Occupational contact dermatitis is common condition seen in the primary care setting. Farmer has the highest incidence for occupational contact dermatitis. This because of the job is exposed to chemical and wet works. Occupational contact dermatitis is divided to irritant contact dermatitis and allergic contact dermatitis. Whether both have different in pathogenesis, they give similar symptoms. Precise diagnosis is needed to confirm the diagnosis and to exclude the others.
Treatment should be aimed at controlling inflammation, restoring the skin’s natural barrier, and avoiding irritants and potential allergens. There are a range of prevention strategies, which include: elimination or substitution of harmful exposures; technical control measures; personal protection; identification of susceptible individuals; and others
Kata Kunci : dermatitis kontak akibat kerja, alergi, iritan, petani
Pendahuluan
DKA merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas tipe IV dibagi menjadi dua, yaitu reaksi langsung dan reaksi tidak langsung. Reaksi langsung terjadi ketika bahan allergen langsung masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya sensitisasi. Sensitisasi ini akan menyebabkan terjadinya reaksi imun pada tubuh yaitu pembentukan antibodi.
Pada reaksi tidak langsung, bahan allergen tidak masuk kedalam tubuh. Bahan allergen akan menempel pada sel dendritik di kulit, mata, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan. Sel dendritik ini akan mengaktifkan sel T helper dan sel B. Sel T helper akan mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibodi.
Antibodi ini akan menempel pada sel dendritik dan sel dendritik akan mengaktifkan sel T helper dan sel B lagi. Pada saat sel T helper dan sel B teraktivasi, mediator imun seperti histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin akan dilepaskan. Mediator imun ini akan menyebabkan timbulnya gejala klinis seperti gatal, ruam, dan peradangan.5,8
Dermatitis kontak iritan (DKI)
DKI merupakan reaksi nonimun yang timbul akibat kontak dengan bahan iritan. Bahan iritan dapat berupa kimiawi, biologi, fisika, ataupun psikologi. Bahan iritan dapat mempengaruhi sel kulit, sel penyusun kulit, ataupun secara langsung masuk kedalam sirkulasi darah dan merusak sel-sel tubuh. Bahan iritan dapat menyebabkan kerusakan pada sel kulit seperti kerusakan sel basal, sel keratinosit, dan sel-sel penyusun kulit lainnya. Bahan iritan dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel, kerusakan DNA, dan kerusakan sitoplasma sel. Bahan iritan dapat menyebabkanvasodilatasi, edema, peradangan, dan gatal.5,8
GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang timbul pada DKA dan DKI sama yaitu berupa eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi, dan gatal. Pada DKA, eritema dan edema timbul segera setelah kontak dengan bahan allergen sedangkan pada DKI, eritema dan edema timbul setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah kontak dengan bahan iritan. Vesikel dan skuama timbul lebih sering pada DKI dibandingkan dengan DKA. Likenifikasi dan gatal sering timbul pada kedua jenis dermatitis kontak. Gejala klinis pada DKAK pada petani seperti eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi, dan gatal. Gejala klinis ini sering ditemukan pada petani seperti petani anggur dan petani pupuk buatan.
Uji tempel dilakukan dengan menggunakan alergen atau iritan tertentu dengan menempelkannya pada kulit penderita. Uji tempel dapat dilakukan pada daerah yang sudah ada eritema atau daerah yang belum terkena. Uji tempel dapat dilakukan pada daerah sekitar belakang jari, sela-sela jari, dan daerah sekitar metacarpophalangeal joints.1
Investigasi ke tempat kerja penderita sangat penting dalam mendiagnosis DKAK. Investigasi tempat kerja akanmenentukan penyebab dari DKAK pada penderita dan dapat menentukan apakah ada alergen atau iritan tertentu yang dapat menyebabkan DKAK. Dalam investigasi juga dapat ditentukan apakah ada faktor lain yang dapat memperburuk DKAK pada penderita.1
Dalam mendiagnosis DKAK, penyakit lain yang dapat dicurigai seperti psoriasis, eczema, urticaria, impetigo,seborrhoeic dermatitis, dan lain-lain harus dikeluarkan. Pada DKI, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan alergen atau iritan tertentu setiap hari di tempat kerja dan di rumah. Riwayat atopik dapat memudahkan dalam mendiagnosis DKI. Pemeriksaan fisik ditegakkan berdasarkan lokasi, demarkasi, dan ekspresi morfologikal, seperti kemerahan, vesikel, bula, nekrosis, papul, skuama, dan fisura. Selain lesi pada tangan, pemeriksa perlu melakukan pemeriksaan pada wajah dan leher karena DKI dapat terjadi baik di tangan maupun di wajah.2
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan DKAK dapat dibagi menjadi penatalaksanaan kuratif dan profilaksis. Penatalaksanaan kuratif meliputi penatalaksanaan medik dan penatalaksanaan non medik. Penatalaksanaan medik dibagi menjadi penatalaksanaan topikal dan sistemik. Penatalaksanaan topikal menggunakan kortikosteroid, antihistamin, dan krim emolien. Penatalaksanaan sistemik menggunakan antihistamin, kortikosteroid, dan imunosupresan.
Penatalaksanaan non medik meliputi penatalaksanaan dengan fototerapi dan penatalaksanaan dengan penyinaran dengan sinar ultraviolet. Penatalaksanaan profilaksis meliputi penatalaksanaan dengan penggunaan sarung tangan, penggunaan masker, penggunaan pelindung mata, penggunaan pelindung hidung, penggunaan pelindung mulut, dan penggunaan pelindung kulit.
Penatalaksanaan DKI dapat dibagi menjadi penatalaksanaan kuratif dan profilaksis. Penatalaksanaan kuratif meliputi penatalaksanaan medik dan penatalaksanaan non medik. Penatalaksanaan medik dibagi menjadi penatalaksanaan topikal dan sistemik. Penatalaksanaan topikal menggunakan kortikosteroid, antihistamin, dan krim emolien.
Download
Last Updated on 4 Februari 2023