E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523

Vol. 4, No. 1, Januari 2015

Faktor-Faktor yang Menghambat Partisipasi Petani Subak Abian Sari Boga dalam Pengembangan Ekowisata di Banjar Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang

I KADEK ARIANTA, I KETUT SURYA DIARTA, DAN I MADE SARJANA

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. P.B Sudirman Denpasar 80232 Bali

E-mail: [email protected] [email protected] [email protected]

Abstract

Factors that Inhibiting Participation of Subak Abian Sari Boga Member in Ecotourism Development at Kiadan Village, Petang District.

World Tourism Organization (WTO), revealed there are some new developments in the world of tourism, namely the tendency of the global community to get back to nature. Thus the interest of tourists to travel to natural places become greater. This trend is the trigger for the development of tourism based on the natural environment. One of the villages that develop ecotourism in Bali is Kiadan village, which is located in Badung regency. Ecotourism in the village is in synergy with Subak Abian Kiadan. problem that appears is lack participation of subak member in the development of ecotourism. Purpose of this research is to determine the factors that hinder participation members of Subak in the development of ecotourism. Factor analysis method is used to answer the research objectives. The variables in this analysis include internal factors and external factors. Factor analysis generate four new factors with eigenvalue> 1. these four factors can explain 65.943% of the total variance parameters that affect the inhibition of Subak members' participation in the development of ecotourism. These four factors that hinder participation in the development of ecotourism Subak members, namely: (1) the distribution factor of information, communication, benefits and improving incomes; (2) social environmental factors, fulfilling the needs of households and benefits for farming; (3) the compatibility factor of kind of work and farm income; and (4) the location of ecotourism and exclusivity factor farmer involvement.

Keywords: Participation, Farmer, Subak Abian, Ecotourism

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1    Latar Belakang

Perkembangan pariwisata di Bali sangat berpengaruh pada perkembangan perekonomian Bali. Pariwisata menjadi sektor penyumbang pendapatan terbesar di Bali. Menurut data Bali dalam Angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2009, terlihat bahwa pariwisata menyumbangkan pendapatan terbesar yakni sebesar 17.868,61 miliar rupiah (29,63%) (BPS, 2013). Sektor pariwisata juga menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat Bali dan sekaligus menjadi tumpuan hidup masyarakat Bali. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata sangat berpengaruh dalam perkembangan pembangunan Bali. Keindahan alam, kebudayaan dan adat-istiadatnya yang ada di Bali menarik minat wisatawan domestik maupun manca negara untuk datang berkunjung ke Bali. Hal ini yang menjadikan Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di dunia ( Atmaja, 2002).

Perkembangan pariwisata yang sangat pesat menyebabkan alih fungsi lahan yang berdampak pada berkurangnya lahan pertanian di Bali. Dilihat dari kondisi jumlah areal sawah di Bali yang terus berkurang, yakni pada tahun 1997,1998, dan 1999, berturut-turut seluas 100.221,53 ha, 98.117 ha, dan 95.338 ha (Windia, 2006). Dampak alih fungsi lahan pertanian akibat perkembangan pariwisata massa di Bali sangat dirasakan oleh organisasi masyarakat tradisional yang mengelola air irigasi atau yang disebut Subak.

Laporan yang dikeluarkan World Turism Organization (WTO), mengungkapkan adanya beberapa kecenderungan dan perkembangan baru dalam dunia kepariwisataan yang mulai muncul pada tahun 1990-an, yaitu kecenderungan masyarakat global untuk kembali ke alam (back to nature) (Arida,2009). Maka dari itu minat masyarakat dunia untuk berwisata ke tempat-tempat alami semakin besar. Menurut Arida (2009) minat tersebut merupakan faktor pendorong bagi dikembangkannya pariwisata yang berorientasi pada lingkungan alam atau yang dikenal sebagai ekotorisme atau wisata ekologi. Arah perkembangan pariwisata yang lebih memihak terhadap pelestarian lingkungan juga sebagai solusi dari dampak perkembangan pariwisata massa yang berkembang saat ini.

Perkembangan ekowisata di Bali mulai dirintis oleh beberapa pihak, antara lain pihak masyarakat desa pekraman dan pihak LSM (lembaga Swadaya Masyarakat). Salah satu desa pengembangan ekowisata yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Banjar Adat Kiadan, Pelaga yang terletak di Kabupaten Badung. Menariknya pengembagan ekowisata di Banjar Adat Kiadan dalam pengembangannya bersinergi dengan Subak Abian Sari Boga yang ada disana. Hal ini mengindikasikan adanya usaha dalam mengikutsetakan petani dalam mengelola usaha yang dapat meningkatkan pendapatan petani, namun masalah yang timbul adalah rendahnya partisipasi petani subak dalam pengembangan ekowisata.

Menurut Sunarti (2012), partisipasi masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Demartoto (2009) mengungkapkan, partisipasi merupakan keterlibatan mental serta kesediaan memberikan sumbangan dan rasa

tanggung jawab dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dari usaha yang bersangkutan.Maka kondisi di Subak Abian Sari Boga yang mayoritas petani anggotanya tidak terlibat/tidak berpartisipasi menjadi masalah utama untuk dicarikan solusinya. Hal ini dapat didekati dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat partisipasi petani Subak Abian Sari Boga di Banjar Kiadan dalam pengembangan ekowisata. Mengetahui faktor-faktor tersebut akan membantu perencanaan partisipatif untuk pengembangan program ekowisata atau dapat menjadi model di tempat lain.

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi faktor-faktor yang menghambat partisipasi petani Subak Abian Sari Boga Banjar Kiadan dalam pengembangan ekowisata.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Subak Abian Sari Boga Banjar Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan Subak Abian Sari Boga merupakan salah satu subak yang mengembangkan kegiatan pariwisata yang bercorak ekowisata dan Belum pernah ada penelitian yang serupa sebelumnya yang dilakukan di Subak Abian Sari Boga. Waktu peneitian berlangsung dari bulan Juni 2014 sampai Agustus 2014.

  • 2.2    Data dan Metode Penelitian

Jenis data yang digunaan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut dikumpulkan melalui beberapa metode, yakni wawancara kepada seluruh responden, dan dokumentasi.

  • 2.3    Penentuan Populasi dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif Subak Abian Sari Boga berjumlah 170 orang (profil Subak Abian Sari Boga, 2010). Penentuan jumlah responden dalam penelitian ini, menggunakan ukuran minimum berdasarkan tipe penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis faktor, maka berdasarkan rasio ideal kecukupan data untuk analisis faktor yaitu besaran responden yang disyaratkan antara 50 sampai 100 sampel (Santoso dan Tjiptono, 2002). Berdasarkan batasan tersebut, maka jumlah responden yang digunakan adalah 60 orang agar sesuia dengan ukuran minimum penelitian deskriptif serta pengukuran dengan analisis faktor.

  • 2.4    Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis faktor. Metode ini ini bertujuan untuk menjabarkan

secara jelas dan sistematis data yang didapat, kemudian dianalisis untuk membandingkan data hasil temuan di lapangan dengan teori. Data yang didapat akan disajikan berupa narasi, tabel, dan gambar yang disusun secara sistematis dan efisien

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Umur responden berkisar 25 s.d 80 tahun dengan tingkat umur terbanyak adalah 36 s.d 45 tahun (38,33%). Dari tingkat pendidikan pendidikan paling banyak menamatkan pendidikan di tingkat SD dengan persentase sebesar 38,33%. Sebanyak 48,33% responden tidak memiliki pekerjaan sampingan dan pekerjaan sampingan yang paling banyak dimiliki responden sebagai buruh bangunan 28,34%. Rata-rata luas lahan responden 117,6 are dengan status milik sendiri. Sebanyak 43,34% responden memiliki luas lahan lebih dari 100 are dengan katagori kepemilikan lahan sangat luas.

  • 3.2    Faktor-Faktor yang Menghambat Partisipasi Petani Subak Abian Sari Boga dalam Pengembangan Ekowisata Kiadan

Analisis terhadap faktor-faktor yang menghambat partisipasi petani Subak Abian Sari Boga dalam pengembangan ekowisata diukur melalui 15 parameter. Responden yang disurvei berjumlah 60 orang. Hasil analisis menunjukkan besaran nilai Barlett Test of Sphericity adalah (348,845) pada signifikansi (0,000) yang berarti bahwa pada penelitian ini ada korelasi yang sangat signifikan antar parameter pengamatan. Hasil perhitungan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO) sebesar (0,720) yang menurut Subhash Sharma (1996 dalam Bendesa, 2010) termasuk mediocre (cukup) sehingga layak untuk dilanjutkan analisisnya.

Tabel 1. Nilai KMO and Bartlett's test analisis faktor tahap pertama

Kaiser-Meyer-Olkin   Measure

Sampling Adequacy.

of

.720

Bartlett's Test Approx. Chi-Square

348.845

of Sphericity Df

105

Sig.

.000

Kriteria berikutnya yang dipakai untuk menentukan layak tidaknya analisis faktor dilanjutkan adalah dengan melihat nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) dalam matrik anti-image.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh masih terdapat satu parameter yang mempunyai nilai MSA<0,5 yaitu parameter X14 (yaitu 0,418). Adanya nilai MSA<0,5 maka analisis faktor tidak memenuhi syarat. Oleh karena itu, dilakukan reduksi parameter X14 (0,418). Proses analisis faktor diulangi dari awal (analisis tahap kedua) tanpa menyertakan parameter X14 sehingga didapatkan nilai

KMO and Bartlett's Test yang baru.

Tabel 2. Nilai KMO and Bartlett's test analisis faktor tahap kedua

Kaiser-Meyer-Olkin    Measure    of

.762

Sampling Adequacy.

Bartlett's Test of Approx. Chi-Square

310.149

Sphericity

Df

91

Sig.

.000

Setelah dilakukan reduksi parameter X14 maka nilai KMO menjadi 0,762. Hasil analisis menunjukkan besaran nilai Barlett Test of Sphericity menjadi 310.149 pada tahap kedua dengan signifikan (0,000). Hasil perhitungan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO) sebesar (0,762) yang menurut Subhash Sharma (1996 dalam Bendesa, 2010) termasuk mediocre (cukup) sehingga layak untuk dilanjutkan analisisnya. Dilihat dari nilai MSA pada matrik anti-image juga menunjukkan analisis faktor tahap kedua ini tidak terdapat nilai MSA<0,5. Analisis faktor tahap kedua ini memenuhi syarat untuk dilanjutkan ketahapan berikutnya.

Pada analisis faktor tahap ini diperoleh 4 faktor baru dengan nilai eigenvalue >1, dimana keempat faktor baru yang terbentuk tersebut mampu menjelaskan 65,943% dari total varian parameter yang mempengaruhi terhambatnya partisipasi petani Subak Abian Sari Boga dalam pengembangan ekowisata. Pengelompokan parameter-parameter ke dalam empat faktor baru yang terbentuk, dilakukan rotasi faktor dengan metode varimax. Penentuan parameter yang masuk ke faktor tertentu ditentukan dengan melihat factor loading dari faktor yang bersangkutan dengan kriteria jika factor loading >0,6 maka parameter tersebut dimasukkan ke dalam faktor (Bendesa, 2010). Keempat faktor yang terbentuk diantarnya :

  • 1.    Faktor 1 (sebaran informasi, komunikasi, manfaat dan peningkatan pendapatan)

Faktor ini berpengaruh paling dominan dalam menghambat partisipasi petani terhadap pengembangan ekowisata di Banjar Kiadan. Faktor ‘sebaran informasi, komunikasi, manfaat dan peningkatan pendapatan’ mempunyai eigen value terbesar yaitu 4,470 dan mampu menjelaskan total variance sebesar 31,927%. Faktor ini terdiri atas empat parameter dengan factor loading terbesar berasal dari parameter X13 ‘Pengembangan ekowisata tidak memberikan tambahan pendapatan atau kesempatan kerja bagi responden’ sebesar 0,799. Parameter berikutnya yang membentuk faktor pertama ini yaitu X10 ‘Petani tidak merasakan manfaat dengan adanya pengembangan ekowisata’ dengan factor loading sebesar 0,724. Disusul parameter X7 ‘Penyebaran informasi mengenai pengembangan ekowisata di subak Abian Sari Boga tidak merata’ dengan factor loading sebesar 0,691 dan parameter X6 ‘Komunikasi mengenai pengembangan ekowisata di subak Abian Sari Boga kurang intensif’ dengan factor loading sebesar 0,659.

Pengembangan ekowisata diharapkan dapat memberikan peluang kerja dan meningkatkan penghasilan petani, namun dalam pengembangan ekowisata Kiadan belum mengakomodir kebutuhan petani. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar petani memiliki pekerjaan sampingan di luar ekowisata. Responden juga merasakan program ekowisata belum bermanfaat bagi kehidupannya, karena pengembangan ekowisata tidak memberikan lapangan pekerjaan, atau manfaat lain kepada responden. Salah satu responden I Wayan Suarda megatakan tidak tahu tentang ekowisata dan tidak tahu tentang pengembangan ekowisata. Pernyataan responden ini menjadi bukti begitu minimnya informasi dan komunikasi mengenai pengembangan ekowisata. Rendahnya informasi dan komunikasi juga menjadi salah satu faktor penghambat partisipasi petani dalam pengembangan ekowisata. Semua parameter yang tergabung dalam terbentuknya faktor ‘sebaran informasi, komunikasi, manfaat dan peningkatan pendapatan’, memberikan penjelasan bahwa dari beberapa substansi seperti, kurangnya pluang kerja, manfaat yang tidak dirasakan petani, komunikasi dan informasi yang terbatas mengindikasikan segala substansi yang dijelaskan menghamat partisipasi petani dalam pengembangan ekowsiata.

  • 2.    Faktor 2 (lingkungan sosial, pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan manfaat bagi usahatani)

Faktor ini menempati dominasi kedua yang menghambat partisipasi petani dalam pengembangan ekowisata di Banjar Kiadan. Faktor ‘lingkungan sosial, pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan manfaat bagi usahatani’ mempunyai eigen value sebesar yaitu 2,112 dan mampu menjelaskan total variance sebesar 15.084%. Faktor ini terdiri atas tiga parameter dengan factor loading terbesar berasal dari parameter X11 ‘Kondisi lingkungan sosial petani kurang mendukung keterlibatan dalam pengembangan ekowisata’ sebesar 0,816 diikuti oleh parameter X3 ‘Bekerja di ekowisata tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari petani’ dengan factor loading sebesar 0,698 dan parameter X12 ‘Manfaat penataan kawasan usahatani sebagai objek ekowisata tidak dirasakan oleh petani’ dengan factor loading sebesar 0,659.

Kebiasaan responden yang setiap pagi ke ladang dan menjelang malam baru pulang kerumah serta banyaknya prosesi adat membuat waktu untuk mengikuti kegiatan ekowisata menjadi kurang. Beberapa responden berpendapat mereka lebih senang berada dan bekerja di ladang diabandingkan dengan mengikuti kegiatan lainya. Kebutuhan sehari-hari petani juga dipenuhi dari hasil ladang mereka. Mereka juga tidak berani terlibat dalam ekowisata secara penuh, karena belum dapat memenuhi kebutuhan kesehariannya. Petani menganggap program ekowisata hanya untuk orang-orang kelas atas dan mereka tidak pantas utuk terlibat. Ini diakibatkan rasa memiliki petani terhadap ekowisata masih kurang serta pemahaman petani tentang konsep pengembangan ekowisata masih kurang. Penataan kawasan usahatani sebagai objek ekowisata juga masih kurang dirasakan petani. Perawatan dan

penataan jalur trekking yang tidak pernah dilakukan. Balai subak yang dipakai untuk menerima kedatangan wisatawan juga kurang terawat. Semua penjelasan di atas dapat menjadi alasan mengapa petani kurang berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata.

  • 3.    Faktor 3 (kompatibilitas jenis pekerjaan serta penghasilan usahatani)

Faktor ini menempati dominasi ketiga yang menghambat partisipasi petani dalam pengembangan ekowisata di Banjar Kiadan. Faktor ‘kompatibilitas jenis pekerjaan serta penghasilan usahatani’ mempunyai eigen value sebesar yaitu 1,646 dan mampu menjelaskan total variance sebesar 11.754%. Faktor ini terdiri atas dua parameter dengan factor loading terbesar berasal dari parameter X4 ‘Lapangan pekerjaan yang disediakan dalam pengembangan ekowisata tidak sesuai dengan keahlian petani’ sebesar 0,640 diikuti oleh parameter X2 ‘Kegiatan ekowisata tidak dapat meningkatkan penghasilan usahatani’ dengan factor loading sebesar 0,622.

Faktor yang menghambat partisipasi petani subak dalam pengembangan ekowisata juga disebabkan oleh ketidaksesuaian jenis pekerjaan yang disediakan dalam pengembangan ekowisata. Petani yang kesehariannya di ladang merasa tidak cocok dengan jenis pekerjaan yang muncul akibat pengembangan ekowisata. Ketidakikutsertaan petani dalam pengembangan ekowisata juga dikarenakan belum adanya kontribusi nyata terhadap usahatani yang dikembangkan oleh petani subak. Sebagian besar petani Subak Abian Sari Boga berusahatani tanaman kopi dan menjadi objek dalam pengembangan ekowisata, namun tidak ada pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan hasil usahatani. Maka dua parameter pembentuk faktor ‘kompatibilitas jenis pekerjaan serta penghasilan usahatani’ benar berpengaruh terhadap faktor penghambat partisipasi petani dalam pengembangan ekowisata.

  • 4.    Faktor 4 (lokasi ekowisata dan eklusifitas keterlibatan petani)

Faktor ini menempati dominasi keempat yang menghambat partisipasi petani dalam pengembangan ekowisata di Banjar Kiadan. Faktor ‘lokasi ekowisata dan eklusifitas keterlibatan petani’ mempunyai eigen value sebesar yaitu 1,005 dan mampu menjelaskan total variance sebesar 7,178%. Faktor ini terdiri atas dua parameter dengan factor loading terbesar berasal dari parameter X15 ‘Lokasi pengembangan ekowisata tidak sesuai dengan keinginan petani’ sebesar 0,735 diikuti oleh parameter X9 ‘LSM pendampig hanya berhubungan dengan anggota subak yang terlibat dalam pengemabangan ekowisata’ dengan factor loading sebesar 0,606.

Terhambatnya partisipasi petani dalam hal ini disebabkan oleh lokasi pengembangan ekowisata. Lokasi pengembangan ekowisata seperti jalur treking dan tempat peristirahatan para wisatawan difokuskan disekitaran areal balai subak. Daerah yang jauh dari areal balai subak menjadi kurang tersentuh dalam pengembangan ekowisata. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan warga (petani). Pelaksanaan kegiatan ekowisata tidak luput dari bantuan para

pendamping atau LSM yang bersangkutan. Seiring berjalannya program ekowisata LSM lebih sering berhubungan dengan beberapa petani yang dari awal ikut dalam proses pengembangan, sedangkan petani lain luput dari perhatian LSM. Maka dari penjelasan di atas faktor ke empat ‘lokasi ekowisata dan eklusifitas keterlibatan petani’ benar berpengaruh menghambat partisipasi petani dalam pengembangan ekowisata.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1    Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada pembahasan faktor-faktor yang menghambat partisipasi petani maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Analisis faktor menghasilkan empat faktor yang berpengaruh menghambat partisipasi petani Subak Abian sari Boga dalam pengembangan ekowisata yaitu: (1) faktor sebaran informasi, komunikasi, manfaat dan peningkatan pendapatan; (2) faktor lingkungan sosial, pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan manfaat bagi usahatani; (3) faktor kompatibilitas jenis pekerjaan serta penghasilan usahatani; (4) faktor lokasi ekowisata dan eklusifitas keterlibatan petani.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa dalam pengembangan ekowisata Kiadan hendaknya di fokuskan pada empat faktor yang terbukti berpengaruh menghambat partisipasi petani subak dan penekanannya pada parameter-parameter yang menyusun keempat faktor tesebut.

Daftar Pustaka

Arida, SN. 2009. Meretas jalan Ekowisata Bali: Proses Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan Tantangan Ekowisata di Tiga Desa Kuno Bali. Denpasar : Udayana University Press.

Atmaja, YIB. 2002. Ekowisata Rakyat: Lika-Liku Ekowisata di Tenganan, Pelaga, Sibetan dan Nusa Ceningan. Badung: Wisnu Press.

Bendesa, IKG. 2010. Analisis Faktor. Bahan Kuliah S3 Pariwisata

BPS Bali. 2013. PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun      2009.       {Artikel Online}. Internet.

http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=607002&od=7&id=7. Diakses pada 29 November 2013.

Demartoto, A. 2009. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Alam Air Terjun Jumog, Desa Berjo, Kecamatan Ngargyoso, Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. {Jurnal Online}. Internet.

http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/laporan-penelitian-air-terjun-

jumog.pdf. Diakses pada 2 Desember 2013

Profil Subak Abian Sari Boga. 2010. Sejarah dan Manfaat Subak Abian Sari Boga. Banjar Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten badung

Santoso, Singgih, dan Tjiptono, Fandy. 2002. Riset Pemasaran, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta. PT. Alex Media Komputindo.

Santosa, S. 2005. SPSS Statistik Multivariat. Yogyakarta. Penerbit: Andi

Sunarti, E. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Masyarakat. {Artikel Online}. Internet. http://euissunarti.staff. ipb.ac.id/files/2012/03/Dr.-Euis-Sunarti-Partisipasi-Masyarakat-dalam-Pembangunan-Masyarakat.pdf. Diakses pada 29 November 2013

Windia, W. 2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak yang Berlandaskan Tri Hita Karana. Denpasar: Pustaka Bali Post.

18

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA