Perilaku Petani Anggota Subak terhadap Program Optimasi Lahan (OPLA) pada Budidaya Tanaman Padi (Kasus Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)
on
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016
Perilaku Petani Anggota Subak terhadap Program Optimasi Lahan (OPLA) pada Budidaya Tanaman Padi (Kasus Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)
I NENGAH SUWARNADI PUTRA, I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA, WAYAN SUDARTA
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80323 E-mail: suwarnadip@yahoo.com setiawanadiputra@rocketmail.com
Abstract
Farmers Behavior of Subak Members toward the Land Optimization Program (OPLA) on Rice Cultivation (the Case of Subak Tegan, Kapal Village, Mengwi District, Badung Regency)
Food security is very important since it is one of the determining factors in the national stability of a State in the fields of economy, security, political and social. Bali has an organization called Subak, which supports activities in the agricultural sector. The government of Badung regency through the Department of Agriculture, Plantation and Forestry will implement special measures, Optimization of Land (OPLA) by providing inputs. Farmers behavior certainly indicates a different view regarding the Land Optimization program. The purpose of this research is to determine the level of knowledge, attitude and application of farmers to land optimization program (OPLA) on rice cultivation in Subak Tegan. This research was conducted in Subak Tegan, Kapal Village, Mengwi District, Badung Regency. The population of Subak Tegan is 389 people. Determination of the research sample used simple random sampling method. The total respondents taken are 39 people. The results show that the knowledge of farmers on OPLA program is under good category with an achievement score of 78.68%. As regard to the farmers' attitude and application of the OPLA program, the result showed an excellent category with achievement score of 85.38% and the achievement score of implementation is 85.00%. The farmer behavior of Subak Tegan members toward the Land Optimization program (OPLA) belongs to good category with an achievement score of 83.02%. Based on the results of study the agricultural extension counselorare expected to apply a persuasive approach, explain the uniqueness, advantages, benefits, and provide guidance until the independent farmers actually implement the OPLA program.
Keywords: behavior, subak, land optimization, rice
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk relatif besar, dengan laju pertambahan sekitar 1,3% pertahun dari hasil sensus penduduk 2010, populasi penduduk sebanyak 237.556.363 orang (BPS 2010). Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan pangan setiap tahunnya. Pangan diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok utama. Bali memiliki lembaga bernama subak. Fungsi utama subak untuk pengelolaan air dan memproduksi pangan. Subak tidak terlepas dari kegiatan pengelolaan air irigasi untuk bercocok tanam padi, maka tidak keliru jika dikatakan bahwa subak identik dengan budidaya padi/budaya padi/rice culture (Pitana dan Setiawan, 2004).
Komoditi padi merupakan komoditas pangan utama, dan merupakan salah satu komoditi unggulan. Target produksi yang harus dicapai pada tahun 2015 meliputi produksi padi sebanyak 73,40 juta ton, jagung sebanyak 20,33 juta ton, dan kedelai sebanyak 1,27 juta ton (BPTP, 2015). Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, telah melaksanakan salah satu kegiatan upaya khusus (UPSUS) yaitu program Optimasi Lahan (OPLA) melalui penyediaan bantuan sarana produksi. Penerima program OPLA yaitu petani anggota di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Bagi petani anggota Subak Tegan program OPLA merupakan inovasi baru, yang dilaksanakan pada akhir bulan Desember 2014. Perilaku petani satu dengan yang lain sudah tentu memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai program OPLA. Ruang lingkup perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan penerapan. Pengetahuan petani mempunyai arti penting dalam akselerasi pembangunan pertanian, karena pengetahuan petani dapat mempertinggi kemampuannya untuk mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan petani tinggi dan petani bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas (Sudarta, 2005).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi, dengan melakukan penelitian mengenai perilaku yang meliputi unsur pengetahuan, sikap dan penerapan petani terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
-
1. Bagaimana pengetahuan petani tentang program Optimasi Lahan (OPLA) pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?
-
2. Bagaimana sikap petani terhadap program Optimasi Lahan (OPLA) pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?
-
3. Bagaimana penerapan program Optimasi Lahan (OPLA) oleh petani, pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung?
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut.
-
1. Tingkat pengetahuan petani tentang program Optimasi Lahan (OPLA) pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
-
2. Sikap petani terhadap program Optimal Lahan (OPLA) pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
-
3. Penerapan program Optimasi Lahan (OPLA) oleh petani, pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Waktu pengumpulan data sekunder dan data primer berlangsung dari bulan November 2015 sampai dengan April 2016. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian karena Subak Tegan sebagai subak pertama yang memperoleh bantuan OPLA padi di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, yakni pada bulan Desember tahun 2014.
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Jenis data terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data primer diperoleh hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner. Informasi langsung dari PPL dan pekaseh mengenai program OPLA. Survei mengamati secara langsung keadaan di Subak Tegan. Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan wawancara dengan PPL, pekaseh dan petani di Subak Tegan. Data sekunder meliputi literatur, artikel, jurmal, situs di internet, gambaran umum daerah penelitian dan kelembagaan Subak Tegan. Data kualitatif menjelaskan mengenai perilaku petani anggota Subak Tegan terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi. Data kuantitatif berupa hasil rekapitulasi data skor dan skala lima.
Populasi dalam penelitian ini seluruh petani aktif di Subak Tegan yang berjumlah 389 orang petani. Penetapan pengambilan responden menggunakan metode simple random sampling, dilakukan dengan persentase 10% mewakili respresentatif populasi aktif sebesar 389 orang, sehingga total responden menjadi 39 orang petani. Margono (2004) menyatakan simple random sampling yaitu teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara, survei dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada PPL dan pekaseh di Subak Tegan. Wawancara terstruktur dengan kuesioner kepada petani sebanyak 39 orang, sedangkan survei dilakukan untuk mengetahui keadaan langsung di Subak Tegan. Dokumentasi dapat berupa foto-foto keadaan wilayah peneltian dan pada saat kegiatan wawancara dengan PPL, pekaseh, dan petani Subak Tegan.
Variabel penelitian ini untuk mengetahui perilaku petani anggota subak terhadap program Optimasi Lahan (OPLA) pada budidaya tanaman padi. Indikator perilaku meliputi, pengetahuan, sikap, dan penerapan dengan parameter berdasarkan pedoman program OPLA meliputi, definisi, tujuan, kriteria, bantuan saprodi, pembersihan lahan, pengolahan lahan, dan tahapan penggunaan saprodi setelah pengolahan lahan pada program OPLA, yang diukur menggunakan skor dan skala lima.
Dikemukakan oleh Sugiyono (2010), analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Penilitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, diperoleh dari hasil penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang disusun secara sistematis, dan efisien. Distribusi interval kelas kategori perilaku dalam hasil persentase skor sebagai berikut. Interval kelas (1) 20-36 sangat tidak baik, (2) >36-52 tidak baik, (3) >52-68 sedang, (4) >68-84 baik, dan (5) >84-100 sangat baik.
Dikemukan oleh Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respon atau reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku petani anggota Subak Tegan terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi termasuk kategori baik dengan pencapaian skor (83,02%). Hal ini dikarenakan petani http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA 762
memiliki kemauan dan respon yang positif terhadap program OPLA. Perilaku petani yang baik diharapkan akan menunjang kegiatan dan tujuan dari program OPLA seperti meningkatkan Indek Pertanaman (IP) dan produktivitas lahan dapat tercapai. Berikut unsur-unsur perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan penerapan.
Dinyatakan oleh Suhartono (2008), pengetahuan adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Persentase skor pengetahuan petani anggota subak terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi, secara dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1.
Tabel 1.
Pengetahuan Petani Anggota Subak terhadap Program Optimasi Lahan (OPLA) pada Budidaya Tanaman Padi (Kasus Subak Tegan Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung) Tahun 2016.
|
Pengetahuan |
Pencapaian |
Skor |
Kategori | |
|
No |
Indikator |
Skor Dasar |
% | |
|
1 |
Definisi program OPLA |
3,21 |
64,10 |
Sedang |
|
2 |
Tujuan program OPLA |
3,33 |
66,67 |
Sedang |
|
3 |
Kriteria lokasi pelaksana program OPLA |
4,36 |
87,18 |
Sangat Baik |
|
4 |
Bantuan saprodi program OPLA pada Subak Tegan |
3,92 |
78,46 |
Baik |
|
5 |
Pembersihan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
3,97 |
79,49 |
Baik |
|
6 |
Pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,31 |
86,15 |
Sangat Baik |
|
7 |
Tahapan penggunaan saprodi setelah pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,44 |
88,72 |
Sangat Baik |
|
Pengetahuan Petani |
3,93 |
78,68 |
Baik |
Berdasarkan Tabel 1. Pengetahuan petani anggota Subak Tegan terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi, secara keseluruhan termasuk kategori baik (78,68%), dikarenakan faktor pendidikan yang dikenyam oleh petani lebih dominan menyelesaikan pendidikan pada tingkat SMA, sehingga petani mudah mengingat dan menyerap materi yang diberikan oleh penyuluh. Walaupun pengetahuan petani terhadap program OPLA termasuk kategori baik, namun kenyataannya di lapangan pengetahuan tentang program OPLA masih ditemukan pengetahuan responden kategori sedang disetiap indikator pengetahuan tentang program OPLA, dikarenakan informasi yang diperoleh kurang terperinci.
Pencapaian skor pengetahuan tertinggi yaitu pada indikator tahapan penggunaan saprodi, setelah pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA sebesar 88,72% termasuk ke dalam kategori sangat baik. Kategori sangat baik diperoleh karena rata-rata petani sudah mampu menyerap dengan baik
tentang tahapan penggunaan saprodi setelah pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA seperti, cara penggunaan saprodi tepat waktu, tepat dosis, dan tepat guna. Pencapaian skor pengetahuan terendah yaitu pada indikator pengetahuan pertama sebesar 64,10%, termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata petani mengetahui tiga dari lima definisi program OPLA, dikarenakan informasi yang diperoleh dari penyuluh kurang detail, yang mengakibatkan responden kurang memahami dengan jelas.
Pengetahuan petani yang termasuk kategori sedang, seharusnya dapat saling bertukar pikiran (berdiskusi) kepada petani lain, bagaimana proses secara keseluruhan program OPLA dalam budidaya tanaman padi, sehingga petani menjadi memahami dengan baik atau bahkan menjadi sangat baik, pelaksanaan program OPLA yang diberikan oleh penyuluh. Pengetahuan yang baik, diharapkan dapat menunjang kegiatan program OPLA.
Dinyatakan oleh Azwar (2002), sikap yaitu berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap objek bukan tindakan, perasaan ada kalanya positif dan ada kalanya negatif. Data jumlah persentase skor sikap petani anggota subak terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi, secara dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 2.
Tabel 2.
Sikap Petani Anggota Subak terhadap Program Optimasi Lahan (OPLA) pada Budidaya Tanaman Padi (Kasus Subak Tegan, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung) Tahun 2016.
|
Sikap | ||||
|
No |
Indikator |
Pencapaian Skor |
Kategori | |
|
Skor Dasar |
% | |||
|
1 |
Definisi program OPLA |
4,09 |
81,79 |
Baik |
|
2 |
Tujuan program OPLA |
4,11 |
82,22 |
Baik |
|
3 |
Kriteria lokasi pelaksana program OPLA |
4,37 |
87,35 |
Sangat Baik |
|
4 |
Bantuan saprodi program OPLA pada Subak Tegan |
4,28 |
85,64 |
Sangat Baik |
|
5 |
Pembersihan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,38 |
87,69 |
Sangat Baik |
|
6 |
Pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,37 |
87,44 |
Sangat Baik |
|
7 |
Tahapan penggunaan saprodi setelah pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,28 |
85,51 |
Sangat Baik |
|
Sikap Petani |
4,27 |
85,38 |
Sangat Baik | |
Berdasarkan Tabel 2. Sikap petani anggota Subak Tegan terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi, termasuk dalam kategori sangat baik (85,38%), dikarenakan petani sangat antusias dalam menerima dan mendukung program OPLA pada budidaya tanaman padi. Sikap petani secara keseluruhan
termasuk kategori sangat baik, walaupun termasuk kategori sangat baik, kenyataan di lapangan terdapat sikap petani yang ragu-ragu disetiap indikator sikap terhadap program OPLA, hal ini dikarenakan petani masih belum mau sepenuhnya menerima program OPLA.
Pencapaian skor tertinggi sikap yaitu pada indikator kelima (87,69%), termasuk kategori sangat baik, karena sebagian besar petani menyatakan sikap sangat setuju. Sebelum melaksanakan budidaya tanaman padi perlu dilakukan pembersihan lahan, mengumpulkan jerami bekas potongan tanpa pembakaran, agar mempermudah penanaman berikutnya, tidak mengganggu pertumbuhan benih yang akan ditanam, dan kesuburan tanah tetap terjaga. Pencapaian skor terendah sikap yaitu pada indikator pertama (81,79%) termasuk kategori baik, karena sebagian besar petani menyatakan sikap setuju. Sebelum diadakan program OPLA Dinas Pertanian Kabupaten Badung dan PPL sudah menjelaskan bagaimana kegiatan program OPLA secara keseluruhan kegiatan bercocok tanam khususnya padi, sehingga petani antusias dan mendukung pelaksanaan program OPLA dalam kegiatan bercocok tanam khususnya padi.
Sikap petani yang masih termasuk kategori ragu-ragu, terhadap program Optimasi Lahan pada budidaya tanaman padi, PPL sebaiknya menggunakan metode penyuluhan melalui pendekatan secara persuasif yaitu penyuluh memaparkan keunikan, manfaat yang diperoleh, keunggulan penggunaan saprodi yang diberikan dari pemerintah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Badung pada program OPLA. Sikap petani yang masih termasuk kategori ragu-ragu, diharapkan tidak ada keraguan di benak para petani, sehingga tujuan kegiatan OPLA dapat tercapai.
Penerapan dapat berarti sebagai mengadopsi inovasi baru, mempraktekkan langsung untuk menunjang kegiatan yang akan diaplikasikannya kedalam kehidupan mereka sehari-hari (Peter dan Yenny, 2002). Penerapan program OPLA oleh petani anggota Subak Tegan pada budidaya tanaman padi secara keseluruhan termasuk kategori sangat baik (85,00%), artinya petani sudah memahami dengan baik dan mampu menerapkan kegiatan program OPLA pada budidaya tanaman padi dengan sangat baik, sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Badung dan PPL. Pengetahuan yang dimiliki oleh petani juga mampu direalisasikan melalui penerapan dalam pelaksanaan program OPLA. Penerapan yang sangat baik diharapkan dapat menunjang kegiatan OPLA sesuai dengan tujuan meningkatkan Indek Pertanaman (IP) dan produktivitas lahan.
Data jumlah persentase skor penerapan program OPLA oleh petani dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 3.
Tabel 3.
Penerapan Program Optimasi Lahan (OPLA) oleh Petani Anggota Subak pada Budidaya Tanaman Padi (Kasus Subak Tegan Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung) Tahun 2016.
|
Penerapan | ||||
|
No |
Indikator |
Pencapaian Skor |
Kategori | |
|
Skor Dasar |
% | |||
|
1 |
Bantuan saprodi program OPLA pada Subak Tegan |
4,23 |
84,62 |
Sangat Baik |
|
2 |
Pembersihan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,13 |
82,56 |
Baik |
|
3 |
Pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,31 |
86,15 |
Sangat Baik |
|
4 |
Tahapan penggunaan saprodi setelah pengolahan lahan dalam budidaya tanaman padi pada program OPLA |
4,33 |
86,67 |
Sangat Baik |
|
Penerapan Petani |
4,25 |
85,00 |
Sangat Baik | |
Berdasarkan Tabel 3. Persentase pencapaian skor tertinggi yaitu pada indaktor penerapan keempat (86,67%) termasuk kategori sangat baik, dikarenakan sudah menerapkan tahapan-tahapan yang dijelaskan sebelumnya oleh Dinas Pertanian Kabupaten Badung dan PPL, dalam melaksanakan kegiatan program OPLA pada budidaya tanaman padi. Tahapan yang diperhatikan seperti penggunaan saprodi tepat waktu, tepat dosis, dan tepat guna. Persentase pencapaian skor terendah yaitu pada indikator penerapan kedua (82,56%) termasuk kategori baik. Sebagian besar responden mampu menerapkan dengan baik, karena sebelum melaksanakan kegiatan budidaya tanaman pasti melaksanakan pembersihan lahan, agar mempermudah penanaman selanjutnya.
Penerapan program OPLA oleh petani secara keseluruhan termasuk kategori sangat baik, namun kenyataan di lapangan masih ditemukan ada beberapa responden yang melakukan kesalahan dalam proses pemupukan dalam menentukan dosis pupuk, perbandingan pupuk, pembersihan lahan dan pengolahan lahan pada program OPLA. Hal ini dikarenakan petani masih ragu dengan yang dianjurkan tidak sesuai dengan keadaan lahan. Melihat kondisi tersebut peran PPL sangat diperlukan sebagai pengawas dan melakukan pendampingan dalam pelaksanaan program OPLA agar tidak adanya kesalahan dalam penggunaan dosis yang telah ditentukan atau dianjurkan. Penerapan program OPLA oleh petani sangat baik diharapkan dapat diterapkan dalam kegiatan budidaya tanaman padi pada kegiatan OPLA.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa perilaku petani anggota Subak Tegan terhadap program OPLA pada budidaya tanaman padi termasuk dalam kategori baik yang diperoleh dari ketiga unsur meliputi berikut ini.
-
1. Pengetahuan petani anggota Subak Tegan terhadap program Optimasi Lahan (OPLA) pada budidaya tanaman padi, termasuk kategori baik.
-
2. Sikap petani anggota Subak Tegan terhadap program Optimasi Lahan (OPLA) pada budidaya tanaman padi, termasuk kategori sangat baik.
-
3. Penerapan program optimasi lahan oleh petani anggota Subak Tegan terhadap OPLA pada budidaya tanaman padi, termasuk kategori sangat baik.
Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut.
-
1. Pengetahuan petani yang termasuk kategori sedang, seharusnya dapat saling bertukar pikiran (berdiskusi) kepada petani lain, bagaimana proses secara keseluruhan program OPLA dalam budidaya tanaman padi, sehingga petani menjadi memahami dengan baik atau bahkan menjadi sangat baik, pelaksanaan program OPLA yang diberikan oleh penyuluh. Pengetahuan yang baik, diharapkan dapat menunjang kegiatan program OPLA.
-
2. Sikap petani pada setiap indikator yang masih termasuk kategori ragu-ragu, terhadap program optimasi lahan pada budidaya tanaman padi, perlu menggunakan metode penyuluhan melalui pendekatan secara persuasif yaitu penyuluh memaparkan keunikan, manfaat yang diperoleh, keunggulan penggunaan saprodi yang diberikan dari pemerintah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Badung pada program OPLA. Sikap petani yang masih termasuk kategori ragu-ragu, diharapkan tidak ada keraguan di benak para petani, sehingga tujuan kegiatan OPLA dapat tercapai.
-
3. Saat pelaksanaan kegiatan program Optimasi Lahan (OPLA) berlangsung, sebaiknya PPL melakukan pengawas dan pendampingan sampai petani benar-benar mandiri untuk menunjang kegiatan program OPLA pada budidaya tanaman padi di Subak Tegan. Pada saat pelakasaan OPLA diharapkan, tidak ada lagi kelemahan dalam penerapan kegiatan program OPLA pada budidaya tanaman padi.
-
4. Umumnya perilaku petani sepenuhnya tidak bisa diubah secara cepat, petani sebagai pelaku dalam kegiatan berusahatani, seharusnya berani dalam mencoba program baru. Petani akan mendapatkan pengalaman baru, sehingga diharapkan tujuan dari program OPLA dapat tercapai.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Terima Kasih kepada PPL, pekaseh, dan petani Subak Tegan yang telah memberikan data dalam penyelesaian penelitian dan penulisan e-jurnal ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2010. Sosial dan Kependudukan di Indonesia. Tersedia online di: https://www.bps.go.id/index.php. (Diakses tanggal 2 Mei 2016).
BPTP 2015. Pedoman Umum Pengawalan dan Pendampingan Penyuluh di Sentra Lokasi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2015. Tersedia online di: http://cybex.pertanian.go.id/files/kp/Pedoman%20umum%20pengawalan%20 &%20Pendampingan%20Penyuluh%20di%20lokasi%20PAJALE.pdf. (Diakses tanggal 26 Desember 2015).
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Tersedia online di:
http://file.upi.edu/Direktori/dualmodes/penelitian_pendidikan/bbm_6.pdf. (Diakses tanggal 8 juni 2016).
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku Jakarta: PT. Rineka Cipta
Peter, S dan Yenny, S. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Perss. Jakarta
Pitana dan Setiawan. 2004. Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Sosek Udayana. Denpasar.
Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu. Tersedia Online di http://ejournal .unud. ac.id/abstrak/(6)%20soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf. (Diakses tanggal 8 Oktober 2015).
Suhartono, S. 2008. Filsafat Pendidikan. Penerbit Ar Ruzz Media. Yogyakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
768
Discussion and feedback