PENGARUH PERBANDINGAN KENTANG KUKUS DENGAN TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK FLAKES
on
PENGARUH PERBANDINGAN KENTANG KUKUS DENGAN TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK FLAKES
Kadek Ari Ramadhani1, Ni Wayan Wisaniyasa2, Putu Ari Sandhi W2
Email : [email protected]
ABSTRACT
The aims of this research was to determine the effect comparison steamed potatoes and wheat on characteristics flakes, and to know the exact comparison between steamed potatoes and wheat which is able to produce flakes with the best characteristics. This research used a completely randomized design with treatments such as comparison between steamed potatoes and wheat are 30% steamed potatoes : 70% wheat, 40% steamed potatoes : 60% wheat, 50% steamed potatoes : 50% wheat, 60% steamed potatoes : 40% wheat, and 70% steamed potatoes : 30% wheat. Each treatment was repeated three times to obtain 15 units of experiments. Data were analyzed by analysis of variance and if the treatment effect on the observed variable then followed by Duncan test. The results showed comparison of steamed potatoes with wheat highly significant effect on water content (1.87% - 2.84%), ash content (2.24% - 2.74%), fat content (7.25% - 8.11%), protein content (7.46% - 8.47%) and color (5.33 - 6.33), has significantly effect on the taste (5.86 - 6.33) and overall acceptance (5.86 - 6.40), while no significant effect on carbohydrate content, texture, and aroma. Comparison of 70% steamed potatoes with 30% wheat produce flakes with the best characteristics, water content 2.84%, ash content 2.74%, protein content 7.46%, fat content 7.25%, carbohydrate content 79.69%, color 6.13 (like), texture 5.53 (like), aroma 5.66 (like), taste 6.26 (like), and overall acceptance 6.33 (like).
Keyword : potato, wheat, characterics, flakes
PENDAHULUAN
Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja, misalnya dengan mengolah serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk produk yang mempunyai rasa khas dan memiliki umur simpan yang panjang. Selain itu, pada kondisi seperti sekarang ini dituntut kepraktisan dan hemat waktu dalam penyajian pangan untuk kebutuhan sarapan. Padatnya kegiatan masyarakat dewasa ini menyebabkan sering terabaikannya kegiatan sarapan pagi. Solusinya adalah makanan yang cepat dan praktis dalam penyajiannya namun memenuhi kebutuhan standar gizi. Salah satu bentuk sarapan yang praktis adalah flakes.
Flakes diartikan produk makanan kering berwarna kuning kecoklatan, tekstur renyah, berbentuk lembaran tipis, dan mempunyai kemampuan untuk melakukan rehidrasi (Gupta, 1990). Bahan pembuatan flakes umumnya berasal dari jenis serealia seperti jagung yang disebut corn flakes yang terdapat dalam Koswara (2013), namun pada perkembangannya dapat juga terbuat
dari ubi jalar (sweet potato) yang telah dilakukan oleh Khasanah (2003) dan Anggiarini (2004). Berdasarkan hal tersebut maka memungkinkan jika umbi-umbian lain seperti kentang dapat diolah menjadi flakes.
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perbandingan kentang kukus dengan terigu terhadap karakteristik flakes, 2) untuk mengetahui perbandingan yang tepat antara kentang kukus dengan terigu yang mampu menghasilkan flakes dengan karakteristik terbaik.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Pangan dan Laboratorium Analisis Pangan, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini antara lain meja, pisau, waskom, panci, penggilingan, timbangan analitik (Shimadzu), kompor gas (Rinai), oven, kertas saring, erlenmeyer, cawan porselin, tabung reaksi (Pyrex), batang pengaduk, desikator, corong, pipet tetes, labu takar, buret, muffle, gelas ukur (Pyrex), gelas beker (Pyrex), pipet volume, labu kjeldahl, soxhlet, dan peralatan analisis kadar abu.
Bahan-bahan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini terdiri dari bahan baku, bahan pembantu, dan bahan kimia. Bahan baku terdiri dari kentang dan terigu (Kunci Biru) yang diperoleh dari Supermarket Tiara Dewata sedangkan bahan pembantu terdiri dari telur ayam, garam, susu skim, dan margarin (Blue Band). Bahan kimia yang digunakan dalam melakukan analisis proksimat meliputi H2SO4 (Merck), NAOH (Merck), HCl (Merck), Heksan (Merck), tablet Kjeldahl (Merck), asam borat (Merck), dan indikator fenolftalein (PP).
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan berupa perbandingan konsentrasi kentang kukus dan terigu yang digunakan, yaitu P1 = 30% kentang kukus : 70% terigu, P2 = 40% kentang kukus : 60% terigu, P3 = 50% kentang kukus : 50% terigu, P4 = 60% kentang kukus : 40% terigu, P5 = 70% kentang kukus : 30% terigu. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan untuk masing-masing penelitian. Data yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dengan sidik ragam dan apabila perlakuan berpengaruh terhadap variabel yang diamati maka dilanjutkan dengan uji Duncan.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati pada penelitian adalah kadar air (AOAC, 1995), kadar abu (AOAC, 1995), kadar protein (AOAC, 1995), kadar lemak (AOAC, 1995), kadar karbohidrat (carbohidrat by different), dan evaluasi sensoris menggunakan uji hedonik (Soekarto, 1985).
Pelaksanaan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembutan flakes yaitu kentang kukus, terigu, garam, susu skim, telur, dan margarin. Bahan yang digunakan kemudian ditimbang sesuai dengan formulasinya. Adapun formulasi flakes kentang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Formulasi flakes per 100 g tepung komposit
No. |
Komposisi (g) |
Perlakuan | ||||
F0 |
F1 |
F2 |
F3 |
F4 | ||
1. |
Kentang kukus |
30 |
40 |
50 |
60 |
70 |
2. |
Terigu |
70 |
60 |
50 |
40 |
30 |
3. |
Garam |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
4. |
Telur |
5 |
5 |
5 |
5 |
5 |
5. |
Susu skim |
2 |
2 |
2 |
2 |
2 |
6. |
Margarin |
1 |
1 |
1 |
1 |
1 |
Cara pembuatan flakes adalah sebagai berikut : mula-mula kentang dicuci bersih, kemudian dikukus hingga matang dengan suhu ± 1000C dalam waktu 20 menit, lalu kulit kentang dikupas. Selanjutnya kentang dimasukkan ke dalam waskom lalu dihaluskan. Setelah kentang halus, dicampurkan terigu ke dalamnya sesuai perlakuan, kemudian ditambahkan garam, susu skim, telur, dan margarin sehingga terbentuk adonan sesuai dengan yang diinginkan. Diambil sedikit demi sedikit adonan yang sudah jadi kemudian digiling hingga terbentuk lembaran yang tipis (± 1mm), selanjutnya lembaran tadi dipotong berbentuk kotak (1cmx1cm) dengan menggunakan pisau. Potongan tersebut kemudian dioven dengan suhu 1500C dalam waktu 15 menit, setelah itu dikeluarkan dari dalam oven dan flakes kentang siap untuk disajikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini digunakan kentang kukus dan terigu sebagai bahan baku pembuatan flakes. Hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat dari kentang rebus dan terigu yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat kentang kukus dan terigu
Komponen |
Kentang kukus |
Terigu |
Air |
77,00% |
14,00% |
Abu |
1,60% |
0,60% |
Protein |
2,60% |
8,00% |
Lemak |
0,30% |
1,30% |
Karbohidrat |
18,50% |
76,10% |
Hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat flakes dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Nilai rata-rata kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat flakes
Perlakuan |
Nilai rata-rata | ||||
Kadar air (%) |
Kadar abu (%) |
Kadar lemak (%) |
Kadar protein (%) |
Kadar karbohidrat (%) | |
P1 |
1,87 d |
2,24 a |
8,11 a |
8,47 a |
79,32 a |
P2 |
2,14 c |
2,37 b |
7,81 b |
8,19 ab |
79,48 a |
P3 |
2,38 b |
2,50 c |
7,63 c |
7,97 b |
79,51 a |
P4 |
2,66 a |
2,69 d |
7,42 d |
7,63 c |
79,60 a |
P5 |
2,84 a |
2,74 e |
7,25 e |
7,46 c |
79,69 a |
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom sama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
Kadar Air
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air flakes. Pada Tabel 3 kadar air flakes berkisar antara 1,87% sampai dengan 2,84%. Kadar air tertinggi diperoleh dari perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu (P5) yaitu 2,84%, namun tidak berbeda nyata dengan perbandingan 60% kentang kukus dengan 40% terigu (P4) yaitu 2,6, sedangkan kadar air terendah diperoleh dari perbandingan 30% kentang kukus dengan 70% terigu yaitu 1,87%. Semakin meningkat penggunaan kentang kukus menyebabkan kadar air flakes semakin tinggi, hal ini disebabkan karena kadar air kentang kukus lebih tinggi dibandingkan terigu. Kadar air kentang kukus adalah 77%, sedangkan kadar air terigu adalah 14%. Berdasarkan SNI 01-4270-
1996 syarat mutu kadar air flakes maksimal 3%, jadi kadar air flakes yang dihasilkan pada penelitian ini sudah memenuhi syarat SNI.
Kadar air dalam bahan pangan atau produk adalah faktor penting yang berperan dalam pembentukan sifat sensoris produk tersebut. Produk flakes diharapkan memiliki kadar air yang sesuai karena sangat berpengaruh terhadap pembentukan rasa yang khas dan tingkat kerenyahan. Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi tekstur dan cita rasa makanan (Winarno, 2004).
Kadar Abu
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu flakes. Pada Tabel 3 kadar abu flakes berkisar antara 2,24% sampai dengan 2,74%. Kadar abu flakes tertinggi diperoleh dari perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu (P5) yaitu 2,74%, sedangkan kadar abu flakes terendah diperoleh dari perbandingan 30% kentang kukus dengan 70% terigu (P1) yaitu 2,24%. Semakin meningkat penggunaan kentang kukus menyebabkan kadar abu flakes semakin meningkat, hal ini disebabkan karena kadar abu kentang kukus lebih tinggi dibandingkan kadar abu terigu. Kadar abu kentang kukus 1,6% sedangkan kadar abu terigu 0,6%. Berdasarkan SNI 01-4270-1996 syarat mutu kadar abu flakes maksimal 4%, jadi kadar abu flakes yang dihasilkan pada penelitian ini sudah memenuhi syarat SNI. Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui banyaknya kandungan mineral yang terdapat dalam flakes yang dihasilkan (Khasanah, 2003).
Kadar Lemak
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak flakes. pada Tabel 3 kadar lemak flakes berkisar antara 7,25% sampai dengan 8,11%. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan 30% kentang kukus dengan 70% terigu (P1) yaitu sebesar 8,11% sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan 70% kentang kukus dengan 30% terigu (P5) yaitu sebesar 7,25%. Hal ini disebabkan karena perbedaan kandungan lemak pada kentang kukus dan terigu. Kadar lemak kentang kukus adalah 0,3% sedangkan kadar lemak terigu adalah 1,3%. Semakin banyak penambahan kentang kukus maka kadar lemak flakes akan semakin kecil sebaliknya semakin sedikit penambahan kentang kukus maka kadar lemak flakes semakin besar. Berdasarkan SNI 014270-1996 syarat mutu kadar lemak flakes minimal 7%, jadi kadar lemak flakes yang dihasilkan pada penelitian ini sudah memenuhi syarat SNI.
Lemak merupakan suatu zat yang kaya akan energi berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Selain berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga berfungsi dalam pembentukan sel, memelihara suhu tubuh, dan pemberi rasa kenyang dan kelezatan. Kandungan lemak dapat mempengaruhi nilai gizi dan rasa gurih yang dihasilkan oleh flakes (Hanawati, 2011).
Kadar Protein
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein flakes. Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar protein flakes berkisar antara 7,46% sampai dengan 8,47%. Kadar protein flakes tertinggi diperoleh dari perbandingan 30% kentang kukus dengan 70% terigu (P1) yaitu 8,47%, namun tidak berbeda nyata dengan perbandingan 40% kentang kukus dengan 60% terigu (P2) yaitu 8,19%, sedangkan kadar protein flakes terendah diperoleh dari perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu yaitu 7,46%. Semakin meningkat penggunaan terigu menyebabkan kadar protein semakin meningkat, hal ini disebabkan karena kadar protein terigu lebih tinggi dibandingkan kentang kukus. Kadar protein kentang kukus adalah 2,6%, sedangkan kadar protein terigu adalah 8%. Berdasarkan SNI 01-4270-1996 syarat mutu kadar protein flakes minimal 5%, jadi kadar protein flakes yang dihasilkan pada penelitian ini sudah memenuhi syarat SNI.
Protein merupakan senyawa yang cukup berpengaruh besar terhadap kualitas produk yang dihasilkan, dalam proses pembuatan flakes kalis tidaknya adonan dipengaruhi oleh protein yang terkandung dalam bahan sehingga menghasilkan flakes yang diinginkan. Kadar protein merupakan parameter yang penting karena produk flakes selain memiliki rasa yang enak juga diharapkan memiliki nilai gizi yang dapat memenuhi nutrisi sarapan (Suarni, 2009).
Kadar Karbohidrat
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar karbohidrat flakes. Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar karbohidrat flakes berkisar antara 79,32% sampai dengan 79,69%. Berdasarkan SNI 014270-1996 syarat mutu kadar karbohidrat flakes minimal 6%, jadi kadar karbohidrat flakes yang dihasilkan pada penelitian ini sudah memenuhi syarat SNI.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Pada penelitian ini kadar karbohidrat ditentukan dengan by difference yaitu dengan menjumlahkan kadar air, abu, lemak, dan protein. Kadar karbohidrat dihitung dengan cara 100% dikurangi jumlah komponen tersebut.
Evaluasi Sensoris
Evaluasi sensoris flakes dilakukan dengan uji tingkat kesukaan (hedonik) terhadap warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan. Nilai rata-rata hasil analisis terhadap warna, tekstur, aroma, rasa, dan penerimaan keseluruhan flakes dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai rata-rata hasil analisis warna, tekstur, aroma, rasa, dan penerimaan keseluruhan
flakes.
Perlakuan |
Nilai rata-rata | ||||
Warna |
Tekstur |
Aroma |
Rasa |
Penerimaan keseluruhan | |
P1 |
5,33 c |
5,80 a |
5,26 a |
5,86 c |
5,86 b |
P2 |
5,80 b |
5,73 a |
5,33 a |
5,93 c |
5,93 b |
P3 |
5,86 b |
5,66 a |
5,53 a |
6,00 bc |
6,06 ab |
P4 |
6,33 a |
5,60 a |
5,73 a |
6,33 a |
6,40 a |
P5 |
6,13 ab |
5,53 a |
5,66 a |
6,26 ab |
6,33 a |
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)
Warna
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap warna flakes. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap warna flakes berkisar antara 5,33 (agak suka) sampai dengan 6,33 (suka). Nilai rata-rata warna tertinggi diperoleh dari perbandingan 60% kentang kukus dengan 40% terigu (P4) yaitu 6,33 (suka), namun tidak berbeda nyata dengan perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu (P5) yaitu 6,13 (suka), sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh dari perbandingan 30% kentang kukus dengan 70% terigu (P1) yaitu 5,33 (agak suka).
Warna merupakan komponen yang sangat penting untuk menentukan kualitas atau derajat penerimaan suatu bahan pangan. Suatu bahan pangan meskipun dinilai enak dan teksturnya sangat baik, tetapi memiliki warna yang tidak menarik atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya maka seharusnya tidak akan dikonsumsi. Penentuan mutu suatu bahan pangan pada umumnya tergantung pada warna karena warna tampil terlebih dahulu (Winarno, 2004).
Tekstur
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tekstur flakes. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur flakes berkisar antara 5,53 (suka) sampai dengan 5,80 (suka). Tekstur memiliki pengaruh penting terhadap produk misalnya dari tingkat kerenyahan dan kekerasan (Khasanah, 2003).
Aroma
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma flakes. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma flakes berkisar antara 5,26 (agak suka) sampai dengan 5,66 (suka). Faktor aroma juga menjadi faktor penentu daya terima panelis karena suatu produk meskipun memiliki warna atau ciri visual yang baik namun aromanya sudah tidak khas dan menarik akan mempengaruhi ketertarikan panelis (Khasanah, 2003).
Rasa
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasa flakes. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa flakes berkisar antara 5,86 (suka) sampai dengan 6,33 (suka). Nilai rata-rata warna tertinggi diperoleh dari perbandingan 60% kentang kukus dengan 40% terigu (P4) yaitu 6,33 (suka), namun tidak berbeda nyata dengan perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu (P5) yaitu 6,26 (suka), sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh dari perbandingan 30% kentang kukus dengan 70% terigu (P1) yaitu 5,86 (suka). Semakin tinggi penambahan kentang kukus, tingkat kesukaan panelis semakin besar.
Rasa adalah faktor berikutnya yang dinilai panelis setelah tekstur, warna dan aroma. Rasa timbul akibat adanya rangsangan kimiawi yang dapat diterima oleh indera pencicip atau lidah. Rasa yang enak dapat menarik perhatian sehingga konsumen lebih cenderung menyukai makanan dari rasanya. Rasa adalah faktor yang mempengaruhi penerimaan produk pangan. Jika komponen aroma, warna dan tekstur baik tetapi konsumen tidak menyukai rasanya maka konsumen tidak akan menerima produk pangan tersebut (Khasanah, 2003).
Penerimaan Keseluruhan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penerimaan keseluruhan flakes. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan keseluruhan flakes berkisar antara 5,86 (suka) sampai dengan 6,40 (suka). Nilai rata-rata warna tertinggi diperoleh dari 8
perbandingan 60% kentang kukus dengan 40% terigu (P4) yaitu 6,40 (suka), namun tidak berbeda nyata dengan perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu (P5) yaitu 6,33 (suka), sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh dari perbandingan 30% kentang kukus dengan 70% terigu (P1) yaitu 5,86 (suka). Penilaian penerimaan keseluruhan panelis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti warna, tekstur, aroma, dan rasa pada flakes.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulakan sebagai berikut:
-
1. Perbandingan kentang kukus dengan terigu berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air
-
(1,87% - 2,84%), kadar abu (2,24% - 2,74%), kadar lemak (7,25% - 8,11%), kadar protein (7,46% - 8,47), dan warna (5,33 - 6,33), berpengaruh nyata terhadap rasa (5,86 -6,33) dan penerimaan keseluruhan (5,86-6,40), sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar karbohidrat, tekstur, dan aroma.
-
2. Perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu menghasilkan flakes dengan
karakteristik terbaik yaitu : kadar air 2,84%, kadar abu 2,74%, kadar protein 7,46%, kadar lemak 7,25%, kadar karbohidrat 79,69%, warna 6,13 (suka), tekstur 5,53 (suka), aroma 5,66 (suka), rasa 6,26 (suka), dan penerimaan keseluruhan 6,33 (suka).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk menggunakan perbandingan 70% kentang kukus dengan 30% terigu dalam proses pembuatan flakes. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang daya simpan flakes.
DAFTAR PUSTAKA
Anggiarini, A. N. 2004. Formulasi Flakes Ubi Jalar Siap Saji Kaya Energi Protein. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of AOAC International. USA AOAC International, Virginia.
Gupta, R. K. 1990. Processing of Fruit Vegetables and Other Food Processing (Process Food Industries). New Delhi. SBP of Consultant Engineers.
Hanawati, R. F. 2011. Flakes Kaya Antioksidan sebagai Alternatif Diversifikasi Ubi Jalar Ungu. Laporan Tugas Akhir. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.
Khasanah, U. 2003. Formulasi Karakterisasi Fisiko-Kimia dan Organoleptik Produk Makanan Sarapan Ubi Jalar (Sweet Potato Flakes). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Koswara, S. 2013. Pengolahan Ubi Jalar . Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Centre IPB. Bogor.
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Suarni. 2009. Produk Makanan Ringan (Flakes) Berbasis Jagung dan Kacang Hijau sebagai Sumber Protein untuk Perbaikan Gizi Anak Usia Tumbuh. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Winarno, F. G., 2004. Hasil-hasil Simposium Penganekaragaman Pangan Prakarsa Swasta dan Pemda Menuju Keanekaragaman Pangan Masyarakat Indonesia. Di dalam: Hariadi, P., B. Krisnamurti, F. G. Winarno (Eds.). Penganekaragaman Pangan Prakarsa Swasta dan Pemda. Forum Kerja Penganekaragaman Pangan, Jakarta. Pp : i – vi.
10
Discussion and feedback