Analisis Sistem Pemasaran Stroberi Pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng
on
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata
ISSN: 2301-6523
Vol. 4, No. 3, Juli 2015
Analisis Sistem Pemasaran Stroberi Pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng
YOHAN DICA MANURUNG, I NYOMAN GEDE USTRIYANA, DAN RIA PUSPA YUSUF
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232 Bali Email : [email protected] [email protected] [email protected]
Abstract
Analysis of Marketing System Strawberry on Koptan Bali Buyan Berry in the Village of Pancasari District Buleleng
The study aims to determine of the function, structure, conduct and the performance of the market. Data used in this study is qualitative data and quantitative data, the data obtained and analyzed. The results showed on the functioning of the market there are three functions, namely market exchange, physical and facilities. Total of marketing agencies that are in the market structure as much as 1 merchant wholesalers, traders inter-city, inter-island trader and 4 retailers. Pricing in the study by bargaining and how to pay the monthly farmers with cash, the inter-city merchant cash once a month, on the inter-island trader bimonthly cash and at retailers with cash paid on the spot. The performance of the market and the marketing margin is calculated with the farmer's share. At first marketing channel marketing margin is IDR 12,000 to the farmer's share of 53.84%, the second marketing channel marketing margin is IDR 14,000 to the farmer's share of 50% and the third marketing channel marketing margin of IDR 17,250 to the farmer's share of 44.48%. Farmers should sell strawberries not only to the marketing agencies that already have the attachment of cooperation in order to obtain a higher sales price.
Keywords : Structure, Conduct and Performance, Strawberry
Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harap yang digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah (Depkes RI, 2005). Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan memegang bagian terpenting dari keseimbangan pangan, sehingga harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, aman konsumsi, harga yang terjangkau, serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Komoditas hortikultura memiliki keunggulan berupa
nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010).
Stroberi merupakan salah satu komoditas buah buahan yang terpenting di dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis. Permintaan dunia akan buah stroberi cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi pertanian yang semakin maju, kini stroberi mendapat perhatian pengembangannya di daerah beriklim tropis. Di Indonesia, walaupun stroberi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun pengembangan komoditas ini dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam sektor pertanian. Stroberi ternyata dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik dalam kondisi seperti di Indonesia (Budiman dan Saraswati, 2008). Menurut Badan Pusat Statistik (2012), produksi stroberi di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 19.132 ton dan mengalami perkembangan produksi 29,87% (5.714 ton) di tahun 2010 yaitu mencapai 24.846 ton. Di tahun 2011 volume produksi stroberi meningkat lagi menjadi sebesar 41.035 ton dengan persentasi peningkatan 68%.
Peningkatan produksi stroberi mampu memenuhi permintaan pasar, akan tetapi tidak diimbangi dengan upaya pengembangan yang antisipasif terhadap perilaku pasar. Perilaku pasar dalam efisiensi pemasaran adalah bagaimana peserta pasar yaitu produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Aspek pemasaran hasil produksi pertanian masih banyak ditentukan oleh lembaga pemasaran. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini mendasarkan pada konsep inti system pemasaran yaitu: kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai; biaya dan kepuasan; pertukaran;transaksi dan hubungan pasar; pemasaran serta pemasar (Purnawarman, 2001).
Desa Pancasari merupakan salah satu daerah yang potensial untuk sentra produksi stroberi guna memenuhi permintaan pasar. Peningkatan produksi stroberi di Kabupaten Buleleng akan berpengaruh terhadap pendapatan petani stroberi khususnya pada Koptan Bali Buyan Berry. Dalam hal ini, lembaga pemasaran diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah pemasaran yang terjadi dengan melakukan sistem pemasaran yang baik. Adanya peranan pedagang pengepul dalam sistem pemasaran stroberi pada Koptan Bali Buyan Berry sangat dominan berpengaruh terhadap pendapatan para petani di kelompok tani ini, sebab petani hanya bisa menjual stroberi hanya pada pedagang pengepul saja karena adanya keterikatan dan kesepakatan kerjasama. Oleh karena itu penelitian tentang analisis sistem pemasaran stroberi pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng, sangat penting dilihat dalam aspek sistem pemasarannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui.
-
1. Struktur pasar pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng.
-
2. Perilaku pasar pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng.
-
3. Keragaan pasar pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Lokasi ini dipilih dengan metode purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Desa Pancasari merupakan salah satu daerah sentra produksi stroberi di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan menggunakan analisis sistem pemasaran stroberi di lokasi tersebut.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah petani, pedagang pengepul, pedagang antar kota, pedagang antar pulau dan pedagang pengecer. Dalam penelitian ini dijadikan sampel petani adalah Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari dengan jumlah anggota 23 orang. Sedangkan populasi lembaga pemasaran seperti pedagang pengepul yang juga berprofesi sebagai pedagang antar kota dan antar pulau terdiri dari 1 orang dan 4 orang pedagang pengecer. Sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah sebanyak 28 orang responden.
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi identitas responden, serta menghitung marjin pemasaran dan farmer’s share. Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi struktur pasar dan perilaku pasar. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara langsung, observasi dan dokumentasi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian Analisis Sistem Pemasaran Stroberi pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng adalah analisis struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar.
Saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk barang atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen (Saefudin, 1986). Dalam menyalurkan barang dan jasa peran lembaga pemasaran juga turut andil sebab lembaga pemasaran
adalah lembaga perantara yang terlibat dalam proses penyampaian barang atau jasa dari pihak prodesen hingga ke tangan konsumen. Dalam penelitian ini terdapat 3 saluran pemasaran, yaitu :
-
1. Petani ÷ Pedagang pengepul/ antar kota ÷ Hotel
-
2. Petani ÷ Pedagang pengepul/ antar pulau ÷ Perusahaan pengolahan ÷ Konsumen
-
3. Petani ÷ Pedagang pengepul ÷ Pengecer ÷ Konsumen
Lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses penyampaian stroberi dari lokasi panen pada petani sampai ke konsumen disertai dengan peningkatan nilai guna komoditi ini(Limbong dan Sitorus, 1987). Fungsi-fungsi lembaga pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran terkait adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi lembaga pemasaran stroberi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut ini.
Tabel 1. Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Stroberi pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng
Fungsi-fungsi Pemasaran
Lembaga |
Fungsi |
Aktivitas |
Pertukaran |
Penjualan, Pembelian | |
Pedagang Pengepul, |
Fisik |
Penyimpanan, Pengangkutan |
Antar Kota dan Antar Pulau |
Fasilitas |
Standarisasi/Grading, Penanggungan Resiko |
Pertukaran |
Penjualan, Pembelian | |
Pengecer |
Fisik |
Pengangkutan |
Fasilitas |
Penanggungan Resiko |
Sumber : diolah dari data primer
Lembaga pemasaran stroberi pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari yang terlibat adalah pedagang pengepul, pedagang antar kota, pedagang antar pulau dan pedagang pengecer. Pedagang pengepul yang juga berprofesi sebagai pedagang antar kota dan antar pulau berjumlah 1 orang. Serta pedagang pengecer berjumlah 4 orang. Jika dilihat dari jumlah pembeli dan penjual dari petani ke pedagang pengepul yang terlibat dalam pemasaran stroberi di daerah penelitian, maka struktur pasar dalam penelitian ini mengarah pada persaingan tidak sempurna yaitu struktur pasar monopsoni. Karena hanya ada satu pembeli saja dari para petani yaitu pedagang pengepul. Petani hanya bisa menjual hasil panen stroberi kepada satu orang pembeli saja yaitu pedagang pengepul sebab adanya hubungan keterikatan dan kesepakatan kerjasama.
Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya hambatan untuk memasuki pasar. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari penelitian pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng, pada tingkat petani (produsen) hambatan untuk keluar masuk pasar adalah pada lembaga pemasaran yaitu kepada pihak pengepul, disini petani tidak bisa menjual hasil panen stroberi kepada pihak lembaga pemasaran lainnya sebab sudah adanya keterikatan dan kesepakatan kerjasama sehingga semua hasil panen harus dijual kepada pihak pengepul. Pada tingkat pengecer hambatan yang dihadapi adalah modal untuk membeli stroberi, serta hambatan untuk pengecer adalah lokasi mereka berjualan dan persaingan harga yang ditimbulkan antar sesama pedagang pengecer. Pada tingkat pedagang pengepul, antar kota dan antar pulau adalah tidak bisa menjual kepasar lain sebab sudah memiliki keterkaitan dengan lembaga pemasaran yang ada yaitu daerah tujuan distribusi.
Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil (Dahl dan Hammond, 1997). Perilaku pasar yang diamati dalam penelitian ini meliputi praktek pertukaran, bagaimana penentuan harga dan cara bayar, serta kerjasama.
Para petani (produsen) stroberi menjual semua hasil panennya kepada satu pedagang pengepul. Petani mengangkut semua hasil stroberi dan mengantarnya ke pedagang pengepul. Petani tidak bisa menjual stroberi kepada lembaga pemasaran lainnya sebab adanya keterikatan dan kesepakatan kerjasama dengan pengepul. Harga stroberi ditentukan oleh petani dan pedagang dengan proses tawar menawar, harga jual stroberi dari petani ke pedagang pengepul adalah Rp 14.000/Kg. Selanjutnya dari pengepul yang juga bertindak sebagai pedagang antar kota dan antar pulau menjual stroberi yang dibeli dari para petani kepada langganannya yang tersebar di beberapa daerah distribusi dan mengangkutnya langsung ke daerah tujuan distribusi seperti Kota Denpasar, Singaraja, Malang dan Surabaya. Untuk pedagang pengecer membeli langsung stroberi dan mendatangi pedagang pengepul, kemudian mengangkut stroberi ke pasar tempat berjualan dan menjual stroberi di pasar langsung kepada konsumen.
Pada praktek penentuan harga dan cara bayar di lokasi penelitian, antara petani dan pedagang pengepul menentukan harga dengan cara tawar-menawar oleh keduanya, jadi antara petani dan pedagang pengepul mempunya kekuatan yang sama dalam proses penentuan harga. Dalam sistem cara bayar, pedagang pengepul membayar pembelian stroberi kepada petani dengan sistem tunai dibayar sebulan sekali. Pedagang antar kota dan antar pulau proses penentuan harga kepada langganan di kota dan pulau tujuan juga ditentukan dengan proses tawar menawar, untuk sistem pembayaran pedagang antar kota dibayar satu bulan sekali dengan tunai oleh pihak langganannya di Kota, sedangkan untuk pedagang antar pulau dibayar dua bulan sekali dengan tunai oleh pihak langannannya di luar pulau. Pada pihak pengecer harga beli stroberi ditentukan oleh pedagang pengepul itu sendiri, sistem
pembayaran yang dilakukan antara pedagang pengecer dan pengepul adalah dibayar langsung dengan tunai.
Kerjasama yang terjadi dalam penelitian ini hanya pada para petani dan pedagang pengepul, antar kota dan antar pulau, sebab antara keduanya memiliki hubungan keterikatan dan kesepakatan kerjasama. Para petani menjual semua hasil panen stroberi kepada pedagang pengepul dan pedagang pengepul menerima semua hasil panen stroberi yang dijual oleh petani. Sedangkan antara pedagang pengepul dan pedagang pengecer tidak ada kerjasama, mereka hanya sebatas langgganan saja.
Keragaan pasar dalam penelitian ini meliputi penghitungan marjin pemasaran dan farmer’s share pada setiap saluran pemasaran. Marjin pemasaran sering digunakan sebagai indicator efesiensi pemasaran, besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat berbeda karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran dan farmer’s share merupakan bagian harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir (Jumiati, 2013). Pada penelitian ini terdapat 3 saluran pemasaran. Masing- masing saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Analisis Sistem Pemasaran Stroberi Pada Koptan Bali Buyan Berry Di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng Pada Saluran Pemasaran I
Lembaga Pemasaran Harga (Rp/Kg) Share (%)
Petani (Produsen) : a. Harga Jual |
14000 |
53.84 |
PedagangAntar Kota : | ||
a. Harga Beli |
14000 | |
b. Biaya : |
5800 | |
Biaya Transport |
2000 | |
Biaya Packing |
3000 | |
Biaya Tenaga Kerja |
800 | |
c. Keuntungan |
6200 | |
d. Harga Beli Konsumen |
26000 | |
Marjin Pemasaran |
12000 | |
Sumber : diolah dari data primer |
Dari tabel diatas, marjin pemasaran pada saluran I sebesar Rp 12.000 dengan harga beli ditingkat pedagang antar kota kepada petani (produsen) sebesar Rp 14.000 per kilogram, dimana biaya sebesar Rp 5.800 perkilogram akan mendapatkan keuntungan perkilogram sebesar Rp 6.200. Saluran pemasaran I menunjukkan share harga yang diterima oleh petani cukup besar, yaitu 53,84 %.
Tabel 3. Analisis Sistem Pemasaran Stroberi Pada Koptan Bali Buyan Berry Di Desa Pancasari Kabupaten Buleleng Pada Saluran Pemasaran II
Lembaga Pemasaran |
Harga (Rp/Kg) |
Share (%) |
Petani (Produsen) : | ||
a. Harga Jual |
14000 |
50 |
Pedagang Antar Pulau : | ||
a. Harga Beli |
14000 | |
b. Biaya : |
6864.7 | |
Biaya Transport |
3000 | |
Biaya Packing |
2000 | |
Biaya Tenaga Kerja |
164.7 | |
Biaya Ongkos Cabut |
600 | |
Biaya Penyimpanan Frozen |
1100 | |
c. Keuntungan |
7135.3 | |
d. Harga Beli Konsumen |
28000 | |
Marjin Pemasaran |
14000 |
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan penelitian, marjin pemasaran pada saluran II sebesar Rp 14.000 dengan harga beli ditingkat pedagang antar pulau kepada petani (produsen) sebesar Rp 14.000 per kilogram, dimana biaya sebesar Rp 6.484,7 perkilogram akan mendapatkan keuntungan perkilogram sebesar Rp 7.1353. Sistem saluran pemasaran II menunjukkan Share harga yang diterima oleh petani menunjukkan presentase yang seimbang yaitu 50 %.
Tabel 4. Analisis Sistem Pemasaran Stroberi Pada Koptan Bali Buyan Berry Di
Desa Pancasari Kabupaten Buleleng Pada Saluran Pemasaran III
Lembaga Pemasaran |
Harga (Rp/Kg) |
Share (%) |
Petani : | ||
a. Harga Jual |
14000 |
44.48 |
Pengepul : | ||
a. Harga Beli |
14000 | |
b. Keuntungan |
2000 | |
c. Harga Jual |
16000 | |
Pengecer : | ||
a. Harga Beli |
16000 | |
b Biaya : |
2218.18 | |
Sewa Tempat |
218.18 | |
Packing |
2000 | |
c. Keuntungan |
13031.82 | |
d. Harga Beli Konsumen |
31250 | |
Marjin Pemasaran |
17250 |
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel diatas, marjin pemasaran pada saluran III sebesar Rp 17.250. Harga beli ditingkat pengepul sebesar Rp 14.000 dan keuntungan perkilogram sebesar Rp 2.000. Harga beli ditingkat pedagang pengecer sebesar Rp 16.000 dengan biaya sebesar Rp 2.2218,18 per kilogram akan mendapatkan keuntungan keuntungan sebesar Rp 13.031,82. Sistem saluran pemasaran III menunjukkan Share harga yang diterima oleh petani sangat kecil dari semua saluran pemasaran yang ada dalam penelitin ini, yaitu sebesar 44,8 %.
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
-
1. Pada struktur pasar, terdapat tiga saluran pemasaran stroberi di lokasi penelitian. Fungsi lembaga pemasaran yang terjadi adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat ada lima yaitu, pedagang pengepul yang juga berprofesi sebagai pedagang antar kota dan antar pulau berjumlah satu orang dan empat orang pedagang pengecer. Kondisi keluar masuk pasar hambatan yang terjadi pada petani tidak bisa menjual kepada lembaga lain selain pedagang pengepul, pedagang pengepul sudah memiliki daerah distribusi, pedagang pengecer kesulitan dalam modal dan persaingan harga.
-
2. Perilaku pasar dalam pasar praktek pertukaran, petani menjual kepada pedagang pengepul, kemudian dari pedagang pengepul stroberi disalurka ke kota dan pulau tujuan sedangkan pedagang pengecer menyalurkan langsung stroberi kepada konsumen dipasar. Penentuan harga dengan proses saling tawar menawar dan cara bayar dengan sistem tunai. Kerjasama hanya antar petani dang peagang pengepul.
-
3. Keragaan pasar, marjin pemasaran tertinggi terletak pada saluran pemasaran III karena melibatkan dua lembaga pemasaran, marjin pemasaran terendah pada saluran pemasaran I dan II. Farmer’s share tertinggi terletak pada saluran pemasaran I karena marjin pemasarannya rendah sedangkan farmer’s share paling rendah pada saluran pemasaran II sebab saluran pemasaran yang dilalui terlalu panjang.
Petani sebaiknya menjual hasil panen tidak hanya pada lembaga pemasaran yang sudah memiliki keterikatan kerjasama agar memperoleh harga penjualan yang lebih tinggi. Lembaga pemasaran hendaknya jangan mencari keuntungan yang terlalu banyak dari harga jual kembali yang diberikan kepada konsumen akhir.
-
5. Ucapan Terimakasih
Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Ketua Kelompok Tani Bali Buyan Berry beserta seluruh anggotanya yang menjadi responden penelitian yang telah memberikan bantuan dan meluangkan aktunya untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Laporan Produksi Stroberi tahun 2010. BPS Indonesia. Jakarta
Budiman & Saraswati. 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.
Dahl, D.C and Hammond, J. 1997. Market and PriceAnalysis The Agricultural Industries.Mc. New York: Graw-Hill, Inc.
Departemen Kesehatan. 2005. Pola Pangan Harapan. Direktorat Jendral Departemen Kesehatan
Direktorat Jendral Hortikultura. 2010. Rencana Strategis Hortikultura. Jakarta.
Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian.
Jumiati, E. 2013. Analisis Saluran Pemasaran dan Marjin Pemasaran Kelapa Di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur. AGRIFOR, Volume 12, No 1.
Limbong, W. H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.
Purnawarman. 2001. Strategi Pemasaran dan Pengendalian Mutu Produk. Internet [Artikel on_line]. http://konseppemasaran.com. Diunduh tanggal 20 Oktober 20014.
Saefudin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta.
Singarimbun, Masri. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Jakarta: Penerbit LP3ES
202
Discussion and feedback