Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan densitas bulu babi di kawasan pantai Sanur dan Serangan. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013- Februari 2014. Sampel diambil dari kawasan pantai Sanur yaitu pantai Merta Segara dan pantai Mertasari serta di pantai Serangan, pengambilan sampel menggunakan metode transek dengan kuadrat ukuran 5 m x 5 m. Identifikasi dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas UdayanaBerdasarkan hasil penelitian diperoleh 12 jenis bulu babi yang terdiri dari Clypeaster sp., Astropyga radiata, Diadema palmeri, Diadema savignyi, Diadema setosum, Echinothrix calamaris, Echinometra mathaei, Heterocentrotus sp., Maretia planulata, Temnopleurus sp., Toxopneustes sp. dan Tripneustes gratilla dari 6 famili berbeda. Densitas bulu babi paling tinggi terdapat di pantai Serangan yaitu 0,373 individu/m2 dan densitas terendah di pantai Mertasari yaitu 0,144 individu/m2.
Kata kunci: Jenis bulu babi, densitas
ABSTRACT
This aimed this study were to identify the species and the density of sea urchin at Sanur and Serangan beach. The research was conducted from Desember 2013 – February 2014. The samples were collected from area of Sanur beach, Merta Segara beach, Mertasari beach and Serangan beach, by using transect method within 5 m x 5 m. Speciesmens were identified at Laboratory of Ecology and the Laboratory of Animal Taxonomy at Department of Biology, Faculty of Science and Mathematics, University of Udayana. There 12 species of sea urchin were found, that are Clypeaster sp., Astropyga radiata, Diadema palmeri, Diadema savignyi, Diadema setosum, Echinothrix calamaris, Echinometra mathaei, Heterocentrotus sp., Maretia planulata, Temnopleurus sp., Toxopneustes sp. and Tripneustes gratilla from 6 different family. The highest density of sea urchin are 0,373 individual/m2 was found which were at Serangan beach, and the lowest density of sea urchin are 0,144 individual/m2 was found at Mertasari beach.
Keywords: Sea urchin species, density
PENDAHULUAN
Pantai adalah sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautan dan daratan. Pantai memiliki keanekaragaman biota laut, salah satunya adalah bulu babi. Bulu babi termasuk dalam Filum Echinodermata (dari bahasa yunani yang artinya kulit berduri). Kelas Echinoidea yang merupakan hewan
laut berbentuk bulat dan memiliki duri pada kulitnya yang dapat digerakkan. Kelas Echinoidea dibagi dalam dua subkelas utama yaitu subkelas Euechinoidea dan subkelas Perischoechinoidea. Euechinoidea merupakan bulu babi beraturan (regular sea urchin) sedangkan subkelas
Perischoechinoidea merupakan bulu babi tidak beraturan (irregular sea urchin). Komunitas bulu babi dapat hidup diberbagai macam habitat seperti daerah padang lamun dan terumbu karang (Brusca and Brusca, 1990). Keberadaan bulu babi di kawasan padang lamun berkaitan erat dengan aktivitas makannya sebagai grazer utama pada daerah padang lamun.
Beberapa pantai di Bali yang memiliki ekosistem padang lamun dan terumbu karang yaitu kawasan pantai Sanur dan Serangan. Kawasan pantai Sanur dan Serangan juga dimanfaatkan sebagai obyek pariwisata, tempat untuk aktivitas pelayaran dan aktivitas nelayan.Bulu babi di kedua kawasan pantai tersebut sering dieksploitasi oleh masyarakat setempat karena gonadnya dapat dikonsumsi.
Ekploitasi bulu babi secara berlebihan pada suatu kawasan dapat mengurangi jumlah individu bulu babi tersebut (Yulianto, 2010). Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai jenis dan densitas bulu babi pantai kawasan Sanur dan Serangan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jenis dan densitas bulu babi yang terdapat pantai kawasan Sanur dan Serangan
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di tiga pantai yaitu di pantai Merta Segara, Mertasari dan Serangan. Secara administratif ketiga pantai yang dijadikan lokasi penelitian termasuk ke dalam Kecamatan Denpasar Selatan, Provinsi Bali (Gambar 1). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013- Februari 2014.
Pengambilan data dilaksanakan pada saat surut terendah yang telah terjadwal pada tabel pasang surut (Kantor Angkatan Laut, Benoa, Denpasar- Bali).Indentifikasi dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana.
Pengambilan data pada masing-masing lokasi dilakukan dengan menggunakan metode transek yang dibagi menjadi 3 transek. Pengambilan data sampel pada tiap transek menggunakan kuadrat dengan ukuran 5 m x 5 m (English et al., 1994).
Jumlah kuadrat pada tiap transek sebanyak 10 kuadrat dengan interval 20 m (Gambar 2). Sampel yang diambil dan diamati merupakan bulu babi yang masih hidup, tipe sedimen dan tutupan lamun.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian (Google Earth, 2014)
Gambar 2. Skema transek dengan kuadrat yang dimodifikasi
Identifikasi bulu babi dengan mencocokkan atau membandingkan bentuk tubuh (regular dan irregular) diameter spikula (test), pola warna duri, pola warna anus atau periprok, karakter duri (panjang, dan ujung duri) dari bulu babi dengan menggunakan acuan Jeng (1998) dan Colin and Charles (1995).
Densitas bulu babi dihitung dari jumlah individu suatu jenis dibagi jumlah area sampel (Supono dan Arbi, 2010). Analisa struktur komunitas bulu babi menggunakan indeks diversitas Shannon- Wienner (H’) dan Indeks keseragaman Evenness (E) (Krebs, 1989).
Pengukuran sampel lamun tutupan menggunakan kuadrat 0,5 m x 0,5m yang. Titik pengambilan sampel tutupan lamun diletakkan secara konsisten pada titik tengah kuadrat 5 m x 5 m. Persentase tutupan lamun diamati sesuai dengan panduan Short et al (2006).
Sampel sedimen yang diperoleh dimasukan ke dalam plastik untuk dibawa ke laboratorium. Sampel sedimen dipisahkan berdasarkan ukuran jenis sedimen dengan cara diayak dalam dalam saringan bertingkat. Jenis dan ukuran sedimen kemudian ditentukan dengan mengacu pada klasifikasi substrat McLachlan and Brown (2006).
HASIL Penelitian tentang Sea urchin
Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di kawasan pantai Sanur yaitu pantai Merta Segara dan pantai Mertasari serta di pantai
Serangan. Pantai Merta Segara dan pantai Merta Segara dan Mertasari densitas lamun lebih tinggi ditemukan pada jarak 150 meter dari tepi pantai, namun pantai Merta Segara memiliki densitas lamun lebih tinggi dibandingkan pantai Mertasari.
Pantai Merta Segara, Mertasari dan Serangan memiliki kondisi sedimen berpasir, berlumpur dan berkarang pada dearah tubir. Pantai Merta Segara, Mertasari dan Serangan juga dijadikan daerah reklamasi, pariwisata dan aktivitas nelayan. Namun aktivitas manusia lebih banyak pada pantai Merta Segara dan Mertasari.
Jenis dan Densitas Bulu Babi
Jumlah jenis bulu babi yang ditemukan di pantai Merta Segara, Mertasari dan Serangan berjumlah 534 individu yang terdiri dari 12 jenis dari 6 famili (Tabel 1).
Jumlah individu ditemukan terbanyak di pantai serangan yaitu 280 individu, selanjutnya pantai Merta Segara yaitu 146 individu dan jumlah individu paling sedikit ditemukan di pantai Mertasari yaitu 108 individu. Pantai di pantai Merta Segara dan Mertasari ditemukan sebanyak 9 jenis bulu babi sedangkan pantai Serangan sebanyak 7 jenis bulu babi.
Nilai indekskeragaman (H’) bulu babi paling tinggi adalah pada pantai Merta Segara sebesar 2,23, selanjutnya pantai Mertasari dengan indeks keragaman (H’) 1,99 dan pantai Serangan memiliki indeks keragaman (H’) terendah yaitu 1,26. Nilai indeks Keseragaman (E) di pantai Merta Segara sebesar 0,70, pantai Merta sari sebesar 0,63 dan pantai Serangan sebesar 0,44 (Tabel 2).
Tabel 1. Jumlah individu tiap jenis bulu babi
ORDO | FAMILI | JENIS | Jumlah | Individu Bulu Babi | |
Pantai Merta Segara | Pantai
Merta Sari |
Pantai Serangn | |||
Clypeasteroida | Clypeasteridae | Clypeaster sp. | 1 | 0 | 1 |
Diadematoida | Diadematidae | Astropyga radiata | 1 | 0 | 0 |
Diadema palmeri | 0 | 1 | 0 | ||
Diadema savignyi | 33 | 6 | 1 | ||
Diadema setosum | 55 | 26 | 6 | ||
Echinothrix calamaris | 3 | 1 | 2 | ||
Echinoida | Echinometridae | Echinometra mathaei | 28 | 54 | 171 |
Heterocentrotus sp. | 0 | 0 | 3 | ||
Spatangoida | Spatangidae | Maretia planulata | 1 | 2 | 0 |
Temnopleuroida | Temnopleuridae | Temnopleurus sp. | 2 | 1 | 0 |
Toxopneutidae | Toxopneustes sp. | 0 | 1 | 0 | |
Tripneustes gratilla | 22 | 16 | 96 | ||
146 | 108 | 280 |
Tabel 2. Jumlah individu, jumlah jenis, indeks diversitas dan indeks keseragaman bulu babi di
tiap pantai
Pantai Merta Segara |
Pantai Mertasari |
Pantai Serangan |
|
Jumlah individu |
146 |
108 |
280 |
Jumlah jenis |
9 |
9 |
7 |
H’ (Indeks keragaman) |
2,23 |
1,99 |
1,26 |
E (Indeks keseragaman) |
0,70 |
0,63 |
0,44 |
Densitas bulu babi (ind/m2) |
0,19 |
0,14 |
0,37 |
Jenis bulu babi yang ditemukan yaitu Clypeaster sp., Astropyga radiata, Diadema palmeri, Diadema savignyi, Diadema setosum, Echinothrix calamaris, Echinometra
mathaei, Heterocentrotus sp., Maretiaplanulata, Temnopleurus sp., Toxopneustes sp. dan Tripneustes gratilla.
Jenis bulu babi yang ditemukan di ketiga pantai adalah Diadema Savignyi, Diadema setosum, Echinothrix calamaris, Echinometra mathaei dan Tripneustes gratilla. Jenis bulu babi yang ditemukan di pantai Merta Segara dan Mertasari adalah
Maretia planulata dan Temnopleurus sp., serta jenis yang ditemukan di pantai Merta Segara dan Serangan adalah Clypeaster sp., Astropyga radiata hanya ditemukan di pantai Merta Segara, Diadema palmeri dan Toxopneustes sp., hanya ditemukan pantai Mertasari, serta Heterocentrotus sp. hanya ditemukan di pantai Serangan (Tabel 3).
Tabel 3. Sebaran spasial jenis bulu babi
Berdasarkan gambar 3 hasil yang diperoleh di ketiga pantai menunjukkan bahwa densitas bulu babi paling tinggi terdapat di pantai Serangan yaitu 0,373 ± 0,071, selanjutnya diikuti dengan densitas bulu babi di pantai Merta Segara yaitu 0,195 ± 0,024 dan densitas paling rendah terdapat di pantai Mertasari yaitu 0,144 ± 0,021.
Grafik 1. Perbandingan densitas bulu babi di ketiga pantai (Rerata± SD)
PEMBAHASAN
Jumlah total individu bulu babi yang ditemukan di pantai Merta Segara, Mertasari dan Serangan adalah 534 individu yang terdiri dari 12 jenis dari 6 famili. Famili Diadimatidae merupakan famili dengan jumlah jenis terbanyak yaitu berjumlah 5 jenis dari pada famili Clypeasterida 1 jenis, Echinometridae 2 jenis, Spatangidae 1 jenis, Temnopleuridae1 jenis dan Toxopneutidae 2 jenis.
Bulu babi famili diadematidae memiliki kemampuan untuk hidup di pantai tropis dan subtropis dan memiliki sebaran yang luas (Sugiarto dan Supardi, 1995). Bulu babi jenis Diadema setosum merupakan jenis dari famili Diadematidae yang paling banyak ditemukan di pantai Merta Segara dan pantai Mertasari.
Menurut Thamrin et al (2011), Diadema setosum hidup di daerah terumbu karang yang tersebar di wilayah Indo-Pasifik. Bulu babi Diadema setosum pada habitatnya bersifat herbivora dan hewan tipe grazer yang hidup mengelompok.
Bulu babi jenis Echinometra mathaei dari famili Echinometridae paling banyak ditemukan di ketiga pantai Merta Segara, Merta sari dan Serangan yaitu 253 individu pada ketiga pantai. Melimpahnya jenis Echinometra mathaei diduga terkait dengan kondisi lingkungan yang sesuai untuk bulu babi ini dapat hidup dengan baik di ketiga pantai.
Pantai Merta Segara, Mertasari dan terutama pantai Serangan merupakan pantai yang banyak ditemukan pecahan dari terumbu karang. Menurut Dobo (2009) pada hasil penelitiaannya di Kepulauan Banda, Maluku dinyatakan bahwa Echinometra mahaei cenderung berasosiasi pada kondisi substrat yang lebih kasar pada bagian depan yang berdekatan dengan daerah terumbu karang.
Bulu babi jenis Tripneustes gratilla dari famili Toxopneutidae lebih banyak ditemukan di Pantai Serangan yaitu 96 individu. Banyaknya individu bulu babi jenis Tripneustes gratilla di pantai Serangan diduga berterkaitan dengan ketersediaan makanan yang cukup dan kondisi substrat yang didominasi oleh sedimen berpasir. Sand dollar merupakan bulu babi yang tidak beraturan (irregular sea urchin) ditemukan juga pada penelitian ini. Sand dollar yang ditemukan adalah jenis Clypeaster sp. dari family Clypeasteridae.
Nilai indeks keragaman (H’) bulu babi paling tinggi adalah pada pantai Merta Segara sebesar 2,23, selanjutnya pantai Mertasari dengan indeks keragaman (H’) 1,99 dan pantai Serangan memiliki indeks keragaman (H’) terendah yaitu 1,26. Menurut kriteria Shannon-Wienner (Krebs, 1989) nilai keragaman di ketiga pantai ini tergolong sedang karena nilai indeks keragaman (H’) di ketiga pantai memiliki nilai 1<H’<3.
Tinggi rendahnya nilai indeks diversitas (H’) pada suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah individu dan jenis bulu babi yang ditemukan. Menurut Krebs (1989) menyatakan bahwa bila semakin banyak jenis yang ditemukan dalam tiap lokasi maka semakin tinggi pula indeks diversitas (H’) yang didapat.
Nilai indeks Keseragaman (E) di pantai Merta Segara sebesar 0,70, pantai Merta sari sebesar 0,63 dan pantai Serangan sebesar 0,44. Menurut Krebs (1989) nilai indeks keseragaman dengan kriteria 0,50<E≤0,75 tergolong dalam komunitas labil.
Indeks keseragaman tergolong dalam komunitas labil ini diduga karena penyebaran individu yang tidak merata. Menurut Dahuri (2003) nilai keseragaman (E) akan semakin meningkat apabila semakin banyak jumlah jenis dan semakin merata penyebaran individunya.
Berdasarkan hasil penelitian, pada sebaran jenis bulu babi secara vertikal (Tabel 3), sebagian besar jenis dari famili Diadematidae ditemukan di ketiga pantai. Habitat dan sebaran Sea urchins berada pada pola sebaran terumbu karang dan lamun. Jenis Diadema setosum dan Diadema savignyi memiliki sebaran yang tidak merata pada ketiga pantai, hal ini diduga karena kondisi yang berbeda pada tiap kuadrat.
Jenis Echinometra mathei juga ditemukan di ketiga pantai dan sebarannya luas. Kuadrat 1-10 merupakan kawasan terdapat patahan karang dan ditumbuhi lamun. Menurut Coppard and Campbell (2005), pada daerah lamun dan terumbu karang jenis Echinometra mathaei dapat beradaptasi dengan baik.
Berbeda dengan Echinometra mathaei, Tripneustes gratilla ditemukan pada ketiga pantai dan cenderung ditemukan pada daerah yang ditumbuhi lamun. Tripneustes gratilla menjadikan daerah padang lamun sebagai habitat paling baik untuk perkembangan dan berlindung (Radjab, 2004).
Jenis yang sebarannya sempit adalah Clypeaster sp., Astropyga radiata, Diadema palmeri, Echinothrix calamaris, Heterocentrotus sp., Maretia planulata, Temnopleurus sp., Toxopneustes sp., Astropyga radiata, Diadema palmeri dan Echinothrix calamaris merupakan famili Diadematidae yang pada saat penelitian ditemukan tubuhnya berukuran besar.
Menurut Dobo (2009), bulu babi dengan ukuran tubuh yang besar lebih susah untuk berpindah dari satu tempat ketempat lain untuk mencari makanannya dan berlindung. Bulu babi juga berperan sebagai grazer yang memanfaatkan lamun tidak hanya sebagai tempat berlindung tetapi secara langsung memakan daun lamun.
Jenis Sea urchins Temnopleurus sp., Toxopneustes sp., Astropyga radiata, Diadema palmeri dan Echinothrix calamaris diduga jenis- jenis bulu babi ini dalam habitatnya kurang mampu bersaing dengan jenis lainnya dalam memperoleh makanan yaitu lamun.
Densitas bulu babi paling tinggi terdapat di pantai Serangan yaitu 0,373 individu/m2dan densitas terendah di pantai Mertasari yaitu 0,144 individu/m2 (Grafik 1). Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya densitas bulu babi di suatu perairan terdiri dari beberapa faktor seperti, ketersediaan makanan, lingkungan yang sesuai , predator dari bulu babi dan ekploitasi berlebihan terhadap bulu babi (Radjab, 2004).
Densitas bulu babi di pantai Serangan tinggi karena banyak Echinoidea jenis Echinometra mathaei yang ditemukan pada serasah dan pecahan terumbu karang. Sea urchins Echinometra mathaei pada saat penelitian cenderung berasosiasi daerah pecahan terumbu karang dan pada kondisi substrat yang lebih kasar. Aktivitas masyarakat di pantai Serangan lebih sedikit dibandingkan di pantai Merta Segara dan Mertasari.
Pantai Merta Segara dan pantai Mertasari banyak terdapat aktivitas masyarakat yaitu aktivitas nelayan dan wisata bahari seperti berenang, snorkling, memancing ikan dan jasa perahu layar tradisional. Aktivitas masyarakat dapat merusak struktur lamun yang menjadi habitat bulu babi sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi densitas bulu babi tersebut.
Berdasarkan pengamatan di pantai Merta Segara densitas lamun lebih tinggi dibandingkan di pantai Mertasari dan Serangan. Ketersediaan lamun yang lebih banyak di pantai Merta Segara ini dijadikan sumber makanan bagi bulu babi sehingga meningkatkan jumlah bulu babi.
Jenis bulu babi Tripneustes gratilla di ketiga pantai ini mengalami eksploitasi, tetapi dari hasil pengamatan yang dilakukan cenderung ekploitasi lebih banyak terjadi di pantai Merta Segara dan Mertasari. Eksploitasi Tripneustes gratilla banyak terjadi karena gonad Sea urchins dapat dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis. Eksploitasi secara berlebihan dapat mengurangi populasi bulu babi tersebut.
SIMPULAN
Jenis bulu babi yang ditemukan yaitu Clypeaster sp., Astropyga radiata, Diadema palmeri, Diadema savignyi, Diadema setosum, Echinothrix calamaris,
Echinometra mathaei, Heterocentrotus sp., Maretia planulata, Temnopleurus sp., Toxopneustes sp. dan Tripneustes gratilla. Densitas bulu babi paling tinggi terdapat di pantai Serangan yaitu 0,373 individu/m2dan densitas terendah di pantai Mertasari yaitu 0,144 individu/m2.
KEPUSTAKAAN
Brusca, R.C and Brusca G. J. 1990. Invertebrates. Sohawer, Sounders Lands. MA. 801-839 pp.
Colin, P.L. and Charles A. 1995. Tropical Pacific Invertebrates. Coral Reef Press. U.S.A.
Coppards, S. E. and Cambell A. C. 2005. Distribution and abundance of regular sea urchins on two coral reefs in Fiji. School of Biological Sciences Queen Mary, University of london.
English S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994. Survey manual for tropical marine resources. ASEAN-Australia Marine Science Project. Living Coastal Resources.
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut (Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dobo, J. 2009. Tipologi komunitas lamun kaitannya dengan populasi bulu babi di Pulau Hatta Kepulauan Banda, Maluku. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Jeng, M.S. 1998. Shallow-water Echinoderms of Taiping Island in the South China Sea. Zoological Studies. 37(2): 137-153.
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New York. 694 pp.
Mclachlan, A and Brown, A. C. 2006. The Ecology of Sandy Shore. Elsevier Inc. USA.
Radjab, AW. 2004. Sebaran dan kepadatan bulu babi di perairan Kepulauan Padaido, Biak Irian Jaya. Dalam: Setyawan, W.B., Y. Witasari, Z. Arifin, O.S.R. Ongkosongo, S. Birowo. Pros. Sem. Laut Nasional III, Jakarta.
Short, F.T., McKenzie, L.J., Coles, R.G., Vidler, K.P., Gaeckle, J.L. 2006. SeagrassNet Manual for Scientific Monitoring of Seagrass Habitat. Worldwide Edition. University of New Hampshire. 75 pp.
Sugiarto, H dan Supardi. 1995. Beberapa Catatan Tentang Bulu Babi Marga Diadema. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanolog- LIPI. Jakarta. Oseana 20 (4): 35.
Supono dan Arbi, U.Y. 2010. Struktur Komunitas Ekhinodermata di Padang Lamun Perairan Kema, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 36 (3) : 329- 342.
Thamrin, Y. J. Setiawan dan S. H. Siregar. 2011. Analisis Bulu Babi Diadema setosum Pada Kondisi Terumbu
Karang Berbeda di Desa Mapur |
Yulianto, A.R. 2010. Pemanfaatan Bulu |
Kepulauan Riau. Jurnal Ilmu |
Babi Secara Berkelanjutan pada |
Lingkungan Universitas Riau. 5(1) |
Kawasan Padang Lamun . Tesis. |
:45- 48. |
Program Pascasarjana Biologi.
Universitas Indonesia. Jakarta. |
Last Updated on 24 Agustus 2022