Analisis Pola Kemitraan Peternak Ayam Broiler dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021
Analisis Pola Kemitraan Peternak Ayam Broiler dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan
DEWA AYU PUTRI YULIARI, I KETUT SUAMBA*, IDA AYU LISTIA DEWI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. SudirmanDenpasar, 80232 Email: putriyuliari24@gmail.com * ketutsuamba@unud.ac.id
Abstract
Analysis of Partnership Pattern of Broiler Farmers and PT. Mitra Sinar Jaya in Tabanan Regency
Livestock production is a potential agricultural sub sector. Broiler chicken is among livestock commodities that have increased in production and have the potential to be developed. The development of the agricultural sub-sector in Tabanan Regency can be seen from the high number of broiler chicken farmers in Tabanan Regency. However, broiler chicken farming in Tabanan Regency still faces a variety of problems such as limited capital, quality of production and production costs. The purpose of this study is to determine the existing partnership pattern between broiler farmers and PT. Mitra Sinar Jaya in Tabanan Regency and the income of broiler farmers in partnership with PT. Mitra Sinar Jaya. The result shows that the existing partnership pattern is in the form of plasma core partnership, in which PT. Mitra Sinar Jaya acts as the nucleus and partner farmers act as the plasma. Income of broiler farmers in partnership with PT. Mitra Sinar Jaya is not profitable. This is indicated by the value of the R / C Ratio which is smaller than 1. The strategy that needs to be done by PT. Mitra Sinar Jaya is to make regulations and guidance regarding production that can ensure the sustainability of the business of broiler farmers and the partner company.
Keywords: partnership patterns, livestock business income, broiler chickens
Sektor pertanian berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia hal ini berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp. 3.366,8 triliun pada tahun 2017. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), bila dilihat dari sisi produksi, sektor pertanian merupakan sektor kedua yang paling bepengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan, dan masih diatas sektor perdagangan dan sektor konstruksi. Pada tahun 2017 sektor pertanian dalam arti luas menyumbang PDB sebanyak 13,92% sementara pada tahun
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 2016 kontribusinya sebesar 13,59% (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2019).
Salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan. Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan keseluruhan yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani. Kebutuhan protein hewani merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia sehingga untuk mencapai pembanginan pertanian pada umumnya dan sector pertenakan pada khususnya, diperlukan produktifitas yang maksimal dalam mengusahakan produk-produk pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani peternak (Salam dkk, 2006). Pada tahun 2017 jumlah produksi daging ayam broiler mencapai 2.161.690 ribu ton atau sebesar 59,03% dari keseluruhan produksi daging nasional (Direktoral Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018).
Pemerintah dan peternak telah berupaya dalam mendayagunakan sebagian besar sumber komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah ayam ras pedaging atau ayam broiler. Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang mengalami peningkatan produksinya dan berpotensi untuk dikembangkan. Ayam broiler merupakan populasi ternak jenis ras unggulan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi dan salah satu hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil dagingnya (Pribadi, 2013). Bali merupakan salah satu provinsi yang memproduksi ayam broiler. Populasi ayam broiler di Bali setiap tahunnya mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Bali. Berdasarkan data BPS (2018) jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2017 sebesar 4.230.051 jiwa dengan produksi daging ayam broiler sebesar 8.673 ton. Kabupaten Tabanan merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Bali dengan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dan menjadikan Kabupaten Tabanan sebagai sentra peternakan khususnya peternakan ayam broiler. Populasi ayam broiler di Kabupaten Tabanan tahun 2017 yaitu sebesar 2.917.265 ekor lebih tinggi daripada Kabupaten yang lainnya di Provinsi Bali (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, 2018).
Usaha peternak ayam broiler tidak terlepas dari permasalahan, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Permasalahan yang dihadapi peternak ayam broiler terutama mengenai penawaran harga yang tidak sebanding dnegan biaya produksi yang dikeluarkan, rendahnya kualitas produksi dan terbatasnya modal, sehingga harga produksi peternakan cenderung bergantung pada harga penawaran pasar (Aziz, 2009).
Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko di sekitar peternakan khususnya peternakan ayam broiler yaitu dengan adanya lembaga-lembaga kemitraan. Hal ini dikaitkan dengan adanya landasan lembaga peraturan mengenai kemitraan di Indonesia yang diatur oleh Peraturan No. 44 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antar usaha kecil dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Artinya kemitraan merupakan suatu sinergi dalam meningkatkan kinerja pelaku agribisnis khususnya peternak kecil. Pada kemitraan pihak perusahaan memfasilitasi perusahaan
kecil dengan modal usaha, teknologi, manajemen yang baik dan kepastian pemasaran hasil. Sementara pihak pengusaha kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak perusahaan kemitraan (Pribadi, 2013).
PT. Mitra Sinar Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis peternakan khususnya ayam ras pedaging atau ayam broiler. PT. Mitra Sinar Jaya merupakan perusahaan terbesar yang melakukan kegiatan kemitraan dengan peternak ayam broiler yang berada di Provinsi Bali salah satunya di Kabupaten Tabanan.
Pola kemitraan merupakan wadah bagi para peternak ayam broiler untuk meningkatkan pangsa pasar dan pendapatan peternak. Keberadaan PT. Mitra Sinar Jayadiharapkan dapat menunjang kesejahteraan peternak, disamping memberikan akses modal dan akses pasar. Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik melakukan studi mengenai pola kemitraan yang terjadi antara pihak PT. Mitra Sinar Jaya dengan peternak ayam broiler serta mengetahui pendapatan petani peternak ayam broiler yang berada di Kabupaten Tabanan.
-
1. Bagaimana pola kemitraan yang terjalin antara peternak ayam broiler dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan?
-
2. Bagaimana pendapatan usahatani peternak ayam broiler yang melakukan kemitraan dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan?
-
1. Pola Kemitraan yang terjalin antara peternak ayam broiler dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan
-
2. Pendapatan usahatani peternak ayam broiler yang melakukan kemitraan dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat berupa: masukan, kajian dan bahan pertimbangan bagi Pelaku bisnis ayam broiler, bagi PT. Mitra Sinar Jaya, bagi Pemerintah dalam menentukan kebijakan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain untuk menunjang penelitian selanjutnya serta dapat memperkaya pengetahuan peneliti terhadap obyek penelitian yang sama.
Penelitian ini dilaksanakan di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Baturiti, Kecamatan Marga dan Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2019. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive (sengaja).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif adalah data dengan bentuk angka-angka dan data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka-angka (Sugiyona,2016). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer dari penelitian ini meliputi informasi tentang usaha ternak ayam broiler di Kabupaten Tabanan dengan PT. Mitra Sinar Jaya dan diperoleh dari buku-buku, Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Bali, jurnal-jurnal, arsip-arsip pendukung yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali.
Metode yang digunakan dalam mengumpulankan data dalam penelitian ini yaitu studi pustaka, observasi, dan wawancara.
Populasi penelitian ini adalah peternak yang melakukan kemitraan dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan. Teknik penentuan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 44 responden dan empat informan kunci dari perusahaan.
Variabel dalam penelitian ini yaitu pola kemitaan dan pendapatan usaha ternak ayam broiler di Kabupaten Tabanan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2013. Teknik analisis dari pola kemitraan yaitu deskriptif kualitatif, sedangkan pendapatan usaha ternak dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan dengan kapasitas ternak yang berbeda-beda.
Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkait dengan pola kemitraan antara peternak ayam boriler dengan PT. Mitra Sinar Jaya. Analisis kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui pola kemitraan, hak dan kewajiban peternak ayam broiler maupun PT. Mitra Sinar Jaya dan untuk mengetahui kendala-kendala kemitraan.
Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu menghitung pendapatan yang diperoleh peternak ayam broiler yang melakukan kemitraan dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan. Penerimaan ayam broiler adalah pendapatan kotor yang diterima peternak sebelum dikurangi biaya-biaya yang dikelurakan (Soekartawi, 2002) dengan rumus sebagai berikut:
TR = Y.Py
(1)
Dimana : TR = Total Penerimaan (Rp/satu periode produksi).
Y = Jumlah Produksi Ayam Broiler (Rp/ekor).
P.y = Harga ayam broiler (Rp/ekor).
Biaya usaha ternak adalah biaya yang dikeluarkan peternak untuk melakukan budidaya ayam broiler dengan rumus sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
(2)
Dimana :
TC = Total Cost (Rp/satu periode produksi)
TFC = Total Fixed Cost(Rp/satu periode produksi) penyusutan
kandang,
penyusutan peralatan, dan pajak tanah
TVC = Total Variable Cost (Rp/satu periode produksi) DOC, pakan,
air,
obat-obatan, sekam, gas, listrik, dan tenaga kerja.
Pendapatan usaha ternak adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dengan rumus sebagai berikut:
Pd = TR - TC
(3)
Dimana : Pd = Pendapatan peternak (Rp/satu periode produksi)
TR = Total Revenue (Rp/satu periode produksi) TC = Total Cost (Rp/satu periode produksi)
-
3. Hasil dan Pembahasan
Kemitraan menurut Undang-Undang No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar, disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan (Jasuli, 2014). Pola kemitraan yang dijalankan PT. Mitra Sinar Jaya dengan peternak di Kabupaten Tabanan adalah pola kemitraan inti plasma. Konsep tersebut tercantum dalam perjanjian kerjasama antara PT. Mitra Sinar Jaya dengan peternak mitra, dimana pihak PT. Mitra Sinar Jaya berperan sebagai inti dan peternak mitra berperan sebagai plasma. Persyaratan yang harus dimiliki oleh peternak yang akan melakukan kemitraan dengan PT. Mitra Sinar Jaya adalah menyediakan kandang dengan kapasitas kandang 2.000 ekor ayam, peralatan usaha ternak dan lokasi kandang yang mudah dijangkau serta berjarak 500 m dari pemukiman.
Hak dan kewajiban dari perusahan (PT. Mitra Sinar Jaya) adalah berhak mengadakan pemeriksaan dan pengontrolan sewaktu-waktu ke tempat pemeliharaan ayam broiler selama proses kerjasama berlangsung, perusahaan mendapatkan seluruh hasil produksi berupa ayam broiler dari peternak dan jaminan kualitas hasil produksi peternak berupa ayam broiler, sedangkan kewajiban PT. Mitra Sinar Jaya adalah menyediakan bibit dan sarana produksi ternak bagi peternak mitra sesuai jadwal yang telah ditetapi bersama, membeli hasil produksi peternak sesuai dengan harga kontrak dan memberikan teknologi, pelayanan serta bimbingan teknis budidaya ayam boriler. Hak dari peternak mitra dalah berhak menerima bibit dan saran produksi yang berkualitas baik, mendapat jaminan pemasaran dan harga dari pihak perusahaan, mendapatkan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan dari pihak perusahaan, sedangkan kewajiban peternak mitra adalah mempersiapkan atau menyediakan kandang ayam berikut peralatan dan perlengkapannya serta tenaga kerja, peternak mitra tidak diperkenankan untuk menjual hasil produksinya kepada pihak manapun selain pihak inti, dan melaksanakan proses budidaya ayam broiler serta memperhatikan dan menjaga kualitas produksinya dengan baik.
Kendala-kendala yang dihadapai oleh perusahaan dalam melaksanakan kemitraan adalah kecurangan yang dilakukan peternak dengan membuat laporan palsu kepada perusahaan yang menyatakan bahwa ada ayam yang dicuri atau hilang, padahal ayam tersebut sengaja disembunyikan untuk dijual kepada pihak lain atau dikonsumsi sendiri dan harga pasaran ayam yang berubah-ubah, sedangkan kendala-kendala yang dihadapi peternak mitra adalah penyakit ayam broiler yang diakibatkan oleh perubahan musim, keterlambatan dalam pengiriman bibit ayam oleh perusahan dan pengambilan hasil produksi yang tidak sesuai jadwal yang dapat berdampak pada peningkatan biaya produksi yang harus dikeluarkan.
-
1. Penerimaan
Penerimaan usaha ternak ayam broiler merupakan pendapatan kotor yang diperoleh peternak sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan produksi ayam broiler. Struktur penerimaan peternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.
Distribusi Penerimaan Usaha Ternak Ayam Broiler
No |
Penerimaan |
2.000-6.000 |
Kapasitas Ternak 7.000-11.000 |
12.000-16.0000 |
1 |
Penjualan Ayam Broiler (Rp) |
99.968.036 |
207.823.625 |
414.695.637 |
2 |
Penjualan Kotoran Ayam (Rp) |
1.130.303 |
2.437.500 |
6.833.333 |
Total Penerimaan (Rp) |
101.098.339 |
210.261.125 |
421.528.971 |
Sumber: Data Primer (2019)
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan ayam broiler berasal dari penjualan ayam broiler dan penjualan kotoran ayam. Penerimaan penjualan ayam broiler terbesar diperoleh dari kapasita ternak 12.000-16.000 sebesar Rp.414.695.637 per satu kali produksi. Penerimaan penjualan ayam broiler terendah diperoleh dari kapasitas ternak 2.000-6.000 sebesar Rp.99.968.036 per satu kali produksi. Penjualan kotoran ayam terbesar dari kapasitas ternak 12.000-16.000 sebesar Rp.6.833.333 per satu kali produksi. Penerimaan terendah diperoleh dari kapasitas ternak 2.000-6.000 sebesar Rp.1.130.303 per satu kali produksi.
-
2. Biaya Produksi
Komponen biaya yang dikeluarkan pada kegiatan usaha ternak ayam broiler terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah biaya DOC, pakan, obat-obatan, gas, sekam, listrik, air dan tenaga kerja. Biaya tetap pada usaha ternak ayam broiler meliputi biaya penyusutan peralatan, penyusutan kandang, dan pajak tanah. Struktur biaya produksi usaha ternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2.
Distribusi Biaya Variabel Usaha Ternak Ayam Broiler
No |
Biaya Variabel |
Kapasitas Ternak | ||
2.000-6.000 |
7.000-11.000 |
12.000-16.0000 | ||
1 |
DOC |
30.909.091 |
62.812.500 |
112.500.000 |
2 |
Pakan |
93.418.939 |
195.425.000 |
297.900.000 |
3 |
Obat-Obatan |
2.553.939 |
3.621.250 |
3.313.333 |
4 |
Gas |
1.319.697 |
4.940.000 |
13.000.000 |
5 |
Sekam |
1.533.182 |
4.381.250 |
4.366.667 |
6 |
Listrik |
358.182 |
559.375 |
433.333 |
7 |
Air |
141.515 |
125.000 |
333.333 |
8 |
Tenaga Kerja |
5.856.364 |
6.315.000 |
9.740.000 |
Total Biaya Variabel (Rp) |
136.090.909 |
278.179.375 |
441.586.667 |
Sumber: Data Primer (2019)
Tabel 3.
Distribusi Biaya Tetap Usaha Ternak Ayam Broiler
No |
Biaya Tetap |
Kapasitas Ternak | ||
2.000-6.000 |
7.000-11.000 |
12.000-16.0000 | ||
1 |
Penyusutan Peralatan |
1.170.024 |
2.520.479 |
4.642.991 |
2 |
Penyusutan Kandang |
25.039.773 |
57.212.500 |
116.083.333 |
3 |
Pajak |
3.073 |
3.802 |
8.056 |
Total Biaya Tetap (Rp) |
26.212.870 |
59.736.781 |
120.734.380 | |
Total Biaya Produksi (Rp) |
162.303.779 |
337.916.156 |
562.321.046 |
Sumber: Data Primer (2019)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin besar kapasitas ternak semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya produksi yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya variabel yaitu biaya pakan dan DOC. Hal ini disebabkan oleh setiap periode pertumbuhan ayam broiler menggunakan jenis pakan yang
berbeda-beda. Untuk umur ayam 1-14 hari jenis pakan yang digunakan adalah S10 dengan rata-rata jumlah pakan yang diberikan sebesar 50 zak per satu kali produksi untuk semua kapasitas ternak, untuk umur ayam 15-30 hari jenis pakan yang digunakan adalah S12 dengan rata-rata jumlah pakan yang diberikan adalah 100 zak per satu kali produksi untuk semua kapasitas ternak, sedangkan untuk umur ayam 3138 hari jenis pakan yang digunakan adalah S12 dengan rata-rata jumlah pakan yang diberikan adalah 50 zak per satu periode produksi. Biaya DOC merupakan biaya tertinggi kedua yang dikeluarkan oleh peternak karena harga DOC yang teralu tinggi dibandingkan di pasaran. Biaya variabel yang paling sedikit dikeluarkan adalah biaya air yang hanya digunakan untuk mencuci peralatan usaha ternak setelah melakukan usaha ternak dan minum untuk ternak.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak mitra ayam broiler terdiri dari biaya penyusutan peralatan, biaya penyusutan kandang dan biaya pajak tanah. Biaya tetap terbesar yang harus dikeluarkan oleh peternak adalah biaya pembuatan kandang. Kandang merupakan modal awal yang harus dimiliki oleh peternak untuk menjalankan kerjasama dengan perusahaan mitra. Tipe kandang yang digunakan oleh peternak mitra adalah kandang open house (kandang terbuka) yang terbuat dari asbes, beton, kayu, terpal, kawat, dengan bentuk kandang bertingkat yang rata-rata memiliki luas 50m x 10m.
-
3. Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler
Pendapatan usaha ternak dihitung per periode produksi yaitu berkisar 25 hari sampai 32 hari. Pada perhitung pendapatan akan dikelompokan berdasarkan kapasitas produksinya. Adapun besar usaha ternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 4.
Distribusi Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler
No Pendapatan |
Kapasitas Ternak | ||
2.000-6.000 |
7.000-11.000 |
12.000 16.0000 | |
1 Total Penerimaan |
101,098,339 |
210,261,125 |
421,528,971 |
2 Total Biaya |
162,303,779 |
337,916,156 |
562,321,046 |
Total Pendapatan (Rp) |
(61,205,440) |
(127,655,031) |
(140,792,076) |
Total R/C Ratio (Rp) |
0.62 |
0.62 |
0.75 |
Sumber: Data Primer (2019)
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa, kapasitas ternak 12.000-16.000 merupakan kapasitas ternak yang paling menguntungkan dibandingkan dengan kapasitas ternak yang lainnya dengan R/C ratio 0.75. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantarnya adalah harga kontrak yang ditetapkan oleh PT. Mitra Sinar Jaya untuk biaya produksi peternak mitranya jauh lebih tinggi dari harga pasar. Total penerimaan yang diperoleh peternak mitra jauh lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak, hal ini disebabkan oleh harga ayam mengalami penurunan pada saat
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 2, Desember 2021 melakukan penelitian dan juga disebabkan oleh kematian ayam broiler yang cukup tinggi di masing-masing peternak mitra yang disebabkan oleh cuaca dan bibit ayam (DOC) yang didapatkan oleh peternak mitra kerdil-kerdil.
Tingkat keuntungan antara usaha ternak ayam broiler yang dilakukan oleh peternak mitra dan perusahaan dapat dilihat dari besarnya R/C ratio. R/C ratio peternak mitra di masing-masing kapasitas ternak tidak mengalami keuntungan hal ini disebabkan oleh harga ayam di kandang sedang rendah dan banyaknya ayam yang mati ketika harga naik yang diakibatkan oleh kondisi ayam yang stress, suhu tidak stabil serta kualitas bibit ayam yang terlalu kerdil dan banyak cacat.
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yaitu pola kemitraan yang telah terjalin antara peternak mitra ayam broiler dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan adalah pola kemitraan inti plasma, dimana PT. Mitra Sinar Jaya berperan sebagai inti dan peternak mitra ayam broiler berperan sebagai plasma. Pendapatan usaha ternak peternak ayam broiler yang melakukan kemitraan dengan PT. Mitra Sinar Jaya di Kabupaten Tabanan dapat dinyatakan belum menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari R/C ratio kurang dari 1.
Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal yaitu pola kemitraan yang sudah ada pada saat ini sebaiknya lebih dapat ditingkatkan khususnya pada akuntabilitas dan transparansi. Pelaporan aktivitas produksi dari peternak sebaiknya dapat lebih profesional. Ini tentu perlu pembinaan lebih baik dari perusahaan mitra. Perusahaan mitra juga lebih dapat menyajikan data yang terkait dengan produksi kepada peternak. Hal ini penting dilakukan agar peternak lebih paham kondisi perusahaan sehingga peternak tidak melakukan kecurangan. Perlu adanya regulasi yang dapat menjamin keberlangsungan usaha dari peternak maupun perusahaan mitra. Kondisi ini perlu, mengingat terjadinya ketimpangan yang sangat besar antara harga pakan dengan harga ayam. Harga pakan yang sangat tinggi seringkali berbanding terbalik dengan harga ayam saat panen.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya e-jurnal ini yaitu terutama kepada peternak ayam boriler di Kabupaten Tabanan dan PT. Mitra Sinar Jaya serta kepada keluarga, teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Aziz, Faishal Abdul. 2009. Analisis Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanaian Bogor: Bogor
Badan Pusat Statistik. 2018. Produksi Daging Ayam Broiler di Provinsi Bali.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Bali. 2018. Data Populasi Ternak Provinsi Bali Tahun 2017.
Jasuli, Affan. 2014. Analisis Pola Kemitraan Petani Kapas dengan PT Nusafarm terhadap Pendapatan Usahatani Kapas di Kabupaten Situbondo. Skripsi. Universitas Jember.
Kementerin Kesehatan Hewan. 2018. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2017. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Jakarta.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2019. Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2017. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Jakarta.
Pribadi, Keisty Law. 2013. Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendaptan Antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Salam, Thamrin, Mufidah Muis, dan Alfian E.N. Rumengan. 2006. Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan. Jurnal Agrisistem, Vol 2 No 1.
Soekartwai.2002.Prinsif Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Jakarta:PT Raja Rafindo Persada.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT Alfabeta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
443
Discussion and feedback