PENGARUH AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM EKSTRAK BAWANG PUTIH TUNGGAL (ALLIUM SATIVUM LINN) TERHADAP KELEMBAPAN KULIT TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) YANG DIPAPAR SINAR ULTRAVIOLET B

Avatar of jurnal

ABSTRAK

Kelembapan kulit merupakan suatu kondisi yang erat kaitannya dengan kadar air di dalam kulit yang juga berperan dalam menjaga kesehatan kulit. Stres oksidatif yang terjadi akibat paparan sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai kelembaban kulit sehingga kulit menjadi kering. Berkurangnya nilai kelembaban kulit dapat diatasi dengan memberikan perawatan terhadap kulit.

Perawatan dapat dilakukan dengan pemberian sediaan topikal yang mengandung antioksidan salah satunya yaitu krim ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum Linn). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas antioksidan krim ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum Linn) terhadap kelembaban kulit tikus wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar sinar ultraviolet B.

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian the randomized pretest and post-test control group dengan menggunakan sampel sebanyak 30 ekor tikus wistar jantan yang dibagi ke dalam enam kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor, yaitu kelompok P0, P1, P2, P3, P4, P5. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan yang diberikan krim ekstrak bawang putih tunggal P3, P4, P5 dapat mempertahankan kelembapan kulit, tetapi hanya pada kelompok P4 yang memiliki efek paling baik dalam meningkatkan kelembapan kulit yang dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0).

Kata Kunci: Kelembapan Kulit, Bawang Putih Tunggal, Antioksidan, Sinar Ultraviolet

PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan pada kulit yang paling sering dijumpai dimasyarakat adalah kulit kering. Kulit kering merupakan suatu kondisi dimana kadar air di dalam kulit rendah sehingga kelembapan kulit ikut menurun. Lapisan epidermis terutama stratum corneum merupakan lapisan terluar permukaan kulit yang memiliki keseimbangan antara air dan lipid untuk menjaga agar kulit tetap elastis dan tidak kasar. Kulit memiliki natural moisturizing factor (NMF) pada lapisan stratum corneum yang merupakan tabir lemak yang dapat melindungi kulit dari faktor-faktor penyebab kulit menjadi kering.1

Radiasi ultraviolet khususnya sinar ultraviolet B dapat membentuk reactive oxygen species (ROS) yang dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif yang terjadi akan menyebabkan terjadinya penurunan hidrasi kulit yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya penuaan kulit. Selain itu, efek akut paparan radiasi sinar UV juga dapat berupa induksi reaksi inflamasi. Inflamasi yang terjadi pada kulit dapat meningkatkan terjadinya kehilangan cairan transepidermal yang juga mengakibatkan penurunan hidrasi kulit.2

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat berperan dalam menetralisir radikal bebas. Terdapat berbagai macam antioksidan yang dapat diperoleh baik dalam bentuk sintetik maupun alami. Akan tetapi antioksidan alami merupakan alternatif yang dipilih saat ini, mengingat adanya efek samping yang terdapat pada antioksidan sintetik. Antioksidan memiliki banyak kelebihan salah satunya dapat melindungi tubuh dari kerusakan yang terjadi akibat ROS.3

Tumbuhan merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antioksidan adalah bawang putih tunggal dengan nama latin Allium sativum Linn. Bawang putih tunggal merupakan tanaman bawang putih yang hanya memiliki satu umbi utuh. Bawang putih memiliki banyak kegunaan seperti antiaterogenik, antiaterosklerotik,hipoglikemia, hipolipidemia, antiinflamasi, antimikrobial, antitumor, dan juga memiliki manfaat untuk menjaga pembuluh darah dan jantung.4

Berdasarkan penelitian Anna Capasso menyatakan Allium sativum L. kaya akan antioksidan yang dapat membantu menetralisir radikal bebas yang berperan dalam proses penuaan dan merusak sel dan DNA.5 Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka peneliti tertarik untuk mencari tahu dan kemudian dapat memberikan informasi mengenai pengaruh aktivitas antioksidan krim ekstrak bawang putih tunggal (Allium sativum Linn) terhadap kelembapan kulit tikus wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar sinar ultraviolet B.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian the randomized pre-test and post-test control group. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biomedik Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali pada bulan Juli 2018 sampai dengan September 2018. Sampel penelitian ini adalah 30 tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan usia 3-4 bulan dengan berat badan 150-200 gram.

Sampel dibagi kedalam enam kelompok yaitu kontrol (P0), plasebo (P1), sunblock (P2), krim ekstrak bawang putih tunggal 5% (P3), krim ekstrak bawang putih tunggal 10% (P4), krim ekstrak bawang putih tunggal 20% (P5) dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.
Sebelum dilakukan perlakuan pada ke 6 kelompok akan diadaptasi terlebih dahulu selama satu minggu dan kemudian dilakukan pencukuran rambut tikus pada bagian punggung tikus.

Setelah itu akan dilakukan pengukuran nilai kelembapan kulit tikus untuk mencari nilai kelembapan sebelum dilakukan perlakuan (pre-test) dengan menggunakan alat skin hydration analyzer yang akan dilakukan 24 jam setelah pencukuran. Pada kelompok P0 dipapar dengan UV-B saja. Pada kelompok P1 dipapar UV-B dan diberikan krim plasebo. Pada kelompok P2 dipapar UV-B dan diberikan sunblock. Pada kelompok P3, P4, P5 dipapar UV-B dan diberikan krim ekstrak bawang putih tunggal 5%, 10%, 20%.

Pemaparan sinar UV-B pada ke 6 kelompok dilakukan sebanyak tiga kali seminggu. Dosis sinar UV-B pada minggu pertama yaitu 50 mJ/cm2 selama 50 detik setiap penyinaran dan dosis sinar UV-B pada minggu kedua yaitu 70 mJ/cm2 selama 70 detik setiap penyinaran. Pemberian krim placebo, sunblock, dan krim ekstrak bawang putih tunggal 5%, 10%, 20% diaplikasikan 2 kali pada bagian punggung tikus yaitu 20 menit sebelum disinari dan 4 jam setelah penyinaran.

Setelah diberikan perlakuan pada ke 6 kelompok dilakukan pengukuran nilai kelembapan kulit tikus kembali untuk mencari nilai kelembapan setelah dilakukan perlakuan (post-test) yang akan dilakukan 24 jam setelah 2 minggu penyinaran. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dengan nomor izin 1241/UN 14.2.2/PD/KEP/2018, tertanggal 21 Mei 2018.

Download

Full Article

Last Updated on 28 Februari 2023

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous Post

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN MULTI DRUGS RESISTANT (TB-MDR) DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2019-2020

Next Post

FAKTOR TERJADINYA HEMORRHOID DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI TAHUN 2020

Related Posts