PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG KETAN DENGAN LABU KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP KARAKTERISTIK KLEPON

I Kadek Dede Pranata1, I Made Sugitha2, Luh Putu Trisna Darmayanti2

  • 1    Mahasiswa Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana 2Dosen Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana

Email: [email protected]

ABSTRACT

The aims of this research to determine the effect of ratio of glutinous rice flour with pumpkin on klepon characteristics and to find the right ratio between the amount of glutinous rice flour and pumpkin to produce klepon with the best characteristics. The research used completely random design, with the ratio of between the treatment of glutinous rice flour and pumpkin are as follows: (100: 0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40 50:50). The treatment was repeated three times to producing 18 units of the experiment. Data were analyzed by analysis of variance and if there is an influence on the treatment, then continued by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results show ratio of glutinous rice flour with pumpkin significance effects on the, of protein content, of fat content, of β-carotene content, color, aroma, flavor, texture (test score and hedonic test) experiment and the entrie acceptance. Klepon with the best results and acceptable that glutinous rice flour ratio of 60%:40% pumpkin with the criteria were, 49.82% of water content, 0.40% of ash content, 6.08% of protein content, 8.20% of fat content 35.47% of carbohydrate content, 0.1608%, of β-carotene content and result of sensory test color hedonic, usual, aroma, rather like, texture hedonic usual, the texture score usual, taste, usual the whole acceptance, rather like.

Keyword : klepon, pumpkin,rice flour

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan perekonomiannya di sektor pertanian. Salah satu dalam penganekaragaan usaha dalam menunjang swasembada pangan tersebut adalah dengan memproduksi klepon. Klepon merupakan salah satu jenis produk pangan dan jajanan tradisional semi basah yang dikenal di masyarakat. Klepon termasuk dalam golongan jajanan pasar yang relatif murah dan memiliki cita rasa yang khas, terbuat dari tepung ketan berisi gula merah dimasak dengan cara di rebus dan di sajikan dalam parutan kelapa dan garam halus. Klepon mempunyai tekstur kenyal, padat, manis, tidak memiliki masa simpan yang cukup lama. (Riani, 2007).

Labu kuning atau waluh termasuk komoditas pangan yang telah dikenal masyarakat namun pemaanfaatannya masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum terlalu menyadari akan potensi dan kandungan gizi yang dimiliki buah tersebut. Labu Kuning (cucurbita moschata) termasuk jenis tanaman menjalar dari familia curcubitacea yang banyak di jumpai di Indonesia terutama terutama di dataran tinggi, di Jawa tengah dikenal dengan nama waluh ,di negara Inggris disebut juga dengan pumkin, di Jawa barat di sebut denganh labu parang (Sudarto, 1993). Labu kuning (Cucurbita moschata) memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. 100 gram labu kuning mengandung, vitamin A sebanyak 180 SI vitamin B 0,08 mg dan vitamin C

sebanyak 52 mg serta beberapa komponen lainnya (Anon., 1972).

Untuk dapat meningkatkan pemanfaatan labu kuninng maka perlu adanya penganekaragaman produk olahan yang harus dikembangkan salah satu pengolahannya yaitu menjadi klepon, sehingga dapat mendorong pemaanfaatan dari labu kuning tersebut. karakteristik klepon yang mengandung labu kuning belum diketahui secara pasti, oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh perbandingan tepung ketan dengan labu kuning terhadap karakteristik klepon.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan dan Laboratorium Analisis Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan Agustus hingga November 2015.

Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan antara lain : labu kuning, gula merah, tepung ketan merek rose brand garam dan santan. Bahan kimia yang digunakan dalam analisis adalah aquades, tablet Khjedhal, HCl, NaOH , H2SO4, asam borat, indikator phenolphthalein (PP), Petroleum eter (PE), kloroform, aseton, standar β-Karoten, benzena dan Na2SO4.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pisau, loyang, grinder cawan, aluminium foil, destilator, pendingin balik, desikator, oven, cawan porselin, alat pembakar, lumpang, kertas saring, erlenmeyer

(pyrex), pipet volum, gelas beker (pyrex), biuret, pemanas, batang pengaduk, muffle, pipet tetes, labu lemak (pyrex), gelas ukur (pyrex), labu takar (pyrex), soxhlet (pyrex), vortex (thermolyne), tabung reaksi (pyrex), sendok, sentrifuge, penangas air, soxhlet, pendingin balik, corong kondensor, waterbath, kompor listrik, spektrofotometer (Gebesys 10S UV-Vis) alat pembakar, alat destilasi lengkap dengan Erlenmeyer dan tabung pemisah.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakukan perbandingan tepung ketan dengan labu kuning yaitu : A0 (100% : 0%); A1(90%: 10%); A2(80% : 20%); A3 (70% : 30%); A4 (60% : 40%); A5 (50% : 50%)

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data yang diperoleh dari parameter yang diamati kemudian dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila terdapat pengaruh antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

Pelaksanaan Penelitian

  • a.    Proses Pembuatan Bubur Labu Kuning Pelaksanaan penelitian ini didahului dengan pembuatan bubur labu kuning, labu kuning dipotong menjadi bentuk dadu dengan ukuran 3 cm kemudian dibersihkan dari bijinya setelah itu dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran. Labu  Kuning

dikukus dengan air mendidih sampai matang selama ±10 menit pada suhu 1000C lalu diangkat dan ditiriskan selama ± 10 menit. Selanjutnya dikupas kulit luarnya lalu 51

dihaluskan dengan dihancurkan menggunakan tangan.

  • b.    Proses Pembuatan Klepon

Sari,(2012). proses pembuatan klepon adalah sebagai berikut : tepung ketan, dan bubur labu kuning, di timbang sesuai perlakuan dimasukan kedalam wadah pencampuran sesuai dengan takaran dan ditambahkan dengan garam 0,3 g dan santan

70 ml lalu di uleni di bentuk dengan membuat sumuran ± 1 cm adonan ditambahkan dengan gula merah 1 g kemudian sumuran ditutup, lalu dibentuk bola-bola kecil dengan ujungnya yang runcing, kemudian adonan direbus selama 3 sampai 4 menit pada suhu 100oC setelah itu kembali didinginkan selama 5 menit. Formula klepon labu kuning dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Formula Klepon Labu Kuning.

Perlakuan

Komposisi Bahan (%)

Labu Kuning (g)

Tepung Ketan (g)

Santan Kelapa (ml)

Garam

(g)

A0

0

100

70

0,3

A1

10

90

70

0,3

A2

20

80

70

0,3

A3

30

70

70

0,3

A4

40

60

70

0,3

A5

50

50

70

0,3

Sumber: (Sri,2011) dalam Sari,(2012).

Variabel yang Diamati

Karakteristik klepon yang diamati meliputi : kadar air dengan metode oven (Sudarmadji, dkk.,1997), kadar abu dengan metode pemijaran (Sudarmadji, dkk.,1997), kadar protein dengan metode makro-Kjeldahl (Sudarmadji, dkk.,1997), kadar lemak dengan metode ekstraksi soxhlet (Sudarmadji, dkk.,1997), kadar β-karoten dengan metode spektrofotometri (Muchtadi, 1989), kadar karbohidrat by difference, dan sifat sensoris (warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan) dengan metode uji hedonik dan uji skoring (Soekarto, 1985).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai rata-rata hasil penelitian terhadap karakteristik klepon yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein kadar lemak kadar karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai rata-rata kadar karbohidrat dan kadar β-karoten dapat dilihat pada Tabel 3.

Kadar Air

Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar air klepon, didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning menunjukan pengaruh tidak nyata (P>0,05). Nilai rata-rata kadar air klepon pada Tabel 2 berkisar antara 45,38% sampai dengan 52,39%. Hasil analisis kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan 52

perbandingan tepung ketan dan labu kuning 50% : 50% yaitu 52,39%, sedangkan kadar air

terendah terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 80% : 20% yaitu 45,38%.

Tabel 2. Nilai rata-rata hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak klepon

Nilai rata-rata

Perlakuan

Kadar Air (%)

Kadar Abu (%)

Kadar Protein (%)

Kadar Lemak (%)

A0

49,40 (a)

0,61 (a)

10,16 (a)

8,27 (ab)

A1

46,68 (a)

0,37 (a)

9,08 (b)

8,35 (ab)

A2

45,38 (a)

0,51 (a)

8,12 (c)

7,52 (b)

A3

47,44 (a)

0,41 (a)

7,05 (d)

11,10 (a)

A4

49,82 (a)

0,40 (a)

6,08 (e)

8,20 (ab)

A5

52,39 (a)

0,36 (a)

5,87 (e)

5,20 (b)

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Tabel 3. Nilai rata-rata kadar karbohidrat dan kadar β-karoten klepon.

Perlakuan

Nilai rata-rata

Kadar karbohidrat (%)

Kadar β-karoten (%)

A0

31,53 (a)

0,0213 (f)

A1

35,48 (a)

0,0730 (e)

A2

38,45 (a)

0,0831 (d)

A3

33,98 (a)

0,1340 (c)

A4

35,47 (a)

0,1608 (b)

A5

35,26 (a)

0,1767 (a)

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Kadar Abu

Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar abu klepon, didapatkan bahwa perlakuan tepung ketan dan labu kuning menunjukan pengaruh tidak nyata (P>0,05). Nilai rata-rata kadar abu klepon pada Tabel 2 berkisar antara 0,36%. sampai dengan 0,61%. Hasil analisis kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 100% : 0% yaitu 0,61% dan kadar abu terendah terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 50% : 50% yaitu 0,36%.

Kadar Protein

Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar protein klepon

didapatkan bahwa perlakuan tepung ketan dan labu kuning menunjukan pengaruh yang nyata (P<0,05). Nilai rata-rata kadar protein klepon dapat pada Tabel 2. Berkisar antara 5,87 % sampai dengan 10,16 % Hasil analisis kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 100% : 0% yaitu 10,16%, sedangkan hasil analisis terendah terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 50% : 50% yaitu 5,87%.

Semakin meningkat penggunaan labu kuning maka kadar protein dari klepon menurun Perbedaan kadar protein klepon disebabkan karena adanya perbedaan jumlah tepung ketan dan labu kuning yang digunakan. Kandungan protein pada masing-masing bahan 53

yang digunakan mempengaruhi kadar protein klepon yang dihasilkan. Kandungan protein tepung ketan yang digunakan adalah 6,43% (Ridwan et al,1996). sedangkan kandungan protein labu kuning yang digunakan adalah 1,19% (Budiman et al,1984).

Kadar Lemak

Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar lemak klepon, didapatkan bahwa perlakuan tepung ketan dan labu kuning menunjukan pengaruh yang nyata (P<0,05). Nilai rata-rata kadar lemak klepon pada Tabel 3 berkisar anatara 5,20%. sampai dengan 11,10% Hasil analisas kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning yaitu 70% : 30% yaitu 11,10%, sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 50% : 50% yaitu 5,20%.

Semakin meningkat penggunaan labu kuning maka kadar lemak dari klepon semakin menurun. Perbedaan kadar lemak klepon disebabkan karena adanya perbedaan tepung ketan dan labu kuning yang digunakan. Kandungan lemak pada masing-masing bahan mempengaruhi kadar lemak klepon yang dihasilkan. Kandungan lemak tepung ketan adalah 0,68% (Ridwann et al, 1984). sedangkan kandungan lemak labu kuning adalah 0,16% (Budiman et al, 1984).

Kadar Karbohidrat

Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan terhadap kadar karbohidrat klepon, didapatkan bahwa perlakuan tepung ketan dan labu kuning menunjukan pengaruh tidak nyata

(P>0,05). Nilai rata-rata kadar karbohidrat klepon pada Tabel 3 berkisar anatara 31,53% sampai dengan 38,45%. Hasil analisis kadar karbohidrat tertinggi terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning yaitu 80% : 20% yaitu 38,54%, sedangkan kadar karbohidrat terendah terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 100% : 0% yaitu 31,53%.

Kadar β-karoten

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dengan labu kuning berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar β-karoten. Nilai rata-rata kadar β-karoten dari klepon dapat dilihat pada Tabel 3. Kadar β-karoten tertinggi terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 50% :50% yaitu dengan nilai 0,1767% dan yang terendah terdapat pada perlakuan tepung ketan dan labu kuning 100% : 0% yaitu dengan nilai 0,0213%. Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin banyak labu kuning yang ditambahkan maka kadar β-karoten akan semakin meningkat, hal itu terlihat dari nilai kadar β-karoten yang semakin tinggi. Labu kuning dikenal dikenal kaya akan karotenoid. β-karoten merupakan salah satu jenis karotenoid, disamping mempunyai aktivitas biologis pro-vitamin A, β-karoten memiliki beberapa manfaat, yang berperan sebagai antioksidan (Astawan dan Andreas,2008).

Sifat Sensoris

Uji sensoris klepon labu kuning dilakukan dengan uji tingkat kesukaan (hedonik) terhadap warna, aroma, tekstur (hedonik dan skoring), rasa, dan penerimaan

keseluruhan. Nilai rata-rata tingkat kesukaan terhadap aroma, rasa, tekstur, warna, dan

penerimaan keseluruhan klepon dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai rata-rata tingkat kesukaan warna aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan klepon

Nilai rata-rata

Perlakuan

Warna

Aroma

Tekstur (Hedonik)

Tekstur (skoring)

Rasa

Penerimaan Keseluruhan

A0

2,07 (b)

2,67 (b)

3,13 (bc)

2,87 (c)

2,40 (b)

2,13 (b)

A1

4,27 (a)

3,87 (a)

3,13 (bc)

3,06 (bc)

3,46 (a)

3,73 (a)

A2

4,13 (a)

3,80 (a)

3,67 (a)

3,73 (ab)

3,60 (a)

3,80 (a)

A3

3,53 (a)

4,13 (a)

3,20 (bc)

3,20 (abc)

4,13 (a)

3,93 (a)

A4

3,93 (a)

4,40 (a)

3,40 (ab)

3,80 (ab)

3,80 (a)

4,20 (a)

A5

3,80 (a)

3,80 (a)

2,87 (c)

3,93 (a)

3,73 (a)

4,20 (a)

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Warna

Berdasarkan analisis ragam terhadap warna klepon, didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dengan labu kuning menunjukan pengaruh yang nyata (P<0,05). Nilai rata-rata tingkat kesukaan tehadap warna dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukan bahwa nilai rata-rata uji hedonik terhadap warna klepon berkisar antara 2,07 sampai 4,27 dengan kriteria (agak tidak suka sampai agak suka). Penilaian panelis yang tertinggi terhadap warna klepon diperoleh pada perlakuan (A1) yaitu 4,27 (agak suka) sedangkan penilaian panelis yang terendah diperoleh pada perlakuan (A0) yaitu 2,07 (agak tidak suka).

Aroma

Berdasarkan analisis ragam terhadap aroma klepon, didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05).

Nilai rata-rata tingkat kesukaan terhadap aroma dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji hedonik terhadap aroma klepon berkisar antara 2,67 sampai 4,40 dengan kriteria (agak tidak suka sampai agak suka). Penilaian panelis yang tertinggi terhadap aroma klepon diperoleh pada perlakuan (A4) yaitu 4,40 (agak suka) sedangkan penilaian panelis yang terendah diperoleh pada perlakuan (A0) yaitu 2,67 (agak tidak suka).

Tekstur

Berdasarkan analisis ragam terhadap tekstur klepon, didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning menunjukan pengaruh yang nyata (P<0,05). Nilai rata-rata tingkat kesukaan terhadap tekstur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukan bahwa nilai rata-rata uji hedonik terhadap tekstur klepon berkisar antara 2,87 sampai 3,67 dengan kriteria (agak tidak suka sampai biasa).

Penilaian panelis yang tertinggi terhadap tekstur klepon diperoleh pada perlakuan (A2) yaitu 3,67 (biasa) dan penilaian panelis yang terendah diperoleh pada perlakuan (A5) yaitu 2,87 (agak tidak suka), sedangkan nilai rata-rat uji skor terhadap tekstur klepon berkisar antara 2,87 sampai 3,93 dengan kriteria (agak tidak suka sampai biasa) penilaian panelis yang tertinggi terhadap tekstur klepon diperoleh pada perlakuan (A5) yaitu 3,93 (biasa) dan penilaian panelis yang terendah diperoleh pada perlakuan A0 yaitu 2,87 (agak tidak suka).

Rasa

Berdasarkan analisis ragam terhadap rasa klepon, didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05). Nilai rata-rata tingkat kesukaan terhadap rasa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji hedonik terhadap rasa klepon berkisar antara 2,40 sampai 4,13 dengan kriteria (agak tidak suka sampai agak suka). Penilaian panelis yang tertinggi terhadap rasa klepon diperoleh pada perlakuan (A3) yaitu 4,13 (agak suka), sedangkan penilaian panelis yang terendah diperoleh pada perlakuan (A0) yaitu 2,40 (agak tidak suka).

Penerimaan Keseluruhan

Berdasarkan analisis ragam terhadap penerimaan keseluruhan klepon, didapatkan bahwa perlakuan perbandingan tepung ketan dan labu kuning menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05). Nilai rata-rata tingkat

kesukaan terhadap penerimaan keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji hedonik terhadap penerimaan keseluruhan klepon berkisar antara 2,13 sampai 4,20 dengan kriteria (agak tidak suka sampai agak suka). Penilaian panelis tertinggi terhadap penerimaan keseluruhan klepon diperoleh pada perlakuan (A5) yaitu 4,20 (agak suka), sedangkan penilaian panelis terendah diperoleh pada perlakuan (A0) yaitu 2,13 (agak tidak suka).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Perlakuan perbandingan tepung ketan dengan labu kuning pada pembuatan klepon berpengaruh nyata terhadap kadar protein, kadar lemak, β-karoten, warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan. Perbandingan tepung ketan dengan labu kuning yang menghasilkan klepon dengan karakteristik terbaik yaitu 60% tepung ketan : 40 % labu kuning dengan kriteria sebagai berikut: kadar air 49,82 %, kadar abu 0,40% kadar protein 6,08 % kadar lemak 8,20% kadar karbohidrat 35,47% kadar β-karoten 0,1608 % dan sifat sensori yaitu : warna biasa, aroma agak suka, tekstur hedonik agak suka, tekstur skoring biasa, rasa agak suka, penerimaan keseluruhan, agak suka.

Saran

Untuk menghasilkan klepon labu kuning dengan karakteristik terbaik dapat di buat dengan perbandingan 60% tepung ketan : 40 % labu kuning.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1972 .Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Astawan M dan Andreas LK. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta.

Gramedia Pustaka Utama.

Budiman, L., Soekarto, S. T., dan Apriyantono, A. 1984. Karakteristik buah labu (Cucurbita moschata.). Bul. Pen. Ilmu & Teknologi. Pangan Vol. III: 116135.

Muchtadi, D. 1989. Petunjuk Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Departemen          Pendidikandan

Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Riani, D., 2007, Jajanan Anak Sekolah, Buletin Keamanan Pangan BPOM RI, B.,12 (6)                     :                     4-6.

http://www.Perpustakaan.pom.go.id// diakses tanggal 15, Juni 2016.

Ridwan, J.N., S. Eka Riani dan I G N. Suharto. 1996. Pengaruh Suhu Pengukuran

terhadap Sifat Fisik Kimia Tepung Ketan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan2(1) 1-6.

Sari, D.F. 2012 Pengaruh Subsitusi Tepung Beras dengan Ubi Jalar Ungu Terhadap Karakteristik Klepon yang Dihasilkan. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 499 – 508 Hal

Soekarto, S. I. 1985. Penilaian Organoleptik. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Sri, K. 2011. Komposisi Dalam Pembuatan Klepon Bali. Skripsi Jurusan Ilmu Dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Sudarto, Y. 1993. Budidaya Waluh. Kanisius. Yogyakarta

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi ke tiga. Liberty. Yogyakarta.

57