E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2301-6523 Vol. 5, No. 2, April 2016

Perbandingan Pendapatan Petani dengan Pendapatan Pengemis di Kota Denpasar

TORKIS JOEL SIMBOLON, I WAYAN WINDIA, I MADE SUDARMA

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232

Email : torkisjoel@yahoo.com wayanwindia@ymail.com

Abstract

Comparison Between Farmers and Beggar in Denpasar According to the Earnings

Agricultural sector have a very important role in national economical. This situation can be identified by a dominant contribution, either directly or indirectly in the goal achievment of national economical development. As known generally, the government in Denpasar not only overcome the problem of urban farmer, but the problem of several beggars either. As these circumstances, it’s necessary to conduct an observation regarding a comparison between an amount of farmer’s income and an amount of beggar’s income in Denpasar. The respondents in this resaearch divided by 30 farmers and 30 beggars, and samples are taken by accidental technic. In this comparison observation, the data of beggar’s income is one day. The goal of this reasearch is to identify the comparison between urban farmer’s income and beggars in Denpasar. The average income of farmers in 30 respondents in one day obtained by farmers chili IDR 22.462, IDR 19.290 watermelon, rice IDR 19.167. While corn farmers suffered lossesf of IDR 4.483 in one day income derived from the land area 175 are average earnings of beggars in the city of Denpasar in one day IDR 63.833. Constraints farmers to farm in Denpasar is climate change causes changes in cropping patterns, the lack of availability of water for irrigation, and pest attack which can damage plant growth suggestions for solving the problem of farmers in Denpasar need assistance from the authorities. Problem handling the beggars can be evaluated from the condition in the area of origin. And conditions in the regions of origin of prevention is done so that they are not compelled to leave their villages and seek income in the city by away of beging.

Keywords: Farmers, earnings comparison, beggar

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi dominan sektor pertanian khususnya dalam pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan. Secara garis besar kebijakan pembangunan pertanian

diperioritaskan kepada beberapa program kerja yang dijabarkan kedalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian. Pada umumnya kegiatan usahatani dilaksanakan dalam skala kecil, akibatnya pendapatan rendah, hanya dapat dipergunakan untuk membiayai hidupnya. Dengan demikian akan mengalami kesulitan untuk dapat mengembangkan (Anonim, 2011).

Pemerintah Kota Denpasar tidak hanya harus mengelola petani kota, melainkan juga mengelola sejumlah pengemis. Hal itu terjadi karena ketiadaan kemampuan maupun faktor lain, seperti umur tua, penyakitan atau menyandang disabilitas tertentu. Meski belum ada sensus resmi, setidaknya pendapatan para pengemis rata -rata melebihi gaji PNS, atau setidaknya lebih tinggi dari pendapatan buruh. Walikota Bandung yang baru menjabat, Ridwan Kamil, menawari sejumlah pengemis pekerjaan baru sebagai penyapu jalan (Tribunnews, 1/10/2013). Para pengemis itu menolak mentah - mentah dibayar hanya Rp 700,000 sebulannya. Mereka meminta gaji Rp 4 juta hingga Rp 10 juta perbulan. Permintaan gaji pengemis Bandung ini kiranya merupakan gambaran langsung pendapatan mereka sebagai pengemis (Pangulimara, 2012).

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pendapatan petani perkotaan dengan pengemis di Kota Denpasar.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah pada kawasan Kota Denpasar, untuk meneliti pendapatan petani perkotaan, Sementara untuk pengemis dilakukan pada beberapa kawasan lampu lalulintas Kota Denpasar. Lokasi penelitian dipilih secara purposive, karena di kawasan tersebutlah pihak sampel /responden akan dapat ditemukan.

  • 2.2    Responden

Responden dipilih dengan teknik eksidental sampling, karena tidak diketahui jumlah populasi dari masing – masing responden. Responden petani dipilih sebanyak 30 orang, pengemis yang dipilih sebagai berikut adalah 30 orang.

  • 2.3    Variabel dan Pengukuran Variabel

Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan pendapatan petani perkotaan dan pengemis.

Tabel 1.

Variabel dan Pengukurannya

Variabel

Indikator                 Pengukuran

Pendapatan usahatani dalam sekali panen

  • 1.    Penerimaan                 Kuantitatif

usahatani

  • -   Produksi

  • -   Harga/Unit

  • 2.  Biaya usahatani             Kuantitatif

  • -   Biaya tetap

  • -   Biaya variable

Penghasilan Pengemis dalam sekali musim panen petani

Pendapatan (Rp)              Kuantitatif

  • 2.4    Analisis Data

Data di analisis dengan analis kuantitatif yaitu dimana penerimaan di kurangi dengan total cost (biaya) sehingga dapat ditentukan pendapatan usahatani dalam sekali panen, sedangkan pendapatan pengemis dapat di hitung dengan pendapatan satu hari.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

      3.1.1    Karakteristik Umur

Menurut Thoa (2004) umur merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas kerja dengan kisaran 15 sampai 64 tahun. Umur sangat mempengaruhi pendapatan seseorang terhadap suatu rangsangan yang datang padanya ataupun rangsangan yang dirasakan oleh seseorang.

Pekerjaan sebagai petani lebih banyak dilakukann oleh responden yang berusia 30 tahun ke atas, responden pengemis rata - rata usia dibawah usia kerja produktif dan usia di atas usia kerja produktif atau usia lansia. Data lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Distribusi umur responden petani garapan dan pengemis di kota denpasar

Kelompok Umur (Tahun)

Responden Petani

Responden Pengemis

Orang

(%)

Orang

(%)

<15

0

(0)

19

(63)

15-64

18

(60)

7

(23)

>64

12

(40)

4

(13)

Jumlah

30

100

30

100

  • 3.1.2    Tingkat Pendidikan Formal Petani dan Pengemis

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini dibatasi pada pendidikan yang pernah dicapai oleh responden. Kepala keluarga pengemis pada umumnya tidak tamat SD atau tidak pernah mengenyam pendidikan. Responden petani sebagian besar responden tidak pernah mengenyam pendidikkan, dan sisanya tamat SD, SMP, dan SMA. Secara keseluruhan memperlihatkan sangat rendahnya kualitas mutu modal manusia dilihat dari tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3.

Distribusi Petani dan Pengemis menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kota

Denpasar 2015

Tingkat Pendidikan

Responden Petani

Responden Pengemis

Orang

(%)

Orang

(%)

TidakSekolah

18

(60)

30

(100)

SD

9

(30)

0

(0)

SMP

2

(7)

0

(0)

SMA

1

(3)

0

(0)

Jumlah

30

100

30

100

  • 3.1.3    Pendapatan Usahatani Pandan Wangi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata biaya untuk usahatani petani di Kota Denpasar sebesar Rp8.527.223. Untuk luas areal seluas 175 are. Adapun rincian biaya untuk usahatani dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Rata-rata biaya keseluruhan produksi petani di Kota Denpasar

Uraian

Harga Total

Penyusutan Cangkul

1.065.000

Penyusutan Sprayer

1.305.000

Tenaga Kerja Luar Penanaman

8.545.000

Tenaga Kerja Luar Penyabitan

560.000

Mesin

8.244.000

Atonik(Ml)

380.000

Green Tonik (Ml)

390.000

Gandasil D (Gr)

397.000

Gandasil B (Gr)

37.000

Tiodan (Botol)

50.000

Kampidor (Botol)

100.000

Dithane M-45 (Kg)

155.000

NPK (Sak)

1.815.000

Merah (Kg)

240.000

Matador (Ltr)

50.000

Furadan (Kg)

30.000

Dma (Botol)

150.000

Mutiara (Sak)

6.925.000

Poska (Kg)

5.290.000

Urea

8.561.500

Pembagian Penggarap Dengan Pemilik Tanah 2:1

133.706.900

Bibit

9.602.500

Biaya Total

187.598.900

Rata – Rata

8.527.223

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya dalam suatu usahatani. Keberhasilan usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola suatu usahatani. Total pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Pendapatan petani responden berbagai komoditi yang di analisis,Tahun 2015

No

Komoditi yang Ditanam

Jumlah Responden (org)

Rata-Rata Luas Garapan (are)

Total pendapatan (Rp)/ musim

Total pendapatan (Rp)/ hari

1

Semangka

15

43

17.361.000

19.290

2

Padi

9

63

20.701.200

19.167

3

Mentimun

3

48

1.213.400

6.741

4

Jagung

2

20

-807.000

-4.483

5

Cabe

1

1

1.347.700

22.462

Berdasarkan hasil penelitian petani di Kota Denpasar rata-rata pendapatan 30 responden petani dalam satu hari diperoleh petani cabe sebesar Rp 22.462, semangka

Rp 19.290, padi Rp 19.167, mentimun Rp 6.741. Sedangkan petani jagung mengalami kerugian sebesar Rp 4.483 dalam satu hari.

Rata-rata pendapatan pengemis di Kota Denpasar dalam satu hari sebesar Rp63.833. Seperti tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6.

Pendapatan pengemis dalam satu hari

No

Nama

Pendapatan /Hari (Rp)

1

Ni Wayan Kari

150.000

2

Ni Nyoman

100.000

3

Nyoman Sudantre

150.000

4

Alit

150.000

5

Nyoman Surem

80.000

6

Made Silib

50.000

7

Rai Mentul

30.000

8

Wayan Resep

70.000

9

Ni Wayan

50.000

10

Nia

100.000

11

Widi

60.000

12

Supa

60.000

13

Suarsini

60.000

14

Susanti

35.000

15

Sulasih

35.000

16

Kadek

20.000

17

Komang

25.000

18

Kadek

20.000

19

Wayan

25.000

20

Surya

25.000

21

Wayan

40.000

22

Made Suarnata

100.000

23

Made Wita

100.000

24

Sumendrani

40.000

25

Badra

80.000

26

Putri

60.000

27

Bagiarta

60.000

28

Ariastini

60.000

29

Ketut Pintu

40.000

30

Made Renteja

40.000

Jumlah

1.915.000

Rata-Rata

63.833

Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6 diketahui bahwa pendapatan pengemis lebih besar pendapatan perharinya. Perbedaan pendapatan antara petani dan pengemis di perkotaan Denpasar berbeda. Rata-rata pendapatan keseluruhan responden petani dalam satu hari lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pendapatan keseluruhan responden pengemis di Kota Denpasar.

Adapun yang ditanam oleh petani di Denpasar adalah semangka, padi, cabe, mentimun, jagung. Dengan demikian perlu pendampingan kepada petani di Kota Denpasar, agar pendapatan mereka meningkat.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.

  • 1.    Pendapatan petani semangka di Kota Denpasar dalam satu musim panen diperoleh sebesar Rp17.361000. Pendapatan petani dalam satu hari paling besar adalah petani cabe dengan pendapatan Rp22.462, sedangkan petani jagung mengalami kerugian sebesar Rp4.483 dalam satu hari. Pendapatan diperoleh dari luas lahan 175 are. Rata-rata pendapatan pengemis di Kota Denpasar dalam satu hari sebesar Rp63.833

  • 2.    Kendala – kendala petani dalam berusahatani di Kota Denpasar adalah adanyan yang menyebabkan perubahan cuaca, kurangnya ketersediaan air irigasi, serangan hama penyakit yang dapat merusak pertumbuhan tanaman.

  • 4.2  Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan hal sebagai berikut.

  • 1.    Petani di Kota Denpasar memerlukan pendampingan dari pihak yang berwenang , untuk dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Petani perlu memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia dari pihak pemerintah. Petani juga memerlukan subsidi pajak PBB, agar pengeluaran petani dapat ditekan maksimal.

  • 2.    Petani di Kota Denpasar seharusnya ikut dan membentuk koperasi subak, sebagai wadah pemasaran hasil produksi. Dengan berfungsinya koperasi subak maka posisi tawar petani akan semakin kuat. Dengan terbatasnya air irigasi, maka petani seharusnya menanam tanaman yang sesuai dengan cuaca.

  • 3.    Penanganan masalah Pengemis di Bali tidak dapat dilepaskan dari penanganan kemiskinan itu sendiri, terutama jika dilihat dari sudut pandang daerah asal pengemis. pemecahan masalah yang berkenaan dengan penanganan pengemis dapat ditinjau dari kondisi di daerah asal, dan kondisi di luar daerah asal. Prinsipnya adalah upaya pencegahan dilakukan di daerah asal sehingga mereka tidak terdorong untuk meninggalkan desanya dan mencari penghasilan di kota dengan cara mengemis. Sedangkan pengemis yang beroperasi di kota tersebut ditanggulangi atau ditangani agar tidak memperoleh penghasilan lagi.

  • 4.    Menarik untuk dikaji perlunya pertanian di daerah perkotaan.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir I Wayan Windia, SU, dan Bapak Dr. Ir. I Made Sudarma, selaku pembimbing, serta responden dalam penelitian.

Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Kegiatan Usahatani Dalam Skala Kecil. Diakses di http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-337-19382771-bab%20i.pdf.

Pangulimara, Eka. 2012. Menyoal Makmurnya Pengemis. Okezonenews, 25 Oktober 2013.

Dinas pertanian Kota Denpasar 2011. Tanaman Berusia Pendek Dengan Nilai Ekonomis Tinggi. Denpasar.

Badan pusat statistik. 2012. Survei Terhadap Usia Petani. Denpasar.

Tribun News.1/10/2013. Pendapatan Pengemis. Jabodetabek.

Mubyarto.     1986.    Perbedaan Biaya     Usahatani.     Diakses    di

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-337-19382771-bab%20i.pdf.

Depertemen Sosial R.I. 1992. Pengertian Gelandangan Pengemis. Jakarta.

Thoa, Miftah. 2004. Kepemimpinan Dalam Menejemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Badan Pusat Statistik. 2012. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok UmurPerkecamatan. Denpasar.

Badan Pusat Statistik. 2013. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan. Denpasar.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

467