembangan kehidupan ekonomi di daerah. Salah satu tujuan adanya wisata adalah adanya perubahan dalam masyarakat baik itu perubahan ekonomi, sosial-budaya dan juga lingkungan di sekitar lokasi wisata. Pariwisata bagaimanapun juga memiliki andil dan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil di pedesaan dimana proyek pariwisata dikembangkan (Yoeti, 2008). Sektor pariwisata perlu di kembangkan secara terus-menerus, hal tersebut dilakukan dengan tujuan kegiatan pariwisata dapat

Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 mendorong masyarakat secara aktif dalam pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang diinginkan. Kontribusi lainnya dalam sektor pariwisata yaitu dapat berperan dalam perluasan dan penyerapan lapangan kerja sehingga memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat yang belum mempunyai pekerjaan. Dapat dikatakan bahwasanya kegiatan wisata merupakan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa pembangunan sektor pariwisata merupakan suatu kegiatan yang menggali segala potensi pariwisata yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia, apabila keduanya dapat di gabungkan maka dapat memberikan manfaat yang baik.

Menurut Tadaro dan Smith (2006) sektor pariwisata sebagai suatu kegiatan ekonomi memiliki mata rantai yang sangat panjang, banyak menampung kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, sehingga dapat meningkatkan pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat dari hasil penjualan barang maupun jasa yang ditawarkan. Kabupaten Banyuwangi memiliki tempat wisata yang cukup terkenal hingga kemancanegara yaitu objek wisata Kawah Ijen. Selain objek wisata Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi memiliki beberapa objek wisata lainnya yang tak kalah memukau seperti Pantai Pulau Merah, Pantai Mustika Pancer, Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Grajagan, Penangkaran Penyu Sukomade dan objek wisata lainnya. Namun yang paling banyak diminati oleh pengunjung domestik maupun pengunjung mancanegara yaitu objek Wisata Kawah Ijen. Objek wisata Kawah Ijen terkenal akan pesona api biru yang berasal dari belerang saat malam hari, selain itu area objek wisata Kawah Ijen juga terlihat begitu cantik pada pagi hari dengan air kawah berwarna kebiruan. Pengembangan wisata di Kabupaten Banyuwangi saat ini difokuskan pada tiga objek wisata yang menjadi wisata unggulan yang lebih dikenal dengan Segitiga Berlian (The Diamond Trianggel) yaitu Wisata Pengembangan Pariwisata (WPP) I dengan objek wisata andalan Kawah Ijen, WPP II dengan objek wisata andalan adalah TN Alas Purwo, dan WPP III dengan objek wisata andalan adalah Penangkaran Penyu Sukamade (PERDA RTRW Kab. Banyuwangi, 2012).

Perlu diketahui bahwa objek wisata Kawah Ijen sebagai objek wisata andalan WPP I mampu meraih peringkat pertama banyaknya jumlah kunjungan wisatawan dibandingkan objek wisata andalan WPP yang lainnya. Jumlah kunjungan objek wisata Kawah Ijen dalam lima tahun terakhir terhitung dari awal pengembangan objek wisata Kawah Ijen pada tahun 2015-2019 adalah sebanyak 625.600 orang pengunjung. Sedangkan objek wisata andalan WPP II yaitu TN Alas Purwo dengan jumlah kunjungan dalam lima tahun terakhir (2015-2019) sebanyak 609.668 orang pengunjung, dan objek wisata andalan WPP III yaitu P.Penyu Sukomade dengan jumlah kunjungan dalam lima tahun terakhir (2015-2019) sebanyak 218.328 orang pengunjung (BPS Kab. Banyuwangi, 2018). Dibukanya objek wisata Kawah Ijen tidak menutup kemungkinan menimbulkan dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif bagi masyarakat sekitar objek wisata khususnya para petani. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Astuti, 2016) yang mengatakan bahwa pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat dapat

menimbulkan dampak atau pengaruh positif maupun pengaruh negative dan yang terkena dampak tersebut adalah ekonomi masyarakat, sosial-budaya, serta lingkungan sekitar. Suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian di objek wisata Kawah Ijen.

  • 1.2    Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimana dampak pengembangan objek wisata Kawah Ijen terhadap kondisi ekonomi petani di Desa Tamansari, (2) bagaimana dampak pengembangan objek wisata Kawah Ijen terhadap sosial-budaya petani di Desa Tamansari, dan (3) bagaimana dampak pengembangan objek wisata Kawah Ijen terhadap lingkungan petani di Desa Tamansari

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui dampak pengembangan objek wisata Kawah Ijen terhadap kondisi ekonomi petani di Desa Tamansari, (2) untuk mengetahui dampak pengembangan objek wisata Kawah Ijen terhadap sosial-budaya petani di Desa Tamansari dan (3) untuk mengetahui dampak pengembangan objek wisata Kawah Ijen terhadap lingkungan petani di Desa Tamansari.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di objek wisata Kawah Ijen yang terletak di Desa Tamansari Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi dari bulan Maret sampai dengan April 2020. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian karena objek wisata Kawah Ijen merupakan objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan di bandingkan dengan objek wisata lainnya dan dapat menciptakan peluang usaha bagi masyarakat sekitar objek wisata.

  • 2.2.    Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu ada data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui teknik studi dokumen dan studi pustaka. Batasan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data lima tahun terakhir dari awal pengembangan objek wisata Kawah Ijen yaitu tahun 2015-2019.

  • 2.2.1.    Jenis data

Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

  • 2.3.    Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini yaitu 360 orang petani yang ada di Desa Tamansari Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 orang petani yang di dapat dari 15% jumlah populasi petani yang ada di Desa Tamansari. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah Propotional Sampling. Dalam penelitian ini juga dipilih informan kunci sebanyak 3 orang yaitu kepala desa, pihak pengelola objek wisata dan ketua kelompok tani. Penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum (Sugiyono, 2012).

  • 2.4.    Variabel Penelitian dan Pengukuran

Dalam penelitian yang akan diteliti yaitu aspek ekonomi, aspek sosial-budaya dan aspek lingkungan. Adapun variabel dari aspek ekonomi yaitu tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, lapangan usaha. Variabel dari aspek sosial-budaya yaitu kerukunan dan kebudayaan. Variabel dari aspek lingkungan yaitu kelengkapan fisik dan tata guna lahan.

  • 2.5.    Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions) (Ibrahim, 2015).

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Analisis Dampak Pengembangan Objek Wisata Ditinjau dari Aspek Ekonomi

Masyarakat di Desa Tamansari mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Masyarakat Desa Tamansari meskipun mayoritas sebagai petani namun masyarakat mendapat keuntungan dari penghasilan tambahan dari usaha wisata dan penghasilan tersebut tidak menentu, hal ini sejalan dengan pendapat (Nurhajati,2018) yang menyatakan bahwa peningkatan pendapatan penduduk yang sangat tinggi, namun hanya bersifat musiman. Hasil analisis dari variabel tingkat pendapatan adanya peningkatan pendapatan penduduk sebesar Rp. 148.148. Variabel tingkat pengangguran adanya peningkatan kesempatan kerja sebesar 31,5%. Variabel lapangan usaha adanya peningkatan jenis usaha wisata yang dilakukan masyarakat

yaitu usaha jajanan makanan dan minuman, es kelapa muda, guide pariwisata, sewa sepatu dan rumah makan.

Tabel 1.

Hasil Analisis Aspek Ekonomi

Analisis Dampak Pengembangan Data

Pariwisata

Indikator           Sebelum

Setelah Pengembangan

Pengembagan                                     Positif          Negatif

Pariwisata

Variabel Tingkat Pendapatan

Penghasilan yang    Rata-rata             Rata-rata pendapatan         1. Peningkatan         Pendapatan

diperoleh setelah    pendapatan          penduduk Rp. 1.490.740,-      pendapatan         mengalami

melakukan usaha    penduduk Rp.                                      penduduk           fluktuasi

di sektor             1.342.592,-                                           2. Tidak

pariwisata                                                             menyebabkan

ketergantungan

Variabel Tingkat Pengangguran

Kesempatan kerja   Kesempatan kerja     Kesempatan kerja tergolong  Mengurangi tingkat    -

masih tergolong      tinggi yaitu 60,4%          pengangguran

rendah yaitu 28,9%                               karena kesempatan

kerja lebih dari

>50%.

Variabel Lapangan Usaha

Jenis usaha yang    Toko sembako       Usaha jajanan makanan dan  Semakin beragamnya  -

ada setelah adanya                        minuman, es kelapa muda,   jenis usaha wisata

tempat wisata                              guide pariwisata, sewa

sepatu, rumah makan.

Sumber : Hasil Analisis (2020)

  • 3.2.    Analisis Dampak Pengembangan Objek Wisata Ditinjau dari Aspek Sosial-Budaya

Menurut Mill dan Marrison (2000) mengatakan bahwa dampak positif pengembangan pariwisata adalah terpeliharanya kebudayaan tradisional, seni, tarian, adat istiadat dan cara berpakaian. Masyarakat di Desa Tamansari tergolong jenis masyarakat yang sangat kental akan kerukunan, kebudayaan serta keamanan. Hal tersebut terbukti dari adanya pengembangan objek wisata tidak melunturkan sikap tolong menolong, pelestarian kesenian tardisional, penguasaan bahasa, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat kriminalitas. Hasil analisis dari variabel kerukunan sikap tolong menolong sebelum maupun setelah pengembangan pariwisata masih tetap erat. Variabel kebudayaan adanya penigkatan keamanan dalam tradisi balap kambing, adanya peningkatan penguasaan bahasa asing, adanya peningkatan wawasan masyarakat terhadap lingkungan dan pendidikan serta munculnya mata pencaharian baru di sektor usaha wisata. Variabel keamanan adanya tindak kriminalitas namun tidak disebebkan oleh adanya pengembangan pariwisata.

Tabel 2.

Hasil Analisis Aspek Sosial-Budaya

Analisis Dampak

Indikator

Sebelum Pengembangan Pariwisata

Variabel Kerukunan

Sikap tolong a. Sikap   tolong   menolong

menolong        tergolong erat

b. Tidak adanya konflik

Variabel Kebudayaan

Peningkatan    a. Terdapat   tradisi   Balap

kegiatan          Kambing,  kesenian Jaran

pelestarian        Kencak,  kesenian Pencak

tradisi    dan      Silat,   kesenian   Jaranan,

kesenian          kesenian Barong, kesenian

tardisional         Kuntulan.

Setelah Pengembangan Pariwisata

  • a.    Sikap tolong menolong erat.

  • b.    Tidak adanya konflik

  • a.    Tradisi  dan kesenian

tetap dilestarikan

  • b.    Dilaksanakan   setahun

sekali

  • c. Keamanan    semakin

diperketat.

Pengembangan Pariwisata

Positif          Negatif

Tidak        adanya

penurunan    tingkat

kerukunan. Adanya peningkatan keamanan     dalam

tradisi          Balap

Kambing.

Perubahan penguasaan bahasa

  • a.    Menggunakan bahasa daerah (Bahasa Osing) dan bahasa nasional (Bahasa Indonesia)

  • b.    yang menguasai bahasa asing sangat jarang

  • a.    Menggunakan  bahasa

daerah (Bahasa Osing) dan bahasa nasional (Bahasa Indonesia)

  • b.    Banyak  yang  sudah

menguasai bahasa asing

  • a.    Bahasa    daerah

menjadi  prioritas

berkomunikasi

  • b.    Peningkatan penguasaan bahasa asing

Perubahan tingkat pendidikan

  • a.    1.500 orang belum tamat SD

  • b.    3.250 orang tamat SD

  • c.    1.445 orang tamat SMP

  • d.    650orang tamat SMA

  • e.    100 orang tamat Akademi

  • a.    1.000 orang belum tamat SD

  • b.    3.178 orang tamat SD

  • c.    1.622 orang tamat SMP

  • d.    950 orang tamat SMA

  • e.    195 tamat Akademi

  • a.    Peningkatan pengetahuan dan wawasan

  • b.    Peningkatan pendidikan tergolong tinggi.

Perubahan     Mayoritas bermata pencaharian

mata           sebagai buruh tani

pencaharian

Variabel Keamanan

Tingkat        Perah terjadi tindak

kriminalitas     kriminalitas, namun sangat

minim

Mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh tani

Pernah terjadi tindak kriminalitas namun tidak disebabkan oleh adanya pengembangan pariwisata

Adanya lapangan pekerjaan baru di sektor usaha wisata

Adanya pengembangan pariwisata tidak memicu adanya tindak kriminalitas

Sumber : Hasil Analisis (2020)

  • 3.3.    Analisis Dampak Pengembangan Objek Wisata Ditinjau dari Aspek Lingkungan

Menurut Samsuridjal dan Kaelany (2001) menyatakan bahwa berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi daerah tujuan wisata sangat tergantung kepada tiga faktor utama salah satunya adalah fasilitas. Dengan demikian pengembangan pariwisata bisa dikatakan berhasil jika ketersediaan sarana wisata yang mendukung pariwisata tersebut serta adanya pengembangan pariwisata menjadi pemicu perkembangan sarana wisata dikarenakan sarana wisata merupakan faktor pendukung yang cukup penting. Sarana wisata merupakan faktor pendukung yang bernilai lebih dari daerah tujuan wisata guna keperluan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisata yang disuguhkan.

Dilihat dari aspek lingkungan Desa Tamansari tergolong desa yang sangat cepat berkembang. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah dan kualitas home stay, meningkatnya jumlah dan kualitas restoran, meningkatnya jumlah dan kualitas

toko, meningkatnya jumlah dan kualitas alat transportasi, adanya perbaikan jalan yang rusak dan batas bahu jalan sehingga mengakibatkan sirkulasi jalan semakin lancar, serta tidak adanya alih fungsi lahan yang terjadi akibat adanya pengembangan objek wisata. Hasil dari analisis variabel kelengkapan fisik adanya peningkatan jumlah home stay 48 buah, restoran 1 buah, toko 10 buah, alat transportasi 5 buah dan kualitas jalan, lahan parkir serta indikator lainnya semakin membaik, variabel tata guna lahan terlihat tidak adanya alih fungsi lahan yang terjadi akibat adanya pengembangan objek wisata selama lima tahun terakhir.

Penggunaan lahan sebelum dan setelah pengembangan pariwisata di Desa Tamansari adalah tetap, meskipun lahan di Desa Tamansari memiliki potensi ekonomi yang tinggi sebagai kawasan pariwisata dimana lahan tersebut akan cenderung mengalami pertumbuhan dan perubahan tata guna lahan yang cepat tetapi hal demikian tidak terjadi di Desa Tamansari. Hal ini sejalan dengan pernyataan pengelola objek wisata Kawah Ijen yang mengatakan bahwa konsep pengembangan objek wisata Kawah Ijen ini tidak ada unsur merusak alam ataupun mengalih fungsikan lahan lindung untuk fasilitas pariwisata. Adanya pengembangan pariwisata tidak berpengaruh terhadap alih fungsi lahan di Desa Tamansari. Berikut merupakan hasil analisis dampak pengembangan objek wisata ditinjau dari aspek lingkungan.

Tabel 3.

Hasil Analisis Aspek Lingkungan

Analisis Dampak

Indikator

Sebelum Pengembagan Pariwisata

Variabel Kelengkapan Fisik

Home Stay 1. 5 buah

2. Mayoritas home stay dalam keadaan baik

Restoran    1. 1 buah

2. Mayoritas kualitas restoran dalam keadaan baik

Toko       1. 15 buah

2. Mayoritas kualitas toko dalam keadaan baik

Alat        1. 10 buah

Transporta  2. Mayoritas kualitas mobil

si             Trooper cukup baik

Setelah Pengembangan Pariwisata

  • 1.    53 buah

  • 2.    Mayoritas home stay dalam keadaan baik

  • 1.    2 buah

  • 2.    Mayoritas kualitas restoran dalam keadaan baik

  • 1.    25 buah

  • 2.    Mayoritas kualitas toko dalam keadaan baik

  • 1.    15 buah

  • 2.    Mayoritas kualitas mobil Trooper baik

Pengembangan Pariwisata

Positif          Negatif

Terjadi pertambahan  -

jumlah home stay

Peningkatan jumlah   -

dan kualitas

Penambahan jumlah   -

dan kualitas

Terjadi penambahan jumlah dan kualitas

Jalan

  • 1.    Kondisi jalan yang menghubungkan akses internal dan eksternal sudah cukup baik

  • 2.    Masih ada jalan yang masih berlubang

Batas bahu jalan kurang jelas

  • 1.    Kondisi jalan yang menghubungkan akses internal dan eksternal sudah cukup baik

  • 2.    Meningkatnya perbaikan jalan

  • 3.    Batas bahu jalan sudah jelas

  • 4.    Pengaturan sirkulasi jalan semakin lancar

Adanya perbaikan jalan yang rusak dan batas bahu jalan sehingga mengakibatkan sirkulasi jalan semakin lancar

Lahan

1. Luas Parkir : + 10.000m2

1. Luas Parkir : + 10.000 m2

Adanya perawatan

Belum

Parkir

2. Menampung + 400 mobil

2. Menampung + 400 mobil

lahan parkir menjadi

mampu

3. Belum mampu menampung semua kendaraan pengunjung

Variabel Tata Guna Lahan

  • 3.    Belum mampu menampung semua kendaraan pengunjung

  • 4.    Adanya perawatan lahan parkir

lebih rapi

menamp ung semua kendara an pengunj ung

Pengambil

1. Luas Tegalan 83.065 Ha

1. Luas Tegalan 83.065 Ha

Tidak terjadi alih

an Lahan

2. Luas Perkebunan 59.000

2. Luas Perkebunan 59.000

fungsi lahan akibat

Lindung

Ha

  • 3.    Luas Hutan Negara 179.000 Ha

  • 4.    Luas Lainnya 2.500 Ha

Ha

  • 3.    Luas Hutan Negara 179.000 Ha

  • 4.    Luas Lainnya 2.500 Ha

pengembangan objek wisata

Sumber : Hasil Analisis (2020)

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek ekonomi, pengembangan objek wisata Kawah Ijen dapat menyebabkan terbukanya lapangan pekerjaan baru di Desa Tamansari. Setelah adanya pengembangan objek wisata para petani mendapatkan keuntungan dari pendapatan tambahan usaha wisata. Aspek sosial-budaya, pengembangan objek wisata Kawah Ijen tidak melunturkan sikap tolong menolong, pelestarian kesenian tradisional, penggunaan bahasa, tingkat pendidikan, mata pencaharian serta tingkat kriminalitas yang ada di Desa Tamansari. Aspek lingkungan, pengembangan objek wisata Kawah Ijen dapat menyebabkan peningkatan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana wisata, serta tidak menyebabkan alih fungsi lahan di Desa Tamansari

  • 4.2    Saran

Saran bagi pemerintah, dalam pengembangan objek wisata diperlukan kerjasama antar pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat khususnya petani untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi lokal dan dapat mengurangi angka pengangguran dan pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang akan berdampak pada kondisi sosial-budaya mereka, serta objek wisata Kawah Ijen sebagai wisata unggulan perlu adanya lahan parkir yang memadai bagi pengunjug. Saran bagi peneliti selanjutnya, dapat meneliti dampak pengembangan objek wisata Kawah Ijen dari aspek-aspek lainnya. Saran bagi petani, dapat meningkatkan hasil produksi pertaniannya baik itu sayuran dan lain sebaginya untuk menarik minat pengunjung berkunjung ke objek wisata Kawah Ijen.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimaksih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Daftar Pustaka

Astuti, N. 2016. Analisis Sufat. Dampak Pengembangan Pariwisata. http://nilaastuti1409.blogspot.com/2017/01/dampak-pengembangan-pariwisata.html?m=1. (diakses tanggal 22 November 2019).

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, 2018. Jawa Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.

Ibrahim, M. A. 2015. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung

Mill, R. C., dan Morrison, A. M. 2000. The Tourism System: An Introductory Text.

New Jersey: Prentice Hall International.

Nurhajati, N. 2018. Dampak Pengembangan Desa Wisata Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal unita, 1-13.

PERDA Kab. Banyuwangi. 2012. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032. Bupati Banyuwangi.

Samsuridjal, D. dan Kaelany, H.D. 2001. Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta.

Mutiara Sumber Widya.

Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung

Tadaro, M. P, Smith, S. C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Yoeti, O. A. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

511