Jurnal Agribisnis dan Agrowisata     ISSN: 2685-3809

DOI: https://doi.org/10.24843/JAA.2023.v12.i01.p03

Vol. 12, No. 1, Juli 2023

Analisis Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan (Studi Kasus di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan

Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan)

AVENTIA SELANIKA RIFANI SIWI, MADE ANTARA*, I.G.A.A LIES ANGGRENI

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB Sudirman Denpasar 80232, Bali

Email: [email protected] *[email protected]

Abstract

Analysis Welfare Level of Fishermen’s Families (Case Studies in the Fishing Group “Tapang Kembar” Sanur Village, South Denpasar District)

Sanur is a popular local and international tourist destination with numerous small store and restaurants selling seafood. However, due to visiting limitations imposed during the pandemic, people's purchasing ability for catches and tourist attractions has been limited. This has a negative influence on the livelihoods of people, particularly the "Tapang Kembar" fishing community. This research was to know (1) Fisherman Income (2) The Level of Welfare of Fishermen’s Families (Case Studies in the Fishing Group “Tapang Kembar” Sanur Village, South Denpasar District). This research was carried out in a group of fishermen “tapang kembar” Sanur Village, South Denpasar District, location determination is done intentionally (purposive). The respondents in this study were 35 tradisional fishermen who used fishing rods and nets. For one year, a fisherman's family's income depends on fishing and no fishing revenue. The level of welfare of fishermen family is analyzed by criteria the central agency statistics 2018.The results showed that the income obtained by fishermen for one year was Rp 47.550.941. The income contributions of the fishing industry (on fishing) amount to 96,81% from the income of tradisional fisherman and contributions from businesses outside the fisheries sector is 3,18%. The monthly income of the fisherman's families in Sanur Village's "Tapang Kembar" fishing group is Rp 3.962.578. According to the criteria of the 2018 statistical center agency, there are 28 fishing families with a percentage of 80% belonging to prosperous families and seven fishing families with a percentage of 20% belonging to not prosperous families.

Keywords: income, welfare, traditional fishermen, fisherman family

  • 1.    Pendahuluan

    • 1.1   Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan Negara Maritim, karena luas wilayah lautan Indonesia lebih besar dibandingkan dengan luas wilayah daratan. Secara geografis

Indonesia memiliki luas wilayah laut yang sangat luas yaitu dua pertiga wilayah dari negara Indonesia adalah lautan (Dinas kelautan dan perikanan dalam angka, 2015). Indonesia mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati perairan yang sangat tinggi. Salah satu diantaranya adalah sumberdaya ikan laut dengan potensi produksi mencapai 6,4 juta ton per tahun.

Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sebagian besar daerahnya dikelilingi oleh garis pantai, luas wilayah pantai di Bali membuat Bali memiliki potensi alam yang sangat besar untuk dimanfaatkan. Pantai di Bali banyak yang menjadi destinasi pariwisata, selain memiliki potensi yang besar dalam sektor pariwisata sumberdaya alam di Bali juga memiliki potensi yang sangat besar salah satunya yaitu subsektor perikanan.

Riefsa (2014) menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan dan kelautan berperan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya nelayan. Manfaat yang diperoleh antara lain adanya penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan penghasilan, kesempatan kerja, perolehan devisa, dan pembangunan daerah.

Kehidupan masyarakat pesisir khususnya nelayan sangat tergantung pada kondisi lingkungan (sumberdaya) dan juga pada musim. Musim inilah yang menentukan bagaimana kehidupan masyarakat nelayan, nelayan begitu tergantung pada musim yang terkait dengan keadaan alam atau iklim. Musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi. Misalnya musim hujan adalah rentang waktu yang banyak terjadi hujan, musim dingin rentang waktu dengan suhu udara terlalu rendah dan musim panas rentang waktu dengan suhu udara terlalu tinggi. Di Indonesia yang paling dikenal adalah musim yang di dasarkan atas seringnya atau banyaknya curah hujan sehingga di kenal musim hujan dan musim kemarau (Akhmad Fadholi, 2012).

Pada masa pandemi covid-19 seperti saat ini seluruh kegiatan masyarakat sangat dibatasi, karena adanya peraturan dari pemerintah yang membatasi kegiatan masyarakat untuk mengurangi penyebaran wabah. Begitu juga kegiatan para nelayan yang berada di daerah Sanur, mereka sangat kesulitan dalam hal menangkap ikan karena kegiatan yang bisa dilakukan terbatas.

Dengan adanya pandemi ini menyebabkan perekonomian masyarakat menurun khususnya pada nelayan di kelompok nelayan “Tapang Kembar”. Keterbatasan dalam melakukan kegiatan melaut mengakibatkan nelayan akhirnya tidak bisa mendapatkan tangkapan ikan dengan maksimal yang berimbas pada pendapatan pokok mereka, pendapatan para nelayan sangat menurun begitu pula pada daya beli masyarakat.

Seperti yang kita tau daerah Sanur juga menjadi destinasi wisata lokal maupun internasional, ada banyak toko-toko kecil serta restaurant yang menjual hasil dari laut, dengan adanya pembatasan pengunjung pada saat pandemi ini membuat daya beli masyarakat terhadap hasil tangkapan maupun daya beli terhadap tempat

wisata pun juga berkurang. Ini berdampak pada kesejahteraan kehidupan masyarakat khususnya kelompok nelayan “Tapang Kembar”.

Menurut data hasil produksi perikanan laut tangkap di Provinsi Bali pada tahun 2017 sampai 2019 terjadi penurunan produksi perikanan tangkap di Kota Denpasar dan sebagian kabupaten lainnya. Di Kota Denpasar khususnya dari tahun 2017 nelayan mampu memproduksi ikan sebesar 40.941 ton, kemudian mengalami penurunan produksi ikan pada tahun 2018 produksi ikan pada tahun itu mencapai 34.680 ton dan semakin menurun di tahun 2019 yang jumlah produksi perikanan sebesar 18.750 ton.

Terjadinya penurunan pada produksi ikan ini disebabkan oleh faktor cuaca, pada saat cuaca buruk nelayan lebih memilih untuk tidak melaut dikarenakan jika memaksakan melaut hasilnya tidak maksimal bahkan rugi. Selama tidak melaut para nelayan memperbaiki alat tangkap, hingga menjadi buruh serabutan (Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Bali 2019).

Melihat kondisi kehidupan keluarga nelayan tersebut, menarik untuk diketahui berapa pendapatan nelayan dan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.

  • 1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah:

  • 1.    Berapakah pendapatan nelayan (Studi kasus di kelompok nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan)?

  • 2.    Bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga nelayan (Studi kasus di kelompok nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan)?

  • 1.3    Tujuan Penelitian

Ditinjau dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

  • 1.    Menganalisis pendapatan nelayan (Studi kasus di kelompok nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan)?

  • 2.    Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga nelayan (Studi kasus di kelompok nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan).

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1   Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan Sanur adalah destinasi wisata lokal maupun internasional, keterbatasan kegiatan yang bisa dilakukan karena pandemi covid-19 ini menyebabkan perekonomian menurun khususnya pada masyarakat nelayan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2021.

  • 2.2    Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dimana data ini diperoleh dari kuesioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan metode survey, dimana peneliti menyebarkan kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden.

  • 2.3    Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan Teknik wawancara terstruktur dan wawancara mendalam dengan melakukan pengamatan secara langsung di studi kasus dan di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan.

  • 1.    Wawancara terstruktur

Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya yang terkait dengan variabel-variabel yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Data yang diperoleh untuk diteliti melalui wawancara.

  • 2.    Wawancara Mendalam

Merupakan metode mengumpulkan data yang bertujuan untuk meneliti dengan cara tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan ketua nelayan responden.

  • 2.4    Variabel Penelitian

Variabel penelitian pendapatan nelayan dapat dilihat dari pendapatan keluarga nelayan yang bersumber dari pendapatan sektor perikanan tangkap dan sektor diluar perikanan tangkap. Pendapatan nelayan terdiri atas biaya produksi, penerimaan, biaya total, pendapatan. Menurut Soekartawi (2001) biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Tingkat kesejahteraan keluarga nelayan diukur menggunakan tujuh indikator Badan Pusat Statistik 2018. Indikator kesejahteraan berdasarkan Badan Pusat Statistik (2018) terdiri dari tujuh indikator yaitu: kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial dan lainnya.

  • 2.5    Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2016). Metode pengolahan data ini dilakukan dengan cara menggunakan metode tabulasi. Analisis deskriptif kualitatif berkaitan erat dengan metode pengumpulan data, yaitu observasi dan wawancara.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Pendapatan Nelayan

Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Pendapatan masyarakat nelayan bergantung pada pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang terdapat di lautan, secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan hasil melaut merupakan sumber pemasukan utama bagi mereka, sehingga besar kecilnya pendapatan akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan mereka.

  • 3.1.1    Pendapatan usaha perikanan tangkap (on fishing)

Tabel 1.

Pendapatan Usaha Perikanan Tangkap Nelayan Tradisional pada Musim Ombak, Musim Puncak dan Musim Peralihan di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur,

Kecamatan Denpasar Selatan

Uraian

Per Satu Kali Melaut

Musim Ombak

Musim Puncak

Musim Peralihan

  • 1.    Penerimaan

  • 2.    Biaya Produksi

Rp 575.000

Rp 1.020.000

Rp 369.500

Rp 885.000

Rp 347.500

Biaya variabel (tunai)

Biaya Tetap

a. Biaya Tetap Diperhitungkan

Rp 302.500

Biaya penyusutan a. Biaya Tetap Tunai

Rp 46.553

Rp 46.553

Rp 46.553

1) Tenaga Kerja

Rp 88.800

Rp 215.400

Rp 160.600

  • 2)    Alat Tangkap

  • 3)    Pemeliharaan Perahu Mesin +

Rp 10.500

Rp 10.500

Rp 10.500

alat tangkap

Rp 9.234

Rp 9.234

Rp 9.234

3. Pendapatan

Pendapatan Atas Biaya Total

Rp 117.413

Rp 368.813

Rp 310.613

Per Musim

1. Penerimaaan

Rp 33.655.000

Rp 81.135.000

Rp 56.590.000

  • 2.    Biaya produksi

Biaya variabel (tunai)

Biaya Tetap

  • a. Biaya Tetap Diperhitungkan

Rp 18.800.000

Rp 30.210.000

Rp 26.712.500

Biaya penyusutan b. Biaya Tetap Tunai

Rp 3.449.583

Rp 3.449.583

Rp 3.449.583

1) Tenaga Kerja

Rp 5.328.000

Rp 17.232.000

Rp 12.045.000

2) Alat Tangkap

Rp 952.500

Rp 952.500

Rp 752.500

3) Pemeliharaan Perahu Mesin + alat tangkap

Rp 661.770

Rp 661.770

Rp 661.770

3. Pendapatan

Pendapatan Atas Biaya Total

Rp 4.463.147

Rp 28.629.147

Rp 12.968.647

Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah).

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa penerimaan rata-rata yang diperoleh nelayan tradisional dalam setahun yaitu Rp 171.380.000. Penerimaan tersebut berasal

penjumlahan dari tiga musim, yaitu musim ombak, musim puncak dan musim peralihan. Pada musim ombak penerimaan yang diperoleh nelayan tradisional yaitu sebesar Rp 33.655.000, sedangkan pada musim puncak yaitu sebesar Rp 81.135.000 dan pada musim peralihan yaitu sebesar Rp 56.590.000.

  • 3.1.2    Pendapatan keluarga nelayan tradisional

Tabel 2.

Rata-Rata Pendapatan Keluarga Nelayan Tradisional Per Tahun yang Bersumber dari Luar Sektor Perikanan (Non Fishing) di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.

Nelayan Tradisional

Jenis Usaha

Buruh Non Perikanan (Non Fishing)

Office Boy (Non Fishing)

Ojek (Non Fishing)

Pendapatan

Rp 1.110.000

Rp 240.000

Rp 140.000

Persentase 74,49% 16,10% 9,39%

Jumlah

Rp 1.490.000

100%

Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah).

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pendapatan nelayan tradisional dari aktivitas usaha di luar sektor perikanan (non fishing) bersumber dari aktivitas sebagai buruh non perikanan seperti buruh bangunan, ojek dan office boy. Adapun pendapatan dari aktivitas sebagai buruh non perikanan yaitu sebesar Rp 1.110.000 dengan persentase sebesar 74,49% dan pendapatan dari aktivitas sebagai office boy yaitu sebesar Rp 240.000 dengan persentase sebesar 16,10% serta pendapatan dari aktivitas sebagai ojek yaitu sebesar Rp 140.000 dengan persentase sebesar 9,39%.

Tabel 3.

Rata-Rata Pendapatan Keluarga Nelayan Tradisional Per Tahun di Kelompok

Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan.

Pendapatan

Pendapatan Nelayan Tradisional

en apa an e ayan ra s ona         Rp/tahun        Rp/bulan       %

Pendapatan Perikanan Tangkap (On Fishing)

Rp 46.060.941

Rp 3.838.441

96,81%

Pendapatan di Luar Sektor Perikanan (Non Fishing)

Rp 1.490.000

Rp 124.167

3,18%

Jumlah

Rp 47.550.941

Rp 3.962.578

100%

Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa sebagian besar pendapatan nelayan tradisional kelompok nelayan “Tapang Kembar” diperoleh dari sumber pekerjaan utamanya yaitu sebagai nelayan tradisional. Hal ini dikarenakan waktu yang ada

habis digunakan untuk melaut saja, serta sempitnya kesempatan kerja di luar kegiatan perikanan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang membuat nelayan tidak memiliki pekerjaan sampingan yang dapat menambah pendapatan keluarganya.

  • 3.2    Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan Tradisional Menurut Badan

    Pusat Statistik (BPS 2018)

Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2018), didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan rumah tangga disadari sangat luas dan kompleks. Suatu taraf kesejahteraan rumah tangga hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh sebab itu, kesejahteraan rumah tangga dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu: kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial, agama dan budaya.

Menurut Basuki, dkk (2001b), nelayan didefinisikan sebagai pihak-pihak yang memiliki kapal dan alat tangkapikan serta mengelola usaha atau menjalankan kegiatan penangkapan ikan dilaut.

Tabel 4.

Kelas dan Skor Masing-Masing Indikator Kesejahteraan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2018)

No

Indikator Kesehatan

Kelas

Skor

Parameter Tingkat Kesejahteraan

1.

Kependudukan

11

2

Cukup

2.

Kesehatan dan Gizi

20

2

Cukup

3.

Pendidikan

17

2

Cukup

4.

Ketenagakerjaan

18

2

Cukup

5.

Taraf dan Pola Konsumsi

8

2

Cukup

6.

Perumahan dan

Lingkungan

39

3

Baik

7.

Sosial dan lain lain

9

2

Cukup

Sumber: Data primer, 2021 (data diolah)

Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa terdapat perbedaan kelas dan skor dari ke 7 indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2018) adalah sebagai berikut:

  • 1.    Kependudukan

Keluarga nelayan tradisional rata-rata menempati angka (kelas) 11 atau nilai skor 2 dimana nilai skor 2 tersebut menunjukkan nilai skor cukup di dalam indikator kependudukan dalam kriteria kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik 2018 (BPS 2018). Hasil kelas dan nilai skor ini diperoleh karena jumlah tanggungan

anggota keluarga nelayan tradisional lebih besar dari empat orang. Selain itu ada orang diluar anggota keluarga tinggal bersama keluarga nelayan tradisional, sehingga biaya atau beban tanggungan keluarga bertambah.

  • 2.    Kesehatan dan gizi

Keluarga nelayan tradisional memperoleh nilai skor 2 atau berada pada angka (kelas 20) dalam indikator kesehatan dan gizi, dimana skor tersebut masuk ke dalam kategori cukup dalam kriteria kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik 2018 (BPS 2018). Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa fasilitas penyedia layanan kesehatan di lingkungan tempat tinggal keluarga nelayan tradisional yaitu dokter, bidan dan puskesmas. Selain itu setiap anggota keluarga nelayan tradsional jarang ada yang mengalami keluhan kesehatan yang akan menghambat kegiatan mereka sehari-hari.

  • 3.    Pendidikan

Keluarga nelayan tradisional berada pada angka (kelas 17) serta memperoleh skor 2 pada indikator pendidikan keluarga nelayan tradisional, nilai dan skor tersebut masuk kategori skor cukup dalam kriteria kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik 2018 (BPS 208). Semua anggota keluarga nelayan tradisional yang berusia 10 tahun ke atas rata-rata lancar membaca. Selain itu, rata-rata waktu belajar anak dalam keluarga nelayan tradisional lebih dari delapan jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota keluarga nelayan tradisional rata-rata sudah menyadari pentingnya pendidikan untuk masa depan mereka.

  • 4.    Ketenagakerjaan

Keluarga nelayan tradisional memperoleh skor cukup pada indikator ketenagakerjaan yaitu pada angka (kelas) 18. Hal ini dikarenakan beberapa anggota keluarga nelayan tradisional memanfaatkan waktu luang yang ada untuk melakukan pekerjaan tambahan sepanjang tahun. Namun masih ada anggota keluarga yang tidak memiliki pekerjaan utama maupun sampingan.

  • 5.    Taraf dan pola konsumsi

Keluarga nelayan tradisional rata-rata memperoleh skor cukup pada aspek taraf dan pola konsumsi yaitu pada angka (kelas) 8. Hal tersebut karena rata-rata keluarga nelayan tradisional dapat mencukupi kebutuhan konsumsi walaupun ada beberapa keluarga yang harus meminjam atau berhutang terlebih dahulu pada warung atau toko untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain itu seluruh keluarga nelayan menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok.

  • 6.    Perumahan dan lingkungan

Keluarga nelayan tradisional menempati kelas 39 dengan perolehan nilai skor 3 pada indikator perumahan dan lingkungan, skor tersebut masuk ke dalam kategori baik dalam kriteria kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik 2018 (BPS 2018). Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh keluarga nelayan tradisional menempati tanah dan bagunan rumah milik sendiri. Rata-rata keluarga nelayan tradisional memiliki tempat tinggal yang layak yaitu yang memiliki lantai, atap dan dinding yang baik, walaupun masih cukup banyak rumah tangga yang belum memiliki

tempat tinggal yang layak. Selain itu jenis penerangan yang digunakan keluarga nelayan tradisional yaitu listrik dan bahan bakar yang digunakan yaitu gas elpiji. Selain itu sumber air minum berasal dari sumur dan PAM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan menggunakan air minum matang.

  • 7.    Sosial dan lain-lain

Keluarga nelayan tradisional berada pada angka (kelas) 9 atau skor 2 yang berarti cukup pada indikator sosial dan lain-lain. Hal ini dikarenakan tempat tinggal keluarga nelayan tradisional sudah mendapatkan akses internet dan telepon. Sebagian besar keluarga nelayan tradisional sudah memiliki teknologi telepon seluler.

Tabel 5.

Sebaran Keluarga Nelayan Tradisional Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Menurut Kriteria Badan Pusat Statistika (BPS 2018)8)

Kategori

Skor

Jumlah Keluarga

Persentase

Belum Sejahtera

7-14

7

20%

Sejahtera

15-21

28

80%

Jumlah

35

100%

Sumber: Data Primer, 2021 (data diolah).

Pada Tabel 5 dapat dilihat data yang diperoleh menunjukan bahwa Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan tradisional di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur sebanyak 28 keluarga memperoleh jumlah skor yang berkisar antara 15-21 dengan persentase sebesar 80% tergolong ke dalam keluarga sejahtera serta 7 keluarga memperoleh jumlah skor yang berkisar antara 7-14 dengan persentase 20% yang tergolong ke dalam keluarga belum sejahtera. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga nelayan tradisional sudah memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup atau dapat digolongkan keluarga sejahtera serta sebagian kecil saja yang digolongkan ke dalam keluarga belum sejahtera.

Hal ini sejalan dengan besarnya pendapatan yang diperoleh keluarga nelayan di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur yaitu sebesar Rp 47.550.941/tahun atau Rp 3.962.578/bulan. Dengan pendapatan nelayan perbulan itu sudah memenuhi UMK Denpasar sebesar Rp 2.802.926,00 (Sumber: baliprov.go.id) yang berarti setiap keluarga nelayan cukup bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

  • 4.    Kesimpulan dan Saran

    • 4.1   Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah besarnya pendapatan yang diperoleh nelayan tradisional selama satu tahun adalah sebesar Rp 47.550.941. Kontribusi pendapatan usaha perikanan tangkap (on fishing) sebesar

96,81% dari pendapatan nelayan tradisional serta kontribusi pendapatan dari usaha di luar sektor perikanan (non fishing) sebesar 3,18%. Sehingga pendapatan keluarga nelayan tradisional di Kelompok Nelayan “Tapang Kembar” Kelurahan Sanur perbulan adalah sebesar Rp 3.962.578. Tingkat kesejahteraan keluarga nelayan tradisional yang diteliti menurut kriteria Badan Pusat Statistik (BPS 2018) yaitu sebanyak 28 keluarga nelayan dengan persentase sebesar 80% tergolong ke dalam keluarga sejahtera serta tujuh keluarga nelayan dengan persentase sebesar 20% yang tergolong ke dalam keluarga belum sejahtera.

  • 4.2    Saran

Bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan kembali bantuan berupa peningkatan layanan penyuluhan dalam pembinaan serta pengembangan kemampuan nelayan dalam menangkap ikan serta memberikan sosialisasi secara kontiniu tentang pentingnya pendidikan yang tinggi sehingga akan berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan tradisional. Bagi nelayan tradisional disarankan untuk mengubah pola pikirnya agar tidak terpusat pada satu pekerjaan saja tetapi bekerja sampingan pada bidang lain, sehingga dapat menambah pendapatan mereka.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2018. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2018. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) Perikanan. 2019. Hasil Survei Perikanan Provinsi Bali. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.

Basuki, R. prayogo, U.H, Tripranaji, Nyak Ilham, Sugiarto, Hendiarto, Bambang W, Daeng H, dan Iwan S. 2001a. Pedoman Umum Nilai Tukar Nelayan. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.

Fadholi, Akhmad. 2012. Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap Operasi Penerbangan di Bandara H.A.S. Hananjoeddin Belitung Periode 1980 - 2010. Jurnal Statistika. Vol 12 (2) 93-101.

Https://www.baliprov.go.id/web/keputusan-gubernur-bali-tentang-upah-minimum-kabupaten-kota-tahun-2022/

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 2015. Laporan Tahunan Statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Hal 30-31.

Riefsa. 2014. Potensi Kelautan Indonesia Bagi Kesejahteraan. Surakarta: CV. Aryheaeko Sinergi Persada.

Sukirno. 2006. Makro Ekonomi : Teori Pengantar Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Soekartawi. 2001. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA

33