Kontribusi Usahatani Sawi Hijau terhadap Pendapatan Petani di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan
on
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 12, No. 2, Desember 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i02.p10
Kontribusi Usahatani Sawi Hijau terhadap Pendapatan Petani di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan
NI MADE DWI WAHYUNI LESTARI, NI WAYAN PUTU ARTINI*, I DEWA AYU SRI YUDHARI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman Denpasar 80232, Bali Email: [email protected] *[email protected]
Abstract
The Contribution of Grenn Mustard Farming to Farmer’s Income in Bangli Village, Baturiti District, Tabanan Regency
Mustard greens (Brassica juencea L.) is a type of vegetable that is very popular among consumers. Green mustard besides being used as a vegetable food ingredient, it can also be used for the treatment of various diseases that have an important role in meeting the food, nutritional, and medicinal needs of the community. This study aims to examine the cost structure of green mustard farmers' income and analyze the contribution of mustard farming to farmers' incomes in Bangli Village, Baturiti District, Tabanan Regency.The sampling technique used is Random Sampling. The methods used in obtaining data in this study are observation (observations), interviews (interviews) and Library Research. The population in this study were all green mustard farmers in Bangli Village. With the number of green mustard farmers as many as 180 people. Data analysis was carried out by calculating the cost structure of mustard green farming. These results indicate that the average fixed costs incurred in mustard green farming are Rp101,259, while the average variable costs are Rp2,103,162 and the contribution of green mustard farming which is included in the medium category is 43.18% with an area of 0,04 ha. Suggestions that need to be considered are Subak Abian Bangli Village maintain green mustard farming and develop by utilizing technology in green mustard farming in order to be able to improve the quality of high-quality green mustard.
Keywords: contribution, farmers, income, green mustards, farming
Sebagai negara agraris sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting untuk perekonomian nasional, pembangunan pertanian diarahkan pada
peningkatan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan juga kebutuhan industri dalam negeri. Menurut Prasetya (2006, dalam Pio, 2019) biaya merupakan nilai dari suatu masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Sektor pertanian secara luas terdiri dari pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan. Untuk komoditi perkebunan hortikultura yang diusahakan oleh petani di Indonesia salah satu nya komoditi Sawi. Menurut Alifah dkk, (2019), sawi hijau dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan yakni untuk mencegah dari terserangnya penyakit kanker. Hal tersebut dikarenakan sawi hijau memiliki kandungan senyawa fitokimia yaitu glukosinolat yang cukup tinggi, sehingga rutin menkonsumsi sawi hijau mampu menurunkan risiko terserang kanker prostat. Menurut Ananda (2005), sawi hijau merupakan tumbuhan berbatang basah, dimana batangnya lunak berair.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi hijau dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Istarofah, 2017). Usahatani sawi hijau yang ada di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan semakin hari terus berkembang dikarenakan mayoritas masyarakat di Desa Bangli yakni sebagian besar menjadi petani sayuran. Penanaman sawi hijau di Desa Bangli dilakukan sebanyak 4 – 5 kali dalam setahun yang dimana sekali masa panen mendapatkan hasil yaitu 100kg – 300kg namun bisa lebih tergantung dari banyaknya penanaman. Mayoritas petani sawi hijau di Desa Bangli menjual hasil panen ke pasar terdekat dan kepada pengepul yang ada di Desa Bangli, jadi tidak semua petani menjual hasil panen secara luas ke daerah-daerah lain. Terkadang terdapat petani yang menjual hasil panen langsung ke luar daerah Baturiti, contohnya seperti Pasar Badung ataupun ke Hotel. Selain itu pendapatan petani yang tidak menentu seiring dengan perubahan harga sayur yang setiap harinya berubah terkadang membuat petani mengalami kerugian.
Rata-rata pendapatan petani sawi hijau di Desa Bangli sebesar 2 juta sekali panen. Namun hal tersebut dipengaruhi oleh harga jual sawi hijau pada saat panen berlangsung. Misalnya, harga sawi hijau tertinggi pada tahun 2021 mencapai 10 ribu dan harga paling rendah 2 ribu tergantung harga di pasaran saat itu, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan para petani sawi hijau. Keadaan demikian yang menyebabkan tingkat pendapatan petani sawi hijau masih jauh dari sejahtera. Untuk itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang kontribusi usahatani sawi hijau terhadap tingkat pendapatan petani di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
-
1. Bagaimana struktur biaya usahatani sawi hijau terhadap pendapatan petani di Desa Bangli Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan?
-
2. Bagaimana kontribusi usahatani sawi hijau terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan?
-
1. Mengkaji struktur biaya usahatani sawi hijau terhadap pendapatan petani di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
-
2. Menganalisis kontribusi usahatani sawi hijau terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kepustakaan atau referensi bagi lembaga pendidikan maupun peneliti lain yang terkait dengan topik. Serta diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan sumber kajian yang positif bagi petani dan lembaga pemerintah khususnya di Kabupaten Tabanan.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai akhir bulan April 2022. Data yang di ambil merupakan data pada tahun 2021. Lokasi ini dipilih dengan metode purposive sampling yaitu metode penentuan lokasi berdasarkan kriteria tertentu.
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif pada penelitian ini seperti jumlah petani, umur petani, luas lahan dan tanggungan keluarga petani, jumlah hasil produksi, penerimaan usahatani, biaya produksi, pendapatan usahatani, dan pendapatan non usahatani. Sedangkan Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema, dan gambar. Data kualitatif pada penelitian ini yakni data yang didapatkan langsung dari responden melalui jawaban – jawaban responden. Data kualitatif yang dikumpulkan adalah informasi mengenai identitas responden, status lahan, pendidikan petani, jenis pekerjaan (utama, sampingan), usahatani yang dijalankan, skala usaha.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain metode observasi, wawancara (Interview), library research.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani sawi hijau yang berada di Desa Bangli. Jumlah petani sawi hijau sebanyak 180 petani. Sampel merupakan bagian dari anggota populasi yang dalam hal ini terpilih sebagai objek pengamatan
(Soekartawi, 2006 dalam Wijaya 2015). Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode random sampling. Metode yang akan digunakan dalam penentuan sampel ini adalah dengan rumus Slovin. Berdasarkan hasil kalkulasi maka jumlah sampel yang akan di ambil untuk penelitian ini menjadi 64 petani.
Variabel dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel dengan enam indikator yang di lihat dari struktur biaya usahatani dan pendapatan petani yang bersumber dari sektor pertanian dan non pertanian. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis non usahatani dan kontribusi usahatani.
Karakteristik responden yang akan di bahas pada penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan, luas garapan, tanggungan keluarga responden serta Status kepemilikan lahan adalah milik sendiri, Jika status kepemilikian lahan milik sendiri maka dapat mengurangi pengeluaran biaya. Status kepemilikan lahan dapat dibagi menjadi tiga jenis yakni pemilik lahan itu sendiri, penyewa, dan bagi hasil. Status kepemilikan yang berbeda mampu menghasilkan tingkat usahatani yang berbeda – beda begitu pula dengan jumlah pendapatan yang diterima (Rahmayani, 2020). Berdasarkan pergolongan tabel di bawah dapat diketahui bahwa petani sayur di Desa Bangli termasuk kedalam golongan petani lahan sempit. Data mengenai karakteristik responden didapat dari 64 petani dari anggota Subak Abian Desa Bangli yang menjadi sampel penelitian.
Tabel 1 menunjukan bahwa lebih dari setengah petani lahan sempit berumur muda, seperempat berumur sedang dan selebihnya berumur tua. Tabel juga menunjukkan bahwa mayoritas (42,2%) petani lahan sempit berumur muda antara < 45 tahun. Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar petani Subak Abian Desa Bangli memiliki lahan yang tergolong sempit sebanyak 51 orang dengan persentase sejumlah 79,7%.
Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari setengah pendidik di Subak Abian Desa Bangli berpendidikan rendah sedangkan sisanya berpendidikan sedang dan tinggi. Pendidikan formal sedang adalah petani yang bersekolah lebih dari 7 tahun sampai dengan 10 tahun atau setara dengan tamatan SMP, sedangkan pendidikan formal tinggi adalah petani yang bersekolah lebih dari 10 tahun (Manyamsari, 2014). Dan pada tanggungan keluarga paling tinggi yaitu 48,4% bahwa memiliki jumlah tanggungan keluarga pada kelompok 2-3. Hal ini menunjukkan jumlah anggota keluarga 2-3 orang akan membuat jumlah pengeluaran petani tidak terlalu besar, sehingga biaya hidup dalam kehidupan rumah tangga akan sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga.
Tabel 1.
Karakteristik Petani Responden
No |
Karakteristik Petani |
Kriteria |
Jumlah (Orang) |
Persentase (%) |
< 45 tahun |
27 |
42,2 | ||
1 |
Umur (Tahun) |
45 - 55 tahun |
24 |
37,5 |
13 | ||||
> 55 tahun |
20,3 | |||
2 |
Status Lahan |
Milik Sendiri |
64 |
100,0 |
> 2 ha |
3 |
4,7 | ||
3 |
Luas Lahan |
0,5 - 2 ha |
10 |
15,6 |
< 0,5 ha |
51 |
79,7 | ||
Tidak Sekolah |
3 |
4,7 | ||
SD |
20 |
31,3 | ||
4 |
Tingkat Pendidikan |
SMP |
14 |
21,9 |
SMA |
18 |
28,1 | ||
Sarjana |
9 |
14,1 | ||
2-3 |
31 |
48,4 | ||
5 |
Tanggungan Keluarga |
4-5 |
30 |
46,9 |
6-7 |
3 |
4,7 |
Sumber: Data Primer, diolah 2022
Menurut Geasti dkk, (2019), Analisis struktur biaya merupakan analisis mengenai komponen-komponen biaya tetap dan biaya variabel serta persentasenya terhadap biaya total. Biaya produksi sawi hijau terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap usahatani sawi hijau terdiri atas peralatan, pajak tanah, dan iuran subak. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida dengan luas garapan 0,04 ha.
Biaya produksi sawi hiaju terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap usahatani sawi hijau terdiri atas peralatan, pajak tanah, dan iuran subak. Sedangkan biaya variable terdiri dari biaya tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida.
Tabel 2.
Rata – Rata Rincian Biaya Tetap Usahatani Sawi Hijau Per Luas Garapan 0,04 Ha
Pada Tahun 2022
Masa Tanam |
Penyusutan Peralatan (Rp) |
Pajak Tanah (Rp) |
Iuran Subak (Rp) |
Rata-Rata (Rp) |
1 |
1.291.444 |
0 |
0 |
20.179 |
2 |
1.298.111 |
0 |
0 |
20.283 |
3 |
1.297.111 |
0 |
0 |
20.267 |
4 |
1.294.111 |
0 |
0 |
20.220 |
5 |
1.299.778 |
0 |
0 |
20.309 |
Jumlah |
101.259 |
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani sawi hijau selama lima kali masa tanam rata – rata sebesar Rp 101.259 (Tabel 2). Pada masa tanam ke-5 merupakan biaya tetap terbesar yang dikeluarkan oleh petani. Hal ini dikarenakan pada masa tanam tersebut beberapa petani ada yang membeli peralatan baru kembali, sehingga dibutuhkan biaya penyusutan untuk pembelian peralatan.
Perhitungan biaya variabel merupakan kebalikan dari perhitungan biaya tetap. Biaya variabel bersifat dinamis dengan mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun banyaknya aktivitas yang dilakukan.
Biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani selama lima kali masa tanam dalam usahatani sawi hijau rata – rata sebesar Rp 2.103.162 (Tabel 3). Biaya variabel yang dikeluarkan petani selama lima kali masa tanam berbeda, hal ini dikarenakan harga pembelian benih, pupuk, pestisida dan juga pembayaran upah tenaga kerja setiap masa tanam memiliki harga yang berbeda dan juga penggunaan setiap masa tanam tidak sama dikarenakan keperluan setiap masa tanam sawi hijau sesuai dengan kebutuhan tanaman pada saat di tanam, sehingga memicu terhadap adanya selisih biaya yang dikeluarkan dalam pembelian sarana produksi tersebut.
Tabel 3.
Rata – Rata Rincian Biaya Variabel Usahatani Sawi Hijau Per Luas Garapan 0,04 Ha
Pada Tahun 2022
MT |
Tenaga Kerja (Rp) |
Benih (Rp) |
Pupuk (Rp) |
Pestisida (Rp) |
Rata-Rata (Rp) |
1 |
17.920.000 |
1.566.000 |
2.477.880 |
7.647.000 |
462.670 |
2 |
13.440.000 |
1.539.500 |
1.996.000 |
7.532.000 |
382.930 |
3 |
12.720.000 |
1.581.000 |
2.413.480 |
7.537.000 |
378.929 |
4 |
16.820.000 |
1.582.500 |
1.921.000 |
7.422.000 |
433.523 |
5 |
17.080.000 |
1.541.500 |
2.338.480 |
7.527.000 |
445.109 |
Jumlah |
2.103.162 |
Sumber: Data Primer, diolah 2022
Petani atau produsen akan menghasilkan produktivitas usahatani yang tinggi apabila mereka dapat mengalokasikan sumber daya dengan seefisien dan seefektif mungkin. Faktor produksi usahatani memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan, namun nilai produktivitas dapat ditingkatkan apabila dengan pengelolaan yang sesuai.
Biaya yang dikeluarkan petani sawi hijau di Subak Abian Desa Bangli terdiri atas dua komponen biaya biaya tetap dan biaya variabel. Petani mengelola suatu usahatani dengan tujuan untuk mendapatkan penerimaan sebesar-besarnya dan menekan pengeluaran sehingga diperoleh pendapatan bersih yang tinggi (Asih,
-
2009) . Adapun hasil pendapatan usahatani sawi hijau di Subak Desa bangli pada tahun 2021 dapat dilihat pada tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah biaya yang paling besar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani sawi hijau adalah biaya tidak tetap. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya tenaga kerja, benih, pupuk, dan pestisida. Biaya tidak tetap yang paling besar dikeluarkan oleh petani berasal dari biaya tenaga kerja dengan persentase 54,37 %. Biaya tenaga kerja ini berasal dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), namun ada juga yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dikarenakan selama proses produksi petani memiliki pekerjaan sampingan yang harus diselesaikan selain berusahatani sawi hijau.
Tabel 4.
Rata – Rata Biaya Usahatani Sawi Hijau di Subak Abian Desa Bangli Per Luas Garapan 0,04 Ha Pada Tahun 2022
No Uraian |
Nilai (Rp/Th) |
Persentase (%) |
A. Biaya Tetap Penyusutan Peralatan |
101.259 |
4,59 |
Iuran Keagamaan |
0 |
- |
Iuran Subak |
0 |
- |
Total (A) |
101.259 |
- |
B. Biaya Tidak Tetap Tenaga Kerja Dalam Keluarga |
1.174.688 |
54,37 |
(TKDK) | ||
Tenaga Kerja Luar Keluarga |
43.750 |
2 |
(TKLK) Benih |
122.039 |
5,65 |
Pupuk |
174.169 |
8,06 |
Pestisida |
588.516 |
27,24 |
Total (B) |
2.056.412 |
- |
Total Biaya Produksi ( A + B ) |
2.160.671 |
100 |
Penerimaan Sawi Hijau ( C ) |
4.278.906 |
- |
Pendapatan C- (A+B) |
2.118.235 |
- |
Pendapatan Petani C- (A+B) + |
3.292.923 | |
TKDK |
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Petani di Subak Abian Desa Bangli memiliki beberapa usahatani selain usahatani sawi hijau beberapa petani merasa pendapatan dari usahatani sawi hijau dirasa kurang untuk kebutuhan sehari-harinya, maka dari itu petani menanam tanaman lain yakni usahatani kol dan sawi putih untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun pendapatan para petani. Adapun rincian biaya dan pendapatan usahatani lainnya yang dapat dilihat pada Tabel dibawah.
Tabel 5.
Rata – Rata Pendapatan Usahatani Lainnya di Subak Abian Desa Bangli Per Luas Garapan 0,03 Ha Pada Tahun 2022 | ||
No Uraian |
Nilai (Rp/Th) |
Persentase (%) |
Usahatani Kol | ||
Biaya Tetap | ||
Penyusutan Peralatan |
101.259 |
10,80 |
Total (A) |
101.259 | |
Biaya Tidak Tetap | ||
Tenaga Kerja Dalam Keluarga |
1.540.000 |
53,87 |
(TKDK) | ||
Benih |
60.000 |
2,10 |
Pupuk |
250.000 |
8,75 |
Pestisida |
700.000 |
24,49 |
Total (B) |
2.550.000 | |
Total Biaya Produksi ( A + B ) |
2.858.598 |
100 |
Penerimaan Kol ( C ) |
4.190.476 | |
Pendapatan C - ( A + B ) |
1.331.878 | |
Usahatani Sawi Putih | ||
Biaya Tetap | ||
101.259 |
101.259 |
24,49 |
Total (A) |
101.259 | |
Biaya Tidak Tetap | ||
Tenaga Kerja Dalam Keluarga |
700.000 |
47,62 |
(TKDK) |
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa rata – rata pendapatan Kol/Kubis (Brassica Oleracea) sebesar Rp 1.331.878 dalam sekali panen. Kol memiliki rata – rata produksi sebesar Rp 4.190.476. Jumlah biaya produksi yang paling besar dikeluarkan oleh petani dalam usahatani tanaman kol yaitu biaya tenaga kerja. Hal tersebut dikarenakan petani menggunakan banyak tenaga kerja dan sebagian besar berasal dari dalam keluarga (TKDK). Petani di Subak Abian Desa Bangli mengeluarkan biaya TKDK karena minimnya waktu untuk melakukan produksi usahatani sehingga diperlukan tenaga kerja yang lebih banyak untuk melakukan perkerjaan.
Tabel di atas juga menunjukkan rata – rata pendapatan sawi putih sebesar Rp 2.271.636. Total rata – rata biaya produksi sebesar Rp 1.470.031, biaya total ini terdiri dari biaya peralatan, tenaga kerja, benih, pupuk dan pestisida. Total rata – rata pendapatan sawi putih lebih banyak dari kol karena jumlah biaya produksinya lebih rendah yakni Rp 26.460.556, sedangkan jumlah biaya produksi kol yakni sebesar Rp 60.030.556.
Beberapa petani memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan seperti pedagang, buruh tani, dan saudagar sayur, pegawai swasta dan guru untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Adapun rincian biaya dan pendapatan non usahatani dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Rata – Rata Pendapatan Non Usahatani di Sibak Abian Desa Bangli
Pada Tahun 2022
No |
Jenis Pekerjaan |
Pendapatan (Rp/Th) |
Presentase (%) |
1 |
Pedagang Pertanian |
5.000.000 |
33,02 |
2 |
Buruh Tani |
775.000 |
5,12 |
3 |
Saudagar Sayur |
2.700.000 |
17,83 |
4 |
Guru |
2.500.000 |
16,51 |
5 |
Swasta |
4.166.667 |
27,52 |
Jumlah |
15.141.667 |
100 |
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan non usahatani per bulan sebesar Rp 15.141.667. Pendapatan swasta merupakan pendapatan tertinggi diantara yang lainnya yakni sebesar Rp 4.166.667.
Pada penelitian ini terdapat tiga sumber pendapatan petani yaitu pendapatan yang didapatkan dari usahatani sawi hijau, dari usahatani non sawi hijau yang meliputi sawi putih dan kol pendapatan lainnya yang bersal dari non usahatani meliputi saudagar sayur, pedagang, pegawai swasta, guru, dan buruh tani. Ketiga sumber pendapatan tersebut memiliki kontribusi terhadap total pendapatan petani. Total pendapatan petani dapat dilihat pada table 7.
Tabel 7. |
Total Pendapatan Petani Di Subak Abian Desa Bangli Pada Tahun 2022
No Sumber Pendapatan |
Rata – rata Pendapatan (Rp/Th) Persentase (%) |
|
3.292.923 43,18 3.603.514 47,26 728.125 9,54 |
Total |
7.624.562 100 |
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa pendapatan petani di Subak Abian Desa Bangli sebesar Rp7.624.562 per tahun. Kontribusi pendapatan tertinggi
diperoleh dari pendapatan usahatani lainnya yaitu sebesar Rp3.603.514 atau sebesar 47,26 % dan yang terendah diperoleh dari pendapatan non usahatani yaitu sebesar Rp728.125 setara dengan 9,54 %.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kontribusi usahatani sawi hijau terhadap pendapatan petani termasuk ke dalam kategori sedang dengan presentase 43,18 %. Kategori besar kontribusi tersebut berdasarkan kriteria pengambilan keputusan menurut Fauziah dan Soejono (2019) yaitu 35% ≤ Z ≤ 70% dengan nilai kontribusi sedang terhadap pendapatan petani.
Kontribusi pendapatan dari usahatani sawi hijau terhadap pendapatan petani telah memberikan kontribusi yang cukup dan dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga petani. Mencermati kebutuhan konsumsi sehari – hari yang mahal serta beberapa komoditi meningkat petani merasa sawi hijau dapat memberikan kontribusi dalam meningkatan pendapatan petani dan dapat menekan pengeluaran konsumsi makanan sehari – hari.
Berdasarkan hasil perhitungan pada bab IV disimpulkan bahwa pada usahatani sawi hijau jumlah biaya variabel lebih besar dibandingkan jumlah biaya tetap dengan jumlah rata – rata masing – masing biaya yakni rata – rata biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani sawi hijau selama lima kali masa tanam rata – rata sebesar Rp101.259. Sedangkan, rata – rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani selama lima kali masa tanam dalam usahatani sawi hijau sebesar Rp2.103.162. Sumber pendapatan petani di Subak Abian Desa Bangli terdiri dari tiga sumber yang meliputi pendapatan usahatani sawi hijau, usahatani lainnya, dan non usahatani. Kontribusi usahatani sawi hijau yang termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 43,18 % dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp7.624.562 per tahun.
Berdasarkan kesimpulan, maka beberapa saran yang dapat diberikan penulis berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah anggota di Subak Abian Desa Bangli sebaiknya lebih mengikuti perkembangan teknologi yang digunakan dalam pengembangan usahatani sawi hijau dan juga perawatan tanaman sawi hijau yang lebih intensif untuk menghadapi hama penyakit dan cuaca yang tidak menentu. Pengembangan usahatani di Subak Abian Desa Bangli harus terus dilakukan dengan memanfaatkan subsidi dari pemerintah untuk pembelian benih lain yang dapat menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi karena Subak Abian di Desa Bangli merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau dan sudah dijadikan kawasan ekowisata. Perlu adanya pendampingan dari Instansi terkait, terutama PPL yang mewilayahi Subak Abian Desa Bangli agar usahatani sawi hijau tetap berkelanjutan, untuk memberikan pengetahuan dan inovasi tentang penerapan usahatani sawi hijau yang lebih baik dan bermutu tinggi.
-
5. Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih penulis kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini dan telah membantu penulis sehingga penulisan e-jurnal ini dapat terlaksana. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka
Ananda, 2005. Adakah Prospek Diversifikasi Usahatani di Lahan Sawan Irigasi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27 (1):13-15.
Alifah, S., Nurfida, A., & Hermawan, A. 2019. Pengolahan Sawi Hijau Menjadi Mie Hijau Yang Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi Di Desa Sukamanis Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi. Journal Of Empowerment Community, 1(2), 52–58.
Asih Nur Dewi, 2009. Analisis Karakteristik Dan Tingkat Pendapatan Usahatani Bawang Merah Di Sulawesi Tengah. Vol. 16 (1): 2407-7607.
Fauziah, Farah Rizqi, And Djoko Soejono. 2019. “Analisis Pendapatan Usahatani Jamur Merang Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Kelurahan Sempusari Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.” Sepa: Jurnal Sosial EkonomiPertanian Agribisnis 15: 172-79.
Geasti, Dwi Haryono, Muhammad Irfan Affiandi.2019. Struktur Biaya, Titik Impas, Dan Pendapatan Usahatani Padi Di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah : Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. JIIA, Vol. 07.
Istarofah, Zuchrotus Salamah. 2017. Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau ( Brassica juncea L. ) Dengan Pemberian Kompos Berbahan Dasar Daun Paitan ( Thitonia diversifolia ) : Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Vol. 03 (1):39-46.
Manyamsari, Ira. 2014. ―Agrisep Vol (15) No. 2 , 2014 58,‖ no. 2: 58–74.
Pio, Riane Johnly. 2019. ―Tata Kelola Usaha Tani Dalam Perspektif Kelompok Tani Karoong Desa Talikuran Kecamatan Sonder.‖ The Studies of Social
Rahmayani, Anggia. 2020. Skripsi Pengaruh Luas Lahan , Status Kepemilikan Lahan , Dan Religiusitas Terhadap ( Studi Kasus Petani Padi Di Kecamatan Bakongan Timur , Kabupaten Aceh Selatan ) Disusun Oleh : Anggia Rahmayani Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri. Skripsi.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI-Press: Jakarta.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
784
Discussion and feedback