Pemakaian antibiotik di peternakan unggas telah meluas. Antibiotik digunakan untuk pengobatan penyakit unggas/terapi, sebagai pemacu atau pencegahan, di samping itu juga sebagai pakan tambahan untuk meningkatkan produktivitas ternak ayam.
Dampak negatif dari penggunaan antibiotik yang meluas tersebut adalah dapat meningkatkan tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai resistensi antibiotik pada bakteri Escherichia coli yang diisolasi dari daging ayam dari pasar tradisional di Kota Bogor. Sebanyak 175 sampel daging ayam diambil dengan metode purposive sampling, dari 175 ditemukan 50 sampel positif E. coli.
Sampel diuji untuk mendapatkan isolat E. coli yang selanjutnya dilakukan pengujian pola kepekaannya terhadap delapan antibiotik, yaitu amoxicilin, cefotaxime, colistin, nalidixid acid, streptomisin, eritromisin, oxytetrasiklin, dan tetrasiklin.
Penelitian dilakukan dengan metode difusi cakram (disk diffusion) pada Muller Hinton agar. Interpretasi hasil uji kepekaan ini mengacu pada Clinical and Laboratory Standards Institute. Isolat bakteri E. coli dari daging ayam yang diuji menunjukkan tingkat resistensi yang tinggi terhadap amoxicilin (90%), colistin (94%), nalidixid acid (86%), streptomisin (98%), eritromisin (98%), oxytetrasiklin (84%), tetrasiklin (86%), dan antibiotik cefotaxime (12%). Pola resistensi berganda terhadap beberapa antibiotik pada isolat tersebut sebesar 99%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa E. coli merupakan bakteri yang mengancam bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Kata-kata kunci: antibiotik; daging ayam; Escherichia coli; resistensi
PENDAHULUAN
Daging merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk pertumbuhan mikrob karena memiliki kadar air yang tinggi (68,75%), kaya akan zat yang mengandung nitrogen, dan memiliki pH yang dibutuhkan mikroorganisme perusak dan pembusuk untuk pertumbuhannya. Perlakuan ternak sebelum pemotongan akan berpengaruh terhadap jumlah mikrob yang terdapat dalam daging (Soeparno 2005).
Pencemaran daging dapat dicegah jika proses pemotongan dilakukan secara higienis. Jumlah dan jenis mikrob berbahaya pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional cukup mengkhawatirkan, terlebih lagi bila pemotongan ayam dilakukan langsung di pasar tradisional.
Di sisi lain, pencemaran mikroba terjadi sejak di peternakan sampai ke meja makan. Sumber pencemaran dapat berupa: hewan (kulit, kuku, dan isi jeroan), pekerja atau manusia yang mencemari produk ternak melalui pakaian, rambut, hidung, mulut, tangan, jari, kuku, alas kaki, peralatan (pisau, alat potong/talenan, dan boks), bangunan (lantai), lingkungan (udara, air, dan tanah), dan kemasan (Gustiani 2009).
Daging ayam yang telah terkontaminasi bakteri patogen dapat menjadi sumber penularan penyakit yang berasal dari makanan (foodborne disease) sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia. Beberapa bakteri patogen yang potensial dalam daging ayam antara lain yaitu Escherichia coli (E. coli), Staphylococcus aureus, Clostridium sp., Salmonella sp., dan Listeria sp. (Gustiani 2009) Salah satu mikrob patogen yang menimbulkan penyakit infeksi pada ayam adalah bakteri E.coli (Noviana 2004).
Penggunaan antibiotik untuk mengatasi penyakit pada unggas saat ini masih merupakan pilihan terbaik bagi para peternak ayam. Pemberian antibiotik dosis ringan dalam pakan juga digunakan di dunia peternakan unggas dengan tujuan peningkatan efisiensi pakan (Krisnaningsih et al., 2005). Suardana et al. (2014) melaporkan bahwa tingkat pola resistensi berganda dapat berasal dari feses ayam.
Laporan ini menunjukkan tingkat resisten resisten bakteri E. coli sebesar 85,7% resisten terhadap antibiotik metisilin, 71,4% resistensi terhadap antibiotik penisilin G, serta 42,9% resistensi terhadap antibiotik doksisiklin hidroklorida dan streptomisin. Pada penelitian tersebut juga ditunjukkan pola resistensi berganda terhadap dua jenis antibiotik sebesar 42,9 %.
Dampak negatif penggunaan antibiotik adalah terjadi peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik pada tingkat peternakan (Diarra et al., 2007). Suatu penelitian di Jepang melaporkan bahwa ada hubungan positif antara pemakaian antibiotik dengan tingkat resistensi yang terjadi (Asai et al., 2005).
Pemakaian antibiotik di peternakan berperan besar dalam perkembangan resistensi bakteri komensal dan patogen serta dapat meningkatkan risiko pada manusia yang terinfeksi oleh bakteri yang telah mengalami resistensi (Holmberg et al., 1984).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat resistensi antibiotik dari bakteri E. coli yang diisolasi dari daging ayam yang dijual di pasar tradisional Kota Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dunia kesehatan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam membuat peraturan- peraturan mengenai pemakaian antibiotik.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai Maret 2018. Pengambilan sampel di pasar tradisional di kota Bogor, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Epidemiologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Disain Penelitian
Sampel penelitian berupa daging ayam dari pasar tradisional di kota Bogor. Penentuan sampel dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria tersebut meliputi jumlah daging ayam yang dijual oleh pedagang lebih dari 20 ekor/hari dan keadaan sanitasi di pasar tradisional.
Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling.Menurut Dewantoro et al. (2009), jumlah sampel daging ayam yang diuji ditentukan dengan menggunakan rumus: n=4PQ(L2)-1 , dalam hal ini, n= besaran sampel; P= asumsi prevalensi; Q= (1-P); dan L= galat yang diinginkan.
Dengan tingkat kepercayaan 95% dan galat yang diinginkan 5% serta asumsi prevalensi E. coli sebesar 12,50% (Dewantoro 2009) maka didapat: n = 4 x 0,125 x 0,875 x.(0,05)2 = 175
Sebanyak 175 sampel daging ayam yang diambil berasal dari tujuh pasar tradisional kota Bogor.
Isolasi dan identifikasi Escherichia coli
Bakteri E. coli diisolasi dari sampel daging ayam dari pasar tradisional di Kota Bogor. Sebanyak 25 g sampel dan 225 mL BPW 0,1% dihomogenisasi menggunakan stomacher selama satu menit, kemudian dipindahkan kedalam Erlenmeyer dan diinkubasi pada suhu 41,5 °C selama enam jam, diambil sebanyak satu ose diinokulasi ke dalam media eosin methylen blue agar (EMBA), kemudian diinkubasikan pada suhu 35 °C selama 18-24 jam.
Koloni E. coli pada EMBA berwarna hijau metalik, diambil sebanyak 4-5 koloni yang diduga E. coli dan diinokulasi ulang pada media EMBA diinkubasi pada suhu 35 °C selama 1824 jam. Koloni yang diduga E. coli diambil, selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram, uji KOH 3%, dan uji sulfide indol motility (SIM). Koloni yang dinyatakan positif di biakan pada nutrient agar (NA) miring (inkubasi pada suhu 35 °C selama 18-24 jam) dan disimpan sampai penggunaan berikutnya. Isolat yang diduga E. coli pada uji lanjut menggunakan uji biokimia indol, methyl red, voges proskauer, dan sitrat
(IMVIC). Hasil uji berupa isolat yang diduga E. coli kemudian dikonfirmasi menggunakan kit API 20E.
Uji Resistensi isolat terhadap Antibiotik
Isolat E. coli dari NA miring dipindahkan ke media NA dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu 35 °C selama 24 jam. Menggunakan ose, diambil 3-5 koloni untuk dipindahkan ke tabung yang berisi 5 mL NaCl fisiologis, kemudian dilihat kekeruhan yang terjadi hingga sama dengan kekeruhan pada larutan 0,5 McFarland. Larutan diambil 0,5 mL dan dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi media Muller Hinton agar (MHA) dan diratakan.
Selanjutnya paper disc yang mengandung antibiotik dimasukkan dalam MHA dan diinkubasi pada suhu 35 °C selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan pengukuran diameter zona hambat yang terjadi. Penentuan kategori susceptible, intermediet, dan resisten ditentukan melalui ukuran daya hambat yang terbentuk berdasarkan standar Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI 2014). Data dari hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi dan Identifikasi E. coli dari Daging Ayam
Bakteri E. coli merupakan bakteri Gram negatif yang memiliki habitat alami dalam saluran pencernaan hewan dan manusia dan memiliki morfologi berukuran 3-6 mm dan koloni berwarna hijau metalik. Berdasarkan morfologi koloni yang ditumbuhkan pada EMBA dan uji biokimia, ditemukan isolat E. coli dari daging ayam sebanyak 54 cfu dari 175 sampel.
Sampel yang menunjukkan hasil positif sebagai E. coli melalui konfirmasi kit API 20E (Gambar1) adalah 50 sampel. Selain E. coli, bakteri Gram negatif lain yang juga ditemukan dalam pengujian kit API 20E adalah Serratia odorifera, dan Kluyvera spp. Menurut laporan Ivana et al. (2011) ditemukan 43 isolat E. coli dari 47 sampel daging ayam. Keberadaan isolat E.coli yang tinggi (90,67%) juga ditemukan oleh Lubote et al. (2014) menggunakan bantuan Kit API 20E.
Positive test
Gambar 1. Hasi uji isolasi dan identifikasi E. coli dengan KIT API 20E
Pengujian Kepekaan E. coli Terhadap Antibiotik
Dalam penelitian ini bakteri E. coli yang digunakan untuk uji resistensi antibiotik sebanyak 50 sampel. Pengujian kepekaan bakteri E. coli terhadap antibiotik dilakukan menggunakan metode difusi cakram (disc diffusion method). Cakram antibiotik diletakkan pada permukaan cawan petri berisi Muller Hinton agar yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri E. coli. Hasil zona menghambat resistensi antibiotik disajikan
Gambar 2. Diameter zona hambat yang terbentuk (zona jernih) pada pengujian sensitivitas/resistensi E. coli pada media Muller Hinton agar (MHA). Terbentuk zona hambat (A), tidak terbentuk zona hambat (B).
pada Gambar 2, hasil pengujian resistensi antibiotik ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Hasil pengujian resistensi antibiotik terhadap Escherichia coli pada daging ayam dari pasar tradisonal Kota Bogor menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi amoxicilin (90%), colistin (94%), nalidixid acid (86%), streptomisin (98%), eritromisin (98%), oxytetrasilin (84%), tetrasiklin (86%), dan terendah adalah antibiotik cefotaxime (12%). Selain itu bakteri E. coli ini juga menunjukkan tingkat intermediet terhadap antibiotik cefotaxime (68%), oxytetrasiklin (16%), tetrasiklin (12%), nalidixid acid (10%), amoxicilin (8%), colistin (6%), streptomisin (2%), dan eritromisin (2%).
Isolat Escherichia coli yang diperoleh dari daging ayam menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi. Resistensi terhadap antibiotik yang didapatkan dari penelitian ini adalah amoxicilin, colistin, nalidixid acid, streptomisin, eritromisin, oxytetrasiklin, dan tetrasiklin. Hasil ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Schip (2012) di negara Australia menggunakan antibiotik golongan makrolida termasuk didalamnya eritromisin merupakan antibiotik yang masih diperbolehkan digunakan sebagai bahan imbuhan pakan dan growth promotor.
Resistensi yang cukup tinggi terhadap antibiotik eritromisin dan streptomisin diduga karena kedua antibiotik tersebut banyak digunakan dan mempunyai daya kerja spektrum luas. Penelitian yang dilaporkan Suandy (2011)
Tabel 1. Hasil pengujian sensitivitas isolat Escherichia coli terhadap antibiotik
Group Antibiotik | Antibiotik | Isolat E. coli (n=50) | |||||
R* | I | S | |||||
N | % | N | % | N | % | ||
Penicilin | Amoxicilin (AML) | 45 | 90 | 4 | 8 | 1 | 2 |
Sefalosporin | Cefotaxime (CTX) | 6 | 12 | 34 | 68 | 10 | 20 |
Golongan lain | Colistin (CT) | 47 | 94 | 3 | 6 | ||
Quinolon | Nalidixic acid (NA) | 43 | 86 | 5 | 10 | 2 | 4 |
Aminoglokosida | Streptomisin (S) | 49 | 98 | 1 | 12 | ||
Makrolida | Eritromisin (E) | 49 | 98 | 1 | 2 | ||
Tetraxiclin | Oxytetracyclin (OT) | 42 | 84 | 8 | 16 | ||
Tetraxiclin (TE) | 43 | 86 | 6 | 12 | 1 | 2 |
Keterangan: R* : resisten I: intermediet S: susceptible/Peka
Tabel 2. Pola resistensi isolat Escherichia coli terhadap golongan antibiotik
Pola resisten terhadap agen antibiotik | Jumlah(n) | Jenis* dan jumlah isolat |
1 | ||
2 | 1 | CT +E (1) |
3 | ||
4 | 2 | CT +NA +S +E (1) CT+S+E+ TE (1) |
5 | 5 | AML+CT+NA+S+E (3) CT+S+E+OT+TE (1) AML+CT+S+E+OT+TE ( 1) |
6 | 7 | AML+NA+S+E+OT+TE (3) AML+CT+NA+S+E+OT+TE (1) AML+CT+S+E+OT+TE (2) CTX+CT+S+E+OT+TE (1) |
7 | 31 | AML+CT+NA+S+E+OT+TE (29) AML+CT+NA+S+E (1) AML+CTX+CT+S+E+OT+TE (1) |
8 | 4 | AML+CTX+CT+NA+S+E+OT+TE (4) |
Keterangan: *Amoxicilin (AML), colistin (CT), nalidixid acid (NA), streptomisin (S), eritromisin (E), oxytetrasiklin (OT), tetrasiklin (TE), dan cefotaxime (CTX) yang diisolasi dari daging ayam menunjukkan pola resistensi yang sedikit berbeda, dan resistensi terhadap tetrasiklin merupakan resistensi antibiotik yang tertinggi dari bakteri E. coli.
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Fernandez et al. (2013) yang menyatakan tingkat resistensi bakteri E. coli terhadap antibiotik nalidixid acid sebesar 100%. Antibiotik cefotaxime mempunyai tingkat resistensi yang cukup rendah. Hal tersebut mungkin karena antibiotik tersebut jarang dipakai pada peternakan ayam.
Menurut Silbergerd et al. (2008), penambahan antibiotik dalam pakan merupakan faktor utama terjadinya peningkatan kejadian resistensi antibiotik. Penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (growth promotor), masih bersifat kontroversial.
Peternak beralasan dengan pemakaian antibiotik dosis rendah dalam pakan dapat meningkatkan rataan pertumbuhan ternak sekitar 4-5%, serta dapat menekan harga jual hasil ternak sehingga akan menguntungkan konsumen.
Tingginya tingkat resistensi bakteri menjadi masalah serius di bidang kesehatan. Ketika Escherichia coli mengalami resistensi terhadap antibiotik tetrasiklin, maka pilihan terapi efektif menjadi sangat terbatas.
Bakteri Escherichia coli yang mencemari daging ayam pedaging dapat mengakibatkan infeksi pada manusia yang mengkonsumsinya dan jika bakteri tersebut telah resisten terhadap antibiotik maka dapat mengakibatkan penyakit yang serius akibat kegagalan pengobatan yang ditimbulkan.
Resistensi antibiotik pada bakteri asal hewan dapat berdampak langsung maupun tidak langsung bagi manusia. Dampak langsung dapat terjadi akibat kontak langsung dengan bakteri asal hewan yang telah resisten terhadap antibiotik dan dampak tidak langsung dari kontak dengan organisme resisten yang menyebar dalam ekosistem lingkungann seperti air, udara, dan tanah sebagai hasil sisa penggunaan antibiotik pada hewan (Landers 2012).
Pemakaian antibiotik di Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah di peternakan, khususnya unggas, menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya kasus resistensi antibiotik. Suandy (2011) melaporkan bahwa tingkat resistensi Escherichia coli yang diisolasi dari daging ayam pedaging yang didapat dari pasar tradisional di Bogor menunjukkan tingkat resistensi sebesar 97,3%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik sangat tinggi. Selain itu, Lestari et al. (2008) juga melaporkan bahwa telah terjadi resistensi bakteri E. coli yang diisolasi dari pasien di rumah sakit.
Penyakit yang timbul akibat terinfeksi bakteri resisten tersebut mengakibatkan masalah kesehatan baik bagi manusia maupun hewan ternak, seperti meningkatnya biaya pengobatan, terbatasnya pilihan terapi terhadap pasien, masa rawat yang lebih lama, dan kematian (Masruroh 2016).
Pola resistensi isolat E. coli dari daging ayam dalam penelitian ini menunjukkan adanya resistensi lebih dari dua jenis antibiotik sebesar 99%. Susanto (2014) menunjukkan adanya resistensi antibiotik lebih dari dua jenis antibiotik (antibiotik nalidixid acid, ampisilin, enrofloksasin, tetrasiklin, eritromisin, streptomisin, dan trimetoprim-sulfametoksasol) adalah 97,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa pemakaian antibiotik di peternakan ayam baik untuk pengobatan maupun sebagai imbuhan pakan sudah berada dalam tahap yang mengkhawatirkan dengan menggunakan berbagai jenis antibiotik.
KESIMPULAN
Isolat bakteri Escherichia coli pada daging ayam dari pasar tradisionaldi menunjukkan tingkat resistensi amoxicilin, cefotaxime, colistin, nalidixid acid, streptomisin, eritromisin, oxytetrasiklin, dan tetrasiklin, kecuali pada antibiotik cefotaxime. Pola resistensi multi antibiotik pada isolat Escherichia coli dari daging ayam sebesar 99%. Resistensi antibiotik yang tinggi pada Escherichia coli dapat menjadi peluang terjadinya resistensi terhadap bakteri patogen lainnya sehingga dapat mengancam kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan. .
SARAN
Diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk melihat tingkat resistensi bakteri lainnya di pada daging ayam dari pasar tradisional.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lab Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran, Hewan Institut Pertanian Bogor, yang memberi fasilitas sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Asai T, Kojima A, Harada K, Ishihara K, Takahashi T, Tamura Y. 2005. Correlation between the usage volume of veterinary therapheutic antimicrobials and resistance in Escherchia coli isolated from the feces of food-producing animals in Japan. Jpn J Inf Dis 58: 369-372
[CLSI] Clinical and Laboratory Standards Institute. 2014. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty Second Informational Supplement. West Valley (US): Clinical and Laboratory Standards Institute.
Dewantoro GI, Adiningsih MW, Purnawarman T, Sunartatie T, Affif U. 2009. Tingkat prevalensi Escherichia coli dalam daging ayam beku yang dilalulintaskan melalui pelabuhan penyeberangan Merak. JIPI 14(3):211-216.
Diarra MS, Silversides FG, Diarrassouba F, Pritchard J, Masson L, Brosseau R, Bonnet C, Delaquis P, Bach S, Skura BJ, Topp E. 2007. Impact of feed supplementation with antimicrobial agents on growth performance of broiler chickens, Clostridium perfringens and Enterococcus counts, and antibiotic resistance phenotypes and distribution of antimicrobial resistance determinants in Escherechia coli isolates. Appl Environ Microbiol 73(20): 6566-6576.
Fernandez EA, Cancelo A, Vega CD, Capita R, Calleja CA. 2013. Antimicrobial resistance in E. coli isolates from conventional and organically reared poultry: A comparison of agar disc diffusion and Sensi Test Gramnegative methods. Food Control 30: 227-234.
Gustiani E. 2009. Pengendalian cemaran mikrob pada bahan pangan asal ternak (daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. J Litbang Pertanian 28(3): 96-100
Holmberg SD, Wells JG, Cohen ML. 1984. Animal to man transmission of antimicrobial resistant Salmonella: Investigations of US outbreaks 1971-1983. Sciences 225: 883-888.
Ivana D, Petrikkos G, Dimilrijevim V, Charvalos E. 2011. Multidrug resistance and integrons in Escherichia coli isolated from chicken in Greece. Acta Veterin 61(5-6): 575-584.
Krisnaningsih MMF, Asmara W, Wibowo MH. 2005. Uji sensitivitas isolat Escherichia coli patogen pada ayam terhadap beberapa jenis antibiotik. J Sains Vet 1: 13-18.
Landers TF, Cohen B, Wiltum TE, Larson EI. 2012. A review of Antibiotic Used in Food Animals : Perspective, Policy, and Potential. Public Health Review 127: 4-21
Lestari ES, Severin JA, Filius PMG, Kuntaman K, Duerink DO, Hadi U, Wahjono H, Verbrugh HA. 2008. Antimicrobial resistance among commensal isolates of Esherichia coli and Staphylococcus aureus in Indonesia population inside and outside hospitals. Eur J Clin Microbiol Infect Dis 27: 45-51.
Lubote R, Shahada F, Matemu A. 2014. Prevalence of Salmonella spp. And Escherichia coli in raw milk value chain in Arusha, Tanzania. American J Res Communicat 2(9): 1-13
Masruroh CA. 2016. Tingkat kejadian Eschericia coli. penghasil extended spectrum a- lactamase pada feses ayam ras pedaging di kota Bogor [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Noviana H. 2004. Pola kepekaan antibiotika Escherichia coli yang diisolasi dari berbagai a-lactamase klinis. JKed Trisakti 23(4): 122-126.
Schip M. 2012. Animal Production and Health Commision for Asia and the Pacific (APHCA). Proceedings of The International Workshop on the Use of Antimicrobials in Livestock Production and Antimicrobial Resistance in The Asia-Pacific Region. Bangkok.
Silbergerd EK, Graham J, and Price LB. 2008. Industrial food animal production, antimicrobial resistance, and human health. Ann Rev Public Health 29: 151-169.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Press.
Suandy I. 2011. Antimicrobial resistance in Escherichia coli isolated from commercial broiler farms in Bogor District, West Java [Tesis]. Chiang Mai. Chiang Mai University.
Suardana IW, Utama IH, Putriningsih PAP, Rudyanto MJ. 2014. Uji Kepekaan Antibiotika Isolat Escherichia coli O157:H7 Asal Feses Ayam. Buletin Veteriner Udayana 6(1): 19-27.
Susanto E. 2014. Escherichia coli yang Resisten Terhadap Antibiotik yang Diisolasi dari Ayam Broiler dan Ayam Lokal di Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Van TTH, Chin J, Chapman T, Tran LT, Coloe PJ. 2008. Safety of raw meat and shellfish in Vietnam: an analysis of Escherichia coli isolations for antibiotic resistance and virulence genes. Int J Food Microbiol 124: 217-223.
Terakhir Di Perbaharui Pada