ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.7,JULI, 2022



Diterima: 2021-12-09. Revisi: 28 -05- 2022 Accepted: 25-07-2022

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS

AUREUS ATCC 3351 SECARA IN VITRO

Ni Wayan Bunga Pandansari1, Desak Ketut Ernawati2, Ida Ayu Alit Widhiartini3

1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Email: [email protected]

ABSTRAK

Daun0ubi0jalar0ungu mengandung senyawa aktif gflavonoid, tfenol, ktanin, dan bsaponin yang dinyatakan memiliki aktivitasdantibakteri. Kandungan senyawa aktif ini potensial dikembangkan sebagai antibakteri Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Pengembangan antibakteri alternatif dari bahan alam diperlukan untuk penanganan infeksi nosokomial. Penelitian eksperimental ini dilakukan untuk membuktikan adanya aktivitaspantibakterihekstrakjetanol0daun0ubi0jalar0ungu terhadap bakteri penyebab infeksi nosokomial dengan menggunakan bakteri standar MRSA ATCC 3351 secara in vitro. Desainlpenelitian merupakanppostutestponlyecontrolkgroup.jAktivitaspantibakterijekstrak etanol

daunfubiljalarrungu diuji dengan metode difusilagar (disc diffusion) terhadap ekstrak etanol yang diperoleh dari proses maserasi daun ubi jalar ungu yang dikeringkan dan daun segar pada berbagai konsentrasi bertingkat. Aktifitas antibakteri dinilai berdasarkan pengukuran luas diameter zona hambat yang dihasilkan setelah perlakuan esktrak terhadap kultur bakteri dalam media agar plate. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya daya hambat pada ekstrak segar namun, pada ekstrak kering terdapat daya hambat terhadap bakteri MRSA ATCC 3351. Diameterlzonaihambat yang terbentuk pada kelompok konsentrasi 20%, 40%, dan 80% secara berurutan adalah 6,9 mm, 10mm, dan 11mm. Untuk mengetahui adanya efek perlakuan, dilakukan analisis terhadap Uji Kruskal-Walis. Uji Mann-Whitney menunjukkanjadanya perbedaankyang bermakna padajsetiap kelompok yang dibandingkan, kecuali pada ekstrak 10%. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% daun ubi jalar ungu kering (Ipomoea batatas L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA ATCC 3351. Sedangkan pada ekstrak etanol 96% daun ubi jalar ungu segar (Ipomoea batats L.) tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri MRSA.

Kata Kunci: Daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.), zona hambat, MRSA

ABSTRACT

Purpleksweetopotatohleaves contain active compounds flavonoids, phenols, tannins, and saponins which are stated to have antibacterial activity. The content of this active compound has the potential to be developed as anjantibacterial Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). The development of alternative antibacterials from natural ingredients is needed for handling nosocomial infections. This experimental study was conducted to prove the antibacterial activityyof ethanolvextract of purpletsweetkpotatowleaves against bacteria that cause nosocomial infections using standard bacteria MRSA ATCC 3351 in vitro. The studypdesign was a postjtestkonlymcontrologroup. The antibacterial activity of the ethanolwextractjof purplepsweet potatowleaves was tested by the disc diffusion method of ethanolkextract obtained from the maceration process of dried purple sweet potato leaves and fresh leaves at various concentrations. Antibacterial activity was assessed based on the measurement of the diameterf of thewinhibitory zone produced after the extraction treatment of bacterial culture in the agar plate. The results of this study showed there was no inhibitory effect on fresh extracts, however, in the dry extracts have antibacterial activity against MRSA ATCC 3351. Inhibition zone diameters were formed in the concentration groups of 20%, 40%, and 80%, respectively 6,9mm, 10mm, and 11mm. To find out the effect done, an analysis of the Kruskal-Wallis Test was obtained p value =0,001. The Mann-Whitney test showed a significantvdifference in each group compared, except for the 10% extract. In this study it can be concluded that the 96% ethanol extract of dried purple sweet potato leaves (Ipomoea batats L.) has antibacterial activity against

MRSA ATCC 3351. Whereas in ethanol extract 96% fresh purple sweet potato leaves (Ipomoea batatas L. do not have inhibitory power on the growth of MRSA bacteria.

Keywords: Purple sweet potato leaves (Ipomoea batatas L.), Inhibitory zone, MRSA

PENDAHULUAN

Indonesia menjadi salah satu dari 12mPusat KeanekaragamanmHayati karena memiliki kawasan yang luas.1 Kondisi ini mendukung penduduk Indonesia menggunakan tanaman obat secara luas. Penggunaan obat yang berasal dari tanaman dalam pengobatan tradisional menunjukkan kecendrungan yang positif pada masyarakat seiring dengan adanya back to nature. Tanaman pangan yang banyak dimanfaatkan dan diteliti karena khasiatnya sebagai obat diantaranya adalah daunmubifjalarwungu.

Air rebusan daunqubi jalar ungu dimanfaatkan masyarakat secara tradisional untuk perbaikan kondisi dan penanganan kasus demam berdarah.2 Pemanfaatan daun ubi jalar ungu sebagai tanaman obat dikaitkan dengan adanya dengan senyawa aktif antara lain sflavonoid, kpolifenol, dan saponinl yang memiliki aktivitas antibakteri.3

Banyaknya penggunaan antibiotika secara berulang pada bakteri tertentu potensial berdampak pada munculnya resistensi antibiotika. World Health Organization (WHO) dalam tahun 2017 mengeluarkan daftar pathogen prioritas untuk meningkatkan upaya riset antibiotik baru sebagai upaya untuk mengatasi masalah resistensi.4 Salah satu bakteri yang mendapat prioritas tinggi adalah strain bakteri staphylococcus aureus, yaitu Methicillin-Resistant Stapylococcus aureus (MRSA).

Penanganan MRSA resisten memerlukan tindak lanjut mengingat sifatnya resisten terhadap antibiotik penisilin semi sintesis.5 Resistensi yang terjadi disebabkan karena adanya perubahan pada penicillin-binding protein 2 (PBP2) menjadi penicillin-binding protein 2a (PBP2a) dengan afinitas yang sangat lemah terhadap antibiotika golongan betalaktam.6,7 Hingga saat ini, antibiotik pilihan yang digunakan dalam menangani kasus MRSA adalah vankomisin. Namun, penggunaan antibiotik ini masih dipertanyakan karena memiliki efek bakterisidal yang lebih lambat dibandingkan antibiotik betalaktam lainnya. Selain itu juga terdapat laporan kasus mengenai vancomycin-intermediet S. aureus (VISA), dan vancomycin-resistant S. aureus (VRSA).6 Munculnya peningkatan resistensi MRSA terhadap antibiotik vankomisin dapat mempersulit penanganan Staphylococcus aureus multiresisten. Hal tersebut mendorong pengembangan antibiotika alternatif terhadap bakteri MRSA. Antibibiotika alternatif yang ada seperti linezolid memiliki efek yang lemah karena bersifat bakteristatik terhadap bakteri Enterococci dan Staphylococci yang dinyatakan sebagai penyebab infeksi nosokomial.8

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui daya hambat ekstrakmetanol daunnubikjalarfungu (Ipomoea batats L.) terhadap pertumbuhanvMRSA ATCC 3351.

BAHAN DAN METODE

Untuk membuktikan adanya efek antibakteri MRSA dirancang suatu penelitian eksperimental dengan metodemPostnTestbOnlydControlfGroupmDesign.Sampel penelitian dikelompokkan menjadi kelompok kontrol (K) dan

kelompok perlakuan (P). Kelompok kontrol adalah kontrol negatif (K1, K1’), dan kontrol positif yaitu antibiotik

linezolid (K2, K2’) yang dibandingkan dengan tabel Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) mengingat tidak tersedianya interpretasi zona hambat untuk antibiotik vankomisin. Kelompok perlakuan (P) terdiri dari empat kelompok      berdasarkan      dosis      penggunaan

ekstrak0etanol0daun0ubi0jalar0ungu kering dan segar (Ipomoea batatas L.) pada masing-masing isolat bakteri0MRSA denganskonsentrasi 10% (P1, P1’), 20% (P2, P2’), 40% (P3. P3’), dan 80% (P4, P4’).

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Pangan Teknologi Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Sampel daun0ubi0jalar0ungu diperoleh dari perkebunan Subak Sana di Kabupaten Karangasem dengan daun muda, segar, tidak berjamur yang dipetikpada pagi hari pukul 09.00-10.00.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, timbanganoanalitik, aluminium foil, kertasmsaring, gelas ukur, rotaryoevaporator, ose,

lampur spiritus, inkubator, kapas lidi steril, pinsetm jangka sorong, cawan petri, tabung Erlenmeyer, mikropipet, blueitips, yellowltips, dan paper disc.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain daunjubimjalarjungu, biakan murni bakteri MRSA ATCC 3351, Linezolid, Muller Hinton Agar (MH), auqadest, larutan Mc Farland 0,5, etanol 96%, cakram antibiotik, dan blank disc.

Preparasi Sampel

Daun Kering

Sampel daunlubiljalarlungu sebanyak 900 gr yang telah diperoleh disortir basah, dicucinhingga bersih, dan dikering anginkanmselama 7 hari. Selanjutnya simplisia kering dihaluskan sampai menjadi bubuk menggunakan blender. Daun Segar

Sampel daunkubikjalarkungu yang diperoleh sebanyak 400 gr disortir basah, selanjutnya dicuci pada air mengalir hingga bersih, dan ditiriskan hingga kering. Kemudian daun dipotong kecil-kecil, direndam dengan etanol 96%, dan dihaluskan dengan blender.

Ekstraksi sampel

Pembuatan ekstrak daun kering dan segar dilakukan dengan menggunakan metode maserasi, sebanyak 150 gr simplisia kering dan 400 gr daunjubijungu segar masing-masing direndam menggunakan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10 dan dibiarkan termaserasi selama 24 jam di tempat tanpa paparan sinar matahari. Selanjutnya dilakukan penyaringan, endapan yang tersisa kemudian kembali dimaserasi dengan pelarut. Filtrat yang dihasilkan dari maserasi pertama dan kedua dicampur dan dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator pada suhu 400C hingga didapatkan ekstrak kental (konsentrasi 100%).

Analisis Senyawa Metabolit Sekunder

Analisis senyawa metabolit sekunder dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa kimia yang terkandung didalam ekstrak daun ubi jalar ungu kering dan segar. Analisis senyawa aktif yang dilakukan antara lain flavonoidh, kadar taninh, total fenolh, dan saponinh.

Persiapan dan Uji Daya Hambat

Tahap persiapan yang dilakukan antara lain identifikasi dan isolasi bakteri, pembuatan media kultur, persiapan kontrol positif dan negatif, serta persiapan larutan uji dengan melarutkan ekstrak kental dengan etanol 96% sesuai konsentrasi perlakuan yakni 10%, 20%, 40%, dan 80%.

Aktivitas antibakteri dilakukan dengan pengujian dayanhambat dilakukan dengan menggunakan metode difusimagar (Kirby-Bauer). Paper disc disiapkan pada cawan petri kosong dan ditambahkan masing-masing larutan uji dan didiamkan selama 1 jam. BakterikMRSA digores secara merata pada permukaan media agar. Paper disc diletakkan sesuai dengan penandaan konsentrasi dan kontrol pada cawan petri. Selanjutnya dilakukan proses inkubasi dalam inkubatordpada suhu 37ºC selama 18-24 jam. Pengamatanlzonaphambat dilakukan setelah 1x 18-24 jam

masa inkubasi. Daerah bening yang terbentuk merupakaan tanda kepekaan bakteri terhadap antibakteri. Diameterdzonanhambat yang terbentuk diukur dengan jangka sorong dalam millimeter.

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara statistik untuk mengetahui sebaran data. Data hasil penelitian didapatkan distribusinya tidak normal dan tidak homogen sehingga dilakukan uji non parametrik yaitu Uji Kruskal-Wallis.

Penelitian ini sudah mendapatkan izin dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan Nomor:539/UN14.2.2.VII 14/LP/2019.

HASIL

Ekstraksi Daun Ubi Jalar Ungu

Prosesnekstraksi diawali dengan penyiapan bahan baku berupa daunlsegarlubigjalargungu yang didapatkan dari Perkebunan Subak Sana, Kabupaten Karangasem. Ekstraksi dilakukan terhadap daun segar dan daun yang telah dikeringkan.

Tabel 1. Hasil Rendemen Esktrak yang diperoleh

Bobot Basah     Bobot Kering

Ekstrak

(gr)                 (gr)

Bobot Ekstrak (gr)

Kering         900

150             20


Segar          400              400             30

Analisis Senyawa Metabolit Sekunder

Pada penelitian ini dilakukan analisis metabolit sekunder secara kuantitatif untuk senyawavflavonoid, taninl, dan fenold, dan analisis kualitatif pada senyawa saponin.

Tabel 2. Kadar Total Senyawa Metabolit Sekunder

Total Fenol         Flavonoid

Ekstrak       (mg/100g GAE)       (mg/100g)

Kadar Tanin (mg/100

Kadar Saponin g TAE)

Daun Kering           6003,85           39896,87

6056,16                      +

Daun Segar            3708,28           21590,91

1976,58                      +

GAE : Gallic Acid Equivalent; TAE : Tanat Acid Equivalent

Tabel 3. Hasil Pengukuran Zona Hambat Antibakteri Ekstrak Etanol Daun0Ubi0Jalar0Ungu Kering terhadap Bakteri MRSA

ATCC 3351

Kelompok Perlakuan

Diameter ZonanHambat           Median

I      II      III     IV      V      (Min-Max)            Nilai P

K1 : Kontrol (-)

0      0       0       0       0            0

K2 : Kontrol (+)

33     33      33      35     34,8      33 (33 – 35)             0,001

P2 : Ekstrak konsentrasi 20%

7      6,9     6,89      7      6,86    6,9 (6,86 – 7,00)

P3 : Ekstrak konsentrasi 40%

10     9,8      10      10      9,9      10 (9,8 – 10)

P4 : Ekstrak konsentrasi 80%

11    10,85     11     10,79     11      11 (10,79 – 11)

Uji Daya Hambat

Diameterfzonaghambat yang terbentuk pada ekstrak daun kering dan segar terhadap bakteril MRSA diukur dengan jangka sorong setelah dilakukan inkubasifselama 24 jam. Data hasil pengukuran diameterdzonaehambat diperoleh kemudian dilakukan analisis menggunakan SPSS.

Ekstrak Daun

Hasil pengujian pada ekstrakhdaun yang dikeringkan menunjukkan distribusi data yang tidak normal dan tidak homogen sehingga selanjutnya dilakukan uji non-parametrik yaitu Uji Kruskal-Wallis. Tabel 3 menunjukkan uji non-parametrik Kruskal-Wallis, dengan nilai signifikansi p = 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrakndaun kering aktif menekan pertumbuhan bakteri MRSA. Hasil Uji Mann Whitney menyatakan adanya perbedaan diameter zona hambat diantara konsentrasi. Pada uji Mann Whitney menunjukkan hampir seluruh kelompok perlakuan, kecuali ekstrak 10% menghasilkan nilai p<0,01. Hal tersebut menyatakan adanya perbedaan bermakna diantara setiap kelompok perlakuan.

Pada ekstrakmetanolmdaunmsegarnubinjalar ungu dengan berbagai konsetrasi tidak menunjukkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhanfbakterifMRSA ATCC 3351, kecuali pada kontrol positif dengan diameter zona hambat sebesar 34mm.

PEMBAHASAN

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu Kering

Hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrakketanolgdaunuubiljalariungu kering dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 80% memiliki diameterjzonakhambat yang berkisar antara 6,9 mm - 11 mm, sedangkan pada konsentrasi 10% tidak terbentuk adanya zona hambat. Berdasarkan klasifikasi Davis and Stout (1971), ekstrak kering dengan konsentrasi 20% dan 40% memiliki respon hambatan yang sedang. Sedangkan pada ekstrak dengan konsentrasi 80% memiliki respon hambatan kuat terhadapfpertumbuhan bakteribMRSA.9 Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan sebanding dengan diameterozonafhambatmyang terbentuk.

Efek antibakteri padajekstrakudaun ubi jalar ungu kering terhadap pertumbuhanibakterijMRSA terjadi karena kandungan senyawa metabolit sekunder. Daunhubitjalarwungu pada penelitian ini mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoidf, saponind, taninf, dan jfenol. Masing-masing senyawa tersebut memiliki mekanisme antibakteri yang berbeda.

Senyawa fenolfdapat menyebabkan terhambatnya biosintesis dan aktivitas enzim-enzim yang diperlukan. Fenolrdapat mengakibatkan kebocoran sehingga isi sel bakteri keluar karena adanya peningkatan permeabilitas membran melalui pemutusan ikatan peptidoglikan dengan merusak ikatan hidrofobik komponen membran sel (protein dan fosfolipid) dan larutnya komponen yang berikatan secara hidrofobik.10 Senyawa flavonoidk memiliki aktivitas antibakteri dengan menghambat

replikasi dan transkripsi DNA bakteri dengan menginhibisi topoisomerase tipe II.10 Selain itu, senyawa ini juga menyebabkan terhambatnya pembentukan metabolisme dan penggunaan oksigen oleh bakteri dengan menghambat sitrokrom C reduktase.11

Taninhdapat menyebabkan tidak terbentuknya sel bakteri dengan menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase.12 Mekanisme saponinf sebagai antibakterit yaitu dengan mengganggu permeabilitas membran sel bakteri. Saponinr merusak sel darah dengan interaksi antara aglikon hidrofobik dan lapisan lipid sehingga dapat memasuki membran. Interaksi tersebut menyebabkan terjadinya kebocoran pada dinding sel bakteri sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan ion dan terjadi lisis.12

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fajar, yakni ekstrakldaunoubigjalar ungu dengan pelarut etanol 70% dapat menghambat pertumbuhankbakterilStaphylococcus aureus dan Pseudomonas areuginosa dengan respon hambatan yang sedang dan kuat.13 Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmawati, yakni menguji efek antibakteri sediaan sabun mandi cair ekstrakadaunuubiojalarpungu dengan pelarut 70% terhadap bakteri Eschericia coli.14

Pada penelitian tersebut didapatkan respon hambatan yang sedang. Perbedaan hasil zona hambat yang terbentuk pada beberapa penelitian tersebut terjadi karena adanya perbedaan spesies bakteri. Dinding sel bakteri memengaruhi terjadinya perbedaan sensitivitas bakteri terhadap antibakteri. Pada bakteri gramjpositif, struktur dindingnya lebih sederhana dibandingkan dengan bakterijgram negatif sehingganantibakteriyekstrakmdaunnubi ungu akan lebih mudah masuk ke dalam sel bakteri gramhpositif.15 Pada bakteri gramhnegatif dilapisi oleh lipid bilayer sehingga akan lebih susah untuk ditembus oleh antibakteri.16

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu Segar

Hasil penelitian menunjukkan pada ekstraktetanolmdaunjubiajalar ungu segar tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhankbakterioMRSA ATCC 3351. Hal tersebut terjadi karena pada saat proses ekstraksi tidak dilakukan pengeringan sehingga masih memiliki kandungan air yang tinggi. Proses pengeringan dapat menyebabkan berkurangnya kadar air sehingga mampu menghentikan reaksi enzimatik yang dapat mencegah terjadinya penurunan mutu ataupun kerusakan simplisia, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.17 Masih terdapatnya kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan enzim masih bekerja untuk menguraikan senyawa aktif.18

Pada penelitian masih terdapat beberapa kekurangan yakni belum dilakukannya uji aktivitas antibakteri dengan konsentrasi yang lebih tinggi, uji konsentrasijhambathminimum (KHM), uji konsentrasi bunuh minimum (KBM). Penelitian ini juga belum bisa menyatakan senyawa metabolit yang paling potensial sebagai antibakteri dan mekanisme kerjanya.

SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% daunnubirjalaraungunkering (Ipomoea batatas L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA ATCC 3155.

Sedangkan     pada     ekstrak     etanol      96%

daunaubiqjalarwunguysegar (Ipomoea batatas L.) tidak memiliki         daya         hambat         terhadap

pertumbuhanobakteri0MRSA dan tidak memiliki perbedaan daya hambat yang bermakna dengan kelompok kontrol negatif.

SARAN

Perlu dilakuannya penelitian mengenai konsentrasi hambatnminimum,    konsentrasi0bunuh0minimum    pada

pertumbuhan0bakterifMRSA ATCC 3351, dan aktivitas antibakterimekstrakfetanolrdaunvubi jalar ungu terhadap pathogen prioritas lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Sutrisno dan Silitonga TS. Pengelolaan plasma nutfah nabati (tumbuhan dan tanaman) sebagai aset dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Apresiasi Pengelolaan Plasma Nutfah. Bogor, 23-27 Juni 2003.

  • 2.    Khaerani,kBarium     H,     dan     NoncimFY.

Efektivitaspinfusa daun ubi jalar (ipomea batatas l) terhadap peningkatan trombosit pada mencit (mus musculus). Jurnal Jurusan Farmasi   FIK.

2014;2(1).h.24-7.

  • 3.    Apriliyanti,lT. Kajian sifathfisikokimia dan sensori tepung ubi jalar ungu (ipomoea batatasblackie) dengan variasi proses pengeringan.  [skripsi].  Universitas

Sebelas Maret. 2010.

  • 4.    WorldjHealthmOrganization. Globalbpriority list of antibiotic-resistantobacteria to guide research, discovery, and development of new antibiotics. WorldhHealthfOrganization. 2017.

  • 5.  Wang0L, Barrett JF. Methods inomolecular biology;

methicillin-resistant staphylococcus aureus protocols. Totowa-New Jersey; Humana Press Inc. 2007.h. 209-20

  • 6.  Yuwono.  Pandemi resisten antimikroba:  belajar

dariyMRSA. Jurnal Kedokteran dan  Kesehatan.

2010;42(1).h. 2837-50

  • 7.  Yuwono.  Staphylococcus aureus dan  Metichillin

Resistant Staphylococcus aureust(MRSA). Departemen

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2012.h. 1-15.

  • 8.    Jawetz Ernest and W. Levinso. Medical microbiology & immunology. Singapore: Mc Graw Hill. 2002.

  • 9.  Ambarwati.   Efektivitaspzatrantibakteripbiji   mimba

(Azadirachta indica) untuk menghambat pertumbuhan Salmonella  thyposa dan Staphylococcus  aureus.

Biodiversita. 2007;8(3).h. 320-325.

  • 10. Tuntun,pM.  Uji EfektivitasoDaunoPepaya  (Carica

papaya L) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, Jurnal Kesehatan. 2016;7(3).h.497- 502.

  • 11.    Cushnie,      Timland0Lamb,      Andrew      J.

AmtimicrobialActivity of Flavonoids. International Journal of Antimicrobial AgentsI. 2005:26.h.343-356

  • 12.    NuriaoMC, Faizatun0A, Sumantri. Uji antibakteri ektrak0etanol daun jarak pagar (Jatropha cuircas L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25923, dan Salmonella typhi ATCC 1408. JIIP 2009;5(2).h.26-37.

  • 13.    Fajar SDR. Uji aktivitaslantibakterinekstrak etanol daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas var ayamurasaki) terhadapcbakteri staphylococcus aureus dan pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi agar. [Undergraduate (S1) Thesis], Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2013.

  • 14.    Rahmawati DS. Formulasi dan ujibantibakteri sediaanesabunqmandi    cair    ekstrakdetanolrdaun

ubiojalarpungu (Ipomoea batatas poir) terhadaplbakteri escherichia coli. [Skripsi]. Program Studi Farmasi, Universitas Islam Indonesia. 2018.

  • 15.    Yunita,sDW.       Aktivitas       antibakterioekstrak

etanolokayulsecang (Caesalpinia sappan L.) terhadapnStaphylococcuswaureus atcc 25923, Shigella sonnei atcc 9290, dan Escherichia coli atcc 25922. [Skripsi]. Surakarta:  Universitas Muhammadiyah

Surakarta. 2012.

  • 16.    SilhavynTJ, KahnelD, WalkerlS. The bacterial celllenvelope. Cold Spring Harb Perspect Biol. 2010;2.h.1-16.

  • 17.    Depkes RI. Cara pembuatan simplisia. Depkes: Jakarta. 1985.

  • 18.    PramonolS. Penanganan pasca panen dan pengaruhnya terhadap efekjterapi obatyalam. Seminar Pokjanas TOI XXVIII. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor, 15-18 Sept.2005.h 1-6

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i7.P18

102