E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523

Vol. 2, No. 4, Oktober 2013

Kontribusi Pendapatan Nelayan Ikan Hias Terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga di Desa Serangan

FEBRY SIHOMBING NI WAYAN ARTINI RATNA KOMALA DEWI*)

PS Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80323 Bali Email: [email protected]

ABSTRACT

Contribution Revenue Ornamental Fish Fishermen Against Total Household Income in the SeranganVillage

The purpose of this study was to determine: (1) the costand revenue structure fishermen fish in the Serangan Village (2) ornamental fish revenue contribution to total household income of fishermen fish in the Serangan Village (3) The constraints faced by fishermen ornamental fish culture in running the business. The method used in this study consisted of observation, in-depth interviews, literature review and survey. Data have been obtained were then analyzed by the method of farm analysis.

Research results indicate that (1) The average cost of production of ornamental fish business in the village of attack is Rp10.247.084,00/cycle consisting of variable cash cost of Rp 6.405.430.00 (62,51%), variable costs instead of cash amounting to Rp 2.447.059,00 (23,88%), and a flat fee of Rp 1.394.595,00 (13,61%) and the average amount of revenue obtained from the fishermen ornamental fish farming in the amount of Rp. 17.329.412.00/cycle and The average income of the fishermen of ornamental fish farming in the Serangan Village is Rp. 7.082.328.00/cycle (2) Contribution to the cultivation of ornamental fish total household income of fishermen in the village was 48,56% Attack This means income from ornamental fish farming contributes greatly to the total household income of fishermen. (3) The constraints or problems faced by fishermen in the cultivation of ornamental fish disease during weather disturbances which makes fishing difficult to regulate the temperature of the water in the pond/aquarium that can bedetrimental to fishermen.

Keywords: fisherman, cost structure, analysis farming.

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang menjadikan sebagian besar wilayahnya terdiri dari pesisir. Pesisir merupakan daerah yang sarat akan potensi kelautan, tetapi pada dasarnya masyarakat pesisir yang sebagian bermata pencaharian sebagai nelayan masih identik dengan masalah kemiskinan yang sampai saat ini masih menjadi fenomena klasik pesisir. Tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan hidup yang rendah, dalam struktur masyarakat nelayan, nelayan buruh merupakan

lapisan sosial yang paling miskin, nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain, sementara sebagian besar nelayan di Indonesia adalah nelayan buruh (Kusnadi, 2003). Oleh karena itu, upaya-upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan menjadi wacana yang penting dalam pengembangan wilayah pesisir.

Para nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup. Untuk pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan. Nelayan pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron 2005). Menurut Salim (1999), faktor yang memepengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri atas besarnya modal, jumlah perahu, jarak tempuh melaut, dan pengalaman. Dengan demikian, pendapatan nelayan selain ditentukan oleh besar kecilnya volume tangkapan, masih terdapat beberapa faktor-faktor yang lain yang ikut menentukannya yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi selain di atas.

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang menjadi komoditas perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan devisa bagi negara. Ikan hias memiliki daya tarik tersendiri untuk menarik minat para pecinta ikan hias (hobiis) dan juga kini banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih pada usaha ikan hias. Kelebihan dari usaha ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun kecil ataupun skala rumah tangga, selain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat. Keberadaan ikan hias di Indonesia tidak semuanya asli dari Indonesia, sebagian besar adalah ikan yang diimpor kemudian dikembangkan dan hasilnya banyak yang sudah diekspor untuk memenuhi para penggemar ikan hias di luar negeri. Ikan hias merupakan ikan untuk dilihat keindahaan akan warna dan corak yang berbeda dari setiap jenis dan memiliki daya tarik tersendiri, serta ikan untuk pajangan/hiasan.

Perairan Indonesia kaya dengan berbagai jenis ikan hias air laut dan juga memiliki potensi alami yang sangat baik untuk mengembangkan usaha perikanan terutama ekspor ikan hias laut. Iklim tropis Indonesia cocok untuk budidaya berbagai jenis ikan hias dan memungkinkan dapat berproduksi sepanjang tahun. Sumber daya alamnya juga mendukung yaitu lahan masih luas, sumber air melimpah, dan pakan alami juga masih banyak ketersediaannya di alam. Pembudidayaannya tidak terlalu sulit karena didukung oleh iklim Indonesia yang sesuai (Lesmana dan Iwan, 2006). Ikan hias merupakan salah satu jenis hasil perikanan di Indonesia yang belum memperoleh perhatian yang besar dibandingakan dengan komoditas pertanian lain pada umumnya, dimana komoditas tersebut dapat memberikan andil tidak sedikit bagi pemasukan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia terkenal sebagai penghasil ikan hias terbesar di dunia (Saksono, 2000).

Wood (2001) menyebutkan bahwa Indonesia mulai melakukan ekspor ikan hias laut pada awal tahun 1970. Perdagangan ikan hias laut dan karang untuk ornamental

akuarium laut di Indonesia tersebut di mulai di daerah Jawa dan Bali. Lebih lanjut disebutkan bahwa untuk saat ini Indonesia merupakan salah satu dari negara terbesar pemasok ikan hias laut dengan negara tujuan Amerika dan Eropa.

Bali yang dikelilingi banyak laut memiliki bermacam-macam jenis ikan hias sehingga merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan di Indonesia terutama ekspor ikan hias laut. Peluang usaha budidaya ikan hias misalnya, mampu memberikan pendapatan yang sangat menjanjikan bagi nelayan yang menekuninya. Saat ini ekspor ikan hias dari Bali sebagian besar berasal dari usaha budidaya nelayan setempat, telah memberikan pendapatan sebesar US$ 5,5 juta selama tahun 2007 (Kompas, 2008). Secara keseluruhan Bali memperoleh devisa dari hasil perdagangan sektor perikanan dan kelautan sebesar 107,15 juta dolar AS tahun 2010 meningkat 13,28 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya senilai 94,59 juta dolar AS (Nuriatha, 2010)

Salah satu wilayah di Bali yang merupakan sentra perdagangan ikan hias laut yaitu di Desa Serangan yang terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Provinsi Bali. Jumlah penduduk di Pulau Serangan mencapai 3.602 orang atau 85% (3061 orang) penduduk bekerja sebagai nelayan, di antaranya ada yang berprofesi sebagai nelayan ikan hias (17 orang). Usaha penjualan ikan hias dilakukan secara sungguh-sungguh, sehingga merupakan salah satu sumber pendapatan rumah tangga nelayan ikan hias di Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana kontribusi pendapatan nelayan ikan hias terhadap pendapatan total rumah tangga nelayan di Desa Serangan.

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

  • 1.    Struktur biaya dan penerimaan nelayan ikan hias di Desa Serangan.

  • 2.    Kontribusi pendapatan ikan hias terhadap total pendapatan rumah tangga nelayan ikan hias di Desa Serangan.

  • 3.    Kendala apa yang dihadapi nelayan budidaya ikan hias dalam menjalankan usaha.

  • 2.    Metodologi Penelitian

    • 2.1    Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Serangan Kecamatan Denpasar Selatan Kotamadya Denpasar, Provinsi Bali pada bulan Juli hingga September 2012. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan:

  • 1.    Sebagian besar masyarakat di Desa Serangan bermata pencaharian sebagai nelayan.

  • 2.    Desa serangan merupakan salah satu sentra penjualan ikan hias.

  • 3.    Sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian serupa di desa tersebut.

  • 2.2    Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui: (1) Metode observasi, (2) Metode wawancara, (3) Metode studi pustaka, (4) Metode Survei.

  • 2.3    Responden Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua nelayan ikan hias yang ada di tempat penelitian yaitu sebanyak 17 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik sampling jenuh/sensus yaitu teknik penarikan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampling jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Mardalis, 2011).

  • 2.4    Metode Analisis Data

Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan kemudian memberikan penafsiran yang memadai terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan interpretasi rasional yang ada di lapangan. Sedangkan data kuantitatif yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan metode analisis usahatani ( Singarimbun 1989 ).

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Umum Nelayan

Karakteristik umum nelayan akan dilihat dari segi umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal, dan mata pencaharian. Pembagian tersebut dapat dilihat pada sub bab sebagai berikut :

  • 3.1.1 Umur Nelayan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur nelayan bervariasi antara 42 tahun sampai dengan 57 tahun dengan umur rata-rata 47 tahun. Hal ini berarti rata-rata umur responden berada pada kelompok usia produktif. Sampai pada umur tertentu, semakin tinggi umur nelayan semakin produktif karena sudah mempunyai pengalaman.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

No.

Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki (Orang)

Perempuan (Orang)

Orang

(%)

1

<15

0

0

0

0

2

15-64

17

0

17

100,00

3

>64

0

0

0

0

Total

17

0

17

100.00

Pada Tabel di atas dapat dilihat semua responden (100%) berada pada kelompok usia produktif yaitu 15-64 tahun, tenaga kerja di usia produktif pada umumnya mempunyai produktivitas tinggi, dan merupakan salah satu sumber tenaga kerja dalam keluarga.

  • 3.1.2 Tingkat Pendidikan Formal Nelayan

Pendidikam merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani/nelayan. Umumnya makin tinggi pendidikan produktivitas meningkat dan dengan pendidikan petani/nelayan dapat mengambil keputusan yang rasional.

Tingkat pendidikan formal nelayan bervariasi, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU). Mayoritas pendidikan nelayan adalah tamatan Sekolah Menengah Umum (SMU). Ini berarti tingkat pendidikan petani/nelayan termasuk kategori sedang. Oleh karena itu dalam jangka panjang perlu ada upaya peningkatan pendidikan nelayan agar nelayan lebih peka untuk menangkap peluang-peluang yang ada terutama terkait dengan usaha yang ditekuni. Dengan pendidikan yang lebih tinggi orang akan mempunyai mobilitas yang tinggi dan cenderung untuk berani menanggung resiko.

  • 3.1.3 Anggota Keluarga Nelayan dan Mata Pencaharian

Anggota keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi beban keluarga dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari. Semakin besar jumlah anggota keluarga yang tidak produktif (masih sekolah atau lanjut usia) maka tanggung jawab kepala keluarga akan semakin besar sehingga mengharuskan keluarga untuk bekerja lebih giat.

Tabel 2. Distribusi Jumlah Anggota Rumah Tangga Nelayan Menurut Kelompok Umur

No.

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Anggota Keluarga

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki (Orang)

Perempuan (Orang)

Orang

(%)

1

<15

5

9

14

20.60

2

15-64

32

22

54

79.40

3

<64

-

-

0

0

Total

37

31

68

100.00

Jumlah anggota rumah tangga responden adalah 68 orang terdiri atas 37 orang pria dan 31 orang perempuan. Jumlah anngota rumah tangga yang pekerjaan pokoknya nelayan adalah 29 orang yang terdiri dari 24 orang pria dan 5 orang perempuan, karyawan swasta sebanyak 9 orang yang terdiri dari 4 orang pria dan 5 orang perempuan, dan PNS sebanyak 7 orang terdiri dari 4 orang pria dan 3 orang

perempuan. Distribusi jumlah anggota rumah tangga nelayan menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

  • 3.2    Analisis Usahatani

Analisis usahatani ikan hias dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu (1) Produksi ikan hias, (2) penggunaan tenaga kerja, (3) biaya usahatani ikan hias, (4) penerimaan usahatani ikan hias, (5) pendapatan total rumah tangga nelayan, (6) kontribusi pendapatan nelayan ikan hias terhadap pendapatan total rumah tangga nelayan responden.

  • 3.2.1 Produksi Ikan Hias di Desa Serangan

Tujuan utama dalam semua kegiatan usahatani adalah mencapai produksi di bidang pertanian yang pada akhirnya produksi itu akan dinilai dari jumlah penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi tersebut (Soekartawi, 1987).

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang menjadi komoditas perdagangan yang potensial dan juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan. Kelebihan dari usaha ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun kecil ataupun skala rumah tangga, selain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat.

Dalam penelitian ini jenis-jenis ikan hias yang di budidayakan yaitu : Ikan blue devil, ikan badut (clownfish), Ikan buntel, kuda laut, dan ikan dakocan.

  • 3.2.2 Penggunaan Tenaga Kerja

Pengunaan tenaga kerja pada usaha ikan hias ini adalah tenaga kerja tetap yaitu tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi yang tidak terpengaruh akan jumlah hasil produksinya. Berapapun hasil produksinya maka penggunaan tenaga kerjanya konstan atau tidak bertambah dan berkurang. Dalam sistem pembayaran atau upah pada tenaga kerja penelitian ini adalah sistem pembayaran per bulan. Rata-rata per orang tenaga kerja dibayar sebesar Rp 2.476.471, hal ini disebabkan karena dalam budidaya ikan hias diperlukan tenaga kerja tetap.

  • 3.2.3Bi aya Budidaya Ikan Hias

Biaya dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam (1) biaya variable tunai yang meliputi : bibit ikan, pakan ikan, obat-obatan, serta biaya tenaga kerja luar keluarga. (2) Biaya tetap tunai yang meliputi: pajak tanah, Air, Listrik. (3) Biaya variabel bukan tunai yang meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga. (4) Biaya penyusutan. Besarnya nilai penyusutan alat-alat usaha dapat di lihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Penyusutan Alat-alat/Siklus Budidaya Ikan Hias di Desa Serangan

No.

Jenis alat

rata-rata

Umur ekonomis (bulan)

Penyusutan/Siklus (Rp)

1

Bangunan

12.764.706

180

212.745

2

Kolam

10.217.647

120

255.441

3

Bak fiber

500.000

36

41.667

4

Akuarium

4.960.588

36

413.382

5

Blower

791.176

24

98.897

6

Ember

58.529

12

14.632

7

Selang

140.882

24

17.610

8

Saringan

55.294

12

13.824

9

Pipa + sambungan

211.176

24

26.397

Jumlah                                           1.094.595

Rata-rata biaya usaha ikan hias di Desa Serangan sebesar Rp 10.247.084,00 yang terdiri atas biaya variabel tunai sebesar Rp 6.405.430,00 (62,51%), biaya variabel bukan tunai sebesar Rp 2.447.059,00 (23,88%), dan biaya tetap sebesar Rp 1.394.595,00 (13,61%). Data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Biaya/Siklus Budidaya Ikan Hias di Desa Serangan Tahun 2012

No.

Uraian

Jumlah Total (Rp)

%

1

Biaya Variabel Tunai

Biaya Induk

1.226.471

Rebon

970.588

Artemia

423.077

Obat-obatan

120.588

Transportasi

70.588

Listrik

1.117.647

Tenaga Kerja luar keluarga Pria

2.476.471

Wanita

0

Total biaya Variabel Tunai

6.405.430

62.51

2

Biaya Variabel Bukan Tunai

Tenaga Kerja kluarga Pria

2.447.059

Total biaya Variabel Bukan Tunai

2.447.059

23.88

3

Biaya Tetap :

Pajak dan retribusi

300.000

Biaya penyusutan

1.094.595

Total biaya tetap

1.394.595

13.61

Total biaya

10.247.084

100.00

  • 3.2.4 Penerimaan Budidaya Ikan Hias di Desa Serangan

Tujuan utama dalam semua kegiatan usahatani adalah mencapai produksi di bidang pertanian yang pada akhirnya produksi itu akan dinilai dari jumlah penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang telah dikeluarkan selama proses produksi tersebut (Soekartawi, 1987).

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani, sedangkan penerimaan adalah jumlah produksi komoditas yang dihasilkan oleh nelayan dikalikan dengan harga yang berlaku saat itu (Soekartawi, 1987). Besarnya penerimaan yang diperoleh nelayan dari usaha budidaya ikan hias di Desa Serangan adalah Rp 17.329.412,00/siklus.

  • 3.2.5 Pendapatan Rumah Tangga

    1.    Pendapatan Budidaya Ikan Hias

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya.(TC). Berdasarkan hasil penelitian di Desa Serangan pendapatn bersih nelayan ikan hias adalah sebesar Rp 7.295.072,00/siklus.

Pendapatan bersih usaha budidaya ikan hias dihitung dari pendapatan budidaya ikan hias serta dari berbagai macam sumber lainnya yang diperoleh nelayan selama tiga bulan/siklus. Besarnya pendapatan bersih usaha budidaya ikan hias diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan budidaya ikan hias dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama produksi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh besarnya pendapatan bersih budidaya ikan hias adalah Rp 7.082.328,00 Data lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 5.

  • 2.    Pendapatan Kerja Keluarga Nelayan

Ukuran pendapatan ini diperoleh dengan cara menambahkan pendapatan bersih usahatani dengan nilai kerja dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian besarnya pendapatan kerja keluarga nelayan adalah Rp 9.529.387,00 yang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Analisis Pendapatan Budidaya Ikan Hias/siklus

Penerimaan

Rp

Rp

Hasil penjualan ikan hias

17.329.412

Total penerimaan

17.329.412

Biaya Variabel Tunai

Biaya Induk

1.226.471

Rebon

970.588

Artemia

423.077

Obat-obatan

120.588

Transportasi

70.588

Listrik

1.117.647

Tenaga Kerja luar keluarga Pria

2.476.471

Total Biaya Variabel Tunai

6.405.430

6.405.430

Biaya Variabel Bukan Tunai

Tenaga Kerja Keluarga

2.447.059

Total Biaya Variabel bukan Tunai

2.447.059

2.447.059

Biaya Tetap

Pajak dan retribusi

300.000

Biaya penyusutan

1.094.595

Total biaya tetap

1.394.595

1.394.595

Total biaya

10.247.084

Total pendapatan budidaya ikan hias

7.082.328

Pendapatan kerja keluarga

9.529.387

  • 3.    Pendapatan dari Luar Budidaya Ikan Hias

Pendapatan nelayan dari luar usahatani ikan hias bersumber dari pensiunan, swasta, karyawan swasta, dan PNS. Besarnya pendapatan dari luar usaha budidaya ikan hias selama 3bulan/siklus adalah Rp 10.094.118,00/siklus yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pendapatan dari Luar Budidaya Ikan Hias/Siklus

No

Pendapatan

Pekerjaan

Rp          %

1

2

3

4

Pensiunan                      1.570.588,00           15.56

Wiraswasta                     3.511.765,00           34.79

Karyawan Swasta              1.994.118,00           19.76

PNS                          3.017.647,00          29.90

Total                          10.094.118,00          100.00

Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa pendapatan nelayan dari non budidaya terbesar bersumber dari Wiraswasta Rp 3.511.765,00 (34,79%), urutan kedua bersumber dari PNS Rp 3.017.647,00 (29,90%), ketiga bersumber dari Karyawan

swasta sebesar Rp 1.994.118,00 (19,76%) dan terakhir bersumber dari Pensiunan sebesar Rp 1.570.588,00 (15,56%).

  • 4.    Pendapatan Total Rumah Tangga

Pendapatan total rumah tangga nelayan dapat berasal dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh nelayan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup nelayan akan pangan, sandang dan kebutuhan lainnya. Sumber pendapatan nelayan dapat berasal dari usaha budidaya ikan hias dan berasal dari luar usaha budidaya ikan hias (non budidaya).

Besarnya pendapatan total rumah tangga nelayan diperoleh dengan cara menambahkan pendapatan kerja keluarga dan pendapatan dari luar usaha budidaya ikan hias. Adapun besarnya pendapatan total rumah tangga nelayan adalah Rp 19.623.505,00/siklus yang bersumber dari pendapatan kerja keluarga dari budidaya ikan hias sebesar Rp 9.529.387,00/siklus dan bersumber dari pendapatan non budidaya ikan hias sebesar Rp 10.094.118,00/siklus. Apabila dibandingkan dengan pendapatan perkapita Kota Denpasar tahun 2012 sebesar Rp 7.847.227/tahun atau sebesar Rp 1.961.806,75/tiga bulan dan Upah Minimum Kota Denpasar tahun 2013 sebesar Rp 1.300.000,00 atau sebesar Rp 3.900.000,00/tiga bulan, maka pendapatan budidaya ikan hias mempunyai pengahasilan yang cukup besar dibandingkan pendapatan perkapita dan Upah Minimum Kota Denpasar. Selain itu, pendapatan budidaya ikan hias mempunyai kontribusi yang cukup berpengaruh terhadap total pendapatan rumah tangga nelayan.

  • 3.3    Kontribusi Pendapatan Budidaya ikan hias terhadap Total Pendapatan

    Rumah Tangga

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa besarnya pendapatan nelayan dari luar sektor nelayan lebih besar dari pada sektor budidaya ikan hias. Besarnya sumbangan pendapatan sektor usaha ikan hias terhadap pendapatan total rumah tangga nelayan responden dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Sumbangan Pendapatan Budidaya Ikan Hias dan Luar Budidaya Ikan Hias

No.

Sumber Pendapatan

Sumbangan pendapatan Rp/siklus

%

1

Pendapatan dari budidaya ikan hias

9.529.387

48.56

2

Pendapatan dari non budidaya

10.094.118

51.44

pendapatan total petani

19.623.505

100.00

Berdasarkan Tabel 7 diketahui besarnya total pendapatan rumah tangga nelayan ikan hias di Desa Serangan adalah sebesar Rp 19.623.505,00 yang bersumber dari sektor budidaya ikan hias sebesar Rp 9.529.387,00 (48,56%) dan dari sektor non budidaya ikan hias sebesar Rp 10.094.118,00 (51,44%).

  • 3.4    Kendala-Kendala Dalam Usaha Budidaya Ikan Hias

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kendala/masalah pokok yang dihadapi nelayan selama menjalankan usaha budidaya ikan hias, meliputi kendala sosial, kendala ekonomi dan kendala teknis.

  • 1.    Kendala Sosial

Kendala sosial yang sering dihadapi oleh para nelayan sehubungan dengan usaha budidaya ikan hias yaitu adanya persaingan yang semakin banyak karena berkembangnya usaha tersebut sehingga para nelayan harus mencari solusi pemasaran yang baik untuk menarik para pelanggan.

  • 2.    Kendala Ekonomi

Kendala ekonomi yang umum dihadapi nelayan dalam usaha budidaya ikan hias adalah harga dalam penjualan ikan hias. Nelayan sering berada pada posisi tawar yang rendah karena permintaan yang dihadapi oleh para nelayan tidak begitu signifikan atau stagnan dan nelayan juga masih merasa kesulitan untuk memasarkan ikan hias kepada para pembeli karena konsumen ikan hias dari para nelayan adalah para pedagang ikan dalam partai besar dan hanya sebagian kecil konsumennya adalah para pembeli rumahan yang hanya membeli ikan hias sebagai hobi. Dalam perhitungan keuntungannya hanya pembeli pada partai besar seperti pedagang ikan yang dapat diprediksi berapa banyak pendapatan yang akan diterima selama tiga bulannya.

  • 3.    Kendala Teknis

Kendala teknis yang diadapi oleh nelayan ikan hias di desa Serangan adalah tempat usaha yang jauh dari lokasi konsumen sehingga terdapat penambahan biaya operasional. Selain itu pada aspek budidaya ikan hias menjadi salah satu faktor terhambatnya perkembangan ikan hias di desa Serangan karena indukan ikan hias yang semakin susah untuk mendapatkan waktu yang tepat untuk bertelur karena faktor cuaca yang saat ini semakin tidak menentu. Dengan berkurangnya jumlah telur yang dihasilkan oleh indukan ikan hias maka jumlah anakannya juga akan berkurang, otomatis faktor ini akan sedikit banyak akan mempengaruhi pendapatan nelayan ikan hias di Desa Serangan.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil pembahasan tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  • 1.    Rata-rata biaya produksi usaha ikan hias di Desa Serangan adalah sebesar Rp 10.034.339,00 yang terdiri atas biaya variabel tunai sebesar Rp 6.405.430,00 (62,51%), biaya variabel bukan tunai sebesar Rp 2.447.059,00 (23,88%), dan biaya tetap sebesar Rp 1.394.595,00  (13,61%), Rata-rata

besarnya penerimaan yang diperoleh nelayan dari usaha budidaya ikan hias yaitu sebesar Rp. 17.329.412,00/siklus dan Rata-rata pendapatan nelayan dari usaha budidaya ikan hias di Desa Serangan adalah sebesar Rp. 7.082.328,00/siklus

  • 2.    Kontribusi budidaya ikan hias terhadap pendapatan total rumah tangga nelayan di Desa Serangan sebesar 48,56% Ini berarti pendapatan dari usaha budidaya ikan hias memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan total rumah tangga nelayan.

  • 3.    Kendala-kendala atau masalah yang dihadapi nelayan dalam budidaya ikan hias yaitu serangan penyakit pada saat gangguan cuaca yang membuat nelayan sulit untuk mengatur suhu air pada kolam/akuarium sehingga dapat merugikan nelayan.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan kepada nelayan ikan hias di Desa Serangan adalah sebagai berikut:

  • 1.    Agar nelayan tetap mempertahankan usaha ikan hias dan juga meningkatkan produktivitas ikan secara maksimal, karena usaha ikan hias memberi keuntungan yang relative tinggi/menguntungkan.

  • 2.    Agar nelayan meningkatkan kualitas bibit ikan hias yang dihasilkan, agar nelayan tidak berada pada posisi tawar yang lemah atau menjadi pihak yang dirugikan.

  • 3.    Bagi pemerintah daerah dalam hal ini dinas perikanan diharapkan memberikan pembinaan, bantuan permodalan, maupun menginformasikan pengembangan harga ikan hias kepada nelayan, supaya nelayan bisa mengambil keputusan yang tepat dalam memasarkan hasil produksinya.

Ucapan Terimakasih

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan jurnal ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan jurnal ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan rasa terimakasih kepada Bapak I Made Poniman selaku lurah Serangan, orang tua tercinta teriamakasih atas doa serta dukungannya dan seluruh keluarga telah memberikan dukungan moral maupun material kepada penulis.

Daftar Pustaka

Imron, 2005. Pengantar Bisnis Budidaya Ikan Hias, Jakarta: Swadaya.

Kusnadi. 2003. Kesejahteraan Nelayan, Yogyakarta: PT Prehalindo.

Lesmana DS dan Iwan D. 2006. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer.Jakarta : Penebar Swadaya.

Mardalis, 2011. Metode penelitian suatu penekatan proposal, Jakarta : Gramedia

Nuriatha, G. 2010. Budidaya Ikan Hias.

http://www.antaranews.com/berita/1282292942/ Diunduh 4 September. 2012

Saksono, A. 2000. Kisah Sukses Entrepreneur Indonesia, Jakarta: Agromedia Pustaka

Salim, 1999. Pendapatan Nelayan. http://www.aleydoank.com/pengertian-

nelayan.html. Diunduh 6 September. 2012

Singarimbun, Masri.1989. Metode Penelititan Survei.Jakarta: LP3S

Soekartawati, 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya, Jakarta : Rajawali Pers

Wood. 2001. Analisis Prospektif Usaha Budidaya Ikan Hias di Taman Akuarium, Jakarta: Taman Mini Indonesia Indah Swadaya

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

190