ABSTRAK
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak. Tindakan bedah yang sering dilakukan oleh pasien glaukoma ketika TIO sudah tidak bisa terkontrol lagi dengan medikamentosa yaitu trabekulektomi. Trabekulektomi merupakan tindakan pembedahan dengan membuat lubang drainase pada bagian sklera untuk menurunkan TIO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien meliputi usia, jenis kelamin, klasifikasi, lateralitas mata, riwayat TIO pada saat sebelum dan sesudah trabekulektomi, jenis tindakan trabekulektomi dan riwayat penggunaan obat-obatan sebelum dan sesudah trabekulektomi pada pasien glaukoma yang melakukan trabekulektomi di Poliklinik Mata RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional dengan pengambilan data menggunakan rekam medis pasien dan diolah menggunakan SPSS.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 51 pasien yang dilakukan trabekulektomi dengan jumlah mata yang dilakukan tindakan yaitu 55 mata. Pada jenis kelamin laki-laki didapatkan 52,9% dan perempuan 43,5% dengan rerata usia 53,56 ±17,9, berdasarkan diagnosis pasien glaukoma primer merupakan yang paling banyak yaitu POAG 14 mata dan PCAG 14 mata, lateralitas mata ocular dekstra menempati urutan terbanyak dengan persentase 52,7%. untuk jenis tindakan trabekulektomi didapatkan 81,8% yang dilakukan trabekulektomi, rerata tekanan intraokular pre-trabekulektomi yaitu 44,6 ±6,4.
Satu hari post-trabekulektomi 11,8±6,0, tujuh hari post trabekulektomi didapatkan rerata 14,6±4,8. Riwayat penggunaan obat antiglaukoma pre-trabekulektomi didapatkan paling banyak memakai 2 obat dengan persentase 52,7% yang paling banyak, satu hari setelah trabekulektomi tanpa obat dengan persentase 49,1%, 7 hari setelah trabekulektomi tanpa obat dengan persentase 52,7%.
Kata kunci : Glaukoma, Trabekulektomi, TIO
PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan ketiga di dunia setelah katarak dan kelainan refraksi. Kebutaan pada glaukoma merupakan kebutaan yang irreversible yaitu permanen sehingga menjadi tantangan yang besar bagi kesehatan masyarakat di dunia1. Menurut WHO prevalensi glaukoma menyebabkan gangguan penglihatan sebanyak 2% dan kebutaan sebanyak 8%. Pada tahun 2020 diperkirakan pasien glaukoma di seluruh dunia akan meningkat sebanyak 76 juta dengan proporsi terbanyak terdapat di wilayah Asia dan Afrika selain itu pada tahun 2040 pasien glaukoma di seluruh dunia akan meningkat sebanyak 111,8 juta di seluruh dunia.
Di Indonesia prevalensi glaukoma menurut riskesdas pada tahun 2007 sebesar 0,46% yang berarti 4-5 orang penduduk Indonesia di diagnosis glaukoma2. Glaukoma adalah kelainan mata yang dimana terjadi kerusakan saraf optik yang diikuti kelainan pada lapang pandang yang khas. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh tekanan bola mata yang meninggi yang biasanya disebabkan oleh hambatan pengeluaran cairan bola mata atau yang biasa disebut dengan humor aquous 3.
Glaukoma diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu glaukoma primer, glaukoma sekunder dan glaukoma kongenital (glaukoma juvenil). Glaukoma primer diklasifikasikan menjadi dua yaitu glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup. Sedangkan glaukoma juvenil adalah bentuk glaukoma sudut terbuka primer yang terjadi pada usia 4-35 tahun dengan peningkatan TIO tetapi sudutnya tampak normal3.
Pandemi covid-19 yang mulai merebak di Wuhan China juga membawa dampak yang signifikan kepada dunia kesehatan, karena penularannya dengan jumlah yang cukup banyak maka perlu untuk menjaga jarak aman lebih dari 1,5m untuk mengurangi risiko penularan. Pemeriksaan oftalmologi yang biasanya dilakukan dengan jarak yang cukup dekat seperti pengukuran tekanan intraokular harus dipertimbangkan juga sebagai resiko penularan covid 19. Berdasarkan hal tersebut dokter mata, perawat dan asisten oftalmologi sangat rentan dan beresiko saat pandemi covid 19 ini.
Dan faktanya dunia oftalmologi adalah salah satu spesialis yang terpengaruh saat pandemi4. Semua tindakan yang tidak terlalu mendesak diharapkan ditunda terlebih dahulu. Beberapa tindakan operasi juga sangat dibatasi dalam pandemi covid 19 salah satunya yaitu tindakan trabekulektomi. Trabekulektomi pada masa pandemi covid 19 juga dibatasi dan hanya diperuntukkan untuk tekanan intraokular yang cenderung sangat tinggi yang tidak terkontrol dengan obat-obatan dan mengancam kehilangan penglihatan akibat glaukoma primer maupun glaukoma sekunder4.
trabekulektomi adalah operasi bedah dengan membuat lubang drainase pada bagian sklera untuk menurunkan tekanan intraokular pada bola mata3. Pada umumnya tindakan trabekulektomi dilakukan pada pasien glaukoma ketika penggunaan obat antiglaukoma dan tindakan laser sudah tidak mampu untuk menurunkan TIO. Namun trabekulektomi sendiri memiliki beberapa komplikasi diantaranya tekanan intraokular pada mata terlalu rendah pasca operasi, penglihatan menjadi kabur pasca operasi dan walaupun jarang komplikasi lain yang dapat terjadi dari trabekulektomi adalah infeksi, katarak, rasa ketidaknyamanan karena adanya bleb3.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Data yang digunakan diperoleh dari ekstraksi rekam medis pasien glaukoma yang dilakukan trabekulektomi di Poliklinik Mata RSUP Sanglah Denpasar yang telah memenuhi kriteria inklusi beserta kriteria eksklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien glaukoma yang dilakukan tindakan trabekulektomi di Poliklinik Mata RSUP Sanglah Denpasar selama periode pandemi covid-19, sedangkan kriteria eksklusi nya yaitu pasien glaukoma yang dilakukan tindakan trabekulektomi namun dengan data rekam medis yang tidak lengkap.
Penelitian ini diolah secara deskriptif menggunakan analisis univariat menggunakan SPSS untuk melihat frekuensi dan persentase profil pasien glaukoma yang dilakukan trabekulektomi pada pandemi covid-19 periode Maret 2020-Maret 2021. Adapun variabel dari penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, klasifikasi glaukoma, lateralitas mata, riwayat TIO pre dan post trabekulektomi, riwayat penggunaan obat pre dan post trabekulektomi, dan jenis tindakan trabekulektomi yang dilakukan. Penelitian ini telah mendapatkan kelaikan etik dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dengan nomor : 475/UN14.2.2.VII.14/LT/2021
Download
81759-205-331851-1-10-20230206
Last Updated on 27 Februari 2023