Pecundang dari Perdagangan Internasional: Studi Kasus Impor 28 Jenis Buah Musiman di Indonesia

Avatar of jurnal
Impor

ABSTRAK

Kualitas buah yang dimiliki Indonesia sebenarnya cukup dalam memenuhi konsusmi buah dalam negeri, kondisi geografis Indonesia dengan iklim tropis sangat cocok untuk tumbuhnya jenis buah musiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah impor yang dilakukan atas buah musiman yang sama memberikan tekanan terhadap produksi buah tersebut.

Teori perdagangan internasional menyatakan, impor akan memberikan tekanan kepada produsen dalam negeri. Data yang digunakan untuk menguji teori tersebut adalah data time series impor buah dari tahun 1970 sampai tahun 2012 pada 28 jenis buah tahunan yang juga diproduksi di dalam negeri.

Periodisasi kebijakan perdagangan di Indonesia periode juga coba untuk dijelaskan dampaknya dengan menggunakan dummy variable pada model regressi. Hasil penelitian menunjukkan adanya dampak negatif impor terhadap produksi pada 28 jenis buah lokal tersebut.

Hasil lain juga menunjukkan bahwa pada periode sebelum 1980an produksi mencapai 53 persen lebih tinggi dari pada periode setelahnya dimana periode tersebut adalah periode sudah dimulainya keterbukaan ekonomi yang semakin tinggi.

Kunci: impor, kebijakan perdagangan bebas, buah, produksi

ABSTRACT

The quality of the Indonesian fruit production is actually insufficient to meet domestic consumption, the geographical condition, with its tropical climate is perfect for growing the seasonal fruit. This study aims to determine whether the imports of the 28 seasonal fruit, which is also grown domestically, put pressure on the domestic production. International trade theory states, imports will put pressure on the domestic producers.

The data used to test these theories is the time series data from 1970 to 2012 of 28 types of seasonal fruit. We use the natural log for the import and also the domestic production instead of the nominal amount.The impactof Indonesian trade policy periodization also try to explain by using dummy variables in the standart regression model.

The results showed the negative impact of imports on production of 28 types of the local fruit. Other results also show that in the period before the 1980 production was 53 percent higher than in the period after it, which the period wherethe economic openness are higher.

Keywords: import, free trade policies, fruit, production

PENDAHULUAN

Kehidupan ekonomi sebuah negara tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi semakin terbukanya negeri tersebut, keterbukaan tersebut dapat dikarenakan adanya hubungan ekonomi dengan luar negri dan perdagangan internasional yang sering kali dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan negara yang bersangkutan, terutama bagi negara berkembang (Sukirno, 1997: 223).

Kurangnya ketersediaan benih yang berkualitas membuat Indonesia banyak mengimpor bahan pangan ke Indonesia khususnya buah, kesehatan anak bangsa Indonesia pun di pertanyakan. Ditambah lagi perubahan prilaku konsumen yg semakin menikmati produk impor.

Karena buah impor semakin gampang dan murah untuk mendapatkannya dan harga yg relefan bagus ini membuat para konsumen sangat tertarik dengan adanya buah impor saat ini. Hal ini menunjukan kurang berpihakya kebijakan fiskal terhadap buah lokal.

Mengenai buah yang masuk ke Indonesia atau impor yang terjadi pada periode tertentu juga mengalami fluktuasi namun seiring berjalannya waktu juga selalu menigkat. Banyak yang menyebabkan impor itu terjadi yang diantaranya mungkin karena perdagangan bebas dan dari variable kontrol lainya.

Berikut adalah data impor buah ke Indonesia, dari seluruh negara yang bekerja sama dengan Indonesia untuk mebantu memenuhi kebutuhan buahnya:

Terlihat jelas pada gambar 1 dominannya peningkatan impor yang terjadi di tiap tahun nya, walaupun ada nya penurunan namun tetap saja kembali mengalami peningkatan. Kurangnya ketersediaan buah lokal di pasar modern dan rendahnya minat masyarakat selaku konsumen buah- buahan menyebabkan produk dalam negeri tidak berhasil menyaingi gempuran buah-buah impor. (Sri Kuntarsih 10/7.)

word image 3386 1 Terdapat 28 buah yang dihasilkan atau diproduksi oleh petani dalam negeri, ini merupakan buah- buahan tahunan yang merupakan tanaman yag merupakan sumber yang kaya akan vitamin, mineral, dan lain-lain, dimana bagian dari tananman ini dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu atau dikonsumsi segar yang terdiri dari: Alpukat, Anggur, Apel, Belimbing, Blewah, Duku, Durian, Jambu Air, Jambu Biji, Jeruk, Jeruk Besar, Jeruk Siam, Mangga, Manggis, Markisa, Melon, Mengkudu, Nangka, Nenas, Pepaya, Pisang, Rambutan, Salak, Sawo, Semangka, Sirsak, Strowberi dan Sukun.

Berbicara mengenai sentra buah selaku konsumen tentunya sudah tidak sulit lagi untuk menemukan buah yang diinginkan disuatu daerah. Menurut Prof. Ir. Triwibo Yuwono, PhD saat ini terlihat lebih mudah mendapatkan apel merah dari Washington, jeruk dan pear dari Cina maupun durian Bangkok disekitar daerah.

Seharusnya Indonesia bisa menjadi tulang punggung untuk produksi buah. Maka dari itu apakah impor dan kebijakan liberalisasi inikah yang mempengaruhi produksi buah lokal tersebut.Disni yang akan akan ditunjukan adalah total (ton) dari hasil perkebunan dari 28 komoditi tersebut:

Maka dari itu disini akan diteliti apakah perdagangan bebas tersebut mempengaruhi produksi buah lokal. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka dapat dijabarkan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana pengaruh impor terhadap produksi 28 jenis buah lokal tahunan tahun 1970 – 2012? (2)
  2. Bagaimana pengaruh kebijakan liberalisasi perdagangan terhadap produksi 28 jenis buah lokal tahunan tahun 1970 – 2012?

Penentu Perdagangan

Sesuai kajian dari N. Gregory Mankiw pasar tekstil cocok untuk memeriksa keuntungan dan kerugian dari perdagangan internasional, tekstil dibuat di banyak negara di seluruh dunia dan ada banyak perdagangan dunia dalam industri tekstil. Sama hal nya dengan buah, buah juga merupakan konsumsi setiap negara. Menurut Purwito (2006:60) impor merupakan suatu kegiatan pengiriman barang yang

diproduksi di negara lain untuk dijual di pasar dalam negri. Kegiatan ini berkaitan dengan arus pengiriman barang yang diotorisasi oleh pabean.

Kondisi Keseimbangan Tanpa Perdagangan

Jika tidak adanya perdagangan hal itu pastilah kebijakan permerintah dalam negeri, maka dengan menggunakan keputusan pemerintah tidak ada seorang pun di Indonesia diperbolehkan untuk impor atau ekspor buah, dan hukuman karena melanggar keputusan ini begitu besar sehingga tidak ada yang berani mencoba. (Mankiw, 2011).

Menurut Salvestore tahun 2004, perdagangan internasional merupakan saah satu hal yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi negara. Perdagangan juga merupakan mesin yang memicu peningkatan pertumbuhan (Salvatore, 2004).

Karena tidak ada perdagangan internasional, pasar untuk buah di Indonesia terdiri hanya pembeli dan penjual saja. Sebagaimana terlihat di Gambar 3 menunjukkan, harga domestik menyesuaikan untuk menyeimbangkan kuantitas yang ditawarkan oleh penjual domestik dan kuantitas yang diminta oleh pembeli domestik.

Angka ini menunjukkan konsumen dan produsen surplus keseimbangan tanpa perdagangan. Jumlah surplus konsumen dan produsen mengukur total manfaat yang pembeli dan penjual menerima dari berpartisipasi di pasar buah

Harga Dunia (World Price) dan Keunggulan Komparatif

Para ekonom membandingkan arus harga buah Indonesia untuk harga buah di negara lain. Kami menyebutnya harga yang berlaku di pasar dunia yaitu world price. Jika harga buah dunia lebih tinggi dari harga domestik, maka Indonesia akan mengekspor buah setelah perdagangan diperbolehkan. Jika harga buah dunia lebih rendah dari harga domestik, maka Indonesia akan mengimpor buah. Karena penjual asing menawarkan harga yang lebih baik,cepat atau lambat konsumen buah Indonesia akan mulai membeli buah dari negara lain.

Gambar 3 Kondisi Keseimbangan Tanpa Perdagangan Sumber: Mankiw (2011)

Pihak Yang Diuntungkan dan Dirugikan dari Perdagangan

Berbagai rangkaian proses yang berkaita satu

word image 3386 2 word image 3386 3

word image 3386 4

Gambar 4 Perdagangan International dalam Negara Pengimpor

Sumber: Mankiw (2011)

sama lain dan membentuk suatu kesatuan system agribisnis yang terdiri dari system pra produksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran dilaksanakan untuk mengembangkan poduk-produk unggulan (Kartasasmita, 1996). Menurut Wijono, 2005 pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan. Indonesia mengambil harga dunia buah seperti yang diberikan atau bisa disebut dengan (price taker) (Mankiw, 2011).

Keuntungan dan Kerugian dari Negara Pengimpor

Negara yang memiliki faktor produksi yang menguntungkan juga akan bisa melakukan perdagangan internasional, dengan syarat negara tersebut memiliki kemampuan untuk menghasil satu atau beberapa jenis barang yang paling produktif dibandingkan dengan negara lainnya (Burhanuddin Abdullah, 2006).

Sebelum Perdagangan
Setelah Perdagangan
Perubahan
Surplus

Konsumen

A
A+B+D
+(B+D)
Surplus

Produsen

B+C
C
-B
Surplus Total
A+B+C
A+B+C+D
+D

Seperti Gambar 4 menunjukkan, jumlah dalam negeri yang disediakan kurang dari jumlah yang diminta dalam negeri. Perbedaan antara kuantitas negeri diminta dan kuantitas dalam negeri dipasok dibeli dari negara lain, dan Indonesia menjadi importir buah.

Dalam hal ini, garis horizontal pada harga dunia merupakan pasokan dari seluruh dunia. Kurva penawaran ini elastis sempurna karena Indonesia adalah ekonomi kecil dan, oleh karena itu, dapat membeli banyak buah yang diinginkan dengan harga dunia.

Setelah perdagangan diperbolehkan, harga domestik turun sama dengan harga dunia. Kurva penawaran menunjukkan jumlah diproduksi di dalam negeri, dan kurva permintaan menunjukkan jumlah yang dikonsumsi di dalam negeri. Impor sama dengan perbedaan antara kuantitas dalam negeri diminta dan kuantitas dalam negeri disediakan dengan harga dunia.

Pembeli diuntungkan (surplus konsumen naik dari A ke A + B + D), dan penjual dirugikan (surplus produsen jatuh dari B + C keC). Jumlah Surplus naik dengan jumlah yang sama ke daerah D, menunjukkan bahwa perdagangan menimbulkan kesejahteraan ekonomi negara secara keseluruhan

Efek dari Tarif (pajak)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk pengeluaran umum (Brotodihardjo, 2005).

Sebelum Perdagangan Setelah Perdagangan Perubahan
Surplus

Konsumen

A+B+C+D+E+F A+B +(C+D+E+F)
Surplus

Produsen

G C+G +C
Pendapatan

Pemerintah

none E +E
Surplus Total A+B+C+D+E+F+GA+B+C+E+G -(D+F)

Gambar 5 menunjukkan pasar Indonesiaian untuk buah. Di bawah perdagangan bebas, harga domestik sama dengan harga dunia. Tarif A meningkatkan harga buah impor di atas harga dunia dengan jumlah tarif. Pemasok dalam negeri buah, yang bersaing dengan pemasok buah impor, sekarang dapat menjual buah mereka untuk harga dunia ditambah jumlah tarif.

Perubahan harga mempengaruhi perilaku pembeli domestik dan penjual. Karena tarif meningkatkan harga buah, mengurangi kuantitas dalam negeri menuntut dari Qd1 ke Qd2 dan meningkatkan kuantitas dalam negeri dipasok dari Qs1 ke Qs2. Dengan demikian, tarif mengurangi jumlah impor

word image 3386 5

Sumber: Mankiw (2011)

dan memindahkan pasar domestik lebih dekat dengan ekuilibrium tanpa perdagangan.

Sebelum adanya tariff, harga domestik sama dengan harga dunia. Surplus konsumen, daerah antara kurva permintaan dan harga dunia, adalah daerah A + B + C + D + E + Surplus produsen F, daerah antara kurva penawaran dan harga dunia, adalah daerah pendapatan G. Pemerintah sama dengan nol. Total surplus, jumlah surplus konsumen, surplus produsen, dan pendapatan pemerintah, adalah daerah A + B + C + D + E + F + G.

Setelah pemerintah mengenakan tarif, harga dalam negeri melebihi harga dunia dengan jumlah tarif. Surplus konsumen sekarang daerah A + B. Surplus produsen adalah daerah C + G. Pendapatan pemerintah, yang merupakan jumlah setelah-tarif impor kali ukuran tarif, adalah daerah E. Dengan demikian, jumlah kelebihan dengan tarif yang luas A + B + C + E + G.

Kebijakan Perdagangan Bebas di Indonesia

Sebagian besar anggota APEC melindungi industri dalam negeri mereka terhadap impor dengan proteksi yang bervariasi di seluruh negara dan antara komoditas (Oktaviani, R. 2000). Menurut McDougall dan Hertel, 1997 mengungkapkan tingkat tertinggi perlindungan impor produk pertanian berada di Jepang pada tahun 1992. Dalam hal ini kebijakan yang paling mendasari liberalisasi ada 2 (dua) yaitu:

Proses AFTA

ASEAN Free Trade Area (AFTA) dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Pada awalnya AFTA merupakan wujud dari kesepakatan dari negara- negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan demi meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara yang merupakan anggota ASEAN dengan menjadikan kawasan ASEAN sebagai basis produksi dunia.

Pada awalnya, target yang ditetapkan untuk mencapai goal tersebut adalah 15 tahun mulai dari tahun 1993 hingga tahun 2008, namun dipercepat hingga than 2003. Terakhir, deadline kembali dipercepat hingga hanya tahun 2002.

Industrialisasi Subtitusi Impor (ISI)

Tujuan lain dr strategi ISI adalah untuk membendung pengaruh dari IMF di kawasan America Latin yang cendrung memaksimalkan kebijakan stabilisasi structural (structural adjustment) yang medorong Negara-Negara di kawasan sekitar itu untuk melakukan liberalisasi ekonomi dan pemotongan anggaran belanja negara secara substansial (Cherny, 1974).

DATA DAN METODOLOGI

Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah diseluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), United Nations Comtrade Database (UN Comtrade), Bank Indonesia (BI) dan pihak yang terkait dalam penelitian.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah dampak Impor dan Kebijakan Liberalisasi terhadap Produksi 28 Buah lokal tahunan di Indonesia.

Jenis Data Menurut Sumbernya

Penelitian inin menggunakan data sekunder, yaitu data yang tersedia dalam bentuk laporan tahunan yang telah disusun dan dipublikasikan oleh lembaga atau instansi yang berwenang. Dalam penelitian ini data yang digunakan yang berkaitan dengan impor, kebijakan liberalisasi dan impor buah tahunan. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, UN Comtrade dan Kementrian Pertanian & Portal Data Indonesia.

Metode Pengumpulan Data

Peneltian ini menggunakan teknik observasi non- perilaku, yaitu suatu metode observasi dimana peneliti tidak terlibat atau menjadi bagian dari lingkungan. Peneliti hanya berperan sebagai pengumpul data. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data melaluiinstansi yang terkait dan juranl serta skripsi sebelumnya. Dapat dikatakan peneliti hanya sebagai pengamat independen.

Teknik Analisis Data

Analisis Regresi

Analisis regresi ini disusun sedemikian hingga dengan menggunakan pendekatan empiris. Pendekatan empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi. Persamaan regresi untuk desain penelitian empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti pada Persamaan 1, berikut:

ln(FPrdit) = a 0 + β 0 ln(lmil) + δ1ISI + δ2AFTAit + ε it .(1)

Dimana: Ln(FPrd)it adalah logaritma natural jumlah produksi buah lokal dari daerah-i, pada tahun ke-t; Ln(Im)it adalah logaritma natural jumlah import buah daerah-i, pada tahun ke-t, atau tahun sebelumnya (untut t-1); ISIadalah dummy variabel periode pemberlakuan kebijakan Industri Substitusi Import dari daerah-i, pada tahun ke-t: AFTAadalah dummy variabel periode pemberlakuan AFTA pada daerah-i, pada tahun ke-t; α0 adalah Konstanta; εit adalah Erorterm

Persamaan 1, menunjukkan impor akan menyebabkan rendahnya produksi buah lokal karena kalah bersaing dalam pasar buah local, sesuai dengan teori pada Gambar 2.2. Sedangkan pengaruh proteksi impor ditunjukkan dengan perbandingan antara produksi pada masa pemberlakuan kebijakan Industri Substitusi Impor dengan periode lainnya. Dampak penurunan proteksi dan peningkatan keterbukaan perekonomian ditunjukkan dengan perbandingan produksi buah lokal pada periode AFTA dan ISI dan juga dengan periode lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisi Regresi

Pada Tabel 1nilai r2 menunjukan angka 91% yang artinya bahwa produksi buah lokal tahunan 91% dipengaruhi oleh impor dan kebijakan perdagangan bebas dan sisa nya di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak di uji atau yang biasa nya disebut error term. Tabel 4.1 juga menunjukkanimpor memiliki elastisitas 7,4%, dimana setiap penigkatan impor sebesar 1% maka akan menurunkan produksi buah lokal tahunan di Indonesia sebesar 7,4%.

Sedangkan dampak dari perdagangan bebas yang ditunjukkan oleh variabel ISI dan AFTA menunjukkan bahwa pada masa ISI produksi buah lokal tahunan

Tabel 1. Hasil Regresi (Penentu Produksi Buah Lokal Indonesia Tahun 1970-2012)

Variabel
Koefisien
Ln (Impor)
-0.074
(0.028)***
ISI
0.536
(0.160)***
AFTA
-0.133
(0.104)
Trend
0.096
(0.008)***
Konstanta
-175.086
(16.610)***
R-kuadrat
0.9116
F-statistik
97.97
Jumlah Observasi
43

***) signifikan alfa 1 persen

Gambar 6 Impor dan Produksi Buah lokal tahunan

word image 3386 6

lebih tinggi 53,6% dibandingkan pada masa yang lain nya. Sedangkan pada saat AFTA produksi buah local lebih rendah 13,3% dibandingkan dengan masa yang lainya. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan bebas terbukti memberikan pengaruh pada produksi buah local seperti yang diprediksikan oleh teori Perdagangan International dalam Negara Pengimpor pada Gambar 4.13.

Keadaan tersebut menimbulkan banyak kritikan dari berbagai pihak. Namun secara global penelitian yang diambil oleh negara amerika latin ini tentang ISI menyebutkan bahwa kebijakan perdagangan bebas ini menghasilkan hal yang baik di tahun 1950-an, maka dari itu terlihat kenaikan impor yang sangat drastis diawal tahun 70-an hingga ISI akirnya dicabut. Selain itu harga minyak pada saat itu mencapai US$ 35.00 per barrel (1981 – 1982).

Tetapi harga minyak kembali turun kembali menjadi US$ 29.53 per barrel (1983 – 1984). Tren harga minyak pada tahun-tahun berikutnya berfluktuasi dengan tidak menentu. Seiring bergantinya tahun menuju 1983, Indonesia dalam masa melepas masa-masa oil boom (produksi minyak yang sangat tinggi).

Masaini sering disebut sebagai pasca bonanza minyak. Tahun 1986 Indonesia menerima dampak goncangan ekonomi akibat merosotnya harga minyak dimana harga terus menurun hingga sampai pada titik terendah saat itu, yaitu US$ 9,83/ barrel. Hal ini juga yang pastinya menjadi penuruan impor pada saat itu.

Namun produksi buah lokal dapat bertahan dan tidak sangat berpengaruh terhadap hal yang terjadi di tahun-tahun tersebut.

Berbeda dengan AFTA, pada saat AFTA belum akanmulai dilaksanakan sudah terjadi kenaikan impor buah ke dalam negeri. Terlihat pada Gambar 4.2 disebelum tahun nya AFTA dilaksanakan pada tahun 1993 sudah ada peningkatan. Hal in disebabkan juga karena pemerintah mengambil empat kegiatan besar untuk menyesuaikan kembali struktur ekonomi akibat anjloknya harga minyak di pasar dunia dipertengahan 1980an.

Empat kegiatan tersebut mencakup pengaturan nilai tukar rupiah atau sering disebut sebagai exchange rate management, kebijakan fiskal, keijakan moneter dan keuangan, serta kebijakan perdagangan dan deregulasi atau reformasi di sector riil dan moneter (Tulus Tambunan, 1996).

Hal yang dihasilkan pada saat itu adalah, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang naik dari 4,9% pada tahun 1987 menjadi 5,8% di tahun 1988. Nilai ekspor juga ikut naik dari US$ 17.206 juta pada tahun 1987 menjadi US$ 19.509 juta pada tahun 1988. Prosentasi ekspor non migas pun ikut meningkat dari 50,2% pada tahun 1987 menjadi 59,8% pada tahun 1988.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan, maka memperoleh simpulan sebagaimana berikut: (1) Impor berpengaruh negative terhadap produksi buah lokal tahunan. (2) Produksi pada saat ISI lebih tinggi dibanding produksi pada tahun setelahnya. (3) Buah sawo adalah jenis buah yang paling dipengaruhi oleh adanya impor dan yang terkena dampak dari perdagangan bebas. (4) Kebijakan Perdagangan Bebas ISI berpengaruh negative terhadap produksi buah lokal tahunan. (5) Kebijakan AFTA bepengaruh positive terhadap produksi buah lokal tahunan

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang di peroleh, maka dapat disarankan pada petani buah lokal tahunan untuk lebih mengedepankan kualitas yang akan dihasilkan agar masyarakat tidak melirik untuk memilih buah impor. Bantuan dari program pemerintah yang baik untuk menghadapi perdagangan bebas juga agar lebih disiapkan lagi untuk para petani lokak. Indonesia memiliki wilayah yang didukung iklim tropis, pertanian Indonesia semestinya dapat memanfaatkan hal ini, bukan malah menyerah dan mengeluh terhadap apa yang sudah terjadi.

REFRENSI

Abdullah, Burhanuddin. 2006. Menanti Kemakmuran Negeri; Kumpulan Esai tentang Perubahan Sosial Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Adiyoga, Witono. 1999 “Perkembangan Ekspor-Impor dan Ketidak Stabilan penerimaan Ekspor Komoditas Sayuran Di Indonesia”. Jurnal Hortikultura Volume 10, Nomor (1): 70-81

Appleyard, Dennis R., dan Alfred J. Field. 2004. “ International Ekonomics”. Third Edition, McGrawHill Companies, USA

Bayu, Khrisnamurti. 2010 “Wakil Mentri Pertanian”Boediono, 1992. “EkonomiInternasionaI’.Yogyakarta: BPFE. Brotodihardjo, R. Santoso. 2005, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak ’,Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Salemba Empat

Bank Indonesia, 2012 Badan Pusat Statistik, 2014

Colman, D. and Nixson, F. 1994. Economic of Change in Less Developed Countries. Second Edition. University of Manchester.

Chenery, Hollis dan Montek S. Ahluwalia. 1974. Redistribution With Growth. London: Oxford University Press.

Frisvold, G. and K. Ingram. 1995. “Sources of Agricultural Productivity Growth and Stagnation in Sub-Saharan Africa”. Agricultural Economics 13: 51-61

Friedmann, John. 1992. “Empowerment the Political of Alternative Development”. Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers, Three Cambridge Center.

Ginanjar, Kartasasmita. 1996. “Pembangunan Untuk Rakyat: Memamdukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Cides

Glezakos, Constantine and Jeffrey B. Nugent. 1983 “More On The Causes Of Instability In Export Earnings” Oxford Bulletin of Economics and Statistics Volume 45, Issue 4: 379-383

Hadiwinata, Bob Sugeng. 2002. “ Politik Bisnis International1 ’. Yogyakarta: Knisius (Anggota IKAPI)

Love, J. 1989. “Export imports and investment in developing countries”. J. of Dev. Studies, 25: 183 – 191.

Mankiw, N. Gregory. 2011. “Principles of Microeconomics”. 6th Edition-Cengage Learning

McDougall, RandHertel, T.W. (1997), “Data Base Summary: Macro Data”, Chapter2 in GlobalTrade, Assistance and Protection: the GTAP 3 Data Base, edited by Robert A. McDougall, Center for Global Trade Analysis, Purdue University, Purdue.

Mubyarto, 1989. “Pengantar Ekonomi Pertanian”. LP3ES. Jakarta.

Nopirin. 1996. “Ekonomi Internasional’. Yogyakarta: BPFE UGM.

Oktaviani, R. 2000. “The Impact of APEC Trade Liberalisation on Indonesian Economy and Its Agricultural Sector”. Ph.D thesis, The Sydney University, Sydney.

Purwito M, Ali. 2006. “Kepabeanan Konsep dan Aplikasi”.edisi pertama. Jakarta: Samudra Ilmu.

Salvatore, Dominick Krugman. 2006. Yang diterjemahkan oleh Munadar Harris, Ekonomi Internasional. Edisi ke 5. Bandung: PT GeloraAksara Pratama.

Savvides, A. 1984. Export Instability and Economic Growth: Some New Evidence. Economic Development and Cultural Change32 (3), 607-614.

Sri, Kuntarsih. 2010 “Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian”

Sukirno, Sadono, 1997. “Makroekonomi”, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sulistyo, Basuki. 1991 “Pengantar Ilmu Perpustakaan”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian pedidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D” .Bandung: ALFABETA

Tambunan, Tulus. 1996. “Perekonomian Indonesia”. Jakarta: Cetakan Pertama Ghalia Indonesia

Todaro. M.P., 2000. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga” (H.Munandar, Trans. Edisi Ketujuh ed.). Jakarta: Erlangga.

Triwibowo, Yuwono. 2005 “Biologi Molekuler”. Yogyakarta: Erlangga press

Wijono, Wiloejo. 2005. “Mengungkap sumber-Sumber Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Lima Tahun Terakhir”. Jurnal Manajemen dan Fiskal No V: Jakarta

Yunianto, Sigit, 2003. “Analisa Pengaruh Produk Domestik Bruto, Nilai Kurs Rupiah, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Dan Cadangan Devisa Terhadap Permintaan Impor Indonesia Jangka Pendek dan Jangka Panjang”. Skripsi: FE UNS.

 

Last Updated on 29 Agustus 2022

Total
3
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous Post
ANEMIA APLASTIK

PREVALENSI PASIEN ANEMIA APLASTIK YANG DI RAWAT DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014

Next Post
Kebun Raya Cibodas

Inventarisasi Tumbuhan Penghasil Pewarna Alami Di Kebun Raya Cibodas