E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata

ISSN: 2301-6523

Vol.4, No.4, Oktober 2015

Manajemen Rantai Pasok Benih Cabai Rawit (Kasus di Yayasan Idep, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar)

GUSTI AYU WIDISATRIANI, I WAYAN WIDYANTARA, DAN I.G.A.A.LIES ANGRENI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB Sudirman 80232 Bali

Email : [email protected] [email protected] [email protected]

Abstract

Supply Chain Management of Chili Seeds

(Case of Idep Foundation, Desa Batuan Kaler, Sub-district Sukawati, Gianyar regency)

The purpose of this study is to find out about supply chain management of chili seeds from the producer to the consumer that is conducted and to find out about the efficiency of chili seeds supply chain management on Idep Foundation. The variables analyzed were supply chain and efficiency. There are three indicators in the supply chain variables, namely (1) the pattern of supply chain, (2) marketing margin and (3) the pattern of the value chain. While the efficiency variables consists of two indicators: (1) technical efficiency index and (2) economic efficiency index.Based on the results of the analysis can be concluded that there are six kind of supply chain in Yayasan Idep that include Yayasan Idep as suplier, distributor, and retailer. Lowest supply chain contained in the supply chain that only involving suplier with Rp 5.200,00. While the supply chain that involving distributor and retailer has the same margin in the amount of Rp 6.900,00. The most technically efficient supply chain is the supply chain that involving suplier that is equal to 0 gr/km. While the most economically efficient supply chain contained in supply chain that involving distributor and retailer in the amount of Rp 1,02.

Keywords: chili seeds, supply chain, marketing margins and efficiency

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Dalam rangka pembangunan ekonomi nasional, sektor pertanian mendapat prioritas utama. Hal ini dikarenakan jika ditinjau dari berbagai segi, sektor pertanian merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Pembangunan pertanian bertujuan meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan untuk mencapai swasembada pangan, meningkatkan produksi tanaman industri dan tanaman ekspor, mewujudkan agroindustri dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, serta berusaha meningkatkan pendapatan petani (Iqbal, 2008).

Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, tidak dapat dihindari dari penggunaan benih unggul yang merupakan mata rantai pertama dalam proses budidaya tanaman. Peningkatan produksi pertanian pun banyak ditunjang oleh peran benih bermutu. Meski program perbenihan nasional telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi kebutuhan potensialnya.Benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan dalam budidaya tanaman. Menurut FAO, peningkatan campuran varietas lain dan kemerosotan produksi sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman merupakan akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya.

Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya karena bebas dari serangan hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya. (Wirawan, 2002). Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu unsur panca usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa penggunaan benih unggul yang bermutu, maka penerapan sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat bahkan menimbulkan kerugian petani (Deptan,1999).

Sebagai Negara agraris, kebutuhan produk hortikultura cukup tinggi. Potensi ekonomi beberapa tanaman hortikultura sangat besar. Hortikultura adalah komoditas yang memiliki masa depan sangat cerah dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang (Sunu, 2006). Salah satu komoditi hortikultura yang perlu mendapat perhatian adalah komoditi cabai rawit. Di Kabupaten Gianyar terdapat sebuah yayasan yang membudidayakan benih cabai rawit. Permintaan terhadap benih cabai tersebut cukup tinggi. Sehubungan dengan permintaan benih cabai yang cukup tinggi maka perlu dilakukan manajemen rantai pasok yang baik dalam Yayasan Idep ini agar mampu mencukupi kebutuhan pelanggan seefisien mungkin.

  • 1.2    Tujuan penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen rantai pasok benih cabai rawit mulai dari produsen sampai ke konsumen yang diterapkan oleh Yayasan Idep. Untuk mengetahui efisiensi manajemen rantai pasok benih cabai rawit pada Yayasan Idep.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yasayan Idep yang terletak di Desa Batuan Kaler Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar pada bulan Desember 2014 sampai bulan Mei 2015. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling).

  • 2.2    Penetuan Sampel Penelitian

Penentuan responden petani dalam penelitian ini dengan menggunakan metode sensus yaitu semua anggota populasi petani digunakan sebagai responden. Responden petani dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi tersebut yaitu 20 orang petani. Pengambilan populasi pedagang yang tidak diketahui menggunakan metode snowballing. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam dalam penelitian ini ada dua lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul sebanyak 2 orang, dan pedagang pengecer sebanyak 5 orang. Dalam penelitian ini juga melibatkan informan kunci yaitu pihak-pihak yang bersangkutan pada Yayasan Idep.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data, Variabel Penelitian dan Metode Analisis

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi langsung ke tempat penelitian yaitu Yayasan Idep dan lokasi pembudidayaan benih cabai rawit di Kabupaten Bangli melalui wawancara langsung dengan responden dan informan kunci serta dokumentasi. Adapun variable-variabel dalam penelitian ini adalah analisis rantai pasok yaitu pola rantai pasok serta rantai nilai, dan efisiensi pemasaran baik secara teknis maupun ekonomis. Variabel-variabel tersebut akan dianalisis dengan metode analisis kuantitatif berupa marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran, dan analisis kualitatif berupa pola rantai pasok dan rantai nilai.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden Petani

Karakteristik responden penelitian disini dibagi menjadi karakteristik petani responden dan pedagang responden. Karakteristik petani responden dapat diuraikan menjadi lima yaitu identifikasi umur petani responden, pendidikan responden, status penguasaan lahan, pengalaman membudidayakan benih cabai rawit serta luas tanam cabai rawit.

  • 1.    Identifikasi umur petani responden

Dari 20 orang petani responden yang bekerjasama dengan Yayasan Idep dalam membudidayakan benih cabai rawit diperoleh data ra-rata tumur petani dengan adalah 61 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden petani yang membudidayakan benih cabai rawit berada dalam golongan usia produktif.

  • 2.    Pendidikan responden

Petani responden yang bekerjasama dengan Yayasan Idep dalam membudidayakan benih cabai rawit memiliki tingkat pendidikan dari SD, SLTP dan SLTA. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar petani responden menempuh pendidikan sampai jenjang SLTA yaitu sejumlah 60% dari 20 orang petani responden.

  • 3.    Status penguasaan lahan

Lahan merupakan faktor produksi yang mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 orang petani responden berstatus sebagai pemilik lahan 100%.

  • 4.    Pengalaman responden membudidayakan benih cabai rawit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani responden membudidayakan benih cabai rawit ini belum terlalu lama. Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 20 orang petani responden atau keseluruhan dari petani responden telah berpengalaman membudidayakan benih cabai rawit ini selama 2 tahun. Hal ini dikarenakan Yayasan Idep selaku pihak yang diajak bekerjasama oleh petani responden memulai usaha pembudidayaan benih cabai rawit ini sejak 2 tahun lalu.

  • 5.    Luas tanam cabai rawit

Dari 20 orang petani responden atau keseluruhan petani responden memiliki luas tanam cabai rawit dibawah 1 are yaitu 0,5 are.

  • 3.2    Karakteristik Responden Pedagang

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah pedagang sebanyak tujuh orang, yang terdiri atas dua orang pedagang pengumpul, dan lima orang pedagang pengecer. Dalam penelitian ini Yayasan Idep selaku pihak yang diajak bekerjasama oleh petani merupakan pedagang besar. Karakteristik responden pedagang yang akan diuraikan adalah kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan dan lamanya berdagang benih cabai rawit.

  • 1.    Identifikasi responden pedagang berdasarkan kelompok umur

Keseluruhan usia responden pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer dalam penelitian ini berkisar 15 sampai dengan 64 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keselurahan pedagang responden berada dalam golongan usia produktif.

  • 2.    Identifikasi responden pedagang berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 57% pedagang responden merupakan perempuan. Seluruh pedagang pengumpul dalam penelitian ini adalah perempuan , begitu pula dengan pedagang pengecer. Sebanyak 3 orang atau 60% dari pedagang pengecer adalah perempuan.

  • 3.    Identifikasi responden pedagang berdasarkan pendidikan

Pendidikan formal responden untuk keseluruhan pedagang pengumpul yaitu tamat SLTA. Sedangkan untuk pedagang pengecer sebagian besar yaitu sekitar 80% nya memiliki pendidikan formal tamat perguruan tinggi (S1).

  • 4.    Identifikasi responden pedagang berdasarkan lamanya berdagang

Pengalaman dalam menjual benih cabai rawit ini juga merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan pedagang dalam mengembangkan pemasaran benih cabai rawit. Dalam penelitian ini, karena Yayasan Idep baru mengembangkan usaha budidaya benih ini kurang lebih selama 2 tahun jadi tentu saja pengalaman pedagang respon dalam berjualan benih tergolong masih baru berkisar dari 1 sampai 1,5 tahun.

  • 3.3    Kemitraan Petani Pembudidaya Benih cabai Rawit dengan Yayasan Idep

Menjalin kemitraan yang erat menjadi salah satu pilar kegiatan dalam menunjang kinerja operasional perusahaan. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, Yayasan idep bekerjasama dengan 20 orang petani untuk membudidayakan benih hortikultura. Melalui kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui antara kedua belah pihak maka kerjasama ini dapat berlangsung. Keseluruhan petani yang bekerjasama dengan Yayasan Idep ini akan menjual benih yang mereka budidayakan kepada Yayasan Idep dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Untuk benih cabai rawit Petani menjual benih seharga Rp 1,500,- /gram kepada Yayasan Idep. Bahan baku dan sarana produksi dalam pembudidayaan benih pun diperoleh dari Idep. Jadi penentuan komoditi apa yang akan di tanam oleh petani ditentukan oleh Yayasan Idep.

  • 3.4    Pelaku Rantai Pasok pada Tingkat Pedagang

Pada komoditas benih cabai rawit, pelaku rantai pasok di tingkat pedagang terbagi ke dalam beberapa level yang terdiri atas pedagang pengumpul sebanyak 2 orang dengan rata-rata penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul ini adalah 2.000 gram/minggu , dengan harga jual Rp 7.800,00/gram dan 5 orang pedagang pengecer dengan rata-rata volume penjualan 1.800 gram/minggu.

  • 3.5    Manajemen Rantai Pasok Benih Cabai Rawit

Menurut Indrajit (2003), rantai pasok merupakan suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan dan penyaluran barang tersebut.

Simichi-Levi dan David (2000) menyatakan manajemen rantai pasok sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien, sehingga produk dapat dihasilkan dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan.

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Pedagang besar (Yayasan Idep) berperan mengumpulkan benih cabai rawit dari petani. Pedagang besar melakukan sortasi dan pengemasan terlebih dahulu sebelum dijual ke pedagang pengumpul dan pengecer. Pedagang pengumpul berperan mengumpulkan benih cabai rawit dari pedagang besar kemudian dijual kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer berperan mengumpulkan benih cabai rawit yang dibeli dari pedagang pengumpul, dan pedagang besar setelah itu menjual ke konsumen.

  • 3.5.1    Pola Rantai pasok Benih Cabai Rawit pada Yayasan Idep

Menurut Pujawan (2005), pada suatu rantai pasok terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua, aliran uang (fnansial) yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi yang terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat enam rantai pasok yang dimanfaatkan oleh Yayasan Idep dalam menyalurkan benihnya dengan melibatkan tiga macam aliran yaitu aliran produk atau barang, aliran financial dan aliran informasi. Aliran produk dalam rantai pasok benih cabai rawit pada Yayasan Idep yaitu :

  • 1.    Produsen     Yayasan idep    Pedagang pengepul    Pedagang pengecer

Konsumen

  • 2.    Produsen    Yayasan idep     Pedagang pengepul   Pedagang pengecer

Konsumen

  • 3. Produsen   Yayasan idep    Pedagang pengecer    Konsumen

  • 4. Produsen   Yayasan idep    Pedagang pengecer    Konsumen

  • 5. Produsen   Yayasan idep    Pedagang pengecer    Konsumen

  • 6. Produsen   Yayasan idep    Konsumen

Aliran finansial merupakan perpindahan uang yang mengalir dari hilir ke hulu. Aliran keuangan mengalir dari konsumen hingga ke petani produsen. Berdasarkan Gambar 5.1, tentang pola aliran dalam rantai pasokan benih cabai rawit menunjukkan bahwa keuangan mengalir dari konsumen sampai kepada petani produsen. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan akan terjadi transaksi apabila ada kesepakatan dan kesesuaian produk dengan harga yang ditawarkan.

Aliran informasi merupakan aliran yang terjadi baik dari hulu ke hilir maupun sebaliknya dari hilir ke hulu. Informasi yang mengalir berkaitan dengan stok benih, jumlah permintaan, harga benih, maupun informasi terkait peraturan penyimpanan benih.

  • 3.5.2    Marjin Pemasaran

Adapun data mengenai marjin pemasaran pada masing-masing rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 1. Dibawah ini.

Tabel 1. Marjin Pemasaran Masing-masing Saluran Pada Komoditas Benih Cabai Rawit di Yayasan Idep Tahun 2015.

Marjin pemasaran (Rp/gram)

No

Lembaga pemasaran

Saluran I

Saluran II

Saluran III

Saluran IV

Saluran

V

Saluran

VI

1

Pedagang besar ( Idep)

5200

5200

5200

5200

5200

5200

2

Pedagang pengumpul

1100

1100

0

0

0

0

3

Pedagang pengecer

600

600

1700

1700

1700

0

Jumlah

6900

6900

6900

6900

6900

5200

Sumber : diolah dari data primer

Tabel 1, menginformasikan bahwa nilai marjin terendah terdapat pada saluran enam yaitu sebesar Rp 5.200,00/gram. Hal ini disebabkan karena saluran pemasaran enam paling pendek dibandingkan dengan lima saluran pemasaran lainnya. Sedangkan lima saluran pemasaran lainnya memiliki nilai marjin yang sama yaitu sebesar Rp 6.900,00/gram.

  • 3.5.3    Pola Rantai Nilai

Setiap rantai pasok terdapat proses penambahan nilai. Oleh karena itu harga jual pada setiap rantai akan lebih besar daripada harga pembelian, sebagai akibat dari penambahan biaya. Rantai nilai disini menunjukkan nilai jual benih cabai rawit pada setiap pelaku usaha, sehingga dapat diketahui nilai yang dapat ditambahkan pada setiap tahapan. Dalam setiap rantai nilai pada masing-masing saluran, penambahan nilai tertinggi terdapat pada pedagang besar (Yayasan Idep) yaitu sebesar Rp 5.200,00.

  • 3.6    Efisiensi pada Rantai Pasok Benih Cabai Rawit

Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan (Hasibuan, 1984).

Tabel 2. Perbandingan Efisiensi Teknis dan Ekonomis pada Setiap Rantai Pasok

No    Uraian

Rantai Pasok

I         II         III        IV       V       VI

1 Volume Penjualan (gr)

3000     1000      3000     1000    1000      440

2 Harga Jual Petani (Rp/gr)

1500      1500      1500     1500    1500     1500

3 Harga Jual Konsumen (Rp/gr)

8400     8400      8400     8400    8400     6700

4 Total Keuntungan (Rp)

3491.14   3491.14   3481.13    3372.8  3397.8    1997.8

5 Total Biaya (Rp)

3408.86   3408.86   3418.87   3527.2  3502.2    3202.2

6

Jarak (km)

8

6

6

5

6.5

0

7

Indeks Efisiensi Teknis (Rp/gr/km)

9.09

20.45

6.84

17.64

22.76

0.00

8

Indeks Efisiensi Ekonomis Rp (π/C)

1.024

1.024

1.018

0.96

0.97

0.62

Nilai indeks efisiensi teknis yang paling rendah terdapat pada rantai pasok enam yaitu sebesar 0 gr /km. Hal ini menyatakan bahwa rantai pasok tiga sudah dikatakan efisien secara teknis karena nilainya paling rendah. Nilai indeks efisiensi ekonomis yang paling tinggi terdapat pada rantai pasok satu dan dua yaitu sebesar Rp 1,024. Hal ini menyatakan bahwa rantai pasok satu dan dua sudah dikatakan efisiensi secara ekonomis dimana satu unit biaya lebih besar maka dikatakan efisien secara ekonomis.

  • 4.    Penutup

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan analisis manajemen rantai pasok pada Yayasan Idep maka dapat disimpulkan

  • 1.    Terdapat enam rantai pasok yang dimanfaatkan oleh Yayasan Idep dalam menyalurkan benih cabai rawit yaitu :

    a)


    b)


    c) d) e) f)


Produsen   Yayasan idep    Pedagang pengepul    Pedagang pengecer

Konsumen

Produsen   Yayasan idep    Pedagang pengepul    Pedagang pengecer

Konsumen

Produsen

Produsen

Produsen

Produsen


Yayasan idep    Pedagang pengecer    Konsumen

Yayasan idep    Pedagang pengecer    Konsumen

Yayasan idep    Pedagang pengecer    Konsumen

Yayasan idep    Konsumen

  • 2.    Rantai pasok yang paling efisien secara teknis yang memiliki nilai terendah terdapat pada rantai pasok yang melibatkan Yayasan Idep saja sebagai pedagang besar yaitu sebesar 0 gr /km. Sedangkan efisiensi secara ekonomis terdapat pada rantai pasok yang melibatkan Yayasan idep selaku pedagang besar, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1,02.

  • 4.2    Saran

  • 1.    Yayasan Idep sebaiknya lebih meningkatkan lagi produksi benih cabai rawitnya sehingga penjualan benih cabai rawitnya secara langsung dapat lebih ditingkatkan, karena rantai pasok enam merupakan rantai pasok yang paling efisien dan efektif bagi Yayasan Idep. Apabila Yayasan Idep mampu meningkatkan penjualannya secara langsung, maka hal ini dapat meminimalkan biaya transportasi.

  • 2.    Mengingat kebutuhan benih di Bali yang cukup tinggi, sebaiknya target pasar dalam pemasaran benih cabai rawit ini tidak hanya di seputaran Kabupaten Gianyar dan Denpasar, tetapi juga nantinya bisa dipasarkan ke seluruh Bali.

  • 5.    Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini, yaitu kepada Yayasan Idep khususnya Bapak Wayan, Bu Desak dan Kak Ngurah Pagan serta para petani dan pedagang yang bekerjasama dengan Yayasan Idep, dosen pembimbing, orang tua dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Daftar Pustaka

Deptan. 1999. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

Hasibuan, Malayu S.P, 1984, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung.

Indrajit, RE dan R. Djokopranoto. 2003. KonsepManajemen Supply Chain : Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta: PT Grasindo.

Iqbal, M. Dan T. Sudaryanto. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Prespektif Kebijakan Pembangunan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 2, Juni 2008: 155-173.

Mubyarto.1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pujawan, N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.

Simchi-Levi, David. 2003, Designing and Managing the Supply Chain – Concepts, Strategies and Case Studies, 2nd ed., International Edition. McGraw-Hill/Irwin. New York.

Sunu dan Wartoyo. 2006. Dasar Horticultura. Surakarta: Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Wirawan,B dan S.Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Jakarta: Penebar Swadaya.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

297