JMU

Jurnal medika udayana


I—,⅛ o λ  Idirectoryof

;      OPEN ACCESS

IJOURNALS


ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 12 NO.7,JULI, 2023

Diterima: 2022-11-04 Revisi: 2023-01-30 Accepted: 25-06-2023

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK DISTRAKSI AUDIOVISUAL TERHADAP KECEMASAN ANAK TALASEMIA DAN NON-TALASEMIA

SAAT TINDAKAN INVASIF

Halimah1*, Reta Renylda2

1,2Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi Email: [email protected]

ABSTRAK

Talasemia merupakan penyakit kronik kelainan darah bawaan akibat defisiensi rantai β hemoglobin yang membutuhkan hospitalisasi berulang. Tindakan invasif tidak hanya menimbulkan nyeri tapi juga kecemasan. Kecemasan berulang yang tidak diintervensi dapat menyebabkan masalah kesehatan mental. Tujuan studi ini untuk mengetahui pengaruh teknik distraksi audiovisual dalam menurunkan kecemasan saat tindakan invasif baik pada anak talasemia dan non-talasemia. Penelitian quasi eksperiment ini dilakukan pada anak talasemia dan non talasemia pada 3 Rumah sakit di Jambi dengan control group design. Responden dibagi 2 yaitu kelompok intervensi dan kontrol dengan masing-masing 15 anak usia pra sekolah dan sekolah. Kecemasan anak talasemia dan non talasemia dibandingkan, kemudian kecemasan anak yang mendapat tindakan invasif juga dibandingkan antara kelompok kontrol dan yang diberi intervensi teknik distraksi audiovisual. Hasil penelitian, tidak ada perbedaan signifikan antara kecemasan anak talasemia dan non talasemia yang dilakukan tindakan invasif tanpa intervensi audiovisual dengan nilai p 0,182, dan nilai p 0,573 pada kelompok intervensi audiovisual. Ada pengaruh teknik distraksi audiovisual terhadap penurunan kecemasan anak, baik anak talasemia ataupun non-talasemia dengan nilai p 0,0001. Setiap anak mengalami kecemasan saat hospitalisasi terutama pada prosedur invasif, sehingga baik anak talasemia maupun non talasemia perlu mendapatkan intervensi keperawatan salah satunya adalah dengan teknik distraksi audiovisual.

Kata kunci : Teknik distraksi audiovisual., kecemasan anak.,talasemia., non-talasemia; tindakan invasif

ABSTRACT

Thalassemia is a chronic disease of congenital blood disorders due to hemoglobin chain deficiency that requires repeated hospitalization. Children with acute illnesses also experience hospitalization. Invasive procedure, such as infusions that cause pain and anxiety, are unavoidable during hospitalization. Repetitive anxiety that is not intervened in children can be at risk of causing mental health problems. This study aimed to determine the effect of audiovisual distraction techniques in reducing children's anxiety during invasive procedures in both thalassemia and non-thalassemia children. This quasi-experimental study was conducted on 30 children (thalassemia and non-thalassemia) from 3 hospitals in Jambi with a control group design. The anxiety of children who received invasive measures was compared between the control group and the group given the audiovisual distraction technique intervention. There is an effect of audiovisual distraction techniques on reducing anxiety in children, both thalassemia and non-thalassemia children, with a p-value of 0.0001. Thalassemia is a chronic disease of congenital blood disorders due to hemoglobin chain deficiency that requires repeated hospitalization. Children with acute illnesses also experience hospitalization. Invasive measures are unavoidable during hospitalization, such as infusions that cause pain and anxiety. Repetitive anxiety that is not intervened in children can be at risk of causing mental health problems. This study aimed to determine the effect of audiovisual

distraction techniques in reducing children's anxiety during invasive procedures in both thalassemia and nonthalassemia children.

Keywords : Audiovisual distraction techniques.,child anxiety., thalassemia; non-thalassemia.,invasive procedure

PENDAHULUAN

Anak merupakan individu yang masih rentan terhadap penyakit. Bahkan terkadang pada beberapa anak, memiliki kondisi khusus seperti yang terlahir dengan kelainan darah bawaan, yang dikenal dengan talasemia. Talasemia merupakan salah satu penyakit kelainan darah genetik yang cukup banyak diderita oleh masyarakat di dunia. Penyakit ini mengalami defisiensi parsial atau total pada sintesis rantai β dalam molekul hemoglobin sehingga menghasilkan pembentukan hemoglobin yang cacat1.Angka kejadian talasemia pada anak selalu meningkat setiap tahunnya dengan perkiraan peningkatan sekitar 2500 anak/tahun. Hal ini harus menjadi perhatian semua pihak terkait kebutuhan pelayanan pada anak talasemia2. Anak sakit, apalagi dengan penyakit kronik seperti talasemia, tidak bisa menghindari hospitalisasi. Setiap hospitalisasi, anak akan mengalami tidak hanya nyeri namun juga kecemasan akibat prosedur invasif. Kecemasan merupakan respon emosional yang wajar saat individu mengalami perubahan. Sebagian besar anak menunjukkan ketakutan dan kecemasan terhadap hospitalisasi yang ditunjukkan melalui perilaku menangis, marah, dan menghindari petugas kesehatan3.

Prosedur tindakan invasif yang dilakukan berulang pada anak talasemia, tidak membuat nyeri dan kecemasan berkurang. Respon cemas pada anak-anakpun berbeda-beda, dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik anak. Kecemasan pada anak dengan penyakit kronis mengalami stress mental yang tinggi, rasa ingin marah, kegalauan serta gangguan pada hubungan interpersonal. Dampak masalah psikologis yang dialami anak akan terlihat dari adanya perubahan perilaku anak yang pada akhirnya dapat beresiko terutama terhadap masalah kesehatan mental pada anak maupun kualitas hidupnya dikemudian hari4,5.

Karakteristik anak yang mempengaruhi kecemasan meliputi 3 karakteristik besar yaitu usia, jenis kelamin, dan pendampingan orang tua. Pada prinsipnya semua anak baik dengan penyakit akut ataupun kronis tetap akan merasakan cemas saat prosedur invasif, meskipun anak dengan penyakit kronis sudah sering mengalaminya6.Berdasarkan hasil observasi pada 3 orang anak talasemia usia sekolah yang dilakukan pemasangan infus didapatkan bahwa anak berjalan sendiri dengan ke ruangan tindakan dan berbaring tanpa dipaksa, namun setelah persiapan tindakan, anak menunjukkan wajah cemas, memejamkan mata, dan tidak mau melihat wajah perawat. Hasil observasi anak usia sekolah dengan penyakit akut tampak memiliki reaksi cemas yang lebih jelas dengan menolak untuk dipasang infus bahkan menangis.

Fenomena diatas menunjukkan sebenarnya semua anak baik dengan penyakit akut maupun kronis mengalami kecemasan pada saat dilakukan tindakan invasif, dengan respon kecemasan yang berbeda-beda. Butuh kepekaan perawat untuk menilai respon cemas keduanya dan tentu

saja penerapan asuhan atraumatic sangat penting untuk mencegah resiko masalah kesehatan mental terutama pada anak yang mengalami hospitalisasi berulang.Pilihan intervensi pada asuhan atraumatic anak meliputi terapi bermain, terapi music, kompres hangat, vibrasi, bermain, bercerita dan distraksi dengan audio ataupun audiovisual7,8. Teknik audiovisual dipilih karena terbukti dapat digunakan pada semua usia anak untuk menurunkan nyeri dan kecemasan anak saat tindakan invasif9.Berdasarkan fenomena tersebut, penulis ingin melihat pengaruh penerapan teknik distraksi audio visual sebagai salah intervensi asuhan atraumatic terhadap penurunan kecemasan anak (talasemia dan non talasemia) yang dilakukan tindakan invasif.

TINJAUAN PUSTAKA

Talasemia

Talasemia adalah kelainan darah bawaan yang ditandai dengan kondisi eritrosit yang mudah rusak atau kondisi dimana umur sel darah merah lebih pendek dari normal yaitu 120 hari. Pasien talasemia menunjukkan gejala seperti muka tampak pucat, pusing, badan lemas, penurunan nafsu makan serta rentan terjadinya infeksi berulang 10.Klasifikasi talasemia berdasarkan jumlah gen yang mengalami kelainan dikenal dengan talasemia minor dan talasemia mayor. Efek klinis talasemia mayor terutama menyebabkan kelainan sintesis dari hemoglobin, gangguan sel darah merah secara struktural dan pemendekan usia eritrosit. Tanda-tanda hipoksia kronis menyebabkan sakit kepala, nyeri prekordial, dan nyeri tulang, penurunan toleransi terhadap aktivitas, kegelisahan dan anoreksia. Ciri lainnya yaitu postur tubuh lebih kecil, maturasi seksual lambat dan rona wajah kelabu dengan bercak kecoklatan pada anak yang tidak menjalani terapi kelasi11.

Kecemasan

Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal. Sementara kecemasan pada remaja yang akan diberikan tindakan invasif dapat ditunjukkan dengan penolakan tindakan yang akan dilakukan serta penurunan nafsu makan12,13.Kecemasan memiliki respon dan dampak yang berbeda pada masing-masing anak sehingga perlu diperhatikan dan diatasi.. Anak kanker tetap merasakan kecemasan yang tinggi pada saat pemberian prosedur penusukkan jarum atu tindakan invasif. Pengalaman kecemasan terhadap penusukan berulang ternyata tidak membuat kecemasan anak menjadi berkurang, hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik anak.

Tehnik Audiovisual

Intervensi pada asuhan traumatik anak terdiri dari terapi bermain, kompres panas dan vibrasi, bercerita, distraksi dengan audio, audiovisual, terapi musik serta permainan yang menarik7.Teknik audiovisual memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknik lain sebagai salah satu teknik yang paling umum karena dapat diterapkan pada berbagai usia serta mudah pelaksanaannya. Berbagai studi menunjukkkan bahwa teknik audiovisual dapat mengalihkan perhatian anak, sehingga berguna untuk menurunkan kecemasan anak pada saat pemberian tindakan invasif9.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment dengan membandingkan kecemasan anak talasemia dan non talasemia setelah penerapan teknik distraksi audiovisual. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti telah mendapat surat keterangan layak etik yang diterbitkan oleh Komite Etik Poltekkes Kemenkes Jambi nomor LB.02.06/2/16/2022. Responden penelitian terdiri dari 15 orang anak non talasemia dan 15 orang anak

talasemia yang diambil dari 3 rumah sakit Jambi (RS Mitra, RSI Arafah dan RSUD Ahmad Ripin Muaro Jambi). Masing-masing anak dipilih untuk menjadi kelompok kontrol atau pun kelompok intervensi secara random.Kecemasan anak diobservasi sebelum dan setelah diberikan teknik distraksi audiovisual menggunakan Children Anxiety Pain Scale (CASP) yang kemudian dikategorikan dengan 1 (tidak cemas), 2-3 (cemas ringan), dan 4-5 (cemas berat). Anak dilakukan pemeriksaan kecemasan dengan CASP sebelum tindakan invasif, kemudian anak diminta untuk memilih video yang ingin ditonton. Anak diberikan kesempatan menonton video dari tablet berukuran 10 inci sebagai ditraksi audiovisual selama 5 menit, kemudian dilakukan pemeriksaan CASP kembali sebelum tindakan invasif dilakukan. Gambaran kecemasan anak akan terlihat baik pada anak talasemia dan non talasemia.

HASIL

Penelitian ini melibatkan 30 responden yang dibagi dalam 2 kelompok yang tergambar pada tabel 1.

Tabel 1. Gambaran karakteristik responden dan kecemasan anak pada kelompok kontrol dan intervensi

Kelompok kontrol

No

Karakteristik

Persentase

1

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki

66,7%

33,3%

2

Umur Prasekolah Sekolah

93,3% 6,7%

3

Diagnosis medis Non-talasemia Talasemia

53,3%

46,7%

4

Kecemasan

Cemas ringan

Cemas tinggi

66,7%

33,3%

Kelompok intervensi

1

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki

46,7%

53,3%

2

Umur Prasekolah Sekolah

93,3% 6,7%

3

Diagnosis medis Akut Talasemia

46,7%

53,3%

4

Kecemasan Tidak cemas Cemas ringan

66,7%

33,3%

Tabel. 1 menggambarkan bahwa karakteristik anak (jenis kelamin, usia, dan diagnosis medis) pada kelompok kontrol dan intervensi tidak jauh berbeda. Kecemasan pada anak kelompok kontrol sebagian besar mengalami

kecemasan ringan (66,7%) dan 33,3% mengalami cemas berat.

Gambaran kecemasan anak talasemia dan non-talasemia pada kelompok kontrol dan intervensi akan digambarkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Gambaran kecemasan anak talasemia dan non-talasemia

Diagnosis medis

Nilai p

Non-talasemia

Talasemia

Kelompok kontrol - Cemas ringan - Cemas tinggi

4

4

6

1

0,182

Kelompok intervensi - Tidak cemas

- Cemas ringan

5

2

5

3

0,573

Tabel diatas membuktikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara nyeri yang dialami anak talasemia dan non talasemia baik sebelum diberikan intervensi maupun setelah diberikan intervensi Teknik

distraksi audiovisual.Pengaruh penerapan teknik distraksi audiovisual pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi digambarkan lengkap pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Pengaruh teknik distraksi audiovisual pada anak talasemia dan non-talasemia

Kelompok Kontrol

Nilai p

Cemas ringan

Cemas tinggi

Kelompok intervensi

  • -    Tidak cemas

  • -    Cemas ringan

10 0

0

5

0,0001

Hasil uji statistic dengan fisher exact test kecemasan anak pada kedua kelompok menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh teknik distraksi audiovisual terhadap penurunan kecemasan anak dengan nilai p 0,0001. .

PEMBAHASAN

Semua   anak mengalami kecemasan saat

hospitalisasi, baik pada saat tindakan invasif ataupun tidak. Pelibatan keluarga menjadi salah satu filosofi keperawatan anak yang harus diterapkan untuk mencegah kecemasan pada anak14. Kecemasan yang lebih tinggi dirasakan anak terutama pada prosedur invasif yang dapat menimbulkan nyeri. Anak yang memiliki pengalaman hospitalisasi, memungkinkan untuk memiliki kecemasan yang lebih saat prosedur invasif. Kecemasan secara jangka pendek dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap nyeri, dan secara jangka panjang dapat mempengaruhi Kesehatan mental anak seperti depresi, bahkan beresiko menurunkan kualitas hidup anak kelak15.

Beberapa studi menawarkan hasil penelitiannya tentang intervensi psikologis yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri dan stress (kecemasan) anak bahkan remaja saat prosedur penusukan jarum. Salah satunya yang paling umum digunakan adalah Teknik distraksi audiovisual. Terbukti dapat menurunkan kecemasan anak dan remaja saat prosedur invasif4,16,17.Pada studi ini pun

didapatkan, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan anak dengan penyakit talasemia dan non-talasemia, baik pada kelompok kontrol ataupun intervensi. Ini menunjukkkan bahwa pengalaman terhadap tindakan invasif, tidak menurunkan kecemasan anak.Ada hubungan yang signifikan antara kelompok anak yang diberikan intervensi teknik distraksi audiovisual pada saat tindakan invasif dengan yang tidak diberikan (kelompok kontrol). Ini sesuai dengan hasil studi lain yang membuktikan bahwa teknik distraksi audiovisual bersifat umum, dan mudah diterapkan, serta memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kecemasan anak18.Temuan baru pada penelitian ini adalah teknik distraksi audiovisual juga memiliki pengaruh terhadap penurunan kecemasan anak talasemia. Sehingga Teknik ini dapat dijadikan intervensi untuk menurunkan kecemasan anak saat tindakan invasif, baik pada anak dengan penyakit akut, ataupun dengan penyakit kronik seperti talasemia.

SIMPULAN DAN SARAN

Semua anak mengalami kecemasan saat hospitalisasi terutama saat tindakan invasif, baik pada anak dengan penyakit akut yang belum pernah memiliki pengalaman terhadap prosedur invasif, ataupun pada anak dengan penyakit kronik seperti talasemia. Penting bagi perawat untuk memberikan intervensi asuhan atraumatic,

seperti Teknik distraksi audiovisual yang dapat mengalihkan fokus anak pada saat tindakan yang diberikan, sehingga dapat menurunkan kecemasan anak, dan manfaat secara jangka Panjang dapat mencegah anak mengalami masalah Kesehatan mental akibat kecemasan yang sering dialaminya, saat hospitalisasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktur RS Mitra, RSI Arafah, dan RSUD Ahmad Ripin, beserta jajaran yang telah membantu dan bekerjasama dalam kegiatan ini. Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi beserta jajaran, yang telah mendukung kegiatan penelitian ini.

ACUAN REFERENSI

  • 1.    Handriana, I. Keperawatan anak. LovRinz Publishing; 2016.

  • 2.    Kepmenkes RI. Pedoman nasional pelayanan kedokteran: Tata laksana thalassemia. Kepmenkes RI Nomor HK. 01.07/MENKES/1/2018; 2018

  • 3.    James, SR, Nelson, KA, & Ashwill, J. Nursing care of children: Principles & practice (Fourth edi). Missouri: Elsevier Saunders; 2013.

  • 4.    Sari, T. T. Pemantauan Terapi dan Komplikasi Pasien Thalassemia Mayor. In Pendekatan holistik pada anak untuk meningkatkan kualitas hidup; 2014.

  • 5.    Halimah, Allenidekania, & Waluyani, F.T. Resiko remaja thalassemia terhadap perubahan perilaku. Ners Jurnal Keperawatan, 2016.

  • 6.    Lescop, K., Joret, I., Delbos, P.,dkk. (2021). The effectiveness of the Buzzy device to reduce or prevent pain in children undergoing needle-related procedures: The results from a prospective, open-label, randomised, non-inferiority study. International Journal of Nursing Studies, 113; 2016.

  • 7.    Bumin Aydın, G., & Sakızcı Uyar, B. Mothers level of education and preoperative informative story book reading helps reduce preoperative anxiety in children in Turkey. Journal of Pediatric Nursing; 2021.

  • 8.    Erdogan, B., & Aytekin Ozdemir, A. (2021). The effect of three different methods on venipuncture pain and anxiety in children: Distraction cards, virtual reality, and Buzzy® (randomized controlled trial). Journal of

  • 19.    italisasi. Journal of Nursing and Health, 5(2), 108–115; 2020.


Pediatric Nursing, xxxx; 2021.

  • 9.    Hiniker, S. M., Bush, K., Fowler, T., dkk. Initial clinical outcomes of audiovisual-assisted therapeutic ambience in radiation therapy (AVATAR). Practical Radiation Oncology, 7(5), 311–318; 2017.

  • 10.    Holmes, C.C., and Mallick, B.K.. “Generalized Nonlinear Modeling with Multivariate Free-Knot Regression Spline.” Journal of the American Statistical Association, 462:352365; 2003.

  • 11.    Kemenkes RI. Pencegahan Tersier Talasemia. Tahun 2017 Diunduh      di      http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-

p2ptm/subdit-penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/pencegahan-tersier-thalassemia tanggal 4 November 2022.

  • 12.    Hawari, D. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta, FKUI; 2013.

  • 13.    Corkin, D., Clarke, S., & Liggett, L. Care planning ……in children and young people’s nursing. West sussex, John Wiley & Sons Ltd.; 2012.

  • 14.    Hermalinda, P., Novrianda, D., Aulia, M., dkk. Pengaruh Intervensi Pelibatan Keluarga. NERS: Jurnal Keperawatan, 13(2), 78; 2017.

  • 15.    Giordano, F., Rutigliano, C., Leonardis, F., dkk. Since January 2020 Elsevier has created a COVID-19 resource centre with free information in English and Mandarin on the novel coronavirus COVID- 19 . The COVID-19 resource centre is hosted on Elsevier Connect , the company ’ s public news and information; 2020.

  • 16.    Wieland, L. S. (2019). Psychological Interventions for Needle-Related Procedural  Pain and Distress in

Children and Adolescents: Summary of a Cochrane Review. Explore, 15(1), 74–75; 2019.

  • 17.    Andayani, R.. Effect of Atraumatic Care: Audiovisual with Portable DVD on Hospitalization in Children. Research Journal and Scientific Studies, XIII (5), 114– 121.

https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/ view/1361; 2019.

  • 18.    Mulyono, A., Indriyani, P., & Ningtyas, R. Literatur Review: Pengaruh Terapi Distraksi Audiovisual Pada Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia Prasekolah Saat Hosp

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2023.V12.i01

5