Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Manis dan Padi di Subak Delod Sema Padanggalak Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur
on
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523
Vol. 2, No. 4, Oktober 2013
Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Manis dan Padi di Subak Delod Sema Padanggalak Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur
NI KETUT AGUSTYARI
I MADE ANTARA
I GUSTI AYU AGUNG LIES ANGGRENI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana JL.PB Sudirman Denpasar 80232 Bali
Email: [email protected]
ABSTRACT
Comparison of sweet corn and rice farm Income in Subak Delod Sema, Padanggalak Kesiman Petilan village, East Denpasar.
Sweet corn as a farm commodities is a favorite food especially in town. Sweet corn cultivation has an opportunity to give high benefit if done by effective and efficient system. The election of research area is done by purposive because subak Delod Sema as a central of sweet corn in Denpasar. We take 35 sweet corn farmers and 15 rice farmers (opportunity cost) from 177 sweet corn farmers as our respondent and we use Slovin Theory. Than 56 rice farmers (opportunity cost) with proportional random sampling method. The purposes of this research are for knowing farmer income, marketing process, and farmer problems. The result of this research show that real income rate which got by farmer from sweet corn farm operations are Rp 9,263,218/month/ha bigger that's all million that is Rp 6,727,102/month/ha (57,01%) get more by rice as opportunity cost Rp 2,536,116/month/ha. This situation show that advantages in the same wide area for sweet corn farm operations get more value than rice cultivation. There are two ways for distribution their sweet corn product such as: first, start from farmer as producer to collector further to consumer. Second, start from farmer as producer to collector than collector to retail in market further to consumer. There are problem faced by sweet corn farmer such as: climate change, exchange price, rare access to investor, and decrease of price information. Based this research we suggest to farmer that sweet corn farm operations as daily profession and more active browsing information in create farm operations. Last for farmers and subak management know how to exploit their groups become to be marketing area.
Key words: sweet corn farm operations and subak delod sema
-
1. Pendahuluan
-
1.1 Latar Belakang
-
Negara Indonesia merupakan negara agraris di mana sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Dan mampu menyediakan bahan pangan yang cukup bagi mesyarakat sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa. Permintaan akan bahan pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, terutama bahan pangan utama karbohidrat seperti padi, jagung dan kedelai. Tanaman jagung secara spesifik merupakan tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi. Tanaman jagung hingga kini di manfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk penyajian, seperti: tepung jagung (maizena), minyak jagung, bahan pangan, serta sebagai pakan ternak dan lain-lainya. Khusus jagung manis (sweet corn), sangat disukai dalam bentuk rebus atau bakar (Derna, 2007).
Jagung manis yang biasanya dikenal dengan sweet corn termasuk dalam tanaman sayuran yang merupakan tipe jagung yang baru dikembangkan masyarakat di Indonesia. Jagung manis semakin populer dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di pasaran, karena selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain yang menguntungkan adalah masa produksi yang relatif lebih cepat. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung manis dapat ditempuh dengan pemberian pupuk dan pengaturan jarak tanam. Pupuk terbagi menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Rahmi dan Jumiati, 2003).
Jagung manis merupakan komoditas pertanian yang sangat digemari terutama oleh penduduk perkotaan, karena rasanya yang enak dan manis banyak mengandung karbohidrat, sedikit protein dan lemak. Budidaya jagung manis berpeluang memberikan untung yang tinggi bila diusahakan secara efektif dan efisien (Sudarsana, 2000). Jagung manis mengandung kadar gula yang relatif tinggi, karena itu biasanya dipungut muda untuk dibakar atau direbus. Ciri dari jenis ini adalah bila masak bijinya menjadi keriput dan bermanfaat sebagai bahan makanan, makanan ternak, bahan baku pengisi obat dan lain-lain (Harizamrry,2007).
Namun dalam pengembangan usahatani jagung manis di Subak Delod Sema, padanggalak, Kesiman Petilan, Denpasar seringkali menghadapi permasalahn yaitu rendahnya produktivitas usahatani karena keterbatasan lahan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani, kurangnya modal untuk pembelian sarana produksi terutama untuk pembelian benih, pupuk dan obat-obatan yang harganya semakin lama semakin tinggi, di lan pihak harga jagung manis mengalami fluktuasi. Mesikipun secara nominal harga jagung manis tinggi akan tetapi biaya yang dikeluarkaan petani juga tinggi. Di samping itu dalam mengembangkan jagung manis atau membudidayakan, pendapatan yang diperoleh harus dibandingkan dengan pendapatan membudidayakan tanaman lain (opportunity cost ), seperti padi dan sayuran lainnya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian usahatani jagung manis di Subak tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
-
1. Menganalisis perbandingan pendapatan petani dari usahatani jagung manis dan padi (opportunity cost) di Subak Delod Sema, Padanggalak, Desa Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur.
-
2. Mengetahui proses pemasaran jagung manis di Subak Delod Sema, Padanggalak, Desa Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur.
-
3. Mengidentifikasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh petani jagung manis dalam berusahatani di Subak Delod Sema, Padanggalak, Desa Kesiman Petilan, Kecamatan Denpasar Timur.
Penelitian ini dilakukan di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur. Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2012 – Januari 2013. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan lokasi penelitian secara sengaja didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berikut ini: (1) Subak Delod Sema merupakan salah satu sentra jagung manis yang ada di Kota Denpasar, dan (2) Sebagian besar petani yang ada di Subak Delod Sema bercocok tanam jagung manis.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: wawancara langsung dengan responden menggunakan kuisioner, observasi, dan perpustakaan. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan (Santoso & Tjiptono, 2002). Pengambilan responden berjumlah 35 orang dari 177 petani jagung manis yang ditentukan dengan menggunakan Teori Slovin. Dimana, tingkat kesalahan pengambilan responden (e) ditetapkan adalah 15% Sedangkan pengambilan responden untuk petani padi sebanyak 15 orang dari 56 petani padi (opportunity cost) dengan metode proposional random sampling.
Variabel-variabel yang dianalisis di dalam penelitian ini adalah (1) Pendapatan usahatani jagung manis yang memiliki indikator produksi, biaya, dan harga jagung manis, (2) Pemasaran yang memiliki indikator proses pemasaran jagung manis, (3) Kendala-kendala yang dihadapi petani yang mimiliki indikator kendala ekonomi, kendala teknis dan non teknis.
Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis pendapatan ushatani.
Proses pemasaran dan kendala-kendala yang dialami petani dalam berusahatani jagung manis di analisis secara deskriptif. Kendala tersebut meliputi kendala ekonomi, teknis dan non teknis.
Untuk menganalisis pendapatan usahatani dilakukan pencatatan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran usahatani (biaya) dalam satu musim tanam. Pendapatan usahatani merupakan hasil hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani jagung, terdiri dari penerimaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan tersebut berasal dari produksi jagung dikalikan dengan harga jagung. Pengeluaran usahatani (biaya) jagung, dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). Pengeluaran biaya tunai, terdiri biaya benih, pupuk, dan tenaga kerja luar keluarga. Perhitungan pendapatan usahatani dirumuskan secara matematis sebagai berikut:
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan bersih usahatani jagung manis atau padi
TR = Total Penerimaan usahatani jagung manis atau padi
TC = Total biaya untuk usahatani jagung manis atau padi
Pendapatan adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut dengan pendapatan bersih usahatani.
Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 35 orang petani jagung manis dan 15 petani padi yang dijadikan responden, maka karakteristik responden akan dilihat dari segi umur, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan formal, dan mata pencarian.
Petani yang berumur muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih besar dari pada petani yang lebih tua. (Simanjutak, 1998). Berdasarkan hasil penelitian, pekerjaan sebagai petani lebih banyak digeluti oleh petani responden yang berusia 25 tahun ke atas, kemudian menurun setelah petani berada pada golongan usia di atas 64 tahun. Untuk petani jagung manis jumlah petani yang berada dalam kelompok usia produktif sebesar 34 Orang (97,14%), sedangkan diluar kerja produktif hanya 1 orang (2,86%). Responden petani padi (opportunity costnya) menunjukkan bahwa semua berada pada usia produktif sebesar 15 orang (100 %). Umur mempengaruhi pendapatan seseorang terhadap suatu rangsangan yang datang
padanya ataupun rangsangan yang dirasakan (Thoha,2004). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Umur Petani Responden Jagung Manis dan Padi (Opportunity Cost) di Subak Delod Sema, Kesiman Petilan Tahun 2013
No |
Kelompok Umur |
Responden Jagung Manis |
Responden Padi (Opportunity Cost) | ||
Orang |
% |
Orang |
% | ||
1 |
15-64 |
34 |
97,14 |
15 |
100,00 |
2 |
>64 |
1 |
2,86 |
0 |
0 |
Jumlah |
35 |
100,00 |
15 |
100,00 |
Sumber: diolah dari data primer
Makin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman petani, maka ia semakin memperhitungkan keadaan usahataninya dan ia semakin bertanggung jawab akan pendidikan anak-anaknya dan masa depan keluarganya (Hernanto, 1993). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sebagai besar petani adalah tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 65,71%. Itu berarti, tingkat pendidikan formal petani responden masih tergolong rendah, karena komposisi tingkat pendidikan petani lebih banyak pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Persentase terbesar dalam tingkat pendidikan formal petani responden adalah tamat SD sebanyak 23 orang (65,71%), lalu secara berurutan diikuti tamat SMP sebanyak 5 orang (14,35%), tidak tamat SD sebanyak 4 orang (11,43%), dan yang paling rendah yaitu tamat SMA sebanyak 3 orang (8,58%). Responden petani padi (opportunity cost) menunjukkan bahwa yang tertinggi adalah tingkat pendidikan SMP sebesar 7 orang (46,70 %) selanjutnya tingkat pendidikan SD dan SMA mempunyai jumlah persentase yang sama yaitu sebesar 4 orang (26,65%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Petani Responden Jagung Manis dan Padi (Opportunity Cos) Menurut Tingkat Pendidikan Formal Di Subak Delod Sema, Desa Kesiman Petilan Tahun 2013
No |
Tingkat Pendidikan |
Responden Jagung Manis |
Responden Padi | ||
Orang |
% |
Orang |
% | ||
1 |
Tidak Tamat SD |
4 |
11,43 |
0 |
0 |
2 |
Tamat SD |
23 |
65,71 |
4 |
26,65 |
3 |
Tamat SLTP/SMP |
5 |
14,35 |
7 |
46,70 |
4 |
Tamat SLTA/SMA |
3 |
8,58 |
4 |
26,65 |
Jumlah |
35 |
100,00 |
15 |
100,00 | |
Sumber : |
diolah dari data primer |
Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan pokok responden petani jagung manis maupun petani padi (opportunity costnya) adalah 100 % sebagai petani. Responden petani jagung manis untuk pekerjaan sampingan terdapat 30 orang (85,71%) pekerjaan sampingannya di sektor peternakan, pedagang dan buruh bangunan. Sisanya 5 orang responden (14,29%) tidak memiliki pekerjaan sampingan. Responden petani padi menunjukkan sebagian besar tidak mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebesar 12 orang (80,00%) dan terdapat 2 orang sebagai buruh bangunan (13,33%) sisanya sebagai pedagang (6,67%).
Tabel 3. Distribusi Petani Responden Jagung Manis dan Padi (Opportunity Cost) Menurut Pekerjaan Pokok dan Sampingan di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, Tahun 2013
Jenis Pekerjaan |
Responden Jagung Manis |
Responden Padi | ||||||
No |
Pokok |
Sampingan |
Pokok |
Sampingan | ||||
Orang |
(%) |
Orang |
(%) |
Orang (%) |
Orang |
(%) | ||
1 |
Petani |
35 |
100 |
- |
- |
15 100,00 |
- |
- |
2 |
Peternak |
- |
- |
23 |
65,71 |
-- |
- |
- |
3 |
Pedagang Buruh |
- |
- |
4 |
11,43 |
-- |
1 |
6,67 |
4 |
Bangunan |
- |
- |
3 |
8,57 |
-- |
2 |
13,33 |
5 |
Tidak punya |
- |
- |
5 |
14,29 |
-- |
12 |
80,00 |
Jumlah |
35 |
100,00 |
35 |
100,00 |
15 100,00 |
15 |
100,00 |
Sumber: diolah dari data primer
Dari hasil penelitian secara keseluruhan jumlah anggota rumah tangga responden sebanyak 179 orang, yang terdiri dari petani jagung manis 131 orang dan petani padi (opportunity cost) 48 orang. Jumlah anggota rumah tangga petani jagung manis yang berada dalam kelompok usia produktif sebesar 117 orang (89,31%), sedangkan yang berada di luar usia produktif sebesar 14 orang (10,69%). Jumlah anggota rumah tangga responden petani padi (opportunity cost) sebagian besar berada pada usia produktif sebanyak 41 orang (85,42%) sisanya berada dibawah usia produktif sebanyak 7 orang (14,58). Sebagian besar jumlah anggota rumah tangga responden berada pada usia kerja produktif . (Tabel 4).
Tabel 4. Distribusi Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Jagung Manis dan Padi (Opportunity Cost) Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan, 2013
No |
Kelompok Umur |
Responden Petani Jagung Manis |
Responden Petani padi (opportunity cost) | ||||||
L |
P |
Jumlah |
% |
L |
P |
Jumlah |
% | ||
1 |
<15 |
6 |
8 |
14 |
10.69 |
6 |
1 |
7 |
14,58 |
2 |
15 s.d 64 |
54 |
63 |
117 |
89.31 |
14 |
27 |
41 |
85,42 |
3 |
>64 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
jumlah |
60 |
71 |
131 |
100,00 |
20 |
28 |
48 |
100,00 |
Sumber: diolah dari data primer
-
3.2 Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Manis dan Padi (Opportunity Cost) di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan
Dalam penelitian ini, pendapatan usahatani adalah pendapatan bersih dari usahatani yang dikembangkan. Oleh karena itu, upah tenaga kerja tidak di perhitungkan dan dimasukkan sebagai pendapatan petani, karena tenaga kerja yang dipergunakan dalam mengelola usahataninya adalah tenaga kerja dalam keluarga.
Menurut Soekartawi (1991), biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata biaya untuk usahatani jagung manis oleh petani responden di Subak Delod Sema sebesar Rp 6,473,565/ha, ini lebih rendah dibandingkan dengan biaya padi (opportunity cost) sebesar Rp 4.957.816/Ha (Tabel 6).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa setiap jagung sudah berumur dua bulan petani responden memanggil pedagang pengumpul untuk menjual dan memanennya langsung. Petani responden biasanya menjual jagungnya per are dengan kisaran harga Rp 250.000,00-Rp 280.000,00/are. Sementara itu harga rata-rata produksi jagung manis yang berlaku pada saat penelitian sebesar Rp 250.000,00/are.
Besarnya penerimaan usahatani jagung manis dengan cara mengalikan rata-rata jumlah luas lahan dengan harga rata-rata yang berlaku saat itu akan diperoleh penerimaan. Besarnya penerimaan yang diperoleh petani responden rata-rata Rp 5,642,857 per satu kali panen. Sedangkan untuk padi (opportunity cost), besarnya penerimaan usahatani diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi dengan tingkat harga yang berlaku dipetani yaitu sebesar Rp 3.630.760 per satu kali panen. Sementara itu harga rata-rata produksi padi yang berlaku pada saat penelitian di petani sebesar Rp. 4.200/kg (Tabel 6).
Soekartawi. (1986), megartikan bahwa pendapat kotor (gross farm income) itu sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Berdasarkan hasil penelitian di Subak Delod Sema, Desa Kesiman Petilan bahwa rata-rata pendapatan usahatani jagung manis adalah sebesar Rp 9,263,218/ha. Sedangkan rata-rata pendapatan yang diterima petani padi (opportunity cost) sebesar Rp 2,536,116/bulan/ha. Dari pendapatan usahatani jagung manis yang diperoleh, petani jagung manis di Subak Delod Sema Desa Kesiman seharusnya tetap mempertahankan pekerjaannya karena prospek budidaya jagung manis ini sangat cerah dilihat dari manfaatnya (Tabel 6). Hal ini menunjukkan bahwa peranan budidaya jagung manis di dalam pendapatan rumah tangga petani sangat berarti dibandingkan tanamana lain (opportunyti cost) yaitu padi.
Tabel 6. Perbandingan Rata-Rata Biaya, Penerimaan dan PendapatanUsahatani Jagung Manis dan Padi (Opportunity Cost)/Ha di Subak Delod Sema, Desa Kesiman Petilan, Tahun 2013
Padi
No |
Uraian |
Jagung |
(Opportunity cost ) |
I |
Penerimaan |
25.000.000 |
12,519,862 |
II |
Pengeluaran | ||
1. Biaya Variabel(Variable cost) | |||
a. Benih |
3.834.014 |
331.034 | |
b. Pupuk |
1.858.912 |
1.053.218 | |
o Urea |
897.551 |
362.069 | |
o NPK |
393.448 | ||
o Kandang |
297.701 | ||
o ZA |
961.361 | ||
c. Pestisida |
28.861 |
66.092 | |
d. Biaya Tenaga Kerja |
0 |
2.909.195 | |
o Tenaga Kerja Luar Keluarga |
473.563 | ||
o Traktor |
1.200.000 | ||
1. Tenaga Kerja | |||
Panen |
1.235.632 | ||
2. Biaya Tetap (Fixed cost) |
751.823 |
598.276 | |
a. Sabit |
216.918 |
163.678 | |
b. Cangkul |
534.905 |
404.598 | |
c. Iuran Subak |
30.000 | ||
3. Total Biaya (Total Cost) |
6.473.565 |
4.957.816 | |
III |
Pendapatan/MT/ha |
18,526,435 |
7.608.347 |
Pendapatan/bulan/ha |
9,263,218 |
2,536,116 |
Sumber: Diolah dari data primer
Catatan: Analisis usahatani jagung manis dilakukan untuk rata-rata garapan adalah 0,23 ha sedangkan padi (opportunity cost) dilakukan untuk rata-rata luas garapan 0,29 ha. Masa panen jagung manis dua bulan dan padi tiga bulan.
William J. Stanton (1993) bahwa pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Berdasarkan hasil penelitian di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan menunjukkan bahwa, proses pemasaran ada dua macam yaitu:
-
1. Saluran pertama dimulai dari petani sebagai produsen kemudian pedagang pengumpul dan selanjutnya ke konsumen.
-
2. Saluran kedua yaitu dari petani yang bertindak sebagai produsen, kemudian pedagang pengumpul, pedagang pengecer (Pasar) selanjutnya ke konsumen.
Gambar 1. Proses pemasaran jagung manis di Subak Delod Sema padanggalak Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur
Transaksi pembelian dilakukan dengan cara pedagang pengumpul membeli jagung manis dari petani dalam hitungan are dengan harga Rp.250,000/are selanjutnya pedagang pengumpul mengemasnya menjadi bungkusan yang terdiri dari lima biji per bungkus jagung manis yang dijual ke konsumen dengan harga Rp 6.500,00/bungkus. Pemasaran jagung manis untuk saluran dua, di mana pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang pengecer yaitu pasar dengan harga Rp 6.500,00/bungkus dan pedagang penggecer (Pasar) menjualnya ke konsumen dengan harga Rp. 7.000,00/bungkus.
Berdasarkan hasil penelitian, kendala-kendala yang dihadapi oleh petani responden di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan adalah sebagai berikut : 1. Perubahan iklim
Perubahan iklim yang tidak menentu pada saat ini mengakibatkan petani responden kesulitan untuk memprediksi musim tanam, selain itu petani akan kesulitan mendapatkan air untuk usahatani jagung manisnya. Pengaruh kondisi alam yang tidak menentu mengakibatkan produksi yang dihasilkan juga tidak menentu. Pada musim hujan dan kemarau maka pertumbuhan tanaman jagung
kurang baik sehingga produksinya berkurang, karena tanaman jagung manis memerlukan air yang secukupnya dalam artian tanahnya harus lembab.
-
2. Perubahan harga
Pada suatu masa tertentu harga jagung manis mengalami perubahan. Misalnya apabila harga jagung manis di pasaran tinggi, petani lain akan beramai-ramai menanam jagung manis sehingga apabila musim panen tiba, harga jagung manis menjadi turun jauh yang mengakibatkan kerugian pada petani responden di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan itu sendiri.
-
3. Ketebatasan akses petani terhadap permodalan
Permodalan merupakan salah satu faktor produksi penting dalam usaha pertanian. Namun, dalam operasional usahanya tidak semua petani memiliki modal yang cukup. Akses petani responden di Subak Delod Sema terhadap sumber-sumber permodalan masih sangat terbatas maka, tidak jarang ditemui bahwa kekurangan biaya merupakan kendala yang menjadi penghambat bagi petani responden dalam mengelola dan mengembangkan usahatani jagung manisnya.
-
4. Kurangnya informasi harga
Berdasrkan hasil penelitian petani responden yang serba terbatas berada pada posisi yang lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Penentu harga produk tidak pada petani. Petani harus terpaksa menerima apa yang menjadi kehendak dari pembeli dan penjual. Makin ia maju, ketergantungan akan dunia luar akan semakin besar. Pedagang pengumpul memegang peranan yang besar pada aspek penjualan hasil usahatani jagung manis di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
-
1. Perbandingan rata-rata pendapatan per bulan yang diperoleh petani responden jagung manis yaitu sebesar Rp 9,263,218/bulan/ha, lebih besar sekian juta yaitu Rp 6,727,102/bulan/ha (57,01%) di bandingkan padi (opportunity cost) yaitu sebesar Rp 2,536,116/bulan/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan luas lahan yang sama untuk usahatani jagung manis menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada usahatani padi (opportunity cost).
-
2. Proses pemasaran ada dua macam yaitu: Saluran pertama dimulai dari petani sebagai produsen kemudian pedagang pengumpul dan selanjutnya ke konsumen. Saluran kedua yaitu dari petani yang bertindak sebagai produsen, kemudian pedagang pengumpul, pedagang pengecer (Pasar) selanjutnya ke konsumen.
-
3. Berdasarkan hasil penelitian, kendala-kendala yang dihadapi oleh petani responden di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan terdiri dari perubahan iklim, perubahan harga, ketebatasan akses petani terhadap permodalan, masalah transformasi dan komunikasi, dan kurangnya informasi harga.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
-
1. Petani yang ada di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar timur agar tetap menjadikan sector pertanian sebagai mata pencariannya dan berusaha meningkatkan produktivitas usahatani, guna meningkatkan taraf hidup rumah tangga, serta lebih aktif mencari informasi dalam mengembangkan usahatani.
-
2. Pengurus dan anggota Subak Delod Sema disarankan untuk memanfaatkan kelompoknya (subak). Dengan berfungsinya kelompok sebagai wadah pemasaran hasil produksi maka posisi tawar petani bisa kuat dan petani tidak mengalami kerugian dalam hal harga produk.
-
3. Disarankan kepada petani jagung manis yang ada di Subak Delod Sema Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur agar penanaman jagung manis di laksanakan saat cuaca mendukung, supaya tidak mengalami kerugian.
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan penulisan jurnal ini. Penelitian tidak mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih serta hormat yang sedalam-dalamnya kepada Bapak I Wayan Jelantik, selaku Pekaseh Subak Delod Sema beserta seluruh responden jagung manis yang ada di Subak Delod Sema Kesiman Petilan yang telah memberikan bantuan dan meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan data mengenai jagung manis yang diperlukan oleh penulis.
Daftar Pustaka
A. Rahmi dan Jumiati. 2003. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Pemupukan POC super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Fakultas Pertanian Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Samarinda Derna, H. 2007. Jagung Manis. Diakses di htt://Derna.com/2007/Tanaman Jagung Manis. pada tanggal 18 september 2012.
Harizamrry. 2007. Artikel Jagung Manis. Diakses di htt://harizamrry.com/2007/Tanaman-Jagung-Manis-Sweet-Corn, Tanggal 7
Maret 2012.
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Santoso, S. & Tjiptono, F. 2001. Riset Pemasaran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Simanjuntak, P.J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Edisi kedua.
Lembaga Penelitian. Jakarta.
Sudarsana, N.K. 2000. Pengaruh Efektifitas Microorganisme-4 (EM-4) dan Kompos terhadap Produksi Jagung Manis (Zea may saccharata sturt) Pada Tanah Ebtisol.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta.
Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori & Aplikasinya. Cetakan ketujuh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thoha, Miftah. 2004. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
William J. Stanton. 1993. Terjemahan Oleh Sundana Sahdu Drs. Prinsip Pemasaran. Edisi ke 7. Erlangga. Jakarta.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
235
Discussion and feedback