Gambaran Gejala Klinis Pasien Anak COVID-19 di RSUP Sanglah Denpasar
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.4,APRIL, 2022

Diterima: 2021-04-29 Revisi: 2021 -08- 15 Accepted: 2022-06-21
GAMBARAN GEJALA KLINIS PASIEN ANAK COVID-19 DI RSUP SANGLAH DENPASAR Ni Nyoman Ayu Semanggiasih1, I Gusti Ngurah Made Suwarba2, I Ketut Ariawati2, I Made gede Dwi Lingga Utama2
1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, 2SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar e-mail: mangayu25@gmail.com
ABSTRAK
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah suatu penyakit akibat terinfeksi coronavirus baru dengan nama SARS-CoV-2 serta bisa menular antar manusia. Penularan COVID-19 terjadi lewat droplet yang dihasilkan oleh orang yang terinfeksi. Mudahnya penularan COVID-19 menyebabkan kasus COVID-19 semakin meningkat. Terhitung tahun 2020 jumlah kasus anak positif COVID-19 di Indonesia mencapai 37.706 kasus. Bali merupakan salah satu provinsi terdampak dengan kasus anak positif COVID-19 mencapai 1.524 kasus. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui gambaran gejala klinis pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan usia, jenis kelamin, dan komorbid. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel penelitian menggunakan non-probability sampling dengan teknik Consecutive sampling. Data yang diambil berupa data sekunder pasien yang tercatat pada rekam medis pada Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah periode Maret 2020 – Maret 2021. Sampel yang diambil sebanyak 75 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan gejala klinis yang ditemukan adalah demam, pilek, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, napas cepat, mual/muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala, dan kelelahan, dimana demam merupakan gejala terbanyak (74,7%). Pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah paling banyak laki-laki, kelompok usia terbanyak yaitu 11-18 tahun, dan paling banyak tidak memiliki komorbid. Komorbid yang paling banyak ditemukan adalah keganasan.
Kata kunci : COVID-19., Gejala klinis., Anak., RSUP Sanglah.
ABSTRACT
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is a human-transmittable disease induced by infection with a novel coronavirus known as SARS-CoV-2. COVID-19 is spread via infected individuals' droplets. COVID-19 cases are continuing to rise as a result of its ease of transmission. In Indonesia, there were 37.706 COVID-19 incidences in children as of 2020. COVID-19 instances in children have reached 1.524 in Bali, making it one of the worst-affected provinces. Based on age, gender, and comorbidities, the goal of this study is to establish the clinical symptoms of COVID-19 positive pediatric patients at Sanglah Hospital Denpasar. This research employs a descriptive method in conjunction with a cross-sectional research design. Non-probability sampling with consecutive sampling was utilized. The information gathered is secondary patient information recorded in medical records at the Sanglah Hospital Medical Record Installation between March 2020 and March 2021.A total of 75 samples were used. The results of this study showed that the clinical symptoms found were fever, cough, runny nose, sore throat, shortness of breath, rapid breathing, nausea/vomiting, diarrhea, abdominal pain, headache, and fatigue, where fever was the most common symptom (74.7%). Most positive COVID-19 pediatric patients at Sanglah Hospital are male, the most age range is 11-18 years, and most have no comorbidities. The most common comorbidity was malignancy
Keywords : COVID-19, Clinical Symptoms, Children, Sanglah Hospital
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2022.V11.i06.P17
PENDAHULUAN
Pada tahun 2019 di China (Wuhan) ditemukan penyakit baru yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO). Penyakit tersebut kita kenal dengan istilah Coronavirus disease 2019 (COVID-19). COVID-19 yakni suatu penyakit akibat terinfeksi coronavirus baru dengan nama SARS-CoV-2 serta bisa menular antar manusia. Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dihasilkan oleh orang yang terinfeksi. Mudahnya penularan COVID-19 menyebabkan kasus COVID-19 terus meningkat1.
Peningkatan kasus COVID-19 berlangsung cepat, terhitung tanggal 1 Juli 2021, di dunia total kasus COVID-19 sudah mencapai 181.930.736 kasus dari 224 negara yang melaporkan kasus baru, termasuk Indonesia (WHO, 2021). Indonesia termasuk negara terdampak COVID-19, dengan kasus mencapai 2.203.108 kasus2. Jumlah kasus di Indonesia juga disumbangsihkan dari angka kasus anak. Selama tahun 2020, jumlah kasus anak yang terkonfirmasi COVID-19 sudah mencapai 37.706 kasus. Bali merupakan 10 provinsi terbanyak yang menyumbangkan kasus pada anak. Terhitung tahun 2020, jumlah kasus di Bali sudah mencapai 17.593, dimana 1524 diantaranya merupakan kasus pada anak3.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan COVID-19 terhadap anak faktor usia, jenis kelamin, komorbid, serta lingkungan. Usia dikaitkan dengan imunitas dari anak yang belum sempurna terbentuk saat masih kecil. Jenis kelamin dikaitkan dengan hormon yang dimiliki oleh perempuan yang dapat meningkatkan imunitasnya. Komorbid atau penyakit penyerta pada anak yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19 seperti gangguan genetik, gangguan autoimun, CKD, CHD, Cerebral Palsy, Tuberkolosis, Malnutrisi, Keganasan, Meningitis, gangguan pernapasan. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat meningkatkan penularan COVID-19 terhadap anak seperti, kontak erat dengan orang tua, teman bermain, serta tinggal di tempat yang melaporkan transmisi lokal.3.Kasus COVID-19 di Bali ditegakkan berdasarkan RT-PCR dan RDT-Ag. Pasien yang terkonfirmasi dapat mengalami gejala maupun tidak bergejala4.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) menyebutkan bahwa gejala klinis COVID-19 adalah nyeri tenggorokan, batuk, demam, rhinorrhea, sakit kepala, malaise, sesak napas, nyeri otot5. Hasil penelitian dari Soebandrio dkk., 2021 menyebutkan gejala klinis COVID-19 pada anak Indonesia paling banyak adalah batuk sebesar (57,4%), lalu diikuti kelelahan (39,7%), demam (36,8%), sesak napas (22,1%)6. Penelitian di Bali tahun 2021 menyatakan bahwa gejala yang dialami adalah batuk (21%), demam (17,7%) sakit tenggorokan (5,4%), sesak napas (3,8%), anosmia (0,5%), diare (0,4%)7. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Korea tahun 2021 menyebutkan bahwa gejala klinis COVID-19 pada anak paling banyak adalah demam sebesar 68% lalu diikuti batuk (41%), sakit tenggorokan (29%), pilek (27%), sakit kepala
(16%), diare (12&), mual/muntah (7%)8. Penelitian di Alberta tahun 2021 juga menyatakan bahwa demam merupakan gejala terbanyak yaitu sebesar 25,5%, lalu diikuti batuk (24,5%), pilek (19,3%), sakit kepala (15,7%), sakit tenggorokan (15,7%), anosmia/ageusia (7,7%), sesak napas (6,6%), anoreksia (3,8%), serta mual/muntah (3,5%)9.
Informasi mengenai gejala klinis yang dialami pasien COVID-19 sangat penting diketahui oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan. Hal ini dapat meningkatkan kewaspadaan apabila menemukan gejala yang mengarah ke COVID-19, sehingga dapat menerima penanganan yang cepat dan tepat pada gejala yang dialami. Kewaspadaan akan COVID-19 dapat membantu mencegah timbulnya gejala berat pada pasien serta dapat menekan penyebaran COVID-19 yang kian meluas 10.
Berkaitan dengan pentingnya informasi mengenai gejala klinis COVID-19 untuk diketahui oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan, serta beragamnya gejala klinis COVID-19, maka peneliti tertarik untuk mencari lebih banyak tentang gambaran gejala klinis pada pasien COVID-19.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini termasuk deskriptif retrospektif yaitu penelitian dengan melakukan pengambilan data (observasi) terhadap kejadian dimasa lampau. Desain penelitian iniiadalah potong lintang (cross sectional) yakni data yang diambil hanya sekali pada setiap sampel. Pengumpulan Sampel menggunakan non-probability sampling dengan teknik Consecutive sampling. Consecutive sampling adalah mengambil sampel dengan menetapkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian hingga sebesar jumlah sampel yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu.
Data yang digunakan adalah data sekunder pada rekam medis pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah Denpasar periode 11 Maret 2020 – 31 Maret 2021 Jumlah sampel yang digunakan adalah 75 sampel. Data rekam medis dicatat gejala klinis, usia, jenis kelamin, dan komorbid, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik beserta penjelasan.
HASIL
Gejala klinis COVID-19 yang paling banyak dialami anak-anak adalah demam sebesar 74,7%, sedangkan yang paling sedikit adalah napas cepat (2,7%). Adapun distribusi dari gejala klinis COVID-19 pada pasien anak di RSUP Sanglah Denpasar dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1 Grafik Distribusi Gejala Klinis COVID-19 pada Pasien Anak di RSUP Sanglah Denpasar
Distribusi dari data hasil penelitian yang menggambarkan tentang gejala klinis pada pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah berdasarkan jenis kelamin dijabarkan pada Tabel 1. berikut:
Tabel 1 Distribusi Gejala Klinis pada Pasien Anak di RSUP Sanglah Denpasar Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Perempuan (n=36) |
Laki-Laki (n=39) | |
Gejala, n (%) | ||
Demam |
27 (75) |
29 (74,4) |
Batuk |
17 (47,2) |
16 (41) |
Pilek |
7 (19,4) |
4 (5,7) |
Sakit Tenggorokan |
4 (11,1) |
5 (12,8) |
Sesak napas |
17 (47,2) |
10 (25,6) |
Napas Cepat |
0 (0) |
2 (5,1) |
Mual/muntah |
7 (19,4) |
5 (12,8) |
Diare |
5 (13,9) |
3 (7,7) |
Nyeri Perut |
5 (13,9) |
2 (5,1) |
Sakit Kepala |
1 (2,8) |
3 (7,7) |
Kelelahan |
7 (19,4) |
10 (25,6) |
Berdasarkan Tabel 1, jumlah pasien anak positif COVID-19 yang bergejala sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 anak (52%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 anak (48%). Pada anak laki-laki gejala klinis yang paling sering dialami adalah demam sebanyak 29 anak (74,4%), sedangkan gejala yang paling sedikit adalah nyeri perut dan napas cepat yaitu 2 anak (5,1%). Pada anak perempuan gejala klinis yang paling banyak dialami adalah demam sebanyak 27 anak (75%), sedangkan gejala yang paling sedikit adalah sakit kepala sebanyak 1 anak (2,8%).
Distribusi gejala klinis pada pasien anak di RSUP Sanglah berdasarkan kelompok usia dijabarkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Distribusi Gejala Klinis pada Pasien Anak di RSUP Sanglah Denpasar Berdasarkan Usia
Kelompok Usia (tahun) | ||||
<1 |
1-5 |
6-10 |
11-18 | |
(n=18) |
(n=11) |
(n=20) |
(n=26) | |
Gejala, n (%) | ||||
Demam |
11 (61,1) |
7 (63,6) |
17 (85) |
21 (80,8) |
Batuk |
5 (27,8) |
3 (27,3) |
9 (45) |
16 (61,5) |
Pilek |
4 (22,2) |
1 (9,1) |
3 (15) |
3 (11,5) |
Sakit |
2 |
1 |
4 |
2 |
Tenggorokan |
(11,1) |
(9,1) |
(20) |
(7,7) |
Sesak napas |
11 (61,1) |
4 (36,4) |
5 (25) |
7 (26,9) |
Napas Cepat |
2 (11,1) |
0 (0) |
0 (0) |
0 (0) |
Mual/muntah |
1 (5,6) |
2 (18,2) |
4 (20) |
5 (19,2) |
Diare |
4 (22,2) |
0 (0) |
2 (7,7) |
2 (7,7) |
Nyeri Perut |
1 (5,6) |
1 (9,1) |
3 (15) |
2 (7,7) |
Sakit Kepala |
0 (0) |
0 (0) |
2 (10) |
2 (7,7) |
Kelelahan |
2 (11,1) |
3 (27,3) |
8 (40) |
4 (15,4) |
Rentangan usia anak pada penelitian ini yakni 0-18 tahun yang kemudian dikelompokkan menjadi <1 tahun, 1-5 tahun, 6-10 tahun, 11-18 tahun. Berdasarkan data rekam medis, rata – rata usia pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah yang bergejala adalah 7,58 tahun.
Berdasarkan Tabel 2, jumlah pasien anak positif COVID-19 yang bergejala terbanyak berada pada rentang usia 11-18 tahun sebanyak 26 anak (34,7%), dan usia yang paling sedikit adalah rentang usia 1-5 tahun sebanyak 11 anak (14,7%). Anak dengan usia <1 tahun, paling banyak ditemukan mengalami gejala demam sebesar 61,1% dan gejala paling sedikit adalah nyeri perut (5,6%). Anak usia 15 tahun paling banyak ditemukan mengalami gejala demam (63,3%), sedangkan gejala yang paling sedikit ditemukan adalah pilek (9,1%), sakit tenggorokan (9,1%), nyeri perut (9,1%). Anak usia 6-10 tahun paling banyak ditemukan gejala demam (85%), sedangkan gejala yang paling sedikit adalah diare (7,7%) an sakit kepala (7,7%). Anak usia 11-18 tahun paling banyak ditemukan mengalami gejala demam (80,8%), sedangkan gejala paling sedikit adalah sakit tenggorokan (7,7%), diare (7,7%), nyeri perut (7,7%), dan sakit kepala (7,7%).
Distribusi dari data hasil penelitian yang menggambarkan tentang gejala klinis pada pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah berdasarkan komorbid dijabarkan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Distribusi Gejala Klinis pada Pasien Anak di RSUP Sanglah Denpasar Berdasarkan Komorbid
Ada Komorbid (n=29) |
Tidak Ada Komorbid (n=46) | |
Gejala, n (%) | ||
Demam |
19 (65,5) |
37 (80,4) |
Batuk |
16 (55,2) |
17 (37) |
Pilek |
5 (17,2) |
6 (13) |
Sakit Tenggorokan |
3 (10,3) |
6 (13) |
Sesak napas |
17 (58,6) |
10 (21,7) |
Napas Cepat |
1 (3,4) |
1 (2,2) |
Mual/muntah |
3 (10,3) |
9 (19,6) |
Diare |
0 (0) |
8 (17,4) |
Nyeri Perut |
0 (0) |
7 (15,2) |
Sakit Kepala |
1 (3,4) |
3 (6,5) |
Kelelahan |
12 (41,4) |
5 (10,9) |
Berdasarkan Tabel 3, pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah paling banyak ditemukan tidak memiliki komorbid sebanyak 46 anak (61,3%), sedangkan yang memiliki komorbid sebanyak 29 anak (38,7%). Gejala yang ditemukan pada anak yang memiliki komorbid paling banyak adalah demam (65,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah napas cepat (3,4%) dan sakit kepala (3,4%). Anak yang tidak memiliki komorbid paling banyak ditemukan memiliki gejala demam (80,4%) sedangkan yang paling sedikit adalah napas cepat (2,2%).
Distribusi komorbid yang ditemukan pada anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah yang bergejala dapat dilihat pada Gambar 5.3 berikut:
Gambar 2 Distribusi Komorbid Pasien Anak Positif COVID-19 di RSUP Sanglah Denpasar
Berdasarkan Gambar 2, komorbid yang dimiliki oleh pasien anak positif COVID-19 yang bergejala adalah keganasan sebanyak 15 anak (51,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah Talasemia 1 anak (3,4%).
PEMBAHASAN
Merujuk dari data hasil penelitian ini, gejala yang dialami pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah yaitu demam, pilek, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, napas cepat, mual/muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala, dan kelelahan. Hal ini sesuai dengan penelitian di Indonesia periode Maret 2020 – November 2020 menyebutkan bahwa gejala COVID-19 meliputi batuk, kelelahan, demam, pilek, sesak napas, muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan nyeri perut6. Gejala batuk, demam, dan sakit tenggorokan juga disebutkan dalam penelitian di Zhejiang, China pada tahun 2020 terhadap 36 pasien anak positif COVID-1911.
Gejala COVID-19 pada anak di RSUP Sanglah didominasi oleh demam sebesar 74,7%. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian di Alberta pada periode April 2020-September 2020 dan Zhejiang, China pada periode Januari 2020 – Maret 2020 yang menyebutkan bahwa demam adalah gejala terbanyak9,11. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian di Wuhan, China dan Korea pada tahun 2020, dimana gejala terbanyak adalah batuk8,12. Temuan gejala klinis pada anak positif COVID-19 pada fase awal infeksi biasanya menunjukkan gejala ringan, seperti demam dan batuk13.
Pada hasil penelitian ini ditemukan bahwa anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah Denpasar yang bergejala sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (52%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Purniti, dkk tahun 2021 yang menyebutkan kasus COVID-19 di Bali lebih banyak laki-laki (51,8%)7. Penelitian di China tahun 2020 juga menyebutkan kasus laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan14. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan jumlah sel CD4+ T perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan perempuan memiliki respon imun yang lebih baik15. Namun, beberapa studi menyebutkan tidak adanya perbedaan signifikan antara kedua jenis kelamin14,16.
Gejala klinis COVID-19 pada pasien anak di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan usia disebutkan bahwa kelompok usia terbanyak adalah 11-18 tahun (34,7%). Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan hasil penelitian di Bali yang menyebutkan bahwa kasus terbanyak terdapat pada kelompok usia 12-18 tahun sebesar 51,2%7. Selain itu, penelitian di Itali pada tahun 2020 juga menyebutkan bahwa rentang usia 13-17 tahun memiliki angka kejadian tertinggi yaitu 40,1%17. Penelitian di China pada tahun 2020 menyatakan mayoritas pasien berusia 5-16 tahun11. Namun, penelitian oleh Yoon dkk tahun 2020 menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik COVID-19 dari anak <10 tahun dan ≥10 tahun18. Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam distribusi usia anak yang terinfeksi COVID-19 dan anak dalam semua kalompok umur rentan terinfeksi COVID-19 14,19.
Dilihat dari ada atau tidaknya komorbid pada penelitian ini menyebutkan bahwa pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah yang bergejala paling banyak tidak memiliki komorbid yaitu 61,3%. Hal ini sesuai dengan
di Madrin, Spain periode Maret 2020 yang menyatakan bahwa pasien anak yang tidak memiliki komorbid paling banyak ditemukan yaitu 73%16. Selain itu, hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di Washington, DC bahwa 55% dari keseluruhan pasien anak positif COVID-19 yang diteliti tidak memiliki komorbid20.
Terkait komorbid yang dimiliki oleh anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah yang bergejala, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa komorbid yang ditemukan adalah Penyakit Jantung Bawaan, Tuberkolosis, HIV, Talasemia, SLE, Meningitis, Asma dan Keganasan. Hal ini sesuai dengan penelitian di Indonesia tahun 2020 yang menyebutkan bahwa komorbid yang ditemukan adalah penyakit autoimun, penyakit jantung bawaan, tuberkolosis, dan keganasan3. Selain itu penelitian di Amerika Utara dan Hubei, China, menyebutkan bahwa Penyakit Jantung Bawaan dan Keganasan adalah komorbid yang ditemukan21,22.
Berdasarkan distribusi frekuensi penyakit komorbid, penelitian ini menjabarkan bahwa pasien anak positif COVID-19 di RSUP Sanglah yang begejala sebagian besar mengalami keganasan yaitu 51,7%. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian di Indonesia periode Maret 2020-Desember 2020 yang menyebutkan bahwa malnutrisi dan keganasan adalah dua komorbid yang paling banyak ditemukan3. Penelitian di Amerika periode Maret 2020-April 2020 menyebutkan hal yang sama21. Keganasan atau kanker pada pasien COVID-19 sering dikaitkan dengan imunosupresif, kelebihan sitokin, penghambatan pembentukan zat inflamasi, dan gangguan pematangan sel dendritik sehingga memiliki respon imun yang rendah23.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tiga gejala COVID-19 pada anak yang paling banyak adalah demam (74,7%), batuk (44%), dan sesak napas (36%). Kasus laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Rentang usia anak mayoritas pada usia 11-18 tahun (34,7%). Pasien anak paling banyak tidak memiliki komorbid (61,3%). Komorbid yang paling banyak adalah keganasan (51,7%).
Saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya yakni dapat melakukan penelitian analitik yang menghubungkan gejala klinis yang dialami pasien anak positif COVID-19 terhadap variabel yang terkait dengan jumlah sampel yang lebih besar.
REFERENCES
-
1. WHO. Coronavirus Disease (Covid-19) Situation
Report - 94. World Heal Organ. 2020;31(2):61-66.
-
2. WHO. Coronavirus (COVID-19). Published 2021.
-
3. Pudjiadi AH, dkk. Pediatric COVID-19: Report From
Indonesian Pediatric Society Data Registry. Front Pediatr. 2021;9(September):1-7.
-
4. Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/446/2021
Tentang Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen Dalam Pemeriksaan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).; 2021.
Sugihantono A, dkk. Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). 5th ed. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020. Soebandrio A, dkk. Characteristics of children with confirmed SARS-CoV-2 infection in Indonesia. J Clin Virol Plus. 2021;1(3):100027.
Purniti S, dkk. Demographic , clinical , and laboratory characteristics of children with confirmed Coronavirus disease 2019 ( COVID-19 ) in Bali. 2021;10(2):1-9.
Han MS, dkk. Clinical Characteristics and Viral RNA Detection in Children With Coronavirus Disease 2019 in the Republic of Korea. 2021;03080(1):73-80.
King JA, dkk. Symptoms associated with a positive result for a swab for SARS-CoV-2 infection among children in Alberta. Cmaj. 2021;193(1):E1-E9.
Mujiburrahman, dkk. Pengetahuan Berhubungan dengan Peningkatan Perilaku Pencegahan COVID-19 di Masyarakat. J Keperawatan Terpadu. 2020;2(2):130-140.
Qiu H, dkk. Clinical and epidemiological features of 36 children with coronavirus disease 2019 (COVID-19) in Zhejiang, China: an observational cohort study. Lancet Infect Dis. 2020;20(6):689-696.
Wu H, dkk. Clinical and Immune Features of Hospitalized Pediatric Patients with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in Wuhan, China. JAMA Netw Open. 2020;3(6):1-10.
Patel NA. Pediatric COVID-19: Systematic review of the literature. Am J Otolaryngol - Head Neck Med Surg. 2020;41(5):102573.
Dong Y, dkk. Epidemiology of COVID-19 among children in China. Pediatrics. 2020;145(6).
Penna C, dkk. Sex-related differences in COVID-19 lethality. Br J Pharmacol. 2020;177(19):4375-4385.
Tagarro A, dkk. Screening and Severity of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in Children in Madrid, Spain. JAMA Pediatr. 2021;175(3):316-317.
Bellino S, dkk. COVID-19 Disease Severity Risk Factors for Pediatric Patients in Italy. Pediatrics. 2020;146(4).
Yoon S, dkk. Clinical characteristics of asymptomatic and symptomatic pediatric coronavirus disease 2019 (Covid-19): A systematic review. Med. 2020;56(9):1-14.
Cui X, dkk. A systematic review and meta-analysis of children with coronavirus disease 2019 (COVID-19). J Med Virol. 2021;93(2):1057-1069.
DeBiasi RL, dkk. Severe Coronavirus Disease-2019 in Children and Young Adults in the Washington, DC, Metropolitan Region. J Pediatr. 2020;223:199-203.e1. Shekerdemian LS, dkk. Characteristics and outcomes of children with coronavirus disease 2019 (COVID-19) infection admitted to US and Canadian pediatric
intensive care units. JAMA Pediatr. 2020;174(9):868-873.
-
22. Zheng F, dkk. Clinical Characteristics of Children with Coronavirus Disease 2019 in Hubei, China. Curr Med Sci. 2020;40(2):275-280.
-
23. Susilo A, dkk. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. J Penyakit Dalam Indones. 2020;7(1):45.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2022.V11.i06.P17
96
Discussion and feedback