Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali
on
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523
Vol. 7, No. 3, Juli 2018
Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali
I PUTU SURYA PRATAMA, MADE ANTARA, IDA AYU LISTIA DEWI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB. Sudirman Denpasar, 80323 Email: [email protected] [email protected]
Abstract
Regional economic growth is essentially a series of businesses and policies aimed at improving economic relations from the primary sector to the secondary and tertiary sectors. Economic development is a policy focused on improving people's living standards, expanding employment, declaring revenue sharing and improving regional relationships among regions. The balance of development in North Badung and South Badung is often a discourse. The synergy of the tourism and agriculture sectors is the answer to making this happen. This study aimed to identify superior and non-superior commodities as well as formulate a strategy of developing superior commodities in Petang District. The data used were secondary data in the form of time series data or agricultural production data of Badung Regency and Petang District in 2011-2015. The data were collected by document study and in-depth interviews, analyzed by Location Quotient (LQ) and SWOT analysis method. The result of the analysis shows that food commodities belonging to the main commodities are corn, peanut, sweet potato, cassava and asparagus while the rice commodity is included in non-commodity commodity. Plantation commodities included in the main commodities are coffee, cloves and vanilla, while coconut and cocoa are included in non-commodity commodities. Strategic development of superior commodities that need to be taken is to explore the potential of natural resources and improve the quality of human resources for the development of superior commodities in Petang District.
Keywords: agriculture, plantation, leading commodity, location quotient, SWOT
Pertumbuhan ekonomi regional pada hakekatnya adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Pembangunan ekonomi merupakan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, dan meningkatkan hubungan regional antar daerah.
Keseimbangan pembangunan di wilayah Badung Utara dan Badung Selatan sering menjadi wacana. Sinergi sektor pariwisata dan pertanian, menjadi jawaban untuk mewujudkan hal tersebut. Badung Selatan dan Badung Utara dapat diseimbangkan dengan cara dibangun sebuah jembatan kebijakan, baik itu berupa peraturan daerah (Perda) maupun peraturan bupati (Perbup).
Konsep pembangunan khususnya sektor pariwisata yang ada di wilayah Badung Utara belum jelas. Pemerintah sepertinya fokus mengelola dan bertumpu pada pariwisata yang berada di wilayah Badung Selatan. Badung Utara dengan sektor utama yakni pertanian dalam arti luas, sebenarnya memiliki potensi pengembangan pariwisata berbasis lingkungan dan masyarakat. Namun, potensi tersebut belum digarap secara maksimal.
Berdasarkan kondisi agroklimatnya, Kecamatan Petang berpotensi untuk dijadikan kawasan pengembangan sektor pertanian dengan komoditas unggulan yang dimiliki. Pengembangan komoditas unggulan di wilayah ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan antara dua kutub wilayah utara dan selatan. Melihat kondisi ini maka perlu mengkaji pengembangan wilayah berdasarkan komoditas unggulan di kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
-
1. Apa komoditas unggulan dan bukan unggulan yang ada di Kecamatan Petang ?
-
2. Bagaimana strategi pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang ?
Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut.
-
1. Mengidentifikasi komoditas unggulan dan bukan unggulan yang ada di Kecamatan Petang
-
2. Merumuskan strategi pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung khusunya Kecamatan Petang. Pengambilan data penelitian dilakukan mulai bulan Mei - Juli 2017. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja menggunakan metode purposive sampling. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi ialah Kabupaten Badung Utara memiliki kondisi agroklimat yang mendukung untuk pengembangan komoditas unggulan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
atau data produksi komoditas pertanian yang ada di Kabupaten Badung dan Kecamatan Petang tahun 2011-2015, sedangkan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran umum Kabupaten Badung. Sumber data dalam penelitian ini, yaitu data primer yang bersumber dari informan yang mengetahui mengenai potensi/keunggulan yang ada di wilayah Badung utara khsusnya Kecamatan Petang, dan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Badung.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series atau data produksi komoditas pertanian yang ada di Kabupaten Badung dan Kecamatan Petang tahun 2011-2015. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara mendalam, yaitu proses mencari informasi yang dilakukan dengan cara tatap muka (face to face) antara pewawancara dengan responden atau narasumber.
Variabel dalam penelitian ini yaitu identifikasi komoditas unggulan dan bukan unggulan. Adapun indikator dalam penelitian ini ialah data produksi Kabupaten Badung dan Kecamatan Petang yang dianalisis menggunakan metode LQ dan strategi pengembangannya menggunakan metode analisis SWOT.
-
a. Analisis Location Quotient (LQ)
Menurut Tarigan (2005), metode analisis Location Quotient (LQ) yaitu metode yang membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Analisis ini merupakan analisis yang sederhana dan manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ yang berada diatas 1 atau tidak.
Analisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi kegiatan produksi suatu wilayah. Pada dasarnya, teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Apabila hasil perhitungan rasio lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan kegiatan eksport atau basis dan jika (LQ = 1) menunjukkan memiliki potensial yang sama dengan sektor sejenis di daerah tertentu, sehingga hanya cukup untuk melayani kebutuhan daerah sendiri dan bila (LQ < 1) menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan cenderung untuk import.
-
b. Analisis SWOT
Menurut Freddy Rangkuti (2009), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Menurut David (2008), semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Hasil dari analisis LQ untuk menentukan tingkat basis tiap komoditas di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analsis LQ untuk Tingkat Basis Komoditas di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung Tahun 2011 – 2015 | ||||||||
No |
Jenis Komoditas |
Tahun |
Rata-rata |
Klasifikasi Komoditas | ||||
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 | ||||
1 |
Padi sawah |
0,509 |
0,344 |
0,178 |
0,394 |
0,522 |
0,39 |
Non Basis |
2 |
Jagung |
0,401 |
3,183 |
1,918 |
5,799 |
0,000 |
2,26 |
Basis |
3 |
Kacang Tanah |
1,430 |
1,326 |
1,917 |
2,462 |
3,089 |
2,04 |
Basis |
4 |
Ubi jalar |
4,573 |
3,880 |
3,332 |
6,995 |
4,956 |
4,75 |
Basis |
5 |
Ubi kayu |
2,350 |
2,678 |
1,622 |
3,486 |
3,688 |
2,76 |
Basis |
6 |
Asparagus |
5,738 |
3,982 |
3,369 |
- |
5,382 |
4,62 |
Basis |
7 |
Kopi |
5,353 |
3,805 |
3,132 |
6,812 |
5,137 |
4,85 |
Basis |
8 |
Cengkeh |
4,940 |
3,367 |
2,826 |
6,114 |
4,489 |
4,35 |
Basis |
9 |
Panili |
4,088 |
2,989 |
2,533 |
5,834 |
5,382 |
4,17 |
Basis |
10 |
Kelapa |
0,307 |
0,206 |
0,203 |
0,391 |
0,294 |
0,28 |
Non Basis |
11 |
Coklat |
0,254 |
0,114 |
0,064 |
0,283 |
0,822 |
0,31 |
Non Basis |
Sumber: Data sekunder diolah (2011-2015) |
Hasil analisis menunjukkan bahwa komoditas unggulan di Kecamatan Petang yang memiliki nilai LQ > 1 ialah: jagung, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, asparagus, kopi, cengkeh dan panili sedangkan komoditas bukan unggulan yang memiliki nilai LQ < 1 ialah: padi sawah, kelapa, dan coklat.
Identifikasi pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang menggunakan metode analisis SWOT. Unsur - unsur analisis SWOT meliputi: unsur S (strength) yang berarti mengacu kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya,
unsur W (weakness) yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, unsur O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang, dan unsur T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Berikut merupakan uraian mengenai masing-masing unsur yang ada dalam analisis SWOT. Berikut merupakan uraian mengenai masing-masing unsur yang ada dalam analisis SWOT.
-
A. Kekuatan (strength)
-
1. Potensi SDA yang besar di komoditas unggulan (LQ>1).
Kecamatan Petang merupakan wilayah dataran tinggi yang memiliki iklim yang cocok untuk pengembangan komoditas unggulan seperti: jagung, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, kopi, cengkeh, dan panili. Hal tersebut dapat dilihat dari luas lahan bukan sawah (tegalan/kebun) yang lebih dominan dari pada luas lahan sawah di Kecamatan Petang dengan luas lahan bukan sawah sebesar 8.914 Ha sedangkan luas lahan sawah hanya sebesar 1.198 Ha.
-
2. Letak geografis Kecamatan Petang yang strategis.
Kecamatan Petang memiliki letak geografis yang strategis dalam pengembangan komoditas perkebunan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi geografis Kecamatan Petang yang sebagian besar merupakan kawasan dataran tinggi yang memungkinkan untuk pengembangan komoditas perkebunan tersebut.
-
B. Kelemahan (weakness)
-
1. Belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan SDA.
Pemanfaatan SDA yang ada di Kecamatan Petang dapat dikatakan belum optimal, hal ini dapat dilihat dari adanya laha-lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk komoditas unggulan. Hal ini juga yang tentu saja menjadi kelemahan dari Kecamatan Petang dalam pengembangan komoditas unggulannya.
-
2. Kualitas SDM yang masih rendah.
Rendahnya kualitas SDM yang ada di Kecamatan Petang dapat dilihat dari tingkat pendidikan SDM yang berkecimpung dalam sektor pertanian tersebut dapat dikatakan tergolong rendah yang sebagian besar tamatan sekolah dasar saja. Hal ini juga yang menjadi kelemahan dalam pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang.
-
C. Peluang (opportunity)
-
1. Dukungan dari pemerintah daerah dalam memajukan komoditas unggulan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Badung telah memberikan dukungannya terhadap pengembangan komoditas unggulan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya subsidi pupuk maupun bibit yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada para petani.
-
2. Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lainnya.
Seiring berkembangnya teknologi dan informasi maka akses pasar semakin terbuka luas. Hal tersebut tentunya akan menjadi peluang bagi para petani untuk dapat menjalin mitra ataupun bekerjasama dengan pihak swasta maupun pihak lainnya.
-
3. Kebutuhan dan permintaan komoditas perkebunan yang tinggi.
Kebutuhan masyarakat terhadap komoditas pertanian baik pangan maupun perkebunan yang semakin meningkat menyebabkan permintaan dari komoditas tersebut semakin tinggi. Hal ini juga menjadi peluang bagi pengembangan komoditas perkebunan untuk meningkatkan produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
-
D. Ancaman (threat)
-
1. Persaingan antar wilayah.
Persaingan antar wilayah merupakan fenomena tersendiri dalam perekonomian di era globalisasi saat ini. Eksistensi suatu wilayah ditentukan oleh kemampuan dalam menciptakan basis keunggulan dalam persaingan ekonomi antar wilayah. Hal ini yang tentu saja menjadi ancaman bagi Kecamatan Petang dalam menghadapi persaingan dengan wilayah lain.
-
2. Perubahan dan ketidakpastian musim.
Perubahan dan ketidakpastian musim tentu saja menjadi ancaman bagi pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang, hal tersebut disebabkan karena semakin singkat atau semakin panjangnya sebuah musim pasti diikuti pula oleh pergeseran pola tanam.
-
3. Bencana alam.
Peristiwa bencana alam tidak hanya berdampak pada jatuhnya korban jiwa, kerusakan infrastruktur tetapi juga berdampak pada sektor pertanian. Salah satu dampak dari bencana alam tersebut ialah terjadinya kerusakan lahan pertanian, hal ini tentu saja menjadi sebuah ancaman dalam pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang.
-
4. Daya saing di era globalisasi.
Kemampuan sumber daya yang tidak dapat bersaing di era globalisasi menyebabkan tertinggalnya kemampuan dari SDM tersebut, hal ini tentu saja menjadi sebuah ancaman dalam pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang.
Hasil dari analisis SWOT untuk menentukan strategi pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil Analisis SWOT Komoditas Unggulan di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Tahun 2011 - 2015
Internal Eksternal |
Kekuatan (Strength, (S))
|
Kelemahan (Weakness, (W))
|
Peluang (Opportunity, (O)) a. Dukungan dari pemerintah daerah dalam memajukan komoditas unggulan b. Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta atau pihak lainnya c. Kebutuhan dan permintaan komoditas perkebunan yang tinggi |
Strategi S-O
|
Strategi W-O
|
Ancaman (Threat, (T))
d. Daya saing di era globalisasi |
Strategi S-T
|
Strategi W-T
|
Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi pengembangan komoditas unggulan yang perlu diambil adalah menggali potensi SDA untuk menggerakkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten Badung
serta meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan manajemen agar dapat bersaing di era globalisasi.
-
1. Berdasarkan hasil analisis LQ (location quotient) mengenai komoditas unggulan di Kecamatan Petang menunjukkan bahwa komoditas pangan yang termasuk dalam komoditas unggulan ialah jagung, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu dan asparagus sedangkan komoditas padi sawah tergolong dalam komoditas bukan unggulan. Komoditas perkebunan yang termasuk dalam komoditas unggulan ialah kopi, cengkeh dan panili sedangkan komoditas kelapa dan coklat tergolong komoditas bukan unggulan.
-
2. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi pengembangan komoditas unggulan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
-
a. Menggali potensi SDA dalam rangka menggerakkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah daerah Kabupaten Badung.
-
b. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan manajemen agar dapat bersaing di era globalisasi.
-
c. Memanfaatkan geografi indeks yang strategis dan menciptakan iklim usaha yang kondusif agar dapat menghadapi persaingan di era globalisasi.
-
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Badung khususnya Kecamatan Petang sebaiknya memprioritaskan komoditas unggulan dalam mencanangkan pembangunan daerah dan mengikutsertakan komoditas bukan unggulan sebagai penunjang keberadaan komoditas unggulan.
-
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Badung disarankan agar dapat menggunakan penelitian ini untuk menentukan strategi pengembangan komoditas unggulan yang dilihat dari kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dimiliki dalam rangka memajukan wilayah Badung Utara khususnya Kecamatan Petang.
-
3. Diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan lebih lanjut berdasarkan variabel yang berbeda, jumlah komoditas yang lebih banyak, tempat yang berbeda namun tetap berhubungan dengan pengembangan komoditas unggulan di suatu wilayah.
Ucapan terimakasih penulis ditujukan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian hingga karya ilmiah ini dapat dipublikasikan dalam e-jurnal.
Daftar Pustaka
Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.Yogyakarta: BPFE
Anwar, Affandi & Setia Hadi. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Majalah Prisma. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2009. Kabupaten Badung dalam Angka.
Bali Travel News, 2016. Menyeimbangkan Badung Selatan dan Utara.
Boediono. 1995. Teori Pertumbuhan Ekonomi seri sinopsi Ilmu Ekonomi nomor 4.
Jakarta: Erlangga
Priyarsono, D. S. 2007. Ekonomi Regional. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sri Utami, Ayu. 2012. Analisis Sektor-Sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon (periode 2005-2010). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
463
Discussion and feedback