KAJIAN KANDUNGAN ZAT GIZI DAN SIFAT SENSORIS LEDOK DARI BEBERAPA JENIS UMBI-UMBIAN

I Wayan Suarta1, Ni Made Yusa2, I Ketut Suter2

Email: [email protected]

ABSTRAK

The aim of the study was to determine the nutrition content and sensory properties of ledok which made from various types of tubers. Experiments designed randomized block design which contains of six tubers treatment: yellow sweet cassava, yellow sweet potato varieties papua selulosa, purple sweet potato varieties RIS 03065-03, orange sweet potato varieties sari, white sweet potato varieties sukuh, and white sweet potato varieties cengkuang. Each treatment was repeated three times acquired 18 units of the experiment. The observation of parameters in this study were the moisture content, ash content, fat content, protein content, carbohydrate content, antioxidant capasity, sensory properties including color, aroma, taste, texture and overall acceptance. The data obtained were analyzed by analysis of variance, and if there are significant differences between treatments followed by Duncan Multi Range Test (DMRT).

The results showed that, the use of types of tubers have significant effect on the content of fat, protein, carbohydrate, antioxidant capasity and sensory properties of the color, flavor, and texture, and was not significant on the moisture content, ash content and sensory properties of the flavor and overall acceptance. The best ledok was produced from purple sweet potato varieties RIS 03065-03 with the following characteristics: moisture content 73,91% , ash content 0,69%, 3,14% fat content, protein content 10,58%, carbohydrate content 11,67%, antioxidant capasity 91,26% and overall acceptance (rather like).

Keywords: Ledok, sweet potato, sensory properties

PENDAHULUAN

Ledok merupakan salah satu makanan Nusantara yang berasal dari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Ledok dibuat dengan menggunakan bahan baku utama beras jagung putih, biji kacang merah, kacang tanah dan ubi singkong kuning. Serta ledok ditambahkan bahan–bahan lainnya yang tersedia secara lokal seperti kacang panjang, kemangi dan ikan laut segar, ledok yang sudah siap saji bentuknya seperti bubur. Ledok dari dulu sampai sekarang masih dikonsumsi oleh hampir semua lapisan masyarakat di Nusa Penida yaitu anak-anak remaja dan terutama orang tua (Suter, et al., 2007).

Menurut Suter, et al., (2007) kandungan gizi per 100 g ledok adalah sebagai berikut: air 71,92 g, abu 0,98 g, protein 3,15 g, lemak 4,71, serat kasar 3,18 g dan karbohidrat 16,05 g. Mengingat ledok merupakan makanan khas masyarakat Nusa Penida, maka sangat perlu pengembangan untuk meningkatkan minat masyarakat di luar Nusa Penida untuk ikut mengkonsumsi ledok, upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan ledok adalah dengan peningkatan citra dan nilai zat gizi ledok.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaji penggunaan berbagai jenis varietas ubi jalar dalam proses pembuatan ledok, dimana ubi singkong kuning diganti dengan berbagai varietas ubi jalar dengan harapan dapat meningkatkan komponen nilai zat gizi ledok terutama dari kadar antioksidan dan zat gizi lainnya yang terdapat pada ubi jalar.

Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat alternatif pengganti beras. Selain itu, zat gizi yang terkandung dalam ubi jalar dapat mengimbangi zat gizi yang terdapat pada gandum dan beras. Ubi jalar selain sebagai sumber karbohidrat yang baik, juga sebagai sumber serat pangan yang sangat diperlukan tubuh. Ubi jalar mengandung senyawa betakaroten dan antosianin yaitu pigmen yang terdapat pada ubi jalar ungu atau jingga yang dapat berfungsi sebagai komponen antioksidan. Komponen lainnya seperti protein, lemak, vitamin dan mineral sangat tergantung terhadap faktor genetik dan kondisi penanamannya. Penggunaan ubi jalar didasarkan pada: (1) merupakan sumber karbohidrat ke empat setelah padi, jagung, dan ubi singkong; (2) mempunyai potensi produktivitas yang tinggi; (3) memiliki potensi diversifikasi produk yang cukup beragam; (4) memiliki kandungan zat gizi yang beragam (Adrianus, 2011).

Ubi jalar yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari berbagai varietas yang ada di Bali dan cukup banyak tersedia dipasaran. Varietas ubi jalar yang digunakan yakni: ubi jalar kuning varietas papua selulosa, ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03, ubi jalar orange varietas sari, ubi jalar putih varietas sukuh, dan ubi jalar putih varietas cengkuang. Dasar penggunaan varietas ubi jalar ini karena kandungan zat gizi yang cukup baik yakni kandungan karbohidrat, protein, serat dan komponen antioksidan alaminya dan sebagai pemberdayaan bahan pangan local bali.

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan citra ledok dan peningkatan nilai zat gizi dengan menggunakan berbagai varietas ubi jalar yang merupakan sumber pangan yang bergizi dan sehat ditinjau dari kandungan zat gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat gizi dan sifat sensoris ledok yang dibuat dari berbagai jenis umbi-umbian, dan menentukan jenis umbi-umbian terbaik yang digunakan untuk pembuatan ledok.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan–bahan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah beras jagung putih, biji kacang tanah, biji kacang merah, ubi singkong kuning, ubi jalar kuning varietas papua selulosa, ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03, ubi jalar orange varietas sari, ubi jalar putih varietas sukuh, dan ubi jalar putih varietas cengkuang, daun bayam segar, daun kemangi segar, cabai, kulit jeruk nipis, bawang putih, garam dapur, daun salam dan lengkuas.

Bahan yang digunakan dalam analisis kimia meliputi H2SO4 (Merck PA), NaOH 50%, Zn, HCl, Aquades, Heksan, K2SO4, Tablet Kjeldahl, indikator Phenolphthalein, Asam Borak dan DPPH(diphenyl picril hydrazil hydrate).

Alat

Alat–alat yang digunakan dalam pembuatan dan analisis ledok adalah pisau, baskom, timbangan analitik, blender, panci, pengaduk dari kayu, talenan, kompor gas, lumpang, timbangan analitik, oven, cawan porselin, alumunium foil, eksikator, crus porselin, erlenmayer 250 ml, pendingin balik, kertas saring biasa, pipet volume 10 ml, gelas ukur 100 ml, gelas baker 100 ml, muffle, labu kjeldhal, spektrofotometer (Turner SP-870), dan shaker.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan 6 (enam) jenis umbi-umbian.

P0 = ledok dibuat dengan ubi singkong kuning.

P1 = ledok dibuat dengan ubi jalar kuning varietas papua selulosa.

P2 = ledok dibuat dengan ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03.

P3 = ledok dibuat dengan ubi jalar orange varietas sari.

P4 = ledok dibuat dengan ubi jalar putih varietas sukuh.

P5 = ledok dibuat dengan ubi jalar putih varietas cengkuang.

Masing–masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat pengaruh nyata antara perlakuan maka akan dilanjutkan dengan Duncan Multi Range Test (DMRT) (Steel dan Torrie, 1993), sedangkan pada data evaluasi sensoris dianalisis menurut Soekarto (1985).

Pelaksanaan Penelitian

Proses Pembuatan Ledok

Persiapan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan ledok yaitu bahan utama: beras jagung putih, singkong kuning, ubi jalar, kacang merah, kacang tanah. Bumbu yaitu lengkuas, bawang putih, cabai, jeruk nipis, daun salam, daun bayam dan kemangi. Bahan dibersihkan dan singkong kuning, ubi jalar dirajang, sedangkan lengkuas, bawang putih, cabai, jeruk nipis dihaluskan, selanjutnya semua bahan ditimbang sesuai fomulasi. Proses pembuatan ledok adalah sebagai berikut: air dipanaskan dalam panci sampai mendidih (suhu mencapai ± 100o C) biji jagung, biji kacang tanah, biji kacang merah direbus sampai setengah matang (selama ± 15 menit pada suhu 100o C). Selanjutnya bahan-bahan lainnya seperti rajangan ubi jalar, daun bayam, daun kemangi, daun salam dan rajangan bumbu direbus sambil terus diaduk merata sampai matang (selama ± 45 menit) dan ledok siap untuk

disajikan. Adapun formulasi dan diagram alir pembuatan ledok dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Formulasi bahan baku ledok

Bahan baku

Jumlah

Air (L)

2,120

Beras jagung putih (g)

125,0

Ubi jalar/singkong kuning (g) (*)

125,0

Biji kacang merah kering (g)

62,5

Biji kacang tanah kering (g)

62,5

Daun salam kering (g)

5,0

Daun bayam segar (g)

65,0

Daun kemangi segar (g)

25,0

Lengkuas (g)

5,0

Cabai merah (g)

6,5

Garam dapur (g)

1,0

Kulit nipis (g)

5,0

Bawang putih (g)

4,0

Sumber: Suter, et al., (2007).

(*) Sesuai perlakuan yaitu: P0 = ubi singkong kuning. P1 = ubi jalar kuning vareitas papua solossa. P2 = ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03. P3 = ubi jalar orange varietas sari. P4 = ubi jalar putih varietas sukuh. P5 = ubi jalar putih varietas cengkuang.


Analisis kandungan gizi dan sifat sensoris

* Keterangan: Penambahan jenis umbi-umbian disesuaikan dengan perlakuan

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan ledok (Suter, et al., 2007) yang dimodifikasi pada jenis varietas ubi jalarnya

Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air dengan metode pengeringan oven (AOAC, 1995), kadar abu dengan metode pengabuan kering (AOAC, 1995), kadar protein dengan metode mikro-Kjeldhahl (AOAC, 1995), kadar lemak dengan metode ekstraksi Soxhlet (AOAC, 1995), kadar karbohidrat dengan metode Carbohydrat by different, daya antioksidan dengan metode kemampuan mereduksi radikal bebas DPPH (Sompong, 2011) dan sifat sensoris (warna, rasa, aroma, tekstur dan penerimaan keseluruhan) dengan uji hedonik (Soekarto, 1985).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai rata-rata hasil analisis kandungan zat gizi dan daya antioksidan ledok dengan menggunakan beberapa varietas ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis zat gizi dan daya antioksidan pada ledok yang dibuat dari berbagai jenis umbi-umbian.

Jenis umbi-umbian

Air (%)

Abu (%)

Protein (%)

Lemak (%)

Karbohidrat (%)

Daya Antioksidan (%)

Ubi singkong kuning

72,53 a

0,73 a

8,07 b

2,63 bcd

16,03 a

64,95 d

Ubi jalar kuning varietas Papua Selilosa

74,26 a

0,69 a

7,58 b

3,12 bc

14,35 ab

64,82 d

Ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03

73,91 a

0,69 a

10,58 a

3,14 b

11,67 c

91,26 a

Ubi jalar orange varietas sari

74,49 a

0,70 a

6,18 bc

2,55 d

16,08 a

84,96 b

Ubi jalar putih varietas Sukuh

75,37 a

0,66 a

7,09 bc

3,70 a

13,19 bc

86,44 b

Ubi jalar putih varietas Cengkuang

76,18 a

0,67 a

5,66 c

2,59 cd

14,89 ab

80,17 c

Keterangan : Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata (P>0,05).

  • 1.    Kadar Air

Tabel 2 menunjukan bahwa kadar air dari ledok yang dibuat dari 6 (enam) jenis umbi-umbian tidak berbeda nyata yaitu berkisar antara 72,53% sampai 76,47%. Hal ini mungkin karena kadar air bahan segar yang tidak berbeda jauh. Kadar bahan segar ubi singkong kuning 60%, ubi jalar kuning varietas papua selulosa 72,50%, ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 68,50%, ubi jalar orange varietas sari 65,44%, ubi jalar putih varietas sukuh 59,26%, ubi jalar varietas cengkuang 68,7%, (Depkes RI.,2007).

  • 2.    Kadar Abu

Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar abu ledok tidak berbeda nyata (P>0,05) yaitu antara 0,66% sampai 0,73%. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan kadar abu bahan segar, kadar abu sangat terkait dengan keberadaan meneral-mineral pada jenis umbi-umbian, secara umum mineral terdapat pada tiap jenis umbi-umbian antara lain adalah zat besi (Fe), fosfor (P) dan

kalsium (Ca). Kadar bahan segar ubi singkong kuning yaitu sebesar 0,7%, ubi jalar kuning varietas papua selulosa yaitu sebesar 0,7%, ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 yaitu sebesar 0,84%, ubi jalar orange varietas sari yaitu sebesar 0,7%, ubi jalar putih varietas sukuh yaitu sebesar 0,8%, ubi jalar varietas cengkuang yaitu sebesar 0,8%, (Depkes RI.,2007).

  • 3.    Kadar Protein

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat nilai rata-rata untuk kadar protein ledok berbeda sangat nyata (P<0,01) yaitu berkisar antara 5,66% sampai dengan 10,58%. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 yaitu sebesar 10,58% karena kandungan bahan segar ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 yaitu sebesar 1,8% lebih tinggi dibandingkan dengan jenis umbi laninnya. Kadar bahan segar ubi singkong kuning yaitu sebesar 1,20 %, ubi jalar putih varietas sukuh yaitu sebesar 1,20%, ubi jalar orange varietas sari yaitu sebesar 1,1%, ubi jalar kuning varietas papua selulosa yaitu sebesar 1,1%, sedangkan kadar protein terendah terdapat pada perlakuan ubi jalar varietas cengkuang yaitu sebesar 5,66%, karena kandungan protein bahan segar ubi jalar varietas cengkuang yaitu sebesar 1,13% (Depkes RI.,2007). Tingginya kadar protein pada ledok juga disumbangkan dari protein kacang-kacangan yang ditambahkan pada pembuatan ledok.

  • 4.    Kadar Lemak

Berdasarkan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar lemak ledok berbeda nyata (P<0,01) setiap perlakuan yaitu berkisar antara 2,55% sampai 3,70%. Kadar lemak tertinggi diperoleh dari perlakuan ubi jalar putih varietas sukuh yaitu sebesar 3,70%, karena kandungan bahan segar ubi jalar putih varietas sukuh yaitu sebesar 0,7% lebih besar dari pada jenis ubi varietas lainnya. Kadar bahan segar ubi jalar kuning varietas papua selulosa yaitu sebesar 0,7%, ubi jalar ungu varietas RIS 0306503 yaitu sebesar 0,7%, sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan ubi jalar orange varietas sari yaitu sebesar 2,25%, karena kandungan bahan segar ubi jalar orange varietas sari yaitu sebesar 0,46%, lebih tinggi dibandingkan dengan ubi jalar varietas cengkuang yaitu sebesar 0,4% dan ubi singkong kuning yaitu sebesar 0,3% (Depkes RI.,2007).

  • 5.    Kadar Karbohidrat

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat nilai rata–rata karbohidrat ledok berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan yakni berkisar antara 11,67% sampai dengan 16,08%. Kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada perlakuan ubi jalar orange varietas sari yaitu sebesar 16,08%, karena kandungan bahan segar ubi jalar orange varietas sari yaitu sebesar 32,30%, tidak jauh berbeda dengan kadar bahan segar varietas umbi lainnya. Kadar bahan segar ubi singkong kuning yaitu sebesar 34,7%, ubi jalar varietas cengkuang yaitu sebesar 27,9%, ubi jalar kuning varietas papua selulosa yaitu sebesar 27,9%, ubi jalar putih varietas sukuh yaitu sebesar 27,9%, sedangkan kadar karbohidrat terendah terdapat pada

perlakuan ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 yaitu sebesar 26,95%, lebih rendah dari pada jenis umbi lainnya (Depkes RI.,2007).

  • 6.    Daya Antioksidan

Dalam penelitian ini, kemampuan mereduksi radikal bebas dari suatu bahan dinyatakan sebagai % kapasitas mereduksi radikal bebas. Semakin besar reduksi radikal bebas, maka aktivitas antioksidan semakin tinggi. Berdasarkan hasil analisis daya antioksidan pada ledok dengan penambahan berbagai jenis varietas ubi jalar dengan nilai rata-rata kemampuan mereduksi radikal bebas tiap perlakuan yaitu 64,82% sampai 91,26%. Perbedaan kemampuan mereduksi radikal bebas setiap perlakuan jenis varietas ubi jalar disebabkan oleh perbedaan kandungan antioksidan pada setiap varietas ubi jalar. Semakin tinggi kadar antioksidan maka semakin tinggi kemampuan mereduksi radikal bebasnya.

Menurut Hasim dan Yusuf (2008) semakin pekat warna jingga ataupun ungu pada bahan merupakan indikator kandungan antioksidan pada bahan, pada ubi jalar putih mengandung 260 mg β-karoten per 100 g bahan, sedangkan ubi jalar kuning mengandung 2900 mg β-karoten, dan ubi jalar ungu atau merah jingga mengandung antioksidan sebesar 9900 mg per 100 g bahan.

  • 7.    Sifat sensoris

Hasil uji sifat sensoris yang telah dilakukan pada ledok dari berbagi jenis umbi-umbian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji sifat sensoris pada ledok yang dibuat dari berbagai jenis umbi-umbian.

Jenis umbi-umbian

Warna

Aroma

Rasa

Tekstur

Penerimaan keseluruhan

Ubi singkong kuning

4,75 bc

4,70 a

3,85 b

4,20 b

4,50 a

Ubi jalar kuning varietas Papua selilosa

4,40 c

4,40 a

4,20 b

5,05 a

4,65 a

Ubi jalar ungu vareitas RIS 03065-03

5,15 ab

4,60 a

5,10 a

5,10 a

5,25 a

Ubi jalar orange varietas Sari

5,40 a

4,70 a

5,20 a

5,15 a

5,15 a

Ubi jalar putih varietas Sukuh

5,20 ab

4,85 a

3,90 b

4,10 b

5,05 a

Ubi jalar putih varietas Cengkuang

4,65 bc

4,85 a

4,20 b

4,65 ab

4,60 a

Keterangan : - Huruf yang sama dibelakang nilai rata-rata pada kolom yang sama menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata (P>0,05).

- Skor 1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, 3 = Agak tidak suka, 4 =Biasa, 5 = Agak suka, 6 = Suka, 7 = Sangat suka.

  • 7.1.    Warna

Pada Tabel 3 menunjukan nilai rata-rata uji kesukaan panelis terhadap warna ledok dibuat

dengan berbagai jenis umbi-umbian menunjukkan perberbeda nyata. Nilai rata-rata untuk kesukaan terhadap warna ledok berkisar antara 4,4 (biasa) sampai dengan 5,4 (agak suka). ledok yang dibuat dari ubi jalar orange varietas Sari lebih disukai oleh panelis, hal ini disebabkan karena panelis menyukai warna orange karena kesan warnanya lebih menarik bila dibandingkan dengan ledok varietas ubi jalar lainnya.

  • 7.2.    Aroma

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan penambahan berbagai jenis umbi-umbian tidak berpengaruh nyata terhadap aroma ledok. Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap tingkat kesukaan aroma ledok berkisar antara 4,4 (biasa) sampai dengan 4,85 (biasa). Aroma ledok dari varietas ubi jalar memiliki aroma yang sama sehingga aroma ledok tidak berbeda pada setiap perlakuan.

  • 7.3    Rasa

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan penambahan jenis umbi-umbian berpengaruh nyata terhadap rasa ledok. Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap rasa ledok berkisar antara 3,85 (agak tidak suka) sampai dengan 5,20 (agak suka). Ledok dengan penambahan ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 dan ubi jalar orange varietas sari lebih disukai oleh panelis dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena rasa dari ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 dan ubi jalar orange varietas sari lebih enak dan manis.

  • 7.4.    Tekstur

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan jenis umbi-umbian berpengaruh nyata terhadap tekstur ledok. Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap tekstur berkisar antara 4,10 (biasa) sampai dengan 5,15 (agak suka), perbedaan tekstur ledok disebabkan karena perbedaan varietas ubi jalar yang digunakan.

  • 7.5.    Penerimaan keseluruhan

Hasil analisis keragaman terhadap uji hedonik penerimaan keseluruhan menunjukan perlakuan jenis umbi-umbian tidak berbeda nyata terhadap penerimaan keseluruhan karakteristik ledok. Penerimaan terhadap warna, rasa dan tekstur berbeda tetapi pada penerimaan keseluruhan oleh panelis adalah sama yaitu nilai rata-rata penerimaan penelis berkisar antara 4,50 (biasa) sampai dengan 5,25 (agak suka). Hal ini karena karakteristik dari ubi jalar yang digunakan hampir sama sehingga hasil penilaian panelis tidak berbeda.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh penggunaan berbagai jenis umbi-umbian terhadap zat gizi dan sifat sensoris ledok dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • 1.    Penggunaan berbagai varietas ubi jalar pada ledok berpengaruh nyata terhadap kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, daya antioksidan dan sifat sensoris yakni warna, rasa, dan tekstur, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu dan sifat sensoris yakni aroma dan penerimaan keseluruhan.

  • 2.    Varietas ubi jalar yang menghasilkan ledok dengan kandungan zat gizi dan sifat sensoris terbaik yaitu ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03 dengan karakteristik kadar air 73,91%, kadar abu 0,69%, kadar lemak 3,14%, kadar protein 10,58%, kadar karbohidrat 11,67%, daya antioksidan 91,26%, warna (agak suka), aroma (biasa), rasa (agak suka), tekstur (agak suka) dan penerimaan keseluruhan (agak suka).

Saran

Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut tentang senyawa bioaktif dari ledok yang dibuat dari ubi jalar ungu varietas RIS 03065-03.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. I Ketut Suter. M.S. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk terlibat dalam proyek penelitian Hibah Unggulan Udayana yang dibiayai dari DIPA BLU Universitas Udayana No. 21.27/UN14/LPPM KONTRAK 2012 Tanggal 19 Januari 2012.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of AOAC Internasional. USA AOAC International, Virginia.

Adrianus. 2011. Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Pada Tinggi Petakan Yang Berbeda, No hal 50. Diakses tanggal 14/10/2012.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Ginting dan Erliana. 2006. Teknologi Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Diversifikasi Pangan Dan Pengembangan Agroindustri. Balitkapi. Malang. Bul. Palawija No.11:15-28. Availabe From URL: http www.google.com. Diakses tanggal: 18/8/2012

Hasim, A., dan M. Yusuf. 2008. Ubi Jalar Kaya Antosianin: Pilihan Pangan Sehat. Tabloid Sinar Tani Edisi XX, 26 Agustus 2008

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Prinsip dan Prosedur Statistik Penerjemahan Bangbang Sumantri.

Sompong R, S. Siebenhandl-Ehn, G. Linsberger-Martin, E. Berghofer. Physicochemical and antioxidative properties of red and black rice varieties from Thailand, China and Sri Lanka. J. Food Chem. 124. 132–140

Suter, I K., I M. A. S. Wijaya, I G.N. Agung, N. M. Yusa dan I. B. K. Suryawantha. 2007. Studi Pengembangan Produk Olahan Dari Umbi–umbian Dan Jagung Dalam Rangka Diversifikasi Pangan. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Dinas pertanian Tanaman Pangan Bali dengan Pusat kajian makanan Tradisional Lembaga Penelitian Universitas Udayana.

10