Analysis of the Determination of Water Prices in Subak Dangin Yeh Giri Emas Village, Sawan District, Buleleng Regency
on
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523
Vol. 8, No. 2, April 2019
Analisis Penetapan Harga Air di Subak Dangin Yeh Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng
KADEK YARDI MAHADIKARA,
I MADE SUDARMA, A.A.AYU WULANDIRA SAWITRI DJELANTIK
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232
Email: yardimahadikara@yahoo.co.id sudarmaimade@yahoo.com
Abstract
Analysis of the Determination of Water Prices in Subak Dangin Yeh Giri Emas Village, Sawan District, Buleleng Regency
Subak Dangin Yeh is one of the subaks which describes the decrease in the availability of surface water. The application of conventional rice planting systems along with the decreasing availability of water causes the use of water to be effective and efficient. Therefore this research becomes important to do. This research was conducted from January to April 2018 with the aim to find out the subak fees charged to farmers, the value of water that farmers use in achieving maximum chargeprofits and water prices that reflect the value of sustainable water use. The scope of this research is the determination of the water price used by farmers with quantitative calculation methods. The data were obtained through library research, direct observation, and in-depth interviews. The population of this study was all subak members with a sample of 50 respondents and determined by the Simple Random Sampling method. Subak fees charged to farmers amounting to Rp.760,000.00 / land / year. Based on VMP analysis, the value of water used by farmers in achieving maximum profits was Rp. 379,932.43 / ha / planting season. The price of water that reflects the value of sustainable water use for groundwater irrigation was Rp.4,693.64 / m3 which consists of a full supply cost of Rp. 160.92 /m3, opportunity costs of Rp. 4,199.14/ m3, and a depletion premium of Rp.333,59 / m3. This price must be paid by farmers in an effort to maintain water resources to remain sustainable in the future.
Keyword: water, sustainable, water prices, irrigation, maximum profit
Air merupakan salah satu unsur vital dalam kehidupan baik bagi manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup lainnya. Menurut Asdak (1995) dalam Kusumadewi, dkk(2012), menyatakan bahwa selama berlangsungnya siklus hidrologiair akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lain.Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memerlukan sumberdaya air dalam setiap kegiatannya, khususnya dalam produksi pangan. Berdasarkan data hasil panen tanaman pangan di Indonesia, pada tahun 2009 konsumsi air untuk tanaman pangan meningkat sebesar 25 juta m3 dibandingkan dengan
konsumsi pada tahun 2005. Kenaikan terbesar berasal dari tanaman padi yaitu sebesar 14 juta m3 seiring dengan pencapaian target swasembada beras pada tahun 2007 – 2008 (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010).Hal tersebut menunjukkan bahwa sumberdaya air menjadi faktor kunci untuk keberlanjutan sektor pertanian khususnya pertanian beririgasi.Dalam penggunaan air, khususnya petani di Bali sudah terhimpun dalam suatu lembaga tradisional yang mengelola air irigasi yang disebut Subak.
Subak adalah suatu organisasi petani pengelola air irigasi yang memiliki kawasan sawah, sumber air, pura subak dan bersifat otonom (Windia dan Wiguna, 2013).Subak Dangin Yeh adalah salah satu subak di Kabupaten Buleleng yang dapat menggambarkan keadaan penurunan ketersediaan air yang ditandai dengan menurunnya kemampuan sumber air permukaan (sungai) untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan budidaya tanaman,sehingga untuk memenuhi kekurangan air tersebut subak ini memanfaatkan alternatif lain yaitu dengan menggunakan sumber air tanah (sumur gali). Subak Dangin Yeh mengatur pembagian air kepada anggota subak yang membudidayakan padi sawah dan masih menerapkan sistem budidaya padi konvensional yang penggunaan airnya melalui sistem penggenangan terus menerus.Atas dasar hal tersebut pengelolaan sumberdaya air yang berorientasi pada sisi persediaan perlu diorientasikan ke arah pengelolaan sumberdaya air yang memperhitungkan nilai air dalam kaitannya dengan biaya penyediaan dan memperlakukan air sebagai barang ekonomi.Keadaan ini yang menyebabkan penentuan harga air perlu dilakukan dalam upaya memberikan penghargaan atas jasa ekosistem hutan dan DASdalam fungsinya menjaga siklus hidrologis.
Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah yang dikaji di Subak Dangin Yeh adalah sebagai berikut.
-
1. Apa yang menjadi dasar penetapan harga air kepada petani yang berlaku saat ini di Subak Dangin Yeh?
-
2. Berapakah besarnya nilai air yang dimanfaatkan petani untuk padi sawah dalam mencapai keuntungan maksimum di Subak Dangin Yeh?
-
3. Berapakah harga air yang mencerminkan nilai guna air secara berkelanjutan untuk irigasi padi sawah di Subak Dangin Yeh?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
-
1. Mengetahuidasar penetapan harga air kepada petani yang berlaku saat inidi Subak Dangin Yeh.
-
2. Menentukan besarnya nilai air yang dimanfaatkan petani untuk padi sawah dalam mencapai keuntungan maksimum di Subak Dangin Yeh.
-
3. Menentukan harga air yang mencerminkan nilai guna air secara berkelanjutan untuk irigasi padi sawah di Subak Dangin Yeh.
sengaja (purposive), dengan pertimbangan Subak Dangin Yeh adalah subak yang menggunakan dua sumber air dalam memenuhi kebutuhan air untuk irigasi padi sawahdan bisa mempresentasikan keadaan subak lainnya di Buleleng yang mulai mengalami penurunan ketersediaan sumber air.Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai April 2018.
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka, seperti: jumlah pemakaian input produksi, jam operasional pompa, biaya penggunaan bahan bakar dan pemeliharaan, harga air minum PDAM Buleleng, dan iuran subak yang dibayarkan petani.Data kualitatif yang dikumpulkan adalah informasi mengenai identitas responden, monografi subak dan kebiasaan bercocok tanam.Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota Subak Dangin Yeh yang berjumlah 242 orang.Metode penentuan sampel yangdigunakan adalah metode Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebesar 50 responden.Analisis data yang dilakukan menggunakan metode pendekatan sebagai berikut.
-
1. Metode pendekatan statistik deskriptif
Menurut Sugiyono (2011), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
-
2. Metode pendekatan value of marginal product (VMP)
Nilai air berdasarkan pendekatan nilai produk marginal didapatkan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas (Gujarati, 2003 dalam Sudarma, 2015).Dengan persamaan sebagai berikut. b1 b2 b3 b4 b5 b6
Y = b 0 X1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 μ ..........................................(1)
Dimana:
Y = Produksi padi (kg) X5 = Tenaga Kerja (HOK)
-
X1 = Luas tanam (hektar) X6 = Air (Liter per detik)
X2 = Benih (kg) b0 = Konstanta
bl,... b6= Koefisien elastisitas
Fungsi tersebut ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural (ln) sehingga didapatkan model persamaan linier sebagai berikut.
LnY = lnb0 + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX4 + b5 lnX5 + b6 lnX6 + μ ....(2)
Dengan analisis regresi menggunakan software SPSS 22 maka didapatkan nilai koefisien regresi(bi) dari masing-masing faktor inputyangsekaligus menunjukan besaran nilai elastisitas. Dengan asumsi setiap petani berusaha mencapai keuntungan maksimum, maka harga air adalah sama dengan nilai produk marginal air (NPMair) atau value of marginal product(VMPair)yang secara matematis diturunkan sebagai berikut.
HAir = ε × AP × Pq...............................................................(6)
HAir = b6 × AP × Pq............................................................(7)
Dimana:
HAir = Harga air (Rp/hektar) ε = Elastisitas permintaan air
MPAir = Marginal Produk air AP = Average Product
Pq = Harga padi (Rp)
-
3. Metode pendekatan nilai guna air berkelanjutan
Rogers et al.memperkenalkan prinsip umum biaya air sesuai Gambar 1. Komponen pembentuk biaya air tersebut diklasifikasikan sebagai berikut.
-
a) O&M Costmencakup biaya dalam pengoperasian sumur gali sehari-hari yang terdiri dari biaya pengunaan bahan bakar dan biaya pemeliharaan.Biaya finansial bahan bakar diperoleh dengan mengalikan jumlah bahan bakar yang digunakan dengan harga dalam negeri yang telah disubsidi oleh pemerintah Indonesia, sedangkan biaya finansial pemeliharaan diperoleh dari rata-rata biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh petani seperti biaya service mesin, ganti oli dan ganti busi. Biaya ekonomis bahan bakar diperoleh dengan mengalikan jumlah bahan bakar yang digunakan dengan harga bahan bakar non subsidi Provinsi Bali per Maret 2018, sedangkan biaya ekonomis pemeliharaan diperoleh dengan mengalikan biaya finansial pemeliharaan dengan faktor konversi sebesar 0,65 untuk tenaga kerja tidak terdidik dan faktor konversi sebesar 1 untuk tenaga kerja terdidik, dengan kurs premium diperkirakan 10% (Gittinger, 1984). Komponen-komponen biaya ekonomis tersebut dijumlahkan dan dibagi dengan total kebutuhan air untuk menjadi biaya ekonomis operasi dan pemeliharaan di Subak Dangin Yeh per m3.
-
b) Capital Charge adalah biaya modal yang terdiri dari investasi pembelian mesin pompa beserta aksesorisnya dan investasi pembuatan sumur. Biaya finansial pengadaan pompa beserta aksesorisnya dan pembuatan sumur diperoleh dari rata-rata biaya modal yang dikeluarkan oleh masing-masing petani di Subak Dangin Yeh, sedangkan biaya ekonomis diperoleh dari mengalikan seluruh biaya finansial dengan faktor konversi dengan nilai 1,1 untuk traded component, 0,65 untuk tenaga kerja kasar, dan 1 untuk non-tradedcomponent(Budiasa, 2011). Seluruh biaya penyusutan dijumlahkan lalu dibagi dengan total kebutuhan air sehingga diperoleh biaya ekonomi terhadap modal di Subak Dangin Yeh.
-
c) Opportunity Cost adalah biaya kemungkinan lain pemanfaatan air tanah terbaik selain untuk irigasi padi sawah. Biaya finansial diperoleh dari perkalian biaya beban tiap 10 m3 pertama dan kedua terhadap penggunaan air,selanjutnya total kebutuhan air tanah dikurangi 20 m3 untuk dikalikan biaya beban penggunaan air diatas 20 m3, sehingga diperoleh biaya total yang harus dibayar apabila debit air tersebut digunakan bukan untuk usaha pertanian, namun untuk kegiatan rumah tangga.Biaya ekonomis untuk air minum diperoleh dengan mengalikan biaya finansial dengan faktor konversi. Menurut Budiasa (2011), dengan kontribusi 30% traded component, 60% unskilled labor, dan 10% non-traded component sehingga diperoleh nilai ekonomi tarif air minum golongan rumah tangga pada PDAM Buleleng. Selanjutnya biaya oportunitas diperoleh dari nilai ekonomi tarif air minum golongan rumah tangga pada PDAM Buleleng yang dikurangi total penjumlahan antaraO&M Cost dan Capital Charge.
d)
e)
Economic Externalities mencerminkan kehilangan nilai ekonomi nasional dimasa yang akan datang. Premi deplesi adalah tambahan biaya sebagai akibat penggunaan alternatif sumberdaya dari sumber lain (pengganti) yaitu dari sumur dangkal lain.Perhitungan premi deplesi menggunakan perumusan Asian Development Bank (1998), yaitu premi deplesi = (C2- C1)e-τ( 'I -t), dan C2 adalah biaya per unit air dari sumber air alternatif; C 1 adalah biaya per unit air dari sumberdaya yang mengalami deplesi; '1 adalah periode waktu habisnya sumberdaya; f adalah periode waktu yang diperhitungkan dalam analisis; T adalah tingkat bunga (T=0.12); dan e adalah konstanta eksponential (e=2.7182). Penilaian ekonomi biaya suplai air mengasumsikan bahwa biaya finansial tersebut didistribusikan terhadap 10% traded component, 80% unskilled labor, dan 10% peralatan non-traded component. Faktor konversi ini yang dikalikan dengan biaya finansial sehingga diperoleh biaya ekonomis untuk premi deplesi di tahun
pertama.
Environmental Externalities atauBiaya pengaruh lingkungan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah biaya pengolahan (treatment) air lebih lanjut sehingga layak digunakan (apabila memang kualitas air tidak layak untuk keperluan air minum, produksi ternak, dan irigasi).
Efiviro &ne M Ex temali ties
Ecfmomic ExfrnvjIifiex |
A |
Fult Cosi |
Opporfnmfy Oust |
l' ul! | |
Capital Charges |
EctHttimif: EuIt Supply Cosi ^oit | |
O&MCosi , |
Siixfmmibiti
Vtiiuti in Use
Gambar 1.Prinsip Umum Biaya Air (Rogers et al., 1998)
Penetapan harga air di Subak Dangin Yeh didasarkan pada kebutuhan dana untuk setiap pelaksanaan upacara subak.Adapun rincian biaya yang dikeluarkan petani untuk kegiatan upacara pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Rincian Iuran Biaya Upacara Tahun 2017 di Subak Dangin Yeh
No |
Upacara |
Biaya per tenah (Rp) |
1 |
Mecaru balik sumpah, nunas penglanus, dan mekukungin |
50.000 |
2 |
Aci-aci |
100.000 |
3 |
Purnama kapat |
150.000 |
4 |
Ngusaba bukakak |
460.000 |
Total |
760.000 |
Sumber : Wawancara mendalam dengan Kelian Subak Dangin Yeh
Besaran biaya yang harus dibayarkan petani dibagi menurut luas lahan garapan/tenah petani.Pembagian tenah di Subak Dangin Yeh disesuaikan dengan luas lahan garapan misalnya luas garapan 1-10 are termasuk ¼ tenah, luas garapan 11-20 are termasuk ½ tenah, luas garapan 21-30 are termasuk ¾ tenah, luas garapan 31-40 are termasuk 1 tenah, dan begitu seterusnya sesuai dengan kelipatan.Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selama ini rata-rata besarnya iuran subak yang dibayarkan petani
adalah sebesar Rp 980.400,00. Pada dasarnya iuran subak yang dibayarkan petani tidak sepenuhnya merupakan kompensasi atas harga air yang dipergunakan, tetapi juga dimanfaatkan untuk keperluan yang lain seperti untuk biaya upacara di subak, biaya konsumsi untuk kegiatan gotong royong dan kepentingan lainnya. Besarnya alokasi dana untuk kegiatan gotong royong pemeliharaan saluran irigasi kurang lebih sekitar 10% dari iuran yang dibayarkan per tenah atau sekitar Rp 80.000,00.
Hasil analisis regresi dengan menggunakan model Cobb-Douglas disajikan pada Tabel 2.Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 2, maka model persamaan penduga regresi sebagai berikut.
LnY = 4,111 + 0,386lnX1 + 0,188lnX2 + 0,233lnX3 - 0,011 lnX4 + 0,179lnX5 + 0,576lnX6
Tabel 2.
Hasil Analisis Regresi
Model |
Unstd. Coefficients |
Std. Coefficients |
Collinearity Statistics |
T |
Sig. | ||
B |
Std. Error |
Beta |
Tolerance |
VIF | |||
(Constant) |
4,111 |
0,888 |
4,628 |
0,000 | |||
LN X1 |
0,386 |
0,156 |
0,348 |
0,151 |
6,644 |
2,477 |
0,017** |
LN X2 |
0,188 |
0,125 |
0,121 |
0,465 |
2,152 |
1,509 |
0,139 |
LN X3 |
0,233 |
0,109 |
0,214 |
0,300 |
3,328 |
2,151 |
0,037** |
LN X4 |
-0,011 |
0,061 |
-0,014 |
0,501 |
1,997 |
-0,180 |
0,858 |
LN X5 |
0,179 |
0,101 |
0,110 |
0,774 |
1,292 |
1,777 |
0,083 |
LN X6 |
0,576 |
0,166 |
0,311 |
0,370 |
2,700 |
3,473 |
0,001** |
R-square |
0,872 |
df1 |
6 | ||||
Adjusted R-Square |
0,854 |
df2 |
43 | ||||
F hitung |
48,847 |
Keterangan:
X1 = Luas lahan (ha) X5 = Tenaga kerja (HOK)
X2 = Bibit (kg) X6 = Air (lt/dt)
X3 = Pupuk (kg) LN = Logaritma natural
X4 = Obat-obatan (l)
Sumber : Hasil analisis data
Berdasarkandata pada Tabel 2,dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,872 yang berarti bahwa 87,2% variabel dependen (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel independen (luas lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan air), sedangkan sisanya sebesar 12,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Uji parsial (uji t) menunjukkan bahwa dari keenam peubah yang diteliti terdapat tiga peubah yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi pada taraf signifikansi kurang dari 0,05 yaitu luas lahan, pupuk dan air. Koefesien regresi dari air sebesar 0,576 mempunyai arti bahwa apabila kebutuhan air ditambah 10 persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan produksi padi sebesar 5,76 persen. Besaran peningkatan produksi padi sebesar nilai elastisitas itu terjadi dengan asumsi bahwa penggunaan input-input lainnya bersifat tetap.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai dari koefisien elastisitas air sebesar 0,576, apabila rata-rata produksi gabah per hektar sebesar 4.879,167 kg, rata-rata debit https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 130
air yang digunakan 28,109 liter/dtk/ha dan rata-rata harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 3800,00 maka hasil perhitungan menggunakan pendekatan value of marginal product (VMP) menunjukkan harga air untuk irigasi padi sawah di Subak Dangin Yeh adalah sebesar Rp 379.932,43/ha/musim tanam atau sekitar Rp 379,93/m3. Harga ini diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut.
■■ =<×→-------------:-------×∙∙.∙......................................(9)
4.879,167
.'. = 0,576 × × 3800 = 379.932,43
28,109
Harga air ini lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian Widhyatmaja (2013), yang mendapatkan bahwa harga air untuk irigasi padi sawah berdasarkan pendekatan VMP sebesar Rp 734.898,10/ha/musim tanam. Harga air yang lebih kecil ini disebabkan karena nilai marginal produk atas air di daerah penelitian (DI Sangsit) lebih kecil dibandingkan dengan hasil nilai produksi penelitian di DAS Ayung.
-
3.4 Komponen Biaya Pembentuk Harga Air Tanah untuk Irigasi
-
3.4.1 Biaya Operasional dan Pemeliharaan (OM Cost)
-
Sumber air yang berasal dari air tanah digunakan pada musim tanam gadonmalu dan gadonduri. Rata-rata lama operasional pompa masing-masing petani responden pada musim tanam gadonmalu dan gadonduriakan berbeda setiap musimnya. Perbedaan ini disebabkan oleh ketersediaan sumberdaya air yang berasal dari air hujan dan air permukaan pada musim tanam gadonmalu, sehingga petani dapat menghemat sumberdaya air tanah yang membutuhkan biaya lebih banyak untuk penyediaannya.Perbedaan total kebutuhan air pada musim tanam gadonmalu dan gadonduri dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Perbedaan Jam Penggunaan Pompa untuk Musim Tanam Gadonmalu dan Gadonmalu
No |
Kegiatan |
Kuantitas Musim tanam Gadonduri |
Kuantitas Musim tanam Gadonmalu |
Jumlah |
Keterangan |
1 |
Total Kebuthan Air |
8.380.800 |
6.474.240 |
14.855.040 |
Liter |
8.380,8 |
6.474,24 |
14.855,04 |
m3 | ||
2 |
Rata-rata Total Lama Operasional Pompa |
232,8 |
179,84 |
412,64 |
jam |
Sumber : Data Primer Diolah (2018)
Total kebutuhan air diperoleh dari rata-rata lama operasional pompa dikalikan debit air tanah di Subak Dangin Yeh, diasumsikan debit air tanah di Subak Dangin Yeh adalah 10 liter/detik. Berdasarkan kedua perhitungan pada Tabel 3, selanjutnya dilakukan perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Biaya OP Finansial dan Ekonomis Per m3
Komponen Biaya OP |
Biaya Finansial (Rp) |
Biaya Ekonomis (Rp) |
Rata-Rata Biaya Bahan Bakar |
1.709.947,82 |
1.903.327,82 |
Rata-Rata Biaya Pemeliharaan |
181.030,00 |
133.509,63 |
Total |
1.890.977,82 |
2.036.837,45 |
Biaya OP (Rp/m3) |
127,30 |
137,11 |
Sumber: Diolah dari Data Primer |
Rata-rata biaya pemeliharaan (service mesin, ganti oli danganti busi) yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp181.030,00 untukmusim tanam gadonmalu dan gadonduri. Komponen-komponen biaya tersebut dijumlahkan dan dibagi dengan total debit air tanah yang dihasilkan sehingga biaya ekonomis operasi dan pemeliharaan yang diperoleh adalah sebesar Rp 137,11/m3.
Berdasarkan hasil penelitian,rincian biaya modal yang dikeluarkan petani dapat dilihat pada Tabel 5.Seluruh biaya penyusutan dijumlahkan lalu dibagi dengan total kebutuhan air untuk musim tanam gadonmalu dan gadonduri, maka biaya ekonomi terhadap modal yang diperhitungkan sebesar Rp 23,81/m3.
Tabel 5.
Biaya Modal (Capital Charge)
No |
Kegiatan |
Nilai Finansial (Rp.) |
Nilai Ekonomis (Rp.) |
Umur Ekonomis (Tahun) |
Penyusutan (Rp./Tahun) |
1 |
Pengadaan Pompa dan Accecories |
3.072.180,00 |
3.210.428,10 |
10 |
321.042,81 |
2 |
Pembuatan Sumur |
748.000,00 |
815.320,00 |
25 |
32.612,80 |
Total Investasi |
3.820.180,00 |
4.025.748,10 |
353.655,61 | ||
Biaya Modal (Rp/m3) |
23,81 |
Sumber : Data Primer diolah (2018)
Pemanfaatan air tanah selain untuk irigasi adalah untuk air minum. Klasifikasi harga air PDAM Kabupaten Buleleng yang digunakan sebagai biaya oportunitas adalah golongan Rumah Tangga/R1. Hasil perhitungan biaya oportunitas dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, maka diperoleh biaya oportunitas sebesar Rp 4.199,14/m3.
Tabel 6.
Biaya Oportunitas (Opportunity Cost)
No Klasifikasi |
Pemakaian (m3) |
Harga Air (Rp) |
Biaya Finansial (Rp) |
Biaya Ekonomis (Rp) |
1 Rumah Tangga |
0-10 |
2.130,00 |
21.300,00 |
17.466,00 |
11-20 |
4.260,00 |
42.600,00 |
34.932,00 | |
diatas 20 |
5.320,00 |
78.922.412,80 |
64.716.378,50 | |
Total Harga Air Minum |
78.986.312,80 |
64.768.776,50 | ||
Harga Air Minum (per m3) |
5.317,14 |
4.360,05 | ||
Opportunity Cost (Selisih Harga Air Minum dengan Full Supply Cost) |
4.199,14 |
Sumber : PDAM Buleleng (2018), diolah.
Diasumsikan bahwa periode deplesi selama 25 tahun dan sumber daya alternatif untuk menggantikan air tanah adalah air sumur dangkal lain yang berjarak cukup jauh dari lahan usahatani dengan harga air tanah pada sumur dangkal lain yang harus dibayarkan adalah Rp 12.500,00 per m3, sehingga menghasilkan nilai premi deplesi di tahun pertama melalui sebesar Rp 456,97/m3.Sesuai dengan perhitungan tersebut diperoleh biaya ekonomis untuk premi deplesi di tahun pertama sebesar Rp 333,59/m3.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan petani dan pekaseh Subak Dangin Yeh, pengujian terhadap kualitas air tanah di Subak Dangin Yeh belum pernah dilakukan sebelumnya.Namun, air yang berasal dari sumber air tanah bisa langsung digunakan oleh petani tanpa dilakukan treatment terlebih dahulu dan sampai saat ini belum menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman yang dibudidayakan.Sehingga dampak lingkungan yang diperhitungkan dalam environmental externalitiesdi Subak Dangin Yeh sebesar nol, dikarenakan tidak ada treatment khusus bagi air tanah yang digunakan untuk irigasi.
Berdasarkan prinsip penentuan harga air oleh Rogers (1998) maka harga air untuk Subak Dangin Yeh pada musim tanam gadonmalu dan gadonduri dapat dijelaskan dalam Gambar 2. Biaya penuh (TheFull Cost) sebesar Rp 4.693,64 dari tiap satu meter kubik air tanah yang digunakan adalah harga air yang menggambarkan nilai guna air secara berkelanjutan (the sustainable value in use of water). Dengan besarnya nilai masing-masing komponen biaya pembentuk harga air adalah Rp137,11/m3 untuk biaya operasional dan pemeliharaan; biaya modal Rp 23,81/ m3; biaya oportunitas Rp 4.199,14/m3; premi deplesi yang mencerminkan eksternalitas ekonomi sebesar Rp 333,59/m3;dan eksternalitas lingkungan Rp 0,-. Berbagai aktivitas konservasi sumberdaya air dapat dilakukan oleh pihak terkait secara independen, misalnya penghutanan kembali dan/atau pengembangan sumur resapan pada daerah tangkapan hujan.Semua aktivitas tersebut dapat dibiayai dari biaya oportunitas dan premi deplesi yang terkumpul (Budiasa, 2011).
Gambar 2.
Penentuan Harga Air Berkelanjutan di Subak Dangin Yeh per m3 (Sumber: Diolah dari Data Primer)
-
1. Besarnya iuran subak yang dibebankan kepada petani untuk pelaksanaan upacara di Subak Dangin Yeh pada tahun 2017 adalah sebesar Rp 760.000,00/tenah/tahun atau dikonversikan kedalam satuan hektar menjadi sebesar Rp 1.900.000,00/ha/tahun.
-
2. Besarnya nilai air yang dimanfaatkan petani dalam mencapai keuntungan maksimumadalah sebesar Rp 379.932,43/ha/musim tanam.
-
3. Harga air yang mencerminkan nilai guna air berkelanjutan di Subak Dangin Yeh adalah sebesar Rp 4.693,64/m3. Dengan besarnya nilai masing-masing komponen biaya pembentuk harga air adalah Rp137,11/m3 untuk biaya operasional dan pemeliharaan; biaya modal Rp 23,81/ m3; biaya oportunitas Rp 4.199,14/m3;premi
deplesi yang mencerminkan eksternalitas ekonomi sebesar Rp 333,59/m3;dan eksternalitas lingkungan Rp 0,-.
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai kesediaan membayar air di tingkat petani oleh kaum akademisi karena penentuan harga air harus didasarkan konsep willingness to pay atau kesediaan membayar.Petani juga diharapkan lebih menghargai sumberdaya air dan lebih efisien dalam penggunaan air sehingga keberlanjutan dapat tetap terjaga.Pemerintah Kabupaten Buleleng sebaiknya mampu memanfaatkan alokasi khusus pendanaan sesuai komponen biaya hasil penelitian ini untuk kegiatan pelestarian sumberdaya air agar sumberdaya air dapat terus terjaga keberlanjutannya, serta memberikan bantuan alsintan berupa pompa air kepada petani yang memanfaatkan air tanah untuk kegiatan irigasinya sehingga biaya modal yang dikeluarkan petani dapat berkurang dan sektor pertanian Kabupaten Buleleng dapat terus berlanjut hingga dimasa mendatang.
-
5. Ucapan Terimakasih
Terima kasih kepada seluruh prajurudan karma Subak Dangin Yeh serta masyarakat di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang sudah bersedia menerima dan membantu penulis dengan menjadi responden maupun informan kunci penelitian.
Daftar Pustaka
Asian Development Bank, 1998. The Guidelines for the Economic Analysis of Water Supply Projects. Asian Development Bank. Manila, Philippines.
Budiasa, I W. 2011. Pertanian Berkelanjutan, Teori dan Permodelan. Udayana University Press. Denpasar.
Gittinger, J. 1984. Economic Analysis of Agricultural Project. Economic Development Institute The World Bank.Hanley, N. 1993. Cost Benefit Analysis and Environment. England: Edward Elgar Publishing Limited.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010.
Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta.
Kusumadewi, Diah Ayu, Ludfi Djakfar, Moh. Bisri.2012. Arahan Spasial Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah Aliran Sungai Watu Bagian Hilir.Jurnal Teknik Pengairan, Volume 3, Nomor 2, Desember 2012, hlm 258– 276.
Rogers, P., R. Bhatta, and A. Huber 1998.Water as Social and Economic Good: How to Put the Pronciple into Practice. Stockholm, Sweden.Global Water Partnership.
Sudarma, I Made. 2015. Harga Air Untuk Irigasi Padi Sawah di Kabupaten Badung.
Jurnal Bumi Lestari, Volume 15, Nomor 1, Februari 2015, hlm 1-9.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Afabeta. Bandung. Widhyatmaja, Ida Bagus Anom. 2013. Analisis Harga Air untuk Irigasi Padi Sawah di
Daerah Hulu (Kasus pada Subak Buangga dan Subak Bregiding di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali).(Skripsi). Universitas Udayana. Denpasar.
Windia,W dan W.A.A.Wiguna. 2013. Subak Warisan Budaya Dunia. Udayana
University Press.Denpasar.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
134
Discussion and feedback