ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.12,DESEMBER, 2022


Diterima: 2022-10-03 Revisi: 2022-11-13 Accepted: 27-12-2022

FAKTOR TERJADINYA HEMORRHOID DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR BALI TAHUN 2020

Maria Angeline Ivana Surya1, Made Agus Dwianthara Sueta2, I Made Mahayasa2, I Made Mulyawan 2

  • 1.    Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali

  • 2.    Bagian/SMF Bedah Digestif RSUP Sanglah, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena atau pelebaran pembuluh darah vena dari pleksus hemorrhoidal inferior dan superior, dikarenakan peningkatan tekanan pembuluh vena. Kondisi ini menyerang kurang lebih 30 dari 52% orang dewasa di dunia. Penyebab dari hemorrhoid ini sendiri masih idiopathic atau belum banyak diketahui, tapi banyak faktor yang diduga menjadi risiko terjadinya hemoroid seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kurangnya konsumsi serat, konstipasi, dan overweight. Sedangkan untuk penelitian mengenai faktor risiko kejadian hemorrhoid di Bali masih sangat terbatas, terutama pada RSUP Sanglah Denpasar, sehingga belum ditemukan faktor risiko dominan tentang terjadinya hemorrhoid atau wasir tersebut. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor terjadinya hemoroid pada RSUP Sanglah Denpasar tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan consecutive sampling yaitu cara pengambilan sampel dimana semua subjek datang pada jangka waktu tertentu dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai besar sampel yang diperlukan terpenuhi. Terdapat 50 data penelitian yang terkumpul dengan 29 data dari pasien hemoroid dan 21 data dari pasien bukan hemoroid yang dirawat di poli bedah digestif RSUP sanglah Denpasar pada tahun 2020. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kurangnya konsumsi serat (PR= 1,75; IK95% 3,61(1,11-11,76); P=0,03), konstipasi (PR= 1,80; IK95% 4,53 (1,30-15,77); P= 0,014), dan overweight (PR= 1,7; IK95% 3,94 (1,14-13,65); P=0,027) dengan kejadian hemoroid dan tidak terdapat hubungan antara usia (PR= 0,89; IK95% 0,76 (0,24 – 2,38); P= 0.634), jenis kelamin (PR= 1,01; IK95% 1,03 (0,33 – 3,16); P=0,963), dan riwayat keluarga (PR= 1,44; IK95% 3,2 ( 0,33-30,94 ); P= 0,293) dengan kejadian hemoroid di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2020. Selanjutnya Berdasarkan analisa untuk melihat kekuatan hubungan masing-masing faktor resiko dengan kejadian Hemoroid, dengan menggunakan analisa multivariat regresi logistik, didapatkan penderita dengan konstipasi memiliki hubungan yang paling kuat dengan kejadian Hemoroid (p=0,028, IK95% = 1,19 – 22,92).

Kata kunIK : konstipasi, faktor risiko, hemoroid.

ABSTRACT

Hemorrhoids are dilated varicose veins or dilation of the veins of the inferior and superior hemorrhoidal plexuses, due to increased venous pressure. This condition affects approximately 30 of 52% of adults in the world. The cause of hemorrhoids itself is still idiopathic or not widely known, but many factors are suspected to be the risk of hemorrhoids such as age, gender, family history, lack of fiber consumption, constipation, and being overweight. Meanwhile, research on the risk factors for the occurrence of hemorrhoids in Bali is still very limited, espeIKally at Sanglah Hospital Denpasar, so that the dominant risk factors for the occurrence of hemorrhoids or hemorrhoids have not been found. Thus, this study aims to determine the factors for the occurrence of hemorrhoids at Sanglah Hospital Denpasar in 2020. This study is an observational analytic study with a cross sectional design. The data collection technique was carried out by consecutive sampling, namely a sampling method where all subjects came at a certain time and met the selection criteria and were included in the study until the required sample size was met. There were 50 research data collected with 29 data from hemorrhoidal patients and 21 data from non-hemorrhoidal patients who were treated at the digestive surgery poly at Sanglah Hospital Denpasar in 2020. The result of this study was that there was a significant relationship between lack of fiber consumption (PR = 1 .75; 95% IK 3.61 (1.11-11.76); P=0.03), constipation (PR= 1.80; 95% IK 4.53 (1.30-15.77); P = 0.014), and overweight (PR

= 1.7; 95% IK 3.94 (1.14-13.65); P = 0.027) with the inIKdence of hemorrhoids and there is no relationship between age (PR = 0.89; 95% IK 0.76 (0.24 – 2.38); P= 0.634), gender (PR= 1.01; 95% IK 1.03 (0.33 – 3.16); P=0.963) , and family history (PR = 1.44; 95% IK 3.2 (0.33-30.94); P = 0.293) with the inIKdence of hemorrhoids at Sanglah Hospital Denpasar in 2020. Furthermore, based on the analysis to see the strength of the relationship between each risk factor with the inIKdence of hemorrhoids, using multivariate logistic regression analysis, it was found that patients with constipation had a significant relationship the strongest gan with the inIKdence of hemorrhoids (p = 0.028, 95% IK = 1.19 – 22.92).

Keywords : constipation, risk factors, hemorrhoids.

PENDAHULUAN

Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena pleksus hemoroid inferior dan superior, akibat peningkatan tekanan vena. Kondisi ini menyerang kurang lebih 30 dari 52% orang dewasa di dunia.1

Menurut data dari badan kesehatan dunia (WHO) presentase angka kejadian hemorrhoid di seluruh negara adalah 54%. Di Indonesia sendiri, prevalensi hemorrhoid juga tergolong cukup tinggi. Menurut Depkes 2015, prevalensi hemorrhoid di Indonesia yaitu 5,7 persen dari total populasi yaitu 10 juta orang, namun yang berhasil terdiagnosis hanya 1,5% saja. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesda), penduduk Indonesia yang mengalami hemorrhoid sekitar 12,5 juta orang, sehingga dapat diperkirakan prevalensi hemorrhoid di indonesi tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta penduduk.2

Penyebab dari hemorrhoid ini sendiri masih idiopathic atau belum banyak diketahui, tapi banyak diduga disebabkan oleh bertambahnya usia, perbedaan jenis kelamin, kurangnya konsumsi serat, konstipasi, genetik, kurangnya olahraga, overweight, peningkatan tekanan intraabdomen karena berbagai sebab, obstruksi aliran pada vena akibat kehamilan, termasuk buang air besar dalam waktu lama. 3

Konstipasi sangat berperan besar dalam terjadinya hemorrhoid. Penyebab konstipasi sendiri ada berbagai hal, salah satunya usia yang semakin tua, hal ini disebabkan karena degenerasi pada jaringan tubuh akibat dari radikal bebas yang merusak sel, sehingga kemampuan otot sphincter pada anal canal melemah. Selain itu konstipasi disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan berserat, hal ini disebabkan karena konsistensi feses yang mengeras sehingga susah dikeluarkan dari rektum. Kemudian penyebab lain seperti kehamilan berakibat pada melambatnya motilitas usus karena adanya relaksasi otot di sekitar abdomen, untuk tempat janin berkembang, hal tersebut disebabkan oleh perubahan hormonal drastis, seperti progesteron. Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga dapat menyebabkan fungsi fisiologis dari otot pada abdomen menurun, sehingga dapat menyebabkan konstipasi. Beberapa hal diatas berisiko menyebabkan konstipasi (susah Buang Air Besar/ BAB) sehingga harus dibantu dengan kontraksi kuat pada otot sekitar anus atau bisa disebut dengan mengejan terlalu kuat, hal tersebut dapat memicu penekanan pada plexus hemorrhoidalis. Hal ini akan mengakibatkan tekanan pembuluh darah di sekitar anus meningkat dan vena hemorrhoidalis melebar. Penekanan pada plexus

hemorrhoidalis dan peregangan musculus sphincter akan menyebabkan terjadinya hemorrhoid.4

Selain konstipasi, beberapa hal juga menjadi faktor risiko dari hemorrhoid, seperti jenis kelamin, overweight dan genetik, hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan vena pada anal canal, sehingga dapat terjadi hemorrhoid.5

Terdapat beberapa penelitian di Indonesia tentang faktor yang berppengaruh terhadap kejadian hemorrhoid, sebuah penelitian di Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang didapatkan jumlah kasus hemorrhoid mencapai 87 orang pada 2017 dengan faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian hemorrhoid adalah riwayat konstipasi.6 Pada sebuah penelitian di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu didapatkan jumlah kejadian hemorrhoid yaitu 40 orang dengan faktor risiko umur diatas 40 tahun, riwayat keluarga, dan riwayat konstipasi.7

Sedangkan untuk penelitian mengenai faktor risiko kejadian hemorrhoid di Bali masih sangat terbatas, terutama pada RSUP Sanglah Denpasar, sehngga belum ditemukan faktor risiko dominan tentang terjadinya hemorrhoid atau wasir tersebut. Hal tersebut menyebabkan masyarakat umum terutama yang berdomisili di Bali kurang menyadari bahaya dari penyakit ini. Oleh karena uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Faktor Terjadinya Hemorrhoid di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Tahun 2020” sebagai bahan penelitian. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut pada RSUP Sanglah Denpasar, Bali.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain cross sectional yaitu mengambil data sekunder dari rekam medis pasien untuk mengetahui faktor terjadinya hemorrhoid di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2020. Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Waktu penelitian dilakukan pada Januari 2021 – November 2021 dengan mengambil rekam medis pasien periode Januari 2020 – Desember 2020. Sampel pada penelitian ini adalah Semua pasien yang dirawat diruang Bedah Digestive di RSUP Sanglah tahun 2020. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan teknik consecutive sampling.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, kehamilan, riwayat keluarga, konsumsi serat, aktivitas fisik, konstipasi, lama duduk, posisi buang air besar,

dan overweight, sedangkan variabel tergantung adalah kejadian hemorrhoid.

Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah Usia pasien yang ditulis dalam rekam medis pasien. dengan hasil ukur menurut DEPKES 2009 yaitu lansia ≥ 45 tahun. Jenis kelamin berdasarkan KTP yaitu laki-laki dan perempuan. Riwayat pada keluarga yang mempunyai penyakit serupa. Kurangnya konsumsi serat pada pasien seperti sayur dan buah, dengan nilai < 2 kali sehari. Konstipasi atau sembelit bisa diartikan dengan kurangnya frekuensi BAB (Buang Air Besar) bila dibandingkan dengan biasanya, dengan nilai < 3 kali seminggu. Overweight menurut WHO 2018 adalah keadaan seseorang yang memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2 pada penduduk Asia dewasa.

Data penelitian dikumpulkan dengan pengambilan sampel pada catatan medis pasien. Kemudian peneliti akan memeriksa kembali kelengkapannya untuk mengurangi kesalahan yang ada. Pengecekan data juga dilakukan untuk menyeleksi data yang layak dan tidak layak untuk digunakan ke tahap selanjutnya. Kemudian, data yang sudah diperiksa akan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer SPSS 21.0 Far Windows. Data penelitian ini kemudian diolah secara deskriptif dengan menghitung persentase kejadian hemorrhoid dalam 1 tahun, kemudian dilanjutkan dengan uji statistik sederhana tujuannya untuk mencari hubungan faktor risiko dengan kejadian hemorrhoid serta menggunakan analisa Chi square test tabel 2x2 untuk menilai hubungan masing-masing variabel bebas (nominal) terhadap variabel tergantung (nominal). Setelah itu digunakan analisa multivariat regresi logistik untuk menilai kekuatan hubungan semua faktor risiko dengan menggunakan interval kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan p < 0,05. Penelitian ini sudah mendapatkan izin kelaikan etik Nomor: 550/UN14.2.2.VII. 14/LT/2021 dari Komisi Etik Penelitian (KEP) FK. UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.

HASIL

Sebanyak 50 orang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini karena telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. RinIKan 50 orang tersebut yaitu 29 ( 58 %) orang dengan hemorrhoid, 14 (48,3%) orang laki-laki dan 15 (51,7%) orang perempuan. Rata-rata usia pada penelitian ini adalah 50,46 tahun dengan usia termuda dan tertua adalah 22 dan 81 tahun dengan standar deviasi 14,36.

Pada penelitian ini didapatkan penderita hemorrhoid sebanyak 13 (44,8%) orang yang berusia < 45 tahun dan 16 (55,2%) orang berusia ≥ 45 tahun. Berdasarkan jenis kelamin terdapat 14 (48,3%) penderita laki – laki dengan hemorrhoid dan sebanyak 15 (51,7%) perempuan dengan hemorrhoid.

Penderita yang mempunyai riwayat keluarga hemorrhoid didapatkan sebanyak 4 (13.8%), sebanyak 20 (68,97%) penderita hemorrhoid mengonsumsi serat kurang dari 2 kali sehari, sebanyak 17 (58,6%) penderita mengalami

konstipasi atau BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, dan sebanyak 16 (55,2%) pasien hemorrhoid mengalami overweight atau memiliki IMT ≥ 25 kg/m2 .

Tabel 1. Karakteristik Sampel (n=50)

Karakteristik

Rerata ± SB

Umur (tahun) Jenis kelamin

50,46 ± 14,36

Laki-Laki, n(%)

24 (48 %)

Perempuan, n(%)

26 (52 %)

Riwayat keluarga, n(%)

5 (10 %)

Konsumsi serat, n(%)

28 (56 %)

Konstipasi, n(%)

22 (44%)

BMI, (kg/m2)

22,95 ± 4,21

Dilihat dari hubungan antara umur dengan kejadian hemoroid (tabel 2), didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p= 0.634) antara penderita dengan umur 45 tahun keatas dengan kejadian Hemoroid dimana nilai IK95% (0,24 – 2,38), dan rasio prevalensi 0,89. Dapat diartikan menjadi penderita dengan umur 45 tahun keatas bukan faktor risiko potensial untuk terjadinya hemoroid.

Tabel 2. Hubungan Umur dengan Hemoroid

Hemoroid

TOTAL

Ya

Tidak

Umur   ≥ 45 th

16

13

29

< 45 th

13

8

21

TOTAL

29

21

50

Rasio prevalensi 0,89, IK95% 0,76 (0,24 0.634.

– 2,38), dan P=

Tabel 3 menunjukan hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Hemoroid, pada uji statistik menggunakan chi-square didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p= 0,963) antara jenis kelamin laki-laki dengan kejadian Hemoroid dimana nilai 95% IK (0,33 – 3,16), dan rasio prevalensi 1,01, ini berarti jenis kelamin laki-laki bukan merupakan resiko potensial untuk terjadinya Hemoroid.

Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Hemoroid

Hemoroid     TOTAL

Ya    Tidak

Jenis     Laki-Laki

14

10

24

Kelamin

Perempuan

15

11

26

TOTAL

29

21

50

Rasio Prevalensi 1,01,  95% IK 1,03 (0,33 – 3,16), dan

P=0,963.

Setelah dilakukan uji statistik dengan chi-square didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p= 0,293) antara

riwayat keluarga dengan kejadian Hemoroid (tabel 4), dimana nilai 95% IK (0,33-30,94), dan rasio prevalensi 1,44, hal ini menunjukan bahwa penderita dengan riwayat keluarga merupakan resiko potensial untuk terjadinya Hemoroid, dimana penderita dengan riwayat keluarga mempunyai resiko potensial menderita Hemoroid 1,4 kali lebih besar dari orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga.

Tabel 4. Hubungan Riwayat keluarga dengan Hemoroid

Hemoroid      TOTAL

Ya     Tidak

Riwayat    Ya

Keluarga

4

1

5

Tidak

25

20

45

TOTAL

29

21

50

Rasio prevalensi 1,44, 95% IK 3,2 ( 0,33-30,94 ), dan P= 0,293.

Pada penelitian ini, didapatkan hubungan yang bermakna (p= 0,03) antara penderita dengan konsumsi serat <2x sehari dengan kejadian Hemoroid dimana nilai 95% IK (1,11-11,76), dan rasio prevalensi 1,75, ini berarti kurangnya konsumsi serat merupakan resiko potensial untuk terjadinya Hemoroid, dimana orang yang kurang mengonsumsi serat mempunyai resiko potensial menderita Hemoroid 1,8 kali lebih besar dari orang yang mengonsumsi serat >2x sehari.

Tabel 5. Hubungan Konsumsi Serat dengan Hemoroid

Hemoroid      TOTAL

Ya

Tidak

Konsumsi

<2x

20

8

28

Serat

sehari

≥2x

9

13

22

sehari

TOTAL

29

21

50

Rasio prevalensi 1,75, 95% IK 3,61 (1,11-11,76), dan P=0,03.

Setelah dilakukan uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna (p= 0,014) antara penderita yang mengalami konstipasi dengan kejadian Hemoroid (tabel 6), dimana nilai 95% IK 4,53 (1,30-15,77), dan rasio prevalensi 1,80,

sehingga dapat disimpulkan konstipasi merupakan faktor risiko potensial untuk terjadinya Hemoroid, dimana orang dengan konstipasi mempunyai resiko potensial menderita Hemoroid 1,8 kali lebih besar dari orang yang tidak mengalami konstipasi.

Tabel 6. Hubungan konstipasi dengan Hemoroid

Hemoroid    TOTAL

Ya Tidak

Konstipasi

BAB

<3x/minggu

17

5

22

BAB ≥3x/minggu

12

16

28

TOTAL

29

21

50

Rasio prevalensi 1,80, 95% IK 4,53 (1,30-15,77), dan P= 0,014.

Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna (p= 0,027) antara overweight dengan kejadian Hemoroid dimana nilai 95% IK ( 1,14-13,65 ), dan rasio prevalensi 1,7, ini berarti overweight merupakan resiko potensial untuk terjadinya Hemoroid, dimana orang dengan overweight mempunyai resiko potensial menderita Hemoroid 1,7 kali lebih besar dari orang yang tidak overweight.

Tabel 7. Hubungan Overweight dengan Hemoroid

Hemoroid

TOTAL

Ya

Tidak

BMI   Overweight

16

5

21

Normal

13

16

29

TOTAL

29

21

50

Rasio prevalensi 1,7, 95% IK 3,94 (1,14-13,65), dan P=0,027.

Berdasarkan analisa multivariat regresi logistik, didapatkan penderita dengan konstipasi memiliki hubungan yang paling kuat dengan kejadian Hemoroid (p=0,028, 95% IK = 1,19 – 22,92 )

Tabel 8. Analisa Multivariat Faktor Resiko Kejadian Hemoroid

OR

95.0% C.I OR

Nilai P

Lower

Upper

Jenis kelamin

1,57

0,39

6,38

0,53

(laki-laki ) Umur

0,82

0,18

3,65

0,79

(umur ≥45th) Overweight

3,55

0,77

16,45

0,11

(IMT≥25) Riwayat

4,34

0,27

69,44

0,30

keluarga

(Ada)

Konsumsi serat

4,99

1,17

21,36

0,03

(<2x/hari)

5,23

1,19

22,92

0,03

Konstipasi (BAB<3x/ming gu)

PEMBAHASAN

Usia yang semakin tua dapat menyebabkan degenerasi pada jaringan tubuh. Kemudian otot sphincter juga akan menjadi tipis dan lemah. Dikarenakan sphincternya lemah maka akan timbul prolaps.8 Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna antara umur lebih dari 45 tahun dengan kejadian Hemoroid. Hal ini sejalan dengan penelitian di RSUD Al-Ihsan Bandung pada Maret-Mei 2018, didapatkan 82 sampel, 45 orang mengalami hemoroid, dengan usia < 45 tahun sebanyak 37 orang dan usia ≥45 tahun ada 8 orang, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara umur lebih dari 45 tahun dengan kejadian hemoroid.9

Dalam penelitian ini didapatkan hubungan tidak bermakna antara jenis kelamin laki-laki dengan kejadian Hemoroid karena jumlah laki-laki yang hampir sama dengan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian tahun 2013 oleh Melina Tiza bahwa wanita leih banyak mengalami hemoroid dari laki-laki, yaitu sebanyak 66,7% adalah wanita dari seluruh penderita hemoroid. Hal ini dapat disebabkan karena perubahan pola hormonal seperti progesterone, yang dapat menyebabkan melambatkan gerak peristaltik usus, sehingga berisiko terjadinya konstipasi, yang termasuk salah satu faktor risiko hemoroid.10 Selain itu, penelitian di Ethiopia dengan 403 sampel, didapatkan jumlah wanita dan laki-laki yang hampir sama yaitu 207 (51,3%) orang wanita dan 196 (48,7%) laki-laki.11 Sehingga dapat disimpulan, jenis kelamin penderita yang dominan tergantung dari persebaran penduduk di tiap daerah.

Pada kelompok riwayat keluarga, tidak didapatkan hubungan bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian Hemoroid, dimana hanya 5 (10%) orang dengan riwayat keluarga hemoroid dari seluruh sampel. Hal ini dapat terjadi Karenna ada faktor lain yang lebih dominan terhadap kejadian hemoroid, selain itu jumlah sampel yang diambil kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian pada Ethiopia, didapatkan 30 (7,4%) dari 403 total sampel yang mempunyai riwayat keluarga hemoroid, Hal ini menunjukan tidak ada hubungan bermakna pada penelitian ini.11

Pada penelitian ini didapatkan hubungan bermakna antara kurangnya konsumsi serat dengan kejadian Hemoroid, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD AL-IHSAN yaitu sebanyak 82 sampel ada 45 orang yang mengalami hemoroid, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa konsumsi makanan berserat kurang memiliki

hubungan bermakna dengan kejadian hemoroid (p= 0,001), dengan OR 6,22, yang artinya kurangnya konsumsi makanan berserat mempunnyai risiko 6,2 kali lebih besar terhadap kejadian hemoroid (Raena, 2018).9 Rasa defekasi ditimbulkan oleh volume feses yang meningkat sehingga merangsang saraf pada rektum, volume feses ini dipengaruhi oleh serat yang dapat mengikat air di usus besar. Sehingga masa feses ini akan berkurang karena asupan serat yag kurang, hal ini dapat menyebabkan susah BAB atau disebut juga dengan konstipasi. Konstipasi ini menyebabkan menyebabkan orang tersebut menghabiskan waktu yang lebih lama untuk BAB karena harus mengedan kuat untuk mengeluarkan fesesnya, hal ini menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh darah di sekitar anus sehingga dapat terjadi hemoroid.12

Faktor risiko konstipasi dalam penelitian ini memiliki hubungan yang bermakna dan merupakan faktor paling berpengaruh dengan kejadian Hemoroid, jika dibandingkan dengan umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi serat, dan overweight. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Peery pada tahun 2015, yaitu dari 2.813 sampel didapatkan sebanyak 1.074 orang adalah penderita hemoroid, dan didapatkan hubungan bermakna antara konstipasi dengan kejadian hemoroid (OR 1.43, 95% IK 1.11, 1.86) (Peery, 2015).1 Konstipasi disini diartikan sebagai BAB <3x dalam seminggu, dimana artinya feses mengeras di dalam rektum susah keluar melalui anus, sehingga diperlukan waktu mengejan lebih lama, keadaan ini meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dan trauma pada pleksus hemoroidalis sehingga terjadi hemoroid.13

Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara overweight dengan kejadian Hemoroid dimana pasien dengan overweight memiliki kemungkinan 1,7 kali lebih besar menderita Hemoroid daripada orang yang tidak overweight. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kibret pada Ethiopia, dimana dari 403 sampel didapatkan 53 orang mengalami hemoroid (13,1%), dengan orang yang mempunyai IMT ≥25 kg/m2 berpotensi 2,6 kali lebih besar terkena hemoroid daripada orang dengan IMT <25 kg/m2 (AOR = 2,6, 95% IK = 1,08 – 6,23). Hemoroid pada orang yang overweight dapat disebabkan karena peningkatan tekanan intra-abdominal pada orang yang overweight akan berdampak pada peningkatan tekanan vena pada distal rectum. Selain itu, overweight juga akan menginduksi pelepasan sitokin proinflamasi dan protein fase akut yang pada akhirnya akan mengaktifkan system imun dan mempengaruhi homeostasiss metabolic yang berkontribusi pada kejadian hemoroid.11

SIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara kurangnya konsumsi serat, konstipasi, dan overweight dengan kejadian Hemoroid, meskipun begitu mmasih banyak kelemmahan pada penelitian ini, salah satunya jumlah sampel yang kurang dan masih ada beberapa

faktor risiko lain yang berpotensi memiliki hubungan dengan kejadian hemoroid namun tidak diteliti pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian awal sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih banyak faktor risiko yang bermakna dengan penelitian kohort.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti berterima-kasih kepada para dosen pembimbing dan penguji yang telah membimbing dan memberikan saran selama pengerjaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Peery, A. F., Sandler, R. S., Galanko, J. A., Bresalier, R.

  • S., Figueiredo, J. C., Ahnen, D. J., Barry, E. L., Baron, J. A. Risk factors for hemorrhoids on screening colonoscopy.   PLoS One;   2015;   10(9). doi:

10.1371/journal.pone.0139100.

  • 2.    Setiyaningsih, R. Pengembangan Celana Dalam Khusus Untuk Mengurangi Nyeri pada Penderita Hemoroid. 2019. http://repository.ump.ac.id/9612/.

  • 3.    Ravindranath, G. G., Rahul, B. G. Prevalence and risk factors of hemorrhoids: a study in a semi-urban centre. International Surgery Journal.  2018;  5(2). doi:

10.18203/2349-2902.isj20180339.

  • 4.  IKrocco, W. C. Reprint of: Why are hemorrhoids

symptomatic? the pathophysiology and etiology of hemorrhoids. Seminars in Colon and Rectal Surgery. 2018;                                 29(4):160-166.

https://doi.org/10.1053/j.scrs.2018.11.002

  • 5.    Lee, J. H., Kim, H. E., Kang, J. H., Shin, J. Y. Song, Y. M. Factors assoIKated with hemorrhoids in Korean adults: Korean national health and nutrition examination survey. Korean Journal of Family MediIKne. 2014; 35(5):227-236. doi: 10.4082/kjfm.2014.35.5.227.

  • 6.    Sekarlina, S., Nurhuda, M., & Sriwahyuni, S. Profil Penderita Hemoroid di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang Sumatera Barat Periode 2016-2017. Health & Medical       Journal.       2020;       2(2):455.

https://doi.org/10.33854/heme.v2i2.455

  • 7.    Rau, M. J., Hasanah., Dewi, N. L. K. S. Analisis Faktor Risiko Kejadian Hemoroid Di Rumah Sakit Umum (Rsu) Anutapura Palu. Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat; 2015; 6(2):106-112.

  • 8.    Utomo, D., Virgiandhy, I., & Rialita, A. Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Terhadap derajat hemoroid internal DI Rsud Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2009-2013. Jurnal Cerebellum. 2019.

  • 9.    Raena, J. A., Pradananta, K., Surialaga, S. Konsumsi Makanan Berserat Berhubungan dengan Kejadian Hemoroid. Spesia Unisba : Prosiding Pendidikan dokter. 2018; 4(1): 38-43.

  • 10.    Yanuardani, M.T. Hubungan Antara Posisi Saat Buang Air Besar Dan Faktor Risiko Lainnya Terhadap

Terjadinya Hemorrhoid [online], Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR). 2013. available: http://eprints.undip.ac.id/22324/.

  • 11.    Kibret, A. A., Oumer, M. Moges, A. M. Prevalence and assoIKated factors of hemorrhoids among adult patients visiting the surgical outpatient department in the University of Gondar Comprehensive SpeIKalized

Hospital, Northwest  Ethiopia.  PloS one.  2021;

16(4):e0249736-e0249736.                       doi:

10.1371/journal.pone.024973.

  • 12.    Claudina, I. Pangestuti, D., and Kartini, A. Hubungan Asupan Serat Makanan dan Cairan dengan Kejadian Konstipasi Fungsional pada Remaja di SMA Kesatrian 1 Semarang.  Jurnal Kesehatan Masyarakat.  2018;

6(1):486-495.

  • 13.    Kartika Sari, A. D. and Wirjatmadi, B. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Konstipasi pada Lansia di Kota Madiun. Media Gizi Indonesia. 2017; 1(11). doi: 10.20473/mgi.v11i1.40-47.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i12.P17

101